Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Tafsir Al Qur 'an
Hidayatul Insan
Jilid 1
(Dari surah Al Fatihah s.d surah Al An'aam)
Disusun oleh:
Abu Yahya Marwan bin Musa
(semoga Allah mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan kaum
muslimin semua, Allahumma amin)
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Tafsir Isti'adzah
Sebelum membaca Al Qur'an, kita diperintahkan membaca isti'adzah, yaitu ucapan:
Artinya: Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
setan yang terkutuk. " (An Nahl: 98)
Maksudnya apabila kamu hendak membaca Al Qur'an. Hal ini seperti pada ayat "Idzaa qumtum
Hash shalaah...dst. (Al Maa'idah: 6), maksudnya apabila kamu hendak mendirikan shalat. Adapun
dalil dalam hadits yang menunjukkan demikian salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Ahmad dari Abu Sa'id Al Khudriy ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila
bangun malam, memulai shalatnya dan bertakbir, lalu mengucapkan:
"Mahasuci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Mahasuci nama-Mu, Mahatinggi
keagungan-Mu, dan tidakada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. "
Selanjutnya Beliau mengucapkan, "Laailaahaillallah." Sebanyak tiga kali. Lalu mengucapkan:
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang
terkutuk; dari cekiknya, kesombongan, dan syairnya." (Diriwayatkan pula oleh pemilik kitab sunan
yang empat. Tirmidzi berkata, "Ia merupakan hadits paling masyhur dalam bab ini.")
Al Hamz dalam hadits tersebut adalah mautah, yakni cekiknya, nafkh adalah kesombongannya,
sedangkan nafts adalah syairnya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa isti'adzah hukumnya sunat; tidak wajib. Ar Raaziy menukilkan
dari 'Athaa' bin Abi Rabaah bahwa isti'adzah wajib dibaca dalam shalat dan di luar shalat setiap
hendak membaca Al Qur'an. Ar Raaziy berhujjah untuk 'Atha' dengan zhahir ayat, "Fasta'idz, "
dimana ia merupakan perintah yang zhahirnya adalah wajib, dan lagi karena Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam selalu merutinkannya, ia juga dapat menolakkejahatan setan, sedangkan suatu kewajiban
jika tidak sempurna kecuali dengannya, maka sesuatu yang menyempurnakan itu menjadi wajib. Di
samping itu, membaca isti'adzah itu lebih hati-hati.
Ucapan, " A 'uudzu billahi minasy syaithaanir rajiim" dianggap cukup dalam beristi'adzah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Di antara rahasia isti'adzah adalah membersihkan mulut yang sebelumnya dipenuhi laghw (ucapan
sia-sia) dan rafts (ucapan kotor), membuat mulut menjadi baik untuk membaca firman Allah.
Isti'adzah juga merupakan permintaan pertolongan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mengakui
kekuasaan-Nya dan menyadari keadaan dirinya yang lemah untuk melawan musuh yang nyata yaitu
setan, dimana untuk menghadapinya hanya dengan pertolongan Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja.
Makna "A 'udzu billahi minasy syaithaanir rajiim" adalah aku berlindung kepada Allah dari setan
yang terkutuk agar dia (setan) tidak membahayakanku baik pada agamaku, duniaku atau
menghalangiku dari mengerjakan perkara yang diperintahkan kepadaku, demikian pula agar dia
tidak mendorongku untuk mengerjakan perkara yang dilarang.
Setan dalam bahasa Arab berasal dari kata "syathana" yang artinya jauh, sehingga setan itu artinya
jauh dengan tabiatnya dari tabiat wajar manusia dan jauh dengan kefasikannya dari setiap kebaikan.
Ada pula yang berpendapat, bahwa ia berasal dari kata syaatha (terbakar), karena ia dicipta dari api.
Ada yang berpendapat, bahwa keduanya benar, namun pendapat pertama lebih shahih.
Sibawaih berkata, "Orang-orang Arab mengatakan, "Tasyaithana fulaan" apabila orang tersebut
melakukan perbuatan setan. Kalau setan berasal dari kata syaatha, tentu mereka mengatakan
"Tasyayyatha."
Dengan demikian setan menurut pendapat yang shahih berasal dari kata syathana yang berarti jauh.
Oleh karena itulah, mereka menyebut setiap yang durhaka dari kalangan jin, manusia maupun
hewan dengan sebutan "setan."
Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (darijenis) manusia
dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan
yang indah-indah untuk menipu (manusia). " (Al An'aam: 112)
Adapun hewan bisa disebut setan adalah seperti pada sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
"Akan memutuskan shalat, yaitu wanita, keledai dan anjing hitam." Maka Abu Dzar berkata,
"Wahai Rasulullah. Mengapa anjing hitam tidak (anjing) merah atau kuning?" Beliau menjawab,
"Anjing hitam adalah setan." (HR. Muslim)
Adapun "Rajiim" artinya marjuum, yaitu yang dirajam dan diusir dari kebaikan. Keadaannya yang
dirajam adalah seperti diterangkan dalam surat Ash Shaaffaat ayat 8:
"Setan-setan itu tidak dapat mendengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari
dari segala penjuru. "
Ada pula yang berpendapat, bahwa rajim artinya raajim (yang melempar), karena ia melemparkan
was-was dan tipuan kepada manusia, namun pendapat pertama lebih masyhur dan lebih shahih.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Juz 1
Surat Al Fatihah (pembuka) 1
Surah ke-1. Terdiri dari 7 ayat. Makkiyyah
1-7: Surah ini mencakup semua makna/kandungan dalam Al Qur'an dan mengandung
maksud-maksud Al Qur'an yang asasi (dasar) secara garis besar. Oleh karena itulah
dinamakan Ummul Kitab yang artinya induk Al Qur'an
1 Surat Al Faatihah (Pembukaan) yang diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat ini adalah surat yang
pertama diturunkan secara lengkap di antara surat-surat yang ada dalam Al Quran, ia termasuk golongan
surat Makkiyyah. Surat ini disebut Al Faatihah (Pembukaan), karena dengan surat inilah dibuka dan
dimulainya Al Quran. Allah subhaanahu wa Ta'ala memulai kitab-Nya dengan surat ini, karena surat ini
menghimpun tujuan dan maksud Al Qur'an. Oleh karena itu, surat ini dinamakan Ummul Quran (induk Al
Quran) atau Ummul Kitaab (induk Al Kitab) karena dia merupakan induk dari semua isi Al Quran. Oleh
karena itu, diwajibkan membacanya pada setiap shalat. Al Hasan Al Basri berkata, "Sesungguhnya Allah
menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam kitab-kitab terdahulu di dalam Al Qur'an, kemudian Dia menyimpan
ilmu-ilmu yang ada dalam Al Qur'an di dalam surat Al Mufashshal (surat-surat yang agakpendek), dan Dia
menyimpan ilmu-ilmu yang ada dalam surat Al Mufashshal di dalam surat Al Fatihah. Oleh karena itu,
barang siapa yang mengetahui tafsirnya, maka ia seperti mengetahui tafsir semua kitab-kitab yang
diturunkan. " (Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu'abul Iman). Mencakupnya isi surat Al Fatihah terhadap
semua ilmu yang ada di dalam Al Qur'an ditunjukkan oleh Az Zamakhsyari, yaitu karena di dalam Al
Fatihah terdapat pujian bagi Allah yang sesuai, terdapat peribadatan kepada-Nya, terdapat perintah dan
larangan serta terdapat janji dan ancaman, sedangkan ayat-ayat Al Qur'an tidak lepas dari semua ini. Dengan
demikian, semua isi Al Qur'an merupakan penjelasan lebih rinci terhadap masalah yang yang disebutkan
secara garis besar dalam surat Al Fatihah.
Surat ini dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang) karena ayatnya ada tujuh dan
dibaca berulang-ulang dalam shalat. Tentang keutamaan surat ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
"Maukah aku beritahukan kepadamu surat yang terbaik dalam Al Qur'an? Yaitu Al Hamdulillahi rabbil
'aalamin." (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 2592)
2 Maksudnya adalah "Saya memulai membaca surat Al-Fatihah ini dengan menyebut nama Allah sambil
memohon pertolongan kepada-Nya agar dapat membaca firman-Nya, memahami maknanya dan dapat
mengambilnya sebagai petunjuk." Setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma
Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan, menaiki kendaraan, membaca Al Qur'an di awal surat,
masuk dan keluar masjid, mengunci pintu, masuk dan keluar rumah, menulis surat, hendak berwudhu' dan
sebagainya. Allah ialah nama Zat Yang Mahasuci, yang satu-satunya berhak disembah dengan sebenarnya
disertai rasa cinta, takut dan berharap kepada-Nya, Zat yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tetapi
makhluk yang membutubkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi
pengertian bahwa Allah memiliki rahmat (kasih-sayang) yang luas mengena kepada semua makhluk-Nya,
sedangkan Ar Rahiim artinya Allah Maha Penyayang kepada orang-orang mukmin. Kepada orang-orang
mukmin itu diberikan-Nya rahmat yang mutlak, selain mereka hanya memperperoleh sebagian daripadanya.
Ar Rahmaan dan Ar Rahiim merupakan nama Allah yang menetapkan adanya sifat rahmah (sayang) bagi
Allah Ta'ala sesuai dengan kebesaran-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang 2 .
{ ^UJi iii xJ~\ } d~\'Ji]\ J i'JjL vf
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
2. Segala puji 3 bagi Allah, Tuhan semesta alam 4 .
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 5
4. Yang menguasai 6 hari Pembalasan 7 .
3 Alhamdu artinya segala puji. Memuji dilakukan karena perbuatannya yang baik. Maka memuji Allah berati
menyanjung-Nya karena perbuatan-Nya yang baik seperti melimpahkan karunia dan berbuat adil, karena
sifat-sifat-Nya yang sempurna dan karena nikmat-nikmat-Nya yang begitu banyak yang dilimpahkan-Nya
kepada kita baik nikinat yang berkaitan dengan agama maupun dunia.
Syaikh Ibnu 'Utsaimin berkata, "Al Hamdu adalah menyifati yang dipuji dengan kesempurnaan disertai rasa
cinta dan pengagungan; baik kesempurnaan dzaat, sifat maupun perbuatan-Nya." Dengan demikian dalam
memuji Allah Ta'ala harus disertai rasa cinta dan pengagungan serta ketundukan, karena jika tidak seperti ini
bukan merupakan pujian yang sempurna.
Kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah karena dari Allah sumber segala kebaikan yang kita peroleh.
Di dalam ayat ini mengandung perintah kepada semua hamba agar memuji Allah Ta'ala. Ayat ini juga
menunjukkan bahwa Allah Ta'ala berhak mendapatkan pujian sempurna dari segala sisi, oleh karena itu Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam ketika mendapatkan hal yang menyenangkan mengucapkan "Al
Hamdulillahilladziy bini'matihi tatimmush shaalihaat" (segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya amal
shalih menjadi sempurna), dan ketika Beliau memperoleh selain itu, Beliau tetap mengucapkan "Al
Hamdulillah 'alaa kulli haal" (segala puji bagi Allah dalam semua keadaan) sebagaimana diriwayatkan oleh
Ibnu Majah (3803).
4 Rabb (tuhan) berarti Tuhan yang ditaati yang Memiliki, Mendidik, Mengurus dan Memelihara. Lafal Rabb
tidak dapat dipakai selain untuk Allah, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah).
Alamiin (semesta alam) adalah semua yang diciptakan Allah yang terdiri dari berbagai jenis dan macam,
seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah
Pencipta semua alam-alam itu, Dia-lah yang menciptakan semua makhluk, yang mengurus urusan mereka,
mengurus semua makhluk-Nya dengan nikmat-nikmat-Nya dan mengurus para wali-Nya dengan iman dan
amal yang shalih. Dengan demikian, pemeliharaan Allah Ta'ala kepada alam semesta itu ada yang umum dan
ada yang khusus. Yang umum adalah diciptakan-Nya mereka, diberi-Nya rezeki, diberi-Nya mereka
petunjuk kepada hal-hal yang bermaslahat bagi mereka agar mereka dapat hidup di muka bumi, sedangkan
yang khusus adalah dengan dididik-Nya para wali-Nya dengan iman dan amal shalih atau diberi-Nya taufiq
kepada setiap kebaikan dan dihindarkan dari semua keburukan. Mungkin inilah rahasia mengapa do'a yang
diucapkan para nabi kebanyakan menggunakan lafaz Rabb (seperti Rabbi atau Rabbanaa). Ayat ini
menunjukkan bahwa hanya Allah-lah Rabbul 'aalamin; yang menciptakan, mengatur, memberi rezeki,
menguasai dan memiliki alam semesta; tidak ada Rabb selain-Nya.
5 Tentang makna Ar Rahmaan dan Ar Rahiim sudah diterangkan sebelumnya. Disebutkannya ayat ini
setelah "Al Hamdu lillahi Rabbil 'aalamiin" untuk memberitahukan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala
mengurus alam semesta ini tidak dengan menyiksa dan memaksa, bahkan atas dasar kasih-sayang-Nya.
6 Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim, berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik
(dengan memendekkan mim), artinya: Raja. Dihubungkannya kepemilikan hari pembalasan kepada-Nya
meskipun milik-Nya dunia dan akhirat, karena pada hari itu kelihatan dengan jelas kekuasaan dan
kepemilikan-Nya. Pada hari itu antara raja-raja di dunia dengan rakyat sama tidak ada perbedaan, mereka
tunduk kepada keagungan-Nya, menunggu pembalasan-Nya, mengharapkan pahala-Nya dan takut terhadap
siksa-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
0 li-jtfjj JLsJlJj
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah 8 , dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan 9 .
7 Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang di waktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan
amalannya baik atau buruk. Yaumiddin disebut juga yaumul qiyaamah, yaumul hisaab, yaumul jazaa' dan
sebagainya. Dibacanya ayat ini oleh seorang muslim dalam setiap shalat untuk mengingatkannya kepada hari
akhir; hari di mana amalan diberikan balasan. Demikian juga mendorong seorang muslim untuk beramal
shalih dan menghindari kemaksiatan.
8 Na'budu diambil dari kata 'ibaadah yang artinya kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh
perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena keyakinan bahwa Allah
mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya disertai rasa cinta dan berharap kepada-Nya. Ditambahkan
rasa cinta, karena landasan yang harus ada pada seseorang ketika beribadah itu ada tiga: rasa cinta kepada
Allah Ta'ala, rasa takut dan tunduk kepada Allah Ta'ala dan rasa berharap. Oleh karena itu, kecintaan saja
yang tidak disertai dengan rasa takut dan kepatuhan, seperti cinta terhadap makanan dan harta, tidaklah
termasuk ibadah. Demikian pula rasa takut saja tanpa disertai dengan cinta, seperti takut kepada binatang
buas, maka itu tidak termasuk ibadah. Tetapi jika suatu perbuatan di dalamnya menyatu rasa takut dan cinta
maka itulah ibadah. Dan tidaklah ibadah itu ditujukan kecuali kepada Allah Ta'ala semata.
Dalam ayat ini terdapat dalil tidak bolehnya mengarahkan satu pun ibadah (seperti berdo'a, ruku', sujud,
thawaf, istighatsah/meminta pertolongan), berkurban dan bertawakkal) kepada selain Allah Ta'ala.
9 Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat
menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. Dalam ayat ini terdapat
obat terhadap penyakit ketergantungan kepada selain Allah Ta'ala, demikian juga obat terhadap penyakit
riya', 'ujub (bangga diri) dan sombong. Disebutkannya isti'anah kepada Allah Ta'ala setelah ibadah
memberikan pengertian bahwa seseorang tidak dapat menjalankan ibadah secara sempurna kecuali dengan
pertolongan Allah Ta'ala dan menyerahkan diri kepada-Nya. Ayat ini menunjukkan lemahnya manusia
mengurus dirinya sendiri sehingga diperintahkannya untuk meminta pertolongan kepada-Nya Berdasarkan
ayat ini juga bahwa beribadah dan meminta pertolongan kepada-Nya merupakan sarana memperoleh
kebahagiaan yang kekal dan terhindar dari keburukan. Perbuatan dikatakan ibadah jika diambil dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan diniatkan ikhlas karena Allah Ta'ala.
Perlu diketahui bahwa isti'anah (meminta pertolongan) terbagi dua:
- Isti'anah tafwidh, meminta pertolongan dengan menampakkan kehinaan, pasrah dan sikap harap, ini
hanya boleh kepada Allah saja, syirk hukumnya bila mengarahkan kepada selain Allah.
- Isti'anah musyarakah, meminta pertolongan dalam arti meminta keikut-sertaan orang lain untuk turut
membantu, maka tidak mengapa kepada makhluk, namun dengan syarat dalam hal yang mereka mampu
membantunya.
10 Ihdina (tunjukkanlah kami), dari kata hidayaat yang artinya memberi petunjuk ke suatu jalan yang lurus
(irsyad). Yang dimaksud di ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja (yakni tidak hanya hidayah irsyad),
tetapi juga meminta diberi taufik (dibantu menempuh jalan yang lurus). Oleh karenanya kata ihdinaa
langsung dilanjutkan dengan shiraathal mustaqiim, tidak dipisah dengan kata "ilaa" (ke) yang berarti
"tunjukkanlah kami ke " karena ia meminta dua hidayah (irsyad dan taufiq). Oleh karena itu, arti ayat ini
adalah "Tunjukkanlah kami jalan yang lurus dan bantulah kami menempuh jalan itu serta teguhkanlah kami
di atasnya sampai kami berjumpa dengan-Mu" . Jalan yang lurus itu adalah Islam; sebagai jalan yang dapat
mengarah kepada keridhaan Allah dan surga-Nya, jalan yang telah diterangkan oleh Rasul-Nya Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam, sehingga seseorang tidak dapat bahagia kecuali dengan istiqamah di atasnya.
Dengan demikian, di ayat ini kita juga meminta kepada Allah Ta'ala agar dapat istiqamah di atas jalan yang
lurus itu sampai akhir hayat mengingat hati yang lemah mudah berbalik dan karena hidup di dunia penuh
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau berikan nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. 11
dengan liku-liku, penuh dengan gelombang cobaan dan fitnah yang begitu dahsyat yang dapat
menghanyutkan seorang mukmin. Sungguh berbahagialah orang yang tetap mendirikan shalat karena do'a
yang dipanjatkannya ini, berbeda dengan orang yang meninggalkan shalat; yang tidak lagi memanjatkan do'a
ini sehingga mudah sekali ia terbawa oleh arus fitnah itu yang membuat dirinya binasa -wal 'iyaadz billah-.
11 Orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah adalah para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-
orang shalih berdasarkan surat An Nisaa': 69, jalan merekalah yang kita minta. Merekalah ahlul hidayah wal
istiqamah (orang-orang yang memperoleh hidayah dan dapat beristiqamah), ciri jalan mereka adalah setelah
mengetahui yang hak (benar), mereka mengamalkannya (belajar dan beramal).
Adapun orang-orang yang dimurkai (baik oleh Allah maupun oleh kaum mukminin) adalah orang-orang
yahudi dan orang-orang yang mengikuti jalan mereka. Ciri jalan mereka adalah setelah mengetahui yang
hak, mereka tidak mau mengamalkan sehingga mereka dimurkai (belajar dan tidak beramal).
Sedangkan orang-orang yang sesat adalah orang-orang Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jalan
mereka. Ciri jalan mereka adalah tidak mengenal yang hak sehingga mereka tersesat (beramal tanpa belajar).
Di dalam ayat ini terdapat obat penyakit juhud (membangkang), jahl (kebodohan) dan dhalaal (tersesat).
Dianjurkan setelah membaca ayat ini di dalam shalat mengucapkan "aamiiiiiin" yang artinya "Ya Allah,
kabulkanlah", ia tidaklah termasuk ayat dari surat Al Fatihah berdasarkan kesepakatan para ulama, oleh
karena itu mereka tidak menuliskannya di dalam mushaf-mushaf.
Kandungan surat Al Fatihah
Surat Al Fatihah meskipun singkat, namun mengandung banyak pengetahuan. Di dalamnya terdapat tiga
tauhid yang diperintahkan; tauhid rububiyyah (dari ayat "rabbil 'aalmiin"), tauhid uluhiyyah (dari ayat
"iyyaaka na'budu") dan tauhid asmaa' wash shifat dengan menetapkan semua sifat sempurna bagi Allah yang
telah ditetapkan oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini sebagaimana ditunjukkan
oleh ayat "Al Hamdulillah", karena nama-nama dan sifat-sifat Allah semuanya terpuji dan merupakan pujian
bagi Allah Ta'ala.
Demikian juga menetapkan kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang diambil
dari ayat "Ihdinash shiraathal mustaqiim", karena jalan yang lurus tersebut adalah jalan yang diterangkan
oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Surat ini juga menetapkan adanya jazaa' (pembalasan
amal) dan bahwa hal itu dilakukan dengan adil berdasarkan ayat "Maaliki yaumiddiin". Surat ini juga
menguatkan Aqidah Ahlussunnah wal Jama' ah tentang masalah qadar, yakni bahwa semua terjadi dengan
qadar Allah dan qadhaa'-Nya, dan bahwa seorang hamba melakukan perbuatannya secara hakikat; tidak
dipaksa dalam berbuat. Hal ini dapat diketahui dari ayat "Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin". Surat ini
juga menerangkan pokok kebaikan, yaitu ikhlas, sebagaimana diambil dari ayat " Iyyaaka na'budu wa
iyyaaka nasta'iin".
Karena surat ini begitu agung dan mulia, Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya membacanya di setiap rak'at
dalam shalat mereka baik shalat fardhu maupun sunat. Di surat tersebut Allah mengajarkan kepada hamba-
hamba-Nya bagaimana mereka memuji dan menyanjung-Nya, lalu mereka meminta kepada Tuhan mereka
segala yang mereka butuhkan. Di surat ini pun terdapat bukti butuhnya mereka kepada Tuhan mereka, baik
butuhnya hati mereka dipenuhi rasa cinta dan pengenalan kepada-Nya dan butuhnya mereka agar dibantu
dalam menyelesaikan urusan mereka serta diberi taufiq agar dapat mengabdi kepada-Nya.
Contoh ayat-ayat yang menerangkan lebih lanjut surat Al Fatihah
Sebagaimana diterangkan bahwa semua isi Al Qur'an merupakan penjelasan lebih rinci terhadap masalah
yang yang disebutkan secara garis besar dalam surat Al Fatihah. Berikut ini contohnya:
Firman Allah, "Al hamdulillahi." diterangkan oleh surat Al Baqarah: 186 dan 286.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Surat Al Baqarah (Sapi Betina) 12
Surah ke-2. Terdiri dari 286 ayat. Madaniyyah
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-5: Golongan mukmin, membicarakan tentang sifat orang-orang yang bertakwa,
hakikat iman dan bagaimana Al Qur'an menjadi petunjuk bagi mereka
Firman Allah, "Rabbil 'aalamiin" diterangkan oleh surat Al Baqarah: 21-22 dan 29.
Firman Allah, "Ar Rahmaanir rahiim" diterangkan oleh surat Al Baqarah: 37 dan 126
Firman Allah, "Maaliki yaumiddin." diterangkan oleh surat Al Baqarah: 284.
Firman Allah, "Iyyaaka na'budu." diterangkan oleh surat Al Baqarah secara lebih rinci, di mana di sana
diterangkan masalah bersuci, shalat lima waktu, shalat jama' ah, shalat khauf, shalat led, zakat, puasa, I'tikaf,
sedekah, umrah dan haji, mu'amalah secara Islam, warisan, wasiat, berbagai masalah pernikahan, penyusuan
anak, nafkah, tentang hukum qishas, diyat, memerangi pemberontak dan orang yang murtad, tentang bjihad,
tentang makanan, sembelihan, sumpah, nadzar, peradilan (qadhaa'), persaksian, memerdekakan budak dsb.
semua ini merupakan bab-bab syari'at yang diterangkan dalam surat Al Baqarah.
Firman Allah, "Wa iyyaka nasta'iin" mewakili ilmu tentang akhlak.
Firman Allah, "Ihdinash shiixiaihal mustaqiim." diterangkan dalam surat-surat setelahnya yang menyebutkan
jalannya para nabi dan jalan orang-orang yang menyelisihinya. wal hamdulillahi rabbil 'aalamiin.
12 Surat Al Baqarah yang 286 ayat ini turun di Madinah, sebagian besar diturunkan pada permulaan tahun
Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Haji wadaa' (haji Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, sebagai surat
yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat
282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang
diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), di sana dijelaskan watak orang-orang
Yahudi pada umumnya.
Keutamaan surat Al Baqarah
Tentang keutamaan surat Al Baqarah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
I 'J$Z 3 iQill (»j J t-^V ^Cr"-f ~°JJ**J '"J^ CJ-$'j*J^ ' J* J*' Jjlk^U Si \*rJ^ 3^*0^ f Jd ijji dVjih I j^yi »
I J J A S'jJ 1»Jl>-( jlj "ojy* I JS- J>\ CfjUx-/^ Qf- jUrlixJ y*> ji J> limits' j\ j^C^ ^-^^ ^ jliiULp
"Bacalah Al Qur'an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada pembacanya. Bacalah Az Zahrawain
(dua surat yang berkilau cemerlang) yaitu Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari
kiamat seakan-akan dua awan (yang menaungi panasnya keadaan di padang mahsyar) atau dua naungan atau
dua rombongan burung yang membuka sayapnya. Kedua surat itu akan membela pembacanya. Bacalah surat
Al Baqarah, karena merutinkannya adalah keberkahan, meninggalkannya adalah penyesalan dan surat itu
tidak mampu dibaca oleh para penyihir." (HR. Ahmad dan Muslim)
"Bacalah surat Al Baqarah di rumah kalian, karena setan tidak akan masuk ke dalam rumah yang dibacakan
di dalamnya surat Al Baqarah." (HR. Hakim dan Baihaqi dalam Syu'abul Iman, dishahihkan oleh Al Albani
dalam Shahihul Jami' no. 1170).
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
O^ 1
1. Alif laam miim 1
13
2. Kitab 14 (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya 15 ; petunjuk bagi mereka yang bertakwa 16 ,
3. (yaitu) mereka yang beriman 17 kepada yang ghaib 18 , mendirikan shalat 19 , dan menafkahkan
sebagian rezeki 20 yang Kami anugerahkan kepada mereka.
13 Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam
miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. Di antara ahli-ahli tafsir ada yang menyerahkan
pengertiannya kepada Allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang
menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula
yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya
memperhatikan Al Quran itu, atau untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam
bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan
dari Allah dan hanya buatan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam semata-mata, maka cobalah mereka
buat semacam Al Quran itu. Syaikh As Sa'diy berpendapat bahwa yang lebih selamat adalah diam tidak
mencari-cari maksudnya, yang pasti Allah Ta'ala tidaklah menurunkan begitu saja tanpa ada hikmah di balik
itu hanya saja kita tidak mengetahui. Wallahu a'lam.
Imam Al Qurthubi berkata, "Para ahli tafsir berselisih tentang huruf-huruf yang berada di awal-awal surat.
Amir Asy Sya'biy, Sufyan Ats Tsauriy dan jama' ah ahli hadits berkata, "la adalah rahasia Allah dalam Al
Qur'an, dan Allah memiliki rahasia di setiap kitab-Nya, ia termasuk ayat-ayat mutasyabihat yang hanya
Allah saja mengetahuinya, ia tidak mesti dibicarakan, akan tetapi kita mengimaninya dan membacanya
sebagaimana telah datang (disebutkan)."
14 Allah Ta'ala menamakan Al Qur'an dengan Al kitab berarti "yang ditulis", sebagai isyarat bahwa Al Quran
diperintahkan untuk ditulis.
15 Yakni tidak ada keraguan bahwa ia berasal dari Allah Ta'ala, sehingga tidak benar masih meragukannya
karena jelas sekali buktinya.
16 Orang-orang yang bertakwa mengambil manfaat darinya, menjadikannya sebagai petunjuk dan ilmu yang
bermanfaat serta membuat mereka dapat beramal shalih. Mereka memperoleh dua hidayah; hidayah irsyad
(ilmu/petunjuk) dan hidayah taufiq (bisa beramal). Al Qur'an meskipun sesungguhnya petunjuk bagi semua
manusia, namun hanya orang-orang yang bertakwa yang mau mengambilnya sebagai petunjuk dan
melaksanakan isinya.
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-Nya; dan menjauhi segala
larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.
Kata huda (petunjuk) pada ayat di atas adalah umum, yakni bahwa Al Qur'an merupakan petunjuk terhadap
semua maslahat di dunia dan akhirat, ia merupakan pembimbing manusia dalam masalah ushul (pokok
seperti keyakinan) maupun furu' (cabang), menerangkan yang hak dan menerangkan kepada mereka jalan
yang dapat memberikan manfaat di dunia dan akhirat.
17 Iman artinya kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa atau
pengakuan di hati yang membuahkan ketundukkan di lisan (dengan iqrar) dan pada anggota badan. Tanda-
tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu.
18 Yang ghaib ialah yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera. Percaya kepada yang ghjaib yaitu,
mengi'tikadkan adanya yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
4. Dan mereka yang beriman kepada kitab yang telah diturunkan kepadamu 21 dan kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu 22 , serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat 23 .
menunjukkan adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya. Mengapa
beriman itu kepada yang ghaib? Jawabnya adalah karena beriman kepada sesuatu yang disaksikan atau
dirasakan panca indera tidak dapat membedakan mana muslim dan mana kafir. Oleh karena itu, orang
mukmin beriman kepada semua yang diberitakan Allah Ta'ala dan rasul-Nya, baik mereka menyaksikannya
atau tidak, baik mereka memahaminya atau tidak dan baik dijangkau oleh akal mereka maupun tidak.
Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata, "Tidak ada keimanan yang diimani oleh orang mukmin
yang lebih utama daripada keimanannya kepada yang ghaib", lalu Ibnu Mas'ud membaca ayat "Alladziina
yu'minuuna bil ghaib".
19 Yakni di samping beriman kepada yang ghaib, mereka buktikan dengan mendirikan shalat. Shalat menurut
bahasa 'Arab: doa, menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Shalat merupakan pembuktian terhadap pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah
Subhaanahu wa Ta'aala. Mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-
syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan
apa yang dibaca dan sebagainya. Shalat yang seperti inilah yang dapat mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar.
20 Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian
dari harta yang telah direzkikan oleh Allah tersebut kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama
memberinya, baik yang wajib maupun yang sunat. Contoh pengeluaran yang wajib adalah zakat, menafkahi
anak dan istri, kerabat (seperti orang tua) dan budak, sedangkan yang sunat adalah semua jalan kebaikan.
Disebutkan "sebagian rezeki" menunjukkan bahwa yang Allah inginkan hanyalah sedikit dari harta mereka;
tidak memadharatkan mereka dan tidak membebani, dan dipakainya kata-kata "rezeki" untuk mengingatkan
bahwa harta yang ada pada mereka merupakan rezeki dari Allah yang menghendaki untuk disyukuri dengan
menyisihkan sebagiannya berbagi bersama saudara-saudara mereka yang tidak mampu.
Shalat dan zakat sangat sering disebutkan secara bersamaan di dalam Al Qur'an, karena shalat mengandung
sikap ikhlas kepada Allah Ta'ala, sedangkan zakat dan infak mengandung sikap ihsan terhadap sesama
hamba Allah Ta'ala. Oleh karena itu, tanda kebahagiaan seorang hamba adalah dengan bersikap ikhlas
kepada Allah dan berusaha memberikan manfa'at kepada makhluk, sebagaimana tanda celakanya seorang
hamba adalah ketika tidak adanya kedua ini, yakni ikhlas kepada Allah Ta'ala dan berbuat ihsan kepada
sesama hamba Allah Ta'ala.
21 Yaitu Al Qur'an, demikian juga apa yang diturunkan kepada Beliau berupa hikmah (As Sunnah).
22 Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. ialah kitab-
kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut
dalam Al Qur'an yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan
memberikan wahyu kepada Jibril 'alaihis salam., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul.
23 Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia.
Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah mati dan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan
akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah mati (yaitu alam barzakh yang di
dalamnya terdapat fitnah kubur, azab kubur dan nikmat kubur) dan sesudah dunia berakhir (seperti
kebangkitan manusia, pengumpulan manusia di padang mahsyar, adanya hisab (pemeriksaan amalan), mizan
(penimbangan amalan), surga dan neraka). Di antara hikmah mengapa Allah sering menyebutkan hari akhir
dalam Al Qur'an adalah karena beriman kepada hari akhir memiliki pengaruh yang kuat dalam memperbaiki
keadaan seseorang sehingga ia akan mengisi hari-harinya dengan amal shalih, ia pun akan lebih semangat
untuk mengerjakan keta'atan itu sambil berharap akan diberikan pahala di hari akhir itu, demikian juga akan
membuatnya semakin takut ketika mengisi hidupnya dengan kemaksiatan apalagi merasa tentram
dengannya. Beriman kepada hari akhir juga membantu seseorang untuk tidak berlebihan terhadap dunia dan
tidak menjadikannya sebagai tujuan hidupnya. Di antara hikmahnya juga adalah menghibur seorang mukmin
Abu Yahya Marwan bin Musa
10
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
5. Merekalah 24 yang mendapat petunjuk dari Tuhan mereka 25 , dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung 26 .
Ayat 6-7: Menyebutkan sifat orang-orang kafir, menerangkan hakikat kekafiran dan balasan
untuk orang-orang kafir
6. Sesungguhnya orang-orang kafir 27 , sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu
beri peringatan 28 , mereka tidak juga akan beriman 29 .
7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka 30 , penglihatan mereka ditutup 31 . dan
bagi mereka siksa yang sangat berat.
Ayat 8-16: Menerangkan sifat orang-orang munafik, keadaan mereka, hakikat kemunafikan
dan balasan untuk orang-orang munafik
8. Di antara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah dan hari akhir," padahal
mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman 32 .
yang kurang mendapatkan kesenangan dunia karena di hadapannya ada kesenangan yang lebih baik dan
lebih kekal.
24 Yakni orang-orang yang memiliki sifat-sifat di atas.
25 Mereka berjalan di atas cahaya dari Tuhan mereka dan taufiq-Nya.
26 Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya
dan selamat dari sesuatu yang mereka khawatirkan atau orang-orang yang akan memperoleh surga dan
selamat dari neraka.
27 Yakni orang-orang yang mengingkari apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.
28 Baik engkau memperingatkan mereka dengan azab Allah atau pun tidak.
29 Kepada mereka hanyalah ditegakkan hujjah agar mereka tidak dapat beralasan lagi di hadapan Allah Ta'ala
pada hari kiamat.
30 Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehat tidak akan berbekas kepadanya
disebabkan kekafiran dan kerasnya hati mereka setelah nampak kebenaran bagi mereka. Oleh karena itu,
Allah tidak memberi mereka taufiq untuk mengikuti petunjuk itu.
31 Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayat-ayat Al Quran yang mereka dengar
dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka lihat di cakrawala, di
permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri. Sarana-sarana untuk memperoleh petunjuk dan kebaikan telah
ditutup bagi mereka. Ini merupakan hukuman yang disegerakan dan hukuman yang akan datang kepada
mereka adalah azab yang sangat pedih berupa azab neraka dan kemurkaan Allah Ta'ala.
32 Mereka adalah orang-orang munafik yang luarnya menampakkan keislaman, namun batinnya kafir.
Kemunafikan ini adalah kemunafikan besar yang terkait dengan akidah dan mengeluarkan pelakunya dari
Islam. Berbeda dengan kemunafikan kecil yang terkait dengan amalan, ia tidaklah mengeluarkan pelakunya
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^^^^1 www.tafsir.web.id |
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
9. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu
diri sendiri tanpa mereka sadari 33 .
(c^Oj^jsL IjilTL^^jI dj\js-J»^}j C^ja %"\ ^-aSIjs^^ f^i^ 4
10. Dalam hati mereka ada penyakit 34 , lalu Allah menambah penyakitnya itu; mereka mendapat
siksa yang pedih, karena mereka berdusta.
d\ ljfii^jVi j ljl-i3 j^J JJ bj3
11. Dan apabila dikatakan kepada mereka 35 , "Janganlah berbuat kerusakan di bumi 36 ." Mereka
menjawab 37 , "Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukanperbaikan 38 ."
12. Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan 39 , tetapi mereka tidak menyadari.
dari Islam namun sebagai wasilah/sarana yang bisa mengarah kepada kemunafikan besar, misalnya bila
bicara berdusta, bila berjanji mengingkari, bila diamanahkan berkhianat, malas beribadah, berat
melaksanakan shalat berjama'ah dsb. Di antara kelembutan Allah Ta'ala kepada kaum mukminin adalah
ditampakkan-Nya kepada kaum mukminin hal-ihwal serta sifat mereka yang membedakan dengan yang lain
agar kaum mukminin tidak tertipu oleh mereka. Mereka dikatakan "tidak beriman" karena iman yang
sesungguhnya adalah pengakuan lisan yang dibenarkan oleh hati dan dipraktekkan oleh anggota badan, jika
tidak seperti itu sama saja hendak menipu.
33 Karena akibat penipuan itu kembalinya tidak kepada siapa-siapa selain kepada diri mereka sendiri. Namun
sayang karena kebodohan mereka yang sangat membuat mereka tidak menyadari.
34 Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam lemah dan
mereka masih ragu-ragu. Kelemahan dan keragu-raguan keyakinan itu menimbulkan kedengkian, iri-hati dan
dendam terhadap Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, agama dan orang-orang Islam, lalu tidak diobati
sehingga Allah menambah lagi penyakit terebut.
Penyakit yang menimpa hati ada dua; penyakit syubhat dan penyakit syahwat. Kekafiran, kemunafikan,
keraguan dan bid' ah merupakan penyakit syubhat, sedangkan kecintaan terhadap perbuatan keji dan maksiat
merupakan penyakit syahwat.
35 Yakni ketika mereka dinasehati.
36 Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan dengan
melakukan kekafiran dan kemaksiatan, yang di antaranya menyebarkan rahasia kaum muslimin kepada
musuh mereka, menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.
37 Secara dusta dan bermaksud membantah.
38 Perbuatan yang mereka lakukan itu dengan anggapan mengadakan perbaikan sesungguhnya adalah
kerusakan, akan tetapi karena kebodohan dan penentangan mereka membuat mereka tidak menyadari bahwa
yang demikian merupakan kerusakan. Kemaksiatan yang besar adalah kemaksiatan yang dilakukan dengan
meyakini benarnya perbuatan itu dan seperti inilah keadaan mereka sehingga sangat sulit untuk rujuk,
berbeda dengan kemaksiatan yang dilakukan dengan meyakini salahnya perbuatan itu, orang yang seperti ini
lebih mudah untuk rujuk.
39 Karena tidak ada kerusakan yang paling besar daripada mengingkari ayat-ayat Allah, menghalangi
manusia dari jalan-Nya, hendak menipu Allah dan para wali-Nya dan menolong orang-orang yang
memerangi Allah dan rasul-Nya ditambah dengan agggapan bahwa hal itu merupakan perwujudan
mengadakan perbaikan. Perbuatan maksiat dikatakan sebagai kerusakan karena rusaknya bumi diakibatkan
oleh maksiat, sebaliknya bumi hanya akan menjadi baik dengan iman dan keta'atan kepada Allah Ta'ala.
Untuk itulah Allah menciptakan manusia dan melimpahkan rezeki kepada mereka, yakni agar mereka
Abu Yahya Marwan bin Musa
12
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
fig-Lin S'l sL^LliT ^aVs. ^»p\ 13JL5 ^-ilit p-fi Jj
13. Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Berimanlah kamu sebagaimana orang lain 40 telah
beriman." Mereka menjawab, "Apakah kami akan berimankah seperti orang-orang yang kurang akal
itu beriman?" Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal; tetapi mereka
tidak tahu.
0 uSj '^S^o bj \-J\3 ^UlI J] 1S13 \t 1; I3JIJ 1; od afl I 1SJ3
14. Dan apabila mereka 41 berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, "Kami
telah beriman". Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan mereka 42 , mereka berkata:
"Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok."
15. Allah akan memperolok-olokan mereka 43 dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam
kesesatan 44 .
16. Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk 45 , Maka perdagangan mereka itu tidak
beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.
gunakan untuk keta'atan dan ibadah kepada-Nya, jika yang dilakukan malah kebalikannya maka sama saja
berusaha merusak bumi.
40 Yakni sebagaimana para sahabat Nabi radhiyallahu 'ahum beriman, di mana iman mereka tidak sekedar di
lisan tetapi masuk ke hati dan diamalkan oleh anggota badan, mereka membantah dengan mengatakan,
"Apakah kami akan beriman sebagaimana orang-orang yang kurang akal beriman?" maka Allah membantah
bahwa merekalah yang kurang akal, karena hakikat kurang akal adalah tidak mengetahui hal yang
bermaslahat untuk dirinya dan mengerjakan sesuatu yang merugikannya.
41 Yakni orang-orang munafik.
42 Maksudnya, pemimpin-pemimpin mereka yang kafir.
43 Sifat tersebut "mengolok-olok" menjadi sifat sempurna dalam keadaan "jika menghadapi orang-orang
yang melakukan perbuatan seperti itu," karena yang demikian menunjukkan bahwa yang memilikinya juga
memiliki kemampuan untuk membalas musuhnya dengan melakukan tindakan yang sama atau lebih, dan
sifat tersebut tentu akan menjadi sifat kekurangan dalam keadaan selain ini. Oleh karena itu, ia sebagai sifat
bagi Allah Ta'ala namun tidak secara mutlak dan tidak menjadi nama-Nya.
44 Allah Ta'ala membiarkan mereka agar bertambah sesat, bingung dan bimbang serta memberikan balasan
olok-olokkan yang mereka lakukan kepada kaum mukmin. Di antara olok-olokkan-Nya kepada mereka
(kaum munafik) adalah dengan dihiasnya perbuatan yang menyebabkan mereka sengsara dan dihiasnya
keadaan yang buruk, termasuk olok-olokkan-Nya kepada mereka pada hari kiamat adalah dengan diberikan-
Nya kepada mereka dan kepada kaum mukmin cahaya yang nampak, ketika kaum mukmin berjalan dengan
cahayanya, tiba-tiba cahaya mereka (kaum munafik) padam sehingga mereka dalam kegelapan lagi bingung.
Alangkah besarnya putus asa jika awalnya didahului oleh harapan yang berada di depan mata. Memang,
orang-orang munafik memperoleh manfa'at dari kekafiran yang mereka sembunyikan; darah dan harta
mereka selamat, demikian juga memperoleh keamanan, namun bisa saja maut datang menjemput sehingga
yang mereka peroleh hanyalah kegelapan kubur, kegelapan kufur, kegelapan nifak (kemunafikan) dan
kegelapan maksiat sesuai jenisnya, setelah itu adalah neraka dan neraka itulah tempat kembali yang paling
buruk.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 17-20: Allah membuat dua permisalan untuk orang-orang munafik, menerangkan
keadaan mereka, kebingungan dan kesesatan mereka
17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang-orang yang menyalakan api , setelah menerangi
sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat 47 .
18. Mereka tuli, bisu dan buta , sehingga mereka tidak dapat kembali (ke jalan yang benar),
19. Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan , petir dan
kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut
mati 50 . Allah meliputi orang-orang yang kafrr 51 .
45 Mereka membeli kekafiran dengan iman; membeli kesesatan dengan petunjuk, sehingga mereka tidak
memperoleh apa-apa, bahkan hanya memperoleh kerugian karena tidak mendapat petunjuk dan akan
membawanya kepada neraka, yang demikian itulah kerugian yang sesungguhnya. Jika seorang membeli uang
satu dirham dengan harga satu dinar atau mengeluarkan modal untuk usaha sejumlah sepuluh juta sisanya
tinggal satu juta tanpa keuntungan sudah dianggap rugi, lalu bagaimana dengan orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk, membeli kekafiran dengan keimanan dan membeli kesengsaraan dengan
kebahagiaan, alangkah ruginya perdagangan itu.
46 Orang-orang munafik itu tidak dapat mengambil manfaat dari petunjuk-petunjuk yang datang dari Allah,
karena sifat-sifat kemunafikkan yang bersemi dalam dada mereka. Keadaan mereka digambarkan Allah
seperti dalam ayat tersebut di atas.
47 Mereka terombang-ambing dalam gelapnya kesesatan namun mereka tidak sadar dan tidak ada harapan
lagi untuk keluar daripadanya tidak ubahnya seperti sebuah rombongan yang berada di malam yang gelap, di
mana salah seorang di antara mereka menyalakan api yang besar untuk penerangan dan menghangatkan
badan. Ketika api telah membesar dan menerangi sekelilingnya, saat itu juga api pun padam sehingga mereka
kebingungan tidak dapat melihat apa-apa dan tidak mengetahui jalan.
48 Walaupun pancaindera mereka sehat mereka dipandang tuli, bisu dan buta karena tidak dapat menerima
kebenaran. Oleh karena itu, mereka tidak dapat kembali kepada keimanan dan kebenaran yang telah mereka
tinggalkan dan mereka ganti dengan kesesatan. Berbeda dengan orang-orang yang meninggalkannya karena
tidak mengetahui, mereka ini lebih mudah kembali.
49 Kegelapan malam dan kegelapan awan.
50 Keadaan orang-orang munafik itu, ketika mendengar ayat-ayat yang mengandung peringatan adalah seperti
orang yang ditimpa hujan lebat dan petir. Mereka menyumbat telinganya karena tidak sanggup mendengar
peringatan-peringatan Al Qur'an itu.
51 Maksudnya pengetahuan dan kekuasaan Allah meliputi orang-orang kafir.
Abu Yahya Marwan bin Musa
14
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
20. Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka
berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya Dia menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka 52 . Sesungguhnya
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu 53 .
Ayat 21-22: Menetapkan keesaan Allah dan kekuasaan-Nya, serta wajibnya beribadah
kepada-Nya
21. Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum
kamu, agar kamu bertakwa 54 .
, - , i ? , ( $ . *,< i.f
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu 55 dan langit 56 sebagai atap, dan Dialah
yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-
buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi
Allah 57 , padahal kamu mengetahui 58 .
" Dalam ayat ini, Allah menakut-nakuti orang-orang munafik dengan azab di dunia agar mereka takut
sehingga berhenti dari melakukan keburukan dan berbuat nifak.
53 Sekiranya Allah tidak memberikan tangguh kepada mereka, tentu Allah akan menghilangkan pendengaran
dan penglihatan mereka, dan Dia Mahakuasa terhadapnya kapan saja waktunya, tidak ada sesuatu pun yang
menghalangi-Nya. Di ayat ini juga terdapat bantahan kepada kaum Qadariyyah (yang mengingkari taqdir)
yang mengatakan bahwa perbuatan mereka tidak di bawah kekuasaan Allah Ta'ala, padahal perbuatan
mereka termasuk yang berada di bawah kekuasaan-Nya.
54 Ayat ini merupakan seruan Allah kepada semua manusia agar beribadah kepada Allah yang mengurus
mereka dengan nikmat-nikmat-Nya dan agar mereka takut kepada-Nya serta tidak menyelisihi agama-Nya.
Dialah yang mengadakan mereka yang sebelumnya tidak ada, Dia pula yang mengadakan orang-orang
sebelum mereka. Ayat "agar kamu bertakwa" bisa maksudnya bahwa jika kita beribadah kepada Allah saja,
berarti kita telah menjaga diri dari kemurkaan dan siksa-Nya, bisa juga maksudnya bahwa jika kita beribadah
kepada Allah, kita dapat menjadi orang-orang yang bertakwa. Kedua maksud tersebut adalah benar, oleh
karena itu barangsiapa yang beribadah kepada Allah Ta'ala secara sempurna maka ia tergolong sebagai
orang-orang yang bertakwa, dan jika tergolong orang-orang yang bertakwa, maka ia akan memperoleh
keselamatan dari azab Allah dan kemurkaan-Nya.
55 Agar manusia dapat hidup dengan mudah di atasnya.
56 Langit atau dalam bahasa Arabnya disebut samaa' artinya semua yang ada di atas kita. Oleh karena itu,
ahli tafsir menafsirkan samaa' atau langit di sini dengan awan.
57 Ialah segala sesuatu yang disembah selain Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
58 Yakni mengetahui bahwa Dialah satu-satunya yang menciptakan dan memberikan rezeki. karena itu hanya
Dia sajalah yang berhak disembah, tidak selain-Nya. Ayat ini memerintahkan kita untuk beribadah kepada
Abu Yahya Marwan bin Musa
15
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 23-25: Menyebutkan kemukjizatan Al Qur'an, tantangan kepada kaum musyrikin
mengenai Al Qur'an, menetapkan kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam,
menerangkan balasan orang-orang kafir dan balasan untuk orang-orang mukmin
23. Dan jika kamu meragukan (Al Quran) 59 yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad) 60 , maka buatlah 61 satu surat yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
(jjfj Qi/^L) oUf ! Sjb^jfj \lf\ Liiyj jdT jllll I jjilil I yii: ^Jj I j)Jd£ ij O f ^
24. Jika kamu tidak mampu membuatnya dan pasti kamu tidak akan mampu 62 , maka takutlah kamu
akan api neraka 63 yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir 64 .
Allah Ta'ala saja dan meniadakan sesembahan selain Allah apa pun bentuknya sebagai cerminan dari kalimat
Laailaahaillallah. Dalam ayat ini terdapat tauhid Rububiyyah (pernyataan bahwa hanya Allah saja yang
menciptakan, mengatur, menguasai dan memberikan rezeki kepada alam semesta) dan uluhiyyah
(keberhakan-Nya diibadahi). Jika kita mengetahui bahwa hanya Dia yang menciptakan dan mengatur alam
semesta, maka hanya Dia pula yang berhak diibadahi; tidak selain-Nya.
59 Orang yang masih meragukan jika sebelumnya tidak mengenai yang hak, lalu diterangkan yang hak itu,
maka diharapkan mau mengikuti jika memang dalam hatinya ada niat mencari yang hak. Adapun orang yang
tetap menentang, yakni sudah mengetahui yang hak, namun malah ditinggalkannya, maka tidak mungkin
rujuk, demikian juga orang yang meragukannya dan niat untuk mencari yang hak tidak benar, pada
umumnya ia juga tidak mau mengikuti.
60 Jika kalian wahai orang-orang kafir tetap meragukan Al Qur'an yang diturunkan kepada Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam yang tidak mengenai tulis-baca dan kalian mengira bahwa ia bukan dati sisi
Allah. Disebut "hamba Kami" oleh Allah Ta'ala dalam ayat tersebut merupakan kedudukan besar bagi
Beliau.
61 Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran. Al Qur'an itu
tidak dapat ditiru walaupun hanya satu surat meskipun mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia
merupakan mukjizat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
62 Hal ini merupakan bukti kebenaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa yang dibawanya.
bagaimana mungkin makhluk yang diciptakan dari tanah (manusia) sanggup mengatakan perkataan yang
sama dengan perkataan Rabbul 'aalamin, apakah makhluk yang memiliki kekurangan dan fakir ini mampu
menandingi perkataan Zat yang memiliki kesempurnaan secara mutlak. Setiap orang yang memiliki rasa
bahasa dan pengetahuan tentang berbagai macam perkataan pasti akan mengetahui perbedaan yang nampak
ketika Al Qur'an ini dibandingkan dengan perkataan para ahli sastera.
63 Yaitu dengan beriman kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan ta'at kepada Allah Ta'ala. Api neraka
yang sudah disiapkan Allah Ta'ala untuk orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya bahan
bakarnya manusia dan batu, maka janganlah kamu kafir setelah jelas bagimu kebenarannya. Setelah itu, pada
ayat selanjutnya Allah Ta'ala menyebutkan balasan jika mereka mau beriman sebagaimana pada ayat
selanjutnya. Seperti inilah cara yang digunakan Al Qur'an, menggabung antara targhib (memberikan
dorongan) dan tarhib (menakut-nakuti) agar seorang hamba ketika berharap sambil bersikap cemas, dan
ketika takut sambil tetap berharap dan tidak berputus asa.
64 Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kafirlah yang kekal di neraka. Adapun orang yang beriman
(muslim) meskipun melakukan dosa besar, maka ia tidak kekal di neraka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
16
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
25. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat baik, bahwa
untuk mereka disediakan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai 65 . Setiap kali
mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, "Inilah rezeki yang pernah diberikan
kepada kami dahulu 66 ." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan di sana mereka (memperoleh)
pasangan-pasangan yang suci 67 . Mereka kekal di dalamnya 68 .
Ayat 26-27: Menyebutkan perumpamaan-perumpamaan dalam Al Qur'an dan hikmah-
hikmahnya, sikap manusia terhadapnya, dan bahwa dalam perumpamaan itu terdapat ujian
bagi hati dan jiwa manusia
65 Yakni berikanlah kabar gembira wahai Rasul dan orang yang menjadi pewarisnya (para ulama) kepada
orang-orang yang beriman dengan hatinya dan beramal shalih dengan anggota badannya, di mana mereka
membuktikan iman mereka dengan amal shalih, bahwa mereka akan memperoleh taman-taman yang indah,
dan di bawah istana yang tinggi serta pohon yang lebat ada sungai-sungai yang mengalir; ada sungai yang
berair tawar, sungai susu, sungai madu dan sungai khamr (arak) sebagaimana dalam surat Muhammad ayat
15; mereka bisa memancarkan dan mengarahkannya ke arah yang mereka kehendaki.
Amal yang baik disebut amal yang shalih, karena dengan amal shalih akan menjadi baik keadaan seorang
hamba, urusan agama dan dunianya, hidupnya di dunia dan akhiratnya dan hilang daripadanya keadaan yang
buruk sehingga ia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang shalih, dan cocok untuk tinggal di sisi Ar
Rahman di surga-Nya.
66 Setiap kali Allah memberikan rezeki berupa satu jenis buah-buahan yang nikmat, mereka berkata,
"Dahulu, Allah juga melimpahkan rezeki jenis ini." Ketika mereka memakannya, mereka merasakan sesuatu
yang baru dalam hal rasa dan lezatnya, meskipun buah-buahan itu mirip dengan sebelumnya di dunia baik
warna, nama dan nampak dari luarnya.
67 Suci dari semua kotoran hissiy (yang dapat dirasakan) seperti buang air kecil, buang air besar, ingus, riak,
haidh, dsb. demikian juga suci dari kotoran maknawi seperti dusta dan akhlak yang buruk.
68 Kenikmatan di surga itu adalah kenikmatan yang serba lengkap, baik jasmani maupun rohani, penghuninya
senantiasa memperoleh kenikmatan, mereka tidak mati di dalamnya dan tidak akan dikeluarkan. Dalam ayat
ini terdapat anjuran memberikan kabar gembira kepada kaum mukmin untuk mendorong mereka beramal
dengan menyebutkan balasan yang akan diperoleh, dengan begitu membuat mereka ringan dalam beramal
shalih. Kabar gembira yang paling besar bagi seseorang adalah diberi-Nya taufiq untuk beriman dan beramal
shalih, ia merupakan awal kabar gembira dan asalnya, setelahnya kabar gembira ketika meninggal dan
setelahnya lagi adalah masuk ke tempat yang penuh kenikmatan. Kita meminta kepada Allah agar kita semua
dimasukkan ke dalamnya, Allahumma aamiin.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
26. Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil
dari itu 69 . Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar
dari Tuhan mereka 70 , tetapi mereka yang kafir berkata 71 : "Apa maksud Allah dengan perumpamaan
ini? 72 ." Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan
itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan
(perumpamaan) itu kecuali orang-orang yang fasik 73 ,
^ * * < - * f _ Jtf<* *^f~* - X< " - j;^ , , * * „ „ &
27. (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu diteguhkan 74 , dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan 75 , dan membuat kerusakan di muka
bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.
69 Sebagai perumpamaan terhadap lemahnya berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah. Hal ini
seperti yang disebutkan dalam surat Al Hajj ayat 73; di dalamnya Allah menerangkan bahwa berhala-berhala
yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, Sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan di surat
Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Allah menggambarkan kelemahan berhala-berhala yang dijadikan
oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung seperti lemahnya sarang laba-laba.
Nampaknya ayat di atas sebagai jawaban terhadap orang yang mengingkari perumpamaan yang dibuat Allah
Ta'ala menggunakan makhluk-makhluk yang kecil seperti nyamuk, padahal bukan pada tempatnya
membantah hal tersebut, ia merupakan pengajaran Allah kepada hamba-hamba-Nya sekaligus sebagai
rahmat-Nya yang seharusnya diterima dan disyukuri. Bagi orang-orang yang beriman, ketika mereka
mengetahui hikmahnya bertambahlah ilmu dan iman mereka, kalau pun samar hikmahnya bagi mereka,
mereka mengetahui bahwa perumpamaan itu adalah hak (benar), isinya hak meskipun secara rincinya
mereka tidak mengetahui, karena mereka yakin bahwa Allah tidaklah membuat perumpamaan main-main,
bahkan karena ada hikmah yang dalam di balik itu.
70 Mereka mengetahui hikmah Allah Ta'ala membuat perumpamaan dengan makhluk-Nya yang kecil
maupun yang besar.
71 Sambil membantah dan mengolok-olok.
72 Mereka tidak bisa memahami perumpamaan itu.
73 Perumpamaan yang dibuatkan oleh Allah Ta'ala itu merupakakan ujian untuk membedakan siapa yang
mukmin dan siapa yang kafir. Oleh karena itu, dengan perumpamaan itu ada yang disesatkan Allah karena
olok-olokkan yang mereka lakukan dan ada juga yang ditambahkan oleh-Nya iman dan hidayah dari-Nya.
Disesatkan Allah berarti bahwa orang itu sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-
petunjuk Allah. Allah tidaklah menzhalimi seorang pun, karena tidak ada yang dijauhkan dari yang hak
kecuali karena perbuatannya yang keluar dari keta'atan kepada-Nya dan karena mereka tidak cocok
memperoleh hidayah-Nya sesuai kebijaksanaan-Nya
74 Padahal mereka telah berjanji untuk mentauhidkan Allah Ta'ala dan menta'ati-Nya serta beribadah
kepada-Nya sebagai amanah yang dibebankan kepada mereka ketika langit, bumi dan gunung enggan
memikulnya karena khawatir tidak bisa melaksanakan, diperkuat lagi dengan diutusnya para rasul dan
diturunkan kitab-kitab agar mereka mau memenuhi amanah itu. Di samping itu, mereka juga melanggar
ajaran Allah seperti dengan memutuskan tali silaturrahim dan menyebarkan kerusakan di muka bumi,
mereka itulah orang-orang yang rugi di dunia dan akhirat.
75 Ada yang menafsirkan sebagai menyambung tali silaturrahim dan ada yang menafsirkan lebih luas lagi,
yaitu memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disampaikan berupa hak-hak. Kepada Allah Ta'ala,
seperti dengan beriman dan beribadah kepada-Nya. Kepada rasul-Nya, seperti dengan beriman kepadanya,
mencintainya, membelanya dan memenuhi hak-haknya. Demikian juga termasuk ke dalamnya memenuhi
hak orang tua, kerabat dan orang lain.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 28-29: Menetapkan kekuasaan Allah dalam membangkitkan, bukti-bukti kekuasaan-
Nya, kekuasaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi, dan bahwa Dia Maha Mengetahui
segala sesuatu
28. Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Dia menghidupkan
kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali, kemudian kepada-
Nya-lah kamu dikembalikan? 76
29. Dia-lah (Allah) yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untukmu , kemudian Dia menuju
ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu 78 .
Ayat 30-33: Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kisah manusia pertama yaitu Adam
'alaihis salam, penciptaannya dan bagaimana Dia mengistimewakannya dengan khilafah dan
ilmu
30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di bumi 80 ." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan
76 Pertanyaan di sini maksudnya adalah ta'ajjub (menunjukkan keanehan), taubikh (mencela) dan
mengingkari. Yakni bagaimana kamu wahai orang-orang musyrikin bisa ingkar kepada keesaan Allah, kamu
menyekutukan-Nya dengan sesuatu padahal ada bukti yang nyata terhadap keesaan-Nya pada diri kamu.
Bukankah kamu dahulu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, lalu Dia mematikan kamu setelah tiba ajalmu
dan akan membangkitkan kamu lagi dan kepada-Nya kamu dikembalikan untuk dihisab dan diberikan
balasan terhadap amalmu selama di dunia. Di samping itu, kamu semua berada di bawah kekuasaan-Nya,
lalu apakah pantas kamu ingkar kepada-Nya, bukankah yang demikian merupakan kebodohan yang sangat,
bahkan yang sepatutnya kamu lakukan adalah beriman kepada-Nya, bertakwa dan bersyukur, takut terhadap
azab-Nya dan berharap pahala-Nya.
77 Untuk kamu manfa'atkan, untuk dipakai bersenang-senang dan untuk diambil pelajaran. Dalam ayat ini
diambil sebuah ka'idah fiqh bahwa Al Ashlu til asyaaa'il ibaahah wath thahaarah (asal pada segala sesuatu itu
boleh dan suci), karena ayat di atas menerangkan bahwa itu semua merupakan pemberian Allah kepada kita,
tidak termasuk ke dalamnya hal-hal yang kotor. Dia menciptakan semua yang ada di bumi untuk kita
manfa'atkan, oleh karena itu jika ada bahaya di sana tidak termasuk bagiannya, dan termasuk sempurnanya
nikmat Allah kepada kita adalah dengan dilarang-Nya juga sesuatu yang kotor dan membahayakan.
78 Sering sekali disebutkan Allah Maha Mengetahui setelah menerangkan penciptaan-Nya, karena
penciptaan-Nya menunjukkan ilmu-Nya, hikmah dan kekuasaan-Nya.
79 Demikian pula ingatkanlah kepada yang lain.
80 Makhluk yang akan mengelola bumi dan memberlakukan perintah-perintah Allah di sana, yaitu manusia
di mana sebagiannya akan digantikan oleh yang lain.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
orang yang merusak 81 dan menumpahkan darah di sana 82 , sedangkan kami bertasbih memuji-Mu
dan menyucikan nama-Mu?" 83 Dia berfirman, "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui 84 ."
31. Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan
kepada para malaikat 85 seraya berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama (semua) benda ini jika
kamu yang benar!" 86
32. Mereka menjawab, "Mahasuci Engkau 87 , tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah
Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana 88 ."
81 Dengan berbuat maksiat.
82 Ini adalah perkiraan para malaikat.
83 Maksud ayat di atas adalah bahwa para malaikat meminta diberitahukan hikmah di balik penciptaan
mereka, padahal makhluk tesebut menurut perkiraan mereka akan mengadakan kerusakan di muka bumi dan
menumpahkan darah, sedangkan mereka selalu ta'at kepada-Nya, bertasbih dengan memuji-Nya dan
mengagungkan-Nya dengan semua sifat sempurna dan sifat kebesaran. Kata-kata "nuqaddisu laka" (lihat
ayat di atas) memiliki dua makna: pertama, berarti "kami menyucikan-Mu karena-Mu" lam di ayat tersebut
menunjukkan takhshis (pengkhususan kepada Allah saja) dan menunjukkan ikhlas (karena Allah) . Kedua,
berarti "Kami menyucikan diri kami dari akhlak buruk karena-Mu dan kami isi dengan akhlak mulia seperti
cinta kepada-Mu, takut dan mengagungkan-Mu".
84 Berupa hikmah yang dalam pada penciptaan mereka. Karena ucapan para malaikat itu sebatas perkiraan
mereka, sedangkan Allah Ta'ala mengetahui yang nampak maupun yang tersembunyi. Bahkan kebaikan yang
muncul dari mereka lebih banyak daripada keburukan, dengan diciptakan-Nya mereka dipilih-Nya siapa di
antara mereka yang menjadi para nabi, para shiddiqin, para syuhada dan orang-orang shalih dan agar ayat-
ayat-Nya nampak jelas bagi makhluk-Nya serta dapat dilakukan ibadah yang tidak bisa dilakukan selain oleh
kalangan manusia seperti jihad dan lainnya, diuji-Nya mereka (manusia) akankah mereka mau ta'at kepada-
Nya dengan kecenderungan yang ada dalam diri mereka ke arah kebaikan dan keburukan, demikian juga
agar semakin jelas mana wali-Nya dan mana musuh-Nya, siapa yang berhak menempati surga-Nya dan siapa
yang berhak menempati neraka-Nya, agar nampak jelas karunia dan keadilan-Nya, dan agar kelihatan jelas
apa yang disembunyikan oleh Iblis berupa keburukan serta hikmah-hikmah lainnya.
85 Untuk mengetest mereka.
86 Di sini Allah Ta'ala membuktikan kelebihan Adam 'alaihis salam dalam hal ilmu, Allah mengajarkan
kepadanya nama-nama benda semuanya lalu diperlihatkan-Nya kepada para malaikat sambil berfinnan:
"Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama benda yang ada ini jika kamu memang benar", yakni memang benar
lebih layak menjadi khalifah di muka bumi daripada Adam dan keturunannya.
87 Dari sikap kami yang berani berbicara terhadap ucapan-Mu dan menyelisihi perintah-Mu.
88 Hikmah atau bijaksana artinya adalah tepat, yakni menempatkan sesuatu pada posisi yang layak. Dari ayat
ini dapat diambil kesimpulan bahwa jika samar bagi seorang hamba hikmah Allah menciptakan sesuatu atau
memerintahkan sesuatu, maka kewajibannya adalah tunduk dan menerima.
X
Abu Yahya Marwan bin Musa
20
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
33. Allah berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu 89 ." Setelah dia
(Adam) menyebutkan nama-namanya, Allah berfirman: "Bukankah sudah Aku katakan kepadamu,
bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi 90 dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan
dan apa yang kamu sembunyikan?"
Ayat 34-39: Menerangkan kisah sujudnya malaikat kepada Adam 'alaihis salam dan sikap
Iblis terhadapnya
34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah 91 kamu kepada Adam!"
Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk
golongan yang kafrr 92 .
35. Dan Kami berfirman, "Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, dan
makanlah dengan nikmat (berbagai) makanan yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu
dekati pohon ini 93 , nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.
36. Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala
kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga) 95 . Kami berfirman, "Turunlah kamu! sebagian kamu
89 Yakni nama-nama benda yang mereka tidak mengetahuinya. Setelah Adam memberitahukannya, Allah
Ta'ala menegaskan bahwa Dirinya lebih mengetahui hal yang samar bagi mereka baik di langit maupun di
bumi dan Dia mengetahui apa yang mereka nyatakan dan apa yang mereka sembunyikan.
90 Rahasia atau ghaib adalah yang tidak kita ketahui dan tidak dapat kita saksikan. Jika Allah Ta'ala
mengetahui yang rahasia, apalagi yang nampak atau kelihatan.
91 Sebagai pemuliaan Allah kepada Adam 'alaihis salam. Sujud di sini adalah sujud penghormatan kepada
Adam, bukan sebagai sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-
mata kepada Allah Ta'ala.
92 Iblis enggan untuk sujud karena sombong dan dengki, sehingga ia termasuk golongan yang ingkar kepada
Allah dan durhaka kepada perintah-Nya.
93 Pohon yang dilarang Allah mendekatinya tidak dapat dipastikan namanya, sebab Al Quran dan As Sunnah
tidak menerangkannya. Mendekati pohon itu bagi Adam dan Hawa merupakan kemaksiatan sehingga mereka
akan tergolong orang-orang yang melanggar perintah Allah. Allah Ta'ala melarang memakan pohon itu
sebagai ujian atau karena hikmah yang kita tidak mengetahuinya.
94 Adam dan Hawa dengan tipu daya dan bisikan setan akhirnya memakan buah pohon yang dilarang itu,
yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga. yang dimaksud dengan setan di sini ialah iblis yang disebut
dalam surat Al Baqarah ayat 34 di atas.
95 Maksud Keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga.
Abu Yahya Marwan bin Musa
21
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
menjadi musuh bagi yang lain 96 , dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai
waktu yang ditentukan 97 ."
37. Kemudian Adam menerima beberapa kalimat 98 dari Tuhannya, lalu Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat" lagi Maha Penyayang.
bj^J^""!*-* jUp£ $1 (^IJLA ^j-fti (_^JL* ^ ^SC^jIj i^li iLis l^L Ij^.Vf Ilia
38. Kami berfirman, "Turunlah kamu semua dari surga itu! kemudian jika datang petunjuk-Ku 100
kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku 101 , tidak ada kekhawatiran atas
mereka 102 , dan mereka tidak bersedih hati 103 ".
^jlbj-dii"- tpS ^-A j\lf\ Hxijli) IjJJ^j Ij^^Oi^J
39. Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni
neraka 104 . Mereka kekal di dalamnya. 105
96 Yakni Adam dan keturunannya menjadi musuh bagi Iblis dan keturunannya, dan sudah menjadi maklum
bagi yang namanya musuh tentu akan berusaha sekuat tenaga menimpakan madharat kepada musuhnya,
mendatangkan keburukan dengan berbagai cara dan menghalanginya dari memperoleh kebaikan. Dalam ayat
tersebut terdapat peringatan Allah Ta'ala kepada bani Adam agar waspada terhadap setan.
97 Ayat ini menerangkan bahwa dunia yang kita tempati ini bukanlah tempat tinggal yang sesungguhnya dan
bahwa kita hidup di dunia hanya sementara sebagai ladang beramal menuju akhirat.
98 Tentang beberapa kalimat (ajaran-ajaran) dari Allah yang diterima oleh Adam sebagian ahli tafsir
mengartikannya dengan kata-kata untuk bertobat, yaitu ucapan "Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa...dst (lih.
Surat Al Araaf: 23)
99 Tobat dari-Nya ada dua; diberi-Nya taufiq (dorongan) untuk bertobat dan diterima-Nya tobat seseorang
ketika telah terpenuhi syarat-syaratnya. Diberi-Nya taufiq untuk bertobat termasuk kasih sayang-Nya
sebagaimana diajarkan-Nya kepada Adam kalimat untuk bertobat.
100 Dari rasul dan kitab yang dibawanya kepada kamu wahai jin dan manusia.
101 Yaitu dengan beriman kepada rasul tersebut dan kitab yang dibawanya serta menjadikannya sebagai
petunjuk; dengan membenarkan berita yang mereka sampaikan dan yang tercantum dalam kitab-kitab itu
serta mengikuti perintah yang ada dan menjauhi larangannya.
102 Terhadap hal yang akan datang dari perkara akhirat.
103 Terhadap hal yang telah luput dari perkara dunia.
Khawatir itu terjadi karena sesuatu yang tidak disukainya bisa menimpanya di masa mendatang, sedangkan
kesedihan terjadi karena sesuatu yang tidak disukai telah menimpa di masa lalu. Di dalam ayat ini, Allah
Ta'ala menghilangkan kedua hal tersebut menunjukkan bahwa mereka akan memperoleh keamanan yang
sempurna. Di dalam ayat lain, yaitu surat Thaahaa ayat 23 diterangkan bahwa orang yang mau mengikuti
petunjuk Allah, maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka, yakni menunjukkan ia akan memperoleh
petunjuk (lawan sesat) dan akan memperoleh kebahagiaan (lawan celaka). Dengan demikian, orang yang
mau mengikuti petunjuk Allah akan memperoleh kemananan, petunjuk dan kebahagiaan di dunia dan akhirat
-nas'alullah an yaj'alanaa minhum-.
104 Dalam ayat tersebut digunakan lafaz "as-haab" jamak dari kata shaahib yang artinya "kawan", yakni
mereka itu kawan-kawan neraka yang selalu bersama dengannya sebagaimana bersamanya seseorang dengan
kawannya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
22
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 40-48: Membicarakan tentang Bani Israil, peringatan Allah kepada Bani Israil, nikmat-
nikmat yang Allah berikan kepada mereka, ajakan Allah kepada mereka agar beriman
kepada risalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, pengingatan Allah kepada
mereka terhadap hari Kiamat; hari dimana harta dan anak tidak lagi bermanfaat, serta
beberapa perintah dan larangan Allah kepada Bani Israil
40. Wahai Bani Israil 106 , ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu 107 , dan penuhilah
janjimu kepada-Ku 108 , niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu 109 , dan takutlah kepada-Ku saja.
41. Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran) 110 yang membenarkan
apa yang ada padamu (Taurat) 111 , dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir
105 Ayat 38 dan 39 menunjukkan bahwa manusia dan jin terbagi dua ada yang berbahagia dan ada yang
celaka, di masing-masing ayat tersebut disebutkan sifat golongan yang berbahagia dan golongan yang celaka
serta amalan yang menjadi sebabnya, demikian juga menunjukkan bahwa jin dan manusia sama dalam hal
pahala dan siksa serta dalam hal kewajiban menjalankan perintah dan menjauhi larangan.
106 Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah keturunan Nabi Ya'qub; sekarang terkenal
dengan bangsa Yahudi.
107 Mencakup semua nikmat yang diberikan Allah kepada mereka, sebagian nikmat tersebut akan disebutkan
dalam surat ini (lihat ayat 49 dan ayat-ayat setelahnya). Tujuan mengingatnya adalah agar mereka mengakui
nikmat tersebut, memujinya dengan lisan dan menggunakan anggota badannya untuk mengerjakan perbuatan
yang dicintai Allah dan diridhai-Nya.
108 Janji Bani Israil kepada Allah ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada rasul-rasul-Nya di antaranya Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam serta menegakkan syari'at-Nya sebagaimana yang disebutkan di dalam Taurat.
109 Janji Allah kepada mereka adalah seperti yang disebutkan dalam surat Al Maa'idah: 12, yang artinya:
"Dan sesungguhnya Allah telah mengambil Perjanjian (dari) Bani Israil dan telah Kami angkat di antara
mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman: "Aku bersama kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan
shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu
pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti Aku akan menutupi dosa-dosamu, dan pasti akan Aku
masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahya sungai-sungai. Tetapi barang siapa kafir di antaramu
setelah itu, maka sesungguhnya ia telah tersesat darijalan yang lurus. "
110 Hal ini menghendaki juga beriman kepada orang yang diturunkan kepadanya Al Qur'an, yaitu Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
111 Sesuai dengan kitab Taurat yang ada pada mereka dan tidak menyelisihi sehingga tidak ada lagi
penghalang bagi mereka untuk beriman kepadanya, karena ia datang dengan membawa hal yang sama
dengan dibawa para rasul. Oleh karena itu, jika mereka mendustakan kitab Al Qur'an, maka sama saja
mereka mendustakan kitab Taurat dan kitab-kitab yang lain. Mereka (Bani Isra'il) adalah orang yang lebih
patut beriman dan membenarkannya, karena mereka ahlul kitab dan memiliki pengetahuan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
23
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kepadanya 112 . Janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah 113 , dan bertakwalah
hanya kepada-Ku 1 4 .
42. Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan 115 dan janganlah kamu
sembunyikan kebenaran 116 , sedangkan kamu mengetahuinya.
43. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat 117 , dan ruku'lah beserta orang yang ruku' 118 .
44. Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan
dirimu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti? 119
112 Yakni kepada Al Qur'an dan kepada Rasul-Nya. Kata-kata "pertama kafir kepadanya" lebih dalam
daripada kata-kata "janganlah kamu kafir kepadanya", karena kata-kata tersebut menunjukkan kesegeraan
mereka untuk kafir padahal tidak patut bagi mereka, dan mereka akan memperoleh dosa mereka serta dosa
orang yang mengikuti mereka setelahnya.
113 Perhiasan dunia yang akan lenyap. Inilah sebab yang menghalangi mereka untuk beriman, yaitu karena
lebih memilih dan melebihkan perhiasan dunia di atas kebahagiaan selama-lamanya -na'uuudzu billahi min
dzaalik-. Mereka lebih memilih jabatan dan harta daripada beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
1 14 Yang menghendaki untuk mengedepankan iman daripada perhiasan dunia.
115 Karena yang diharapkan dari orang yang memiliki pengetahuan adalah menerangkan yang hak dan
membedakannya dari yang batil serta menampakkan yang hak itu agar orang-orang yang mencari petunjuk
dapat memperolehnya, orang-orang yang tersesat dapat kembali dan tegaknya hujjah terhadap orang-orang
yang tetap menyelisihi. Oleh karena itu, siapa saja ahli ilmu yang menerangkan kebenaran dan tidak
mencampuradukkan dengan yang batil, maka dia termasuk para pewaris rasul dan penggantinya serta
pemberi petunjuk kepada ummat. Jika sebaliknya, maka ia termasuk du'at ke arah jahannam.
116 Di antara yang mereka sembunyikan itu ialah: Allah akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail
yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, Yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam.
117 Dalam shalat dan zakat terdapat ikhlas kepada Allah dan berbuat ihsan terhadap hamba-hamba Allah.
Pada shalat dan zakat terdapat ibadah hati, badan dan harta.
118 Ayat ini bisa maksudnya memerintahkan orang-orang Yahudi untuk masuk ke dalam Islam dengan
mengerjakan shalat secara benar dan menunaikan zakat sehingga mereka tergolong orang-orang yang ruku',
yakni tergolong ummat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada juga yang menafsirkan ayat "dan
ruku'lah beserta orang yang ruku'" adalah perintah mengerjakan shalat berjama'ah dan ada pula yang
mengartikan: tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama orang-orang yang tunduk. Sebagian ulama
berdalil dengan ayat ini untuk menerangkan wajibnya shalat berjama'ah, yaitu dari ayat "dan ruku'lah
beserta orang yang ruku'", yakni shalatlah beserta orang yang shalat. Disebutnya shalat dengan ruku'
menunjukkan bahwa ruku' merupakan rukun shalat, dan tidak dinamakan shalat jika tidak ada ruku'nya.
Disebutkan bagian dari gerakan shalat, yaitu ruku' untuk shalat menunjukkan wajibnya ruku'.
119 Yakni alangkah buruknya keadaan kamu mendorong orang lain mengerjakan kebaikan, namun kamu
malah melupakan dirimu untuk memperoleh kebaikan yang besar yaitu Islam, padahal kamu membaca kitab
Taurat yang di sana diterangkan sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kewajiban beriman
kepadanya. Tidakkkah kamu menggunakan akal sehatmu?!
Ayat ini meskipun turun berkenaan tentang ulama bani Isra'il, namun ia umum kepada setiap orang yang
menyuruh orang lain berbuat baik namun ia melupakan dirinya ibarat sebuah lilin yang menerangi orang
lain, namun dirinya habis terbakar. Di dalam hadits disebutkan:
Abu Yahya Marwan bin Musa
24
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
45. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu 120 . Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu' 121 ,
46. (yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya 122 .
47. Wahai Bani Israil! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu 123 , dan Aku telah
melebihkan kamu di atas semua umat (pada masa itu) 124 .
48. Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun.
Sedangkan syafa'at 125 dan tebusan apa pun darinya tidak diterima 126 dan mereka tidak akan
ditolong 127 .
"Perumpamaan orang yang mengajar kebaikan kepada manusia, namun ia melupakan dirinya
sendiri adalah seperti sebuah sumbu, ia menerangi manusia sedangkan dirinya sendiri terbakar."
(HR. Thabrani dari Abu Barzah dan Jundab, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jaami' no.
5837)
120 Yakni jadikanlah sabar dengan semua macamnya dan shalat sebagai penolongmu untuk mengatasi semua
masalah. Sabar itu ada beberapa macam, yaitu: 1) sabar dalam menjalankan keta'atan kepada Allah, 2) sabar
dalam menjauhi larangan Allah, dan 3) sabar terhadap taqdir Allah dengan tidak berkeluh-kesah.
121 Bagi mereka yang khusyu', memiliki rasa takut kepada Allah, berharap apa yang ada di sisi-Nya dan rasa
cinta kepada-Nya mengerjakan shalat itu ringan. Karena hal tersebut (khusyu', rasa takut dan harap)
menghendaki untuk mengerjakannya dengan lapang dada dan senang. Berbeda dengan yang tidak
memilikinya, mengerjakan shalat menjadi hal yang sangat berat meskipun hanya sebentar. Khusyu' artinya
tunduknya hati, tenang dan tenteramnya kepada Allah Ta'ala, memasrahkan diri kepada-Nya dengan
menghinakan diri, menampakkan rasa butuh serta beriman kepada Allah dan kepada pertemuan dengan-Nya.
122 Mereka yakin akan bertemu dengan Tuhannya setelah mati dan akan kembali kepada-Nya pada hari
kiamat untuk dihisab dan menerima pembalasan terhadap amal. Semua rasa inilah yang membuat mereka
merasa ringan menjalankan ibadah, membuat mereka tetap terhibur ketika mendapatkan musibah,
meringankan derita mereka dan mencegah diri mereka dari berbuat maksiat.
123 Yang mengharuskan untuk bersyukur kepada-Nya, bukan malah mengkufurinya.
124 Bani Israil yang telah diberi rahmat oleh Allah dan dilebihkannya dari segala ummat ialah nenek moyang
mereka yang berada di masa Nabi Musa alaihis salam. Termasuk kelebihan yang diberikan Allah Ta'ala
kepada mereka adalah banyaknya para nabi dari kalangan mereka serta diturunkan-Nya kitab-kitab kepada
mereka seperti Taurat dan Injil.
125 Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau mengelakkan sesuatu
mudharat bagi orang lain, syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.
126 Meskipun dengan harta yang ada di bumi semuanya. Ayat di atas semakna dengan ayat berikut:
Abu Yahya Marwan bin Musa
25
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 49-57: Membicarakan secara rinci nikmat-nikmat Allah kepada Bani Israil, dimulai
dari kisah Nabi Musa 'alaihis salam dan selamatnya Beliau dari Fir'au, pemaafan dari Allah
'Azza wa Jalla terhadap penyembahan Bani Israil kepada patung anak sapi, dihidupkan-Nya
mereka setelah disambar halilintar serta diberi-Nya nikmat Al Mann & As Salwa
49. Dan (ingatlah nikmat Kami) 128 ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-
pengikut Fir'aun 129 . Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka
menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu 130 . Pada yang
demikian itu terdapat cobaan 131 yang besar dari Tuhanmu 132 .
50. Dan (ingatlah nikmat Kami), ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami
selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun sedangkan kamu
menyaksikan 133 .
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kekafirannya, maka tidaklah diterima dari
seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (sebanyak) itu.
bagi mereka itulah siksa yang pedih dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong. " (AH Imran: 91)
127 Tidak ada seorang pun yang berani maju untuk menolong mereka dan menyelamatkan mereka dari azab.
Ayat di atas menyuruh kita untuk tidak bergantung kepada makhluk, karena mereka sama sekali tidak
memiliki dan tidak berkuasa apa-apa meskipun seberat dzarrah pada hari kiamat, dan agar kita bergantung
kepada Allah, karena Dia yang mampu mendatangkan manfa'at dan menolak madharat. Oleh karena itu,
hendaknya kita beribadah kepada-Nya dan meminta-Nya pertolongan dalam beribadah.
128 Di ayat ini dan setelahnya menyebutkan nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada bani Israil.
129 Fir'aun adalah gelar bagi raja-raja Mesir pada masa lalu. Menurut sejarah, Fir'aun pada masa Nabi Musa
'alaihis salam ialah Menepthan (1232-1224 SM) anak Ramses.
130 Untuk dijadikan pelayan dan pekerja keras.
131 Di antara ulama ada yang menafsirkan kata "balaa" dengan ihsan atau nikmat, sehingga maksud "wa hi
dzaalikum" (pada yang demikian itu) kembalinya bukan kepada siksaan yang ditimpakan Fir'aun, tetapi
kepada "penyelamatan Allah kepada mereka dari cengkeraman Fir'aun", yakni diselamatkannya kamu dari
cengkeraman Fir'aun adalah nikmat yang besar dari Tuhanmu
132 Oleh karena itu, diselamatkan-Nya mereka dari cengkeraman Fir'aun merupakan nikmat yang besar, yang
mengharuskan disyukuri sepanjang masa oleh mereka dan oleh generasi setelah mereka. Di antara tanda
bersyukur adalah dengan mengikuti seruan-Nya; beriman kepada kitab-Nya yaitu Al Qur'an dan beriman
kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
133 Waktu Nabi Musa alaihis salam membawa Bani Israil ke luar dari negeri Mesir menuju Palestina dan
dikejar oleh Fir'aun, mereka harus melalui laut merah sebelah Utara. Maka Allah memerintahkan kepada
Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. perintah itu dilaksanakan oleh Musa hingga terbelahlah laut itu
dan terbentanglah jalan raya di tengah-tengahnya dan Musa melalui jalan itu sampai selamatlah ia dan
kaumnya ke seberang. Sedangkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya melalui jalan itu pula, tetapi di waktu
mereka berada di tengah-tengah laut, kembalilah laut itu sebagaimana biasa, lalu tenggelamlah mereka,
sedangkan Bani Israil menyaksikan peristiwa tenggelamnya Fir'aun, sehingga hati mereka lega. Ini semua
merupakan nikmat Allah kepada mereka yang patut mereka syukuri.
Abu Yahya Marwan bin Musa
26
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1
51. Dan (ingatlah), ketika Kami menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat
puluh malam 134 , kemudian kamu menjadikan (patung) anak sapi 135 (sebagai sembahan) setelah
(kepergian)nya, dan kamu (menjadi) orang yang zalim 136 .
0 $]>J£> ^xLsJ dJJ'i wbu j^XiP ly^p p
52. Kemudian Kami memaafkan kamu setelah itu, agar kamu bersyukur.
53. Dan (ingatlah nikmat Kami), ketika Kami memberikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan
Furqan 137 , agar kamu memperoleh petunjuk.
^ JL^^T 3-* ^! FS-^ j*^ 1 ^
54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan), karena
itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu 138 . Itu lebih baik bagimu di sisi
Penciptamu 1
Penyayang.'
^f^OjjJ^^lj ^-a^aJl ^ji^li 5^>- 4JJI ^^dU^jj^ ^j^ij^ii ijj
55. Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, "Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu 140
sebelum kami melihat Allah dengan jelas 141 , maka halilintar menyambarmu 142 , sedang kamu
Suatu tenggang waktu yang dijanjikan Allah untuk menerima petunjuk (Taurat), tetapi umat Nabi Musa
'alaihis salam tidak sabar menunggunya, sehingga mereka menyembah patung anak sapi yang dibuat oleh
Samiri.
135 Anak sapi itu dibuat mereka dari emas untuk disembah.
136 Karena menyembah selain Allah.
137 Keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah
138 Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah patung anak sapi itu
membunuh orang yang menyembahnya. Ada yang mengartikan: orang yang menyembah patung anak sapi
itu saling bunuh-membunuh, dan ada juga yang mengartikan: mereka disuruh membunuh diri mereka
masing-masing untuk bertobat.
139 Daripada kekal di neraka selama-lamanya karena perbuatan syirk.
140 Mereka tidak percaya bahwa perkataan yang disampaikan Musa dari Allah adalah firman Allah Ta'ala.
141 Maksudnya: melihat Allah dengan mata kepala.
142 Yang menjadikan mereka mati atau pingsan disebabkan dosa mereka itu dan lancangnya mereka terhadap
Allah Ta'ala, karena permintaan semacam ini menunjukkan keingkaran dan ketakaburan mereka, sebab itu
mereka disambar halilintar sebagai hukuman dari Allah.
143 Kejadian itu disaksikan oleh mereka, di mana masing-masing mereka melihat kepada kawannya yang
terkena sambaran itu.
Abu Yahya Marwan bin Musa
27
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
56. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati 144 , supaya kamu bersyukur.
liij-ftJJs> Llj ^xilij_3 o«4^ (jx? 'j^ c£^JLMj Cr*-" ^Lp'j (*-^=^^ Uills>j
57. Dan Kami menaungi kamu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu "mann" dan
"salwa" 145 . Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu.
Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri 146 .
Ayat 58-62: Membicarakan lebih lanjut tentang Bani Israil, menyingkap keadaan mereka
kepada kaum muslimin, sejarah mereka yang kelam, dan isi hati mereka yang penuh dengan
keburukan, perkara kotor dan rencana jahat terhadap kaum mukmin, dan menyebutkan
pembalasan terhadap sikap dan perbuatan mereka, serta balasan bagi orang yang beriman
58. Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman, "Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis), maka makanlah
dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil
bersujud 147 , dan katakanlah, "Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami), "niscaya Kami ampuni
kesalahan-kesalahanmu, dan Kami akan menambah (karunia) 148 bagi orang-orang yang berbuat
kebaikan".
144 Yang dimaksud dengan mati di sini menurut sebagian mufassirin ialah mati yang sebenamya akibat
sambaran halilintar, sedangkan yang lain menafsirkan dengan pingsan.
145 Di antara sekian banyak nikmat Allah kepada mereka ialah mereka dinaungi awan di waktu berjalan di
bawah panas terik matahari dan padang pasir yang luas, bahkan memperoleh rezeki berupa mann dan salwa.
Manna ialah makanan manis dan lengket seperti madu. Salwa ialah burung sebangsa puyuh. Ada juga yang
mengartikan bahwa "Mann" adalah setiap rezeki yang baik yang diperoleh tanpa susah payah. Namun
sayang, nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada mereka bukan mereka syukuri, bahkan malah mereka
kufuri, mereka banyak melakukan dosa sehingga hati mereka mengeras seperti batu.
146 Ketika mereka melanggar ajaran agama dan mengkufuri nikmat, sebenarnya mereka tidak menzalimi
Allah, bahkan mereka menzalimi diri mereka sendiri, karena kezaliman yang mereka lakukan kembalinya
kepada mereka juga.
147 Ini termasuk nikmat Allah kepada mereka. Setelah mereka berbuat maksiat kepada-Nya, Allah
memerintahkan mereka masuk ke sebuah negeri yang di sana terdapat kemuliaan bagi mereka dan bisa
mereka jadikan sebagai tempat tinggal, di samping mereka akan memperoleh rezeki yang banyak. Ketika
mereka hendak masuk ke negeri itu, mereka diperintahkan untuk masuk sambil menundukkan diri kepada
Allah Azza wa Jalla dengan bersujud dan mengucapkan kata-kata yang disebutkan pada ayat di atas.
Allah Ta'ala akan menambahkan karunia, balasan kebaikan di dunia dan akhirat, kebaikan dan pahala.
Abu Yahya Marwan bin Musa
28
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
59. Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak
diperintahkan kepada mereka 149 . Maka Kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang
yang zalim itu, karena mereka (selalu) berbuat fasik 150 .
60. Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya 151 , lalu Kami berfirman, "Pukullah
batu itu dengan tongkatmu!" Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah
mengetahui tempat minumnya (masing-masing) 152 . Makan dan minumlah dari rezeki (yang
diberikan) Allah 153 , dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata 154 , "Wahai Musa! kami tidak tahan hanya (makan) dengan
satu macam makanan saja, maka mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia memberi
kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti: sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas dan
bawang merah." Dia (Musa) menjawab, "Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti
dari sesuatu yang baik? 155 Pergilah ke suatu kota, pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu
minta." Kemudian mereka ditimpa kenistaan 156 dan kemiskinan 157 , dan mereka (kembali) mendapat
149 Mereka rubah kata-kata dan perbuatan yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tidak menundukkan
diri, tetapi malah membalikkan bokong mereka ke depan. Mereka tidak mengucapkan "Bebaskanlah kami
dari dosa-dosa", bahkan malah mengatakan "sebutir biji dalam sebuah gandum", mempermainkan agama
Allah.
150 Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan azab dari langit karena mereka selalu berbuat fasik; tidak mau
menuruti perintah Allah Azza wa Jalla.
151 Saat mereka kehausan.
152 Sesuai jumlah suku Bani Israil sebagaimana tersebut dalam surat Al Araaf ayat 160 dengan diberitahukan
di mana tempat masing-masingnya agar mereka tidak bertengkar.
153 Rezeki itu diberikan Allah Ta'ala kepada mereka tanpa kerja keras dan susah payah.
154 Dengan sikap bosan dan menganggap rendah tanda tidak bersyukur.
155 Yakni, "Apakah mereka masih mencari makanan yang lebih rendah nilainya dan meninggalkan rezeki
bermanfa'at yang telah dipilihkan Allah Ta'ala untuk mereka?!."
156 Kehinaan yang nampak pada zhahir (lahiriah) mereka.
157 Karena lebih mengedepankan hawa nafsu daripada apa yang telah dipilihkan Allah Subhaanahu wa
Ta'aala untuk mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kemurkaan dari Allah 158 . Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah 159 dan
membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan
melampaui batas 160 .
J^i-j j>-Sf1 cr*\> ^Cl^r^'j Ij-iL* ^L>i^j \J^\* oiujl oj
62. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-
orang Shabiin 161 , siapa saja (di antara) mereka yang benar beriman kepada Allah 162 dan hari akhir,
dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada
mereka, dan mereka tidak bersedih hati 163 .
158 Karena berpaling dari agama Allah, mengingkari ayat-ayat-Nya bahkan sampai melakukan pembunuhan
kepada nabi-nabi mereka. Seperti inilah hati ketika sudah menjadi keras.
159 Ayat-ayat yang ditunjukkan Allah Ta'ala begitu jelas bagi mereka, namun mereka ingkari.
160 Kerasnya hati mereka disebabkan mereka selalu bermaksiat kepada Allah dan melampaui batas terhadap
hamba-hamba Allah dengan berbuat zalim kepada mereka. Awalnya sikap lalai yang mengakibatkan jatuh ke
dalam dosa-dosa kecil, jika sering dilakukan bisa mengakibatkan dosa-dosa besar dan akhirnya bisa
mengakibatkan jatuh ke dalam bid' ah, kekufuran dan penyimpangan lainnya, kita meminta kepada Allah agar
dilindungi dari setiap bala'.
Perlu diketahui, bahwa ayat ini ditujukan kepada umat Bani Israil yang ada sewaktu diturunkannya Al
Qur'an. Tindakan-tindakan Bani Israil yang disebutkan pada ayat-ayat di atas adalah tindakan Bani Israil
terdahulu, namun dinisbahkan kepada Bani Israil yang ada pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah karena beberapa faedah, di antaranya:
Pertama, mereka sebelumnya berbangga diri, memuji dan menganggap lebih tinggi di atas umat yang lain,
maka Allah mengingatkan bahwa nenek moyang mereka bukanlah orang-orang yang berakhlak mulia,
bukanlah orang-orang yang sabar, bahkan biasa bermaksiat. Dengan begitu, mereka tidak berbangga diri lagi.
Kedua, nikmat yang diberikan Allah kepada nenek moyang mereka merupakan nikmat juga bagi generasi
setelahnya.
Ketiga, perbuatan maksiat yang dilakukan oleh mereka (Bani Israil) pada umumnya tidak diingkari, padahal
meridhai kemungkaran sama saja ikut serta di dalamnya.
Dan faedah lainnya yang begitu banyak yang hanya diketahui oleh Allah Azza wa Jalla.
161 Shabiin ialah orang-orang yang mengikuti syari'at nabi-nabi zaman dahulu. Ada pula yang mengatakan
bahwa mereka adalah orang-orang yang menyembah bintang atau dewa-dewa. Dan ada yang mengatakan
bahwa mereka adalah orang masih tetap di atas fitrahnya, wallahu a'lam.
162 Orang-orang yang beriman dari kalangan ummat ini, begitu pula orang-orang Yahudi, Nasrani dan
Shabiin yang mau beriman kepada Allah, termasuk juga beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam, percaya kepada hari akhir dan mengerjakan amalan yang sal eh, maka mereka akan mendapat
pahala dari Allah.
163 Disebutkannya ayat ini setelah sebelumnya menerangkan tindakan Bani Israil dan akhlak mereka yang
buruk serta celaan kepada mereka di antara faedahnya adalah agar mereka (Bani Israil) tidak berputus asa
untuk bertobat dan beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, yakni jika mereka mau
merubah sikap dengan iman (masuk Islam) dan beramal shalih, maka mereka akan memperoleh kemuliaan di
dunia dan di akhirat (lihat juga surat Al Maa'idah: 65). Dalam ayat tersebut, Allah juga ingin menerangkan
bahwa celaan tersebut hanyalah bagi mereka yang mengikuti jejak nenek moyang mereka yang salah. Dan
agar tidak ada kesan bahwa hal ini khusus mereka, maka Allah menyebutkan juga bahwa tidak hanya
mereka, bahkan umat yang lain; baik Yahudi, Nasrani, Shaabi'in dan umat lainnya jika mereka sama mau
beriman dengan masuk Islam dan mau beramal shalih, maka mereka akan mendapat pahala dari Allah,
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 63-66: Mengingatkan orang-orang Yahudi terhadap sejarah nenek moyang mereka
yang kelam, bagaimana mereka mendapatkan hukuman karena durhaka kepada Allah 'Azza
wa Jalla, melanggar perjanjian dengan Allah dan enggan melaksanakan syariat-Nya yang
telah diturunkan
63. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu 164 dan Kami angkat gunung (Sinai) di
atasmu 165 (seraya berfirman), "Peganglah teguhlah 166 apa yang telah Kami berikan kepadamu dan
ingatlah apa yang ada didalamnya 167 , agar kamu bertakwa".
^ o4/^-i £f> J^jq ^SQ^- &\ ^jis fcHJ'i -uj Jz-Sy p
64. Kemudian setelah itu kamu berpaling 168 . Maka sekiranya bukan karena karunia Allah dan
rahmat-Nya bagimu, pasti kamu termasuk orang yang rugi 169 .
5 ^jl ' £ £ >zZJS\ (J ^5^« \jJ&&\ oiUjt JJLlj
65. Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu
pada hari Sabat 170 , lalu Kami katakan kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina" 171 .
66. Maka Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan
bagi mereka yang datang kemudian 172 , serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa 173 .
mereka tidak perlu takut dengan apa yang akan mereka hadapi berupa perkara akhirat, dan tidak perlu
bersedih hati terhadap apa saja yang telah berlalu.
164 Janji untuk beriman kepada Allah dan hanya beribadah kepada-Nya.
165 Jika mereka menolak, maka akan ditimpakan kepada mereka gunung tersebut.
166 Yakni bersungguh-sungguh dan bersabar menjalankan perintah Allah Azza wa Jalla.
167 Perintah kepada mereka untuk membaca dan mengamalkan isi Taurat.
168 Mereka berpaling untuk kesekian kalinya.
169 Kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya yang memberikan taufiq untuk bertobat dan
mengampuni kesalahan-kesalahan mereka tentu mereka termasuk orang-orang yang rugi di dunia dan
akhirat.
170 Hari Sabat ialah hari Sabtu, hari khusus bagi orang yahudi untuk beribadah, bukan untuk bekerja; namun
mereka memanfaatkannya untuk menjaring ikan. Mereka siapkan jaring dan menggali sebuah galian untuk
mereka ambil pada hari Ahadnya sebagai helat (cara meloloskan diri dari larangan dengan niat yang buruk).
Kisahnya bisa dibaca dalam surat Al Araaf: 163.
171 Jumhur mufassir menafsirkan bahwa mereka betul-betul berubah menjadi kera, hanyasaja tidak beranak,
tidak makan dan minum, dan hidupnya tidak lebih dari tiga hari.
172 Sehingga hujjah telah tegak dan agar mereka tidak bermaksiat kepada-Nya.
173 Sehingga mereka dapat bersabar di atas ketakwaan, dan peringatan itu hanya bermanfa'at bagi orang-
orang yang bertakwa saja.
Abu Yahya Marwan bin Musa
31
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 67-74: Menerangkan kisah penyembelihan sapi betina, perdebatan orang-orang Yahudi
terhadap nabi mereka di samping banyak mendesak dan bersikap keras kepala. Serta
membuka kedok orang-orang Yahudi yang buruk dan kerasnya hati mereka
67. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya : "Sesungguhnya Allah memerintahkan
kamu menyembelih seekor sapi betina. 175,1 Mereka bertanya 176 : "Apakah engkau hendak
menjadikan kami sebagai ejekan?" Dia (Musa) menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak
termasuk orang-orang yang bodoh 177 ".
68. Mereka berkata, "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada
kami tentang (sapi betina) itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman, bahwa sapi
betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, (tetapi) pertengahan antara itu. Maka
kerjakanlah 178 apa yang diperintahkan kepadamu".
69. Mereka berkata 179 : "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menjelaskan kepada
kami apa warnanya". Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi
betina yang kuning tua warnanya, yang menyenangkan orang-orang yang memandangnya. "
174 Yakni ketika di antara mereka ada yang membunuh seseorang, lalu mereka saling tuduh-menuduh dalam
hal itu. Kemudian mereka membawa persoalan itu kepada Musa 'alaihis salam, maka Allah menyuruh
mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan
siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebagian tubuh sapi itu sebagaimana diterangkan dalam
ayat 73 dan 74. Mudah, hanya seekor sapi betina, dan seharusnya mereka langsung mengerjakannya, tetapi
mereka banyak bertanya seperti yang disebutkan pada ayat di atas sehingga semakin susah dan
memberatkan.
175 Hikmah Allah menyuruh menyembelih sapi ialah supaya hilang rasa penghormatan mereka terhadap sapi
yang pernah mereka sembah.
176 Dengan nada sombong dan menunjukkan kejahilannya.
177 Yakni mana mungkin Nabi Musa 'alaihis salam memerintahkan sesuatu yang tidak ada faedahnya, karena
hanya orang bodoh yang berkata-kata tanpa faedah. Di samping itu, orang yang berakal menganggap bahwa
termasuk aib jika sampai mengejek antara sesama meskipun ia diberikan kelebihan, karena kelebihan yang
diberikan kepadanya menghendaki untuk bersyukur kepada Allah dan berkasih sayang antara sesama hamba
Allah.
178 Yakni kerjakan langsung apa yang diperintahkan dan jangan banyak bertanya.
179 Mereka terus bertanya tentang sapi betina itu, sehingga yang sebelumnya mudah menjadi susah, bahkan
hampir saja mereka tidak mengerjakannya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
32
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1
70. Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menjelaskan kepada
Kami tentang (sapi betina) itu. (Karena) sesungguhnya sapi itu belum jelas bagi kami dan
sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)."
^lf\ IjJii *} lill d/^T t _£ij ^jVT^ "3 J £W -^J
71. Musa menjawab, "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa (sapi) itu adalah sapi betina yang
belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, sehat, dan
tanpa belang." Mereka berkata: "Sekarang barulah engkau menerangkan (hal) yang sebenarnya".
Lalu mereka menyembelihnya, dan nyaris mereka tidak melaksanakan perintah itu 180 .
72. Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seseorang, lalu kamu tuduh-menuduh tentang itu. Tetapi
Allah menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan.
73. Lalu Kami berfirman, "Pukullah (mayat) itu dengan bagian anggota sapi itu!" 181 Demikianlah
Allah menghidupkan (orang) yang telah mati 182 , dan Dia memperlihatkan kepadamu tanda-tanda
(kekuasaan-Nya) agar kamu mengerti.
74. Kemudian setelah itu 183 hatimu menjadi keras seperti batu 184 , bahkan lebih keras lagi. Padahal
di antara batu-batu itu ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang
180 Karena sapi sesuai syarat yang disebutkan itu sukar diperoleh, hampir mereka tidak dapat
menemukannya. Demikianlah, ketika mereka memperberat diri dengan banyak bertanya, maka Allah
memberatkan mereka.
181 Lalu Allah menghidupkan mayat itu, lantas mayat itu memberitahukan siapa pembunuhnya.
182 Yakni seperti itulah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati pada hari kiamat.
183 Setelah dikaruniakan berbagai macam nikmat dan diperlihatkan ayat-ayat-Nya.
184 Mereka tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya, bahkan hati mereka malah menjadi keras seperti
batu atau lebih keras lagi sehingga sulit ditembus oleh kebaikan, oleh nasehat dan tidak lunak di hadapan
ayat-ayat Allah yang begitu jelas. Ya, hati mereka lebih keras daripada batu, padahal di antara batu itu ada
yang memancarkan air, ada yang terbelah, bahkan ada yang meluncur dari tempat yang tinggi karena takut
kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Abu Yahya Marwan bin Musa
33
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada
Allah. Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan 85 .
Ayat 75-79: Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman yang tertuju kepada kaum mukmin,
dimana kandungannya adalah, apakah kamu wahai kaum mukmin mengharapkan orang-
orang Yahudi masuk Islam padahal mereka telah mengetahui kebenaran, lalu merubahnya
dan menyembunyikannya. Demikian pula menerangkan sebagian keburukan orang-orang
Yahudi dan kesesatan mereka
75. Maka apakah kamu (wahai kaum muslim) sangat mengharapkan mereka akan percaya
kepadamu, sedangkan segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya
setelah memahaminya, padahal mereka mengetahui? 186 .
76. Dan apabila mereka 187 berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata:"Kami
telah beriman," Tetapi apabila kembali kepada sesamanya, mereka bertanya, "Apakah akan kamu
ceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang telah diterangkan Allah kepadamu,
sehingga mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu? Tidakkah kamu mengerti?" 188
77. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa
yang mereka nyatakan? 189
185 Di akhir ayat ini, Allah mengancam mereka dengan ancaman yang keras, yakni bahwa Dia tidak lalai
terhadap apa yang mereka kerjakan, bahkan mengetahuinya baik yang kecil maupun yang besar dan nanti
Dia akan memberikan pembalasan terhadapnya.
186 Baik dengan menafsirkannya dengan tafsir yang tidak benar setelah mengetahui makna yang
sesungguhnya mapun dengan merubah lafaz-lafaznya, padahal mereka mengetahui bahwa mereka telah
merubah firman Allah dengan sengaja dan berdusta. Terutama sekali yang mereka rubah adalah mengenai
sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada dalam Taurat.
187 Yakni kaum munafik dari kalangan Ahlul Kitab.
188 Sebagian Bani Israil yang mengaku beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu
pernah bercerita kepada orang-orang Islam, bahwa dalam Taurat memang disebutkan tentang kedatangan
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka golongan lain menegur mereka dengan mengatakan:
"Mengapa kamu ceritakan hal itu kepada orang-orang Islam sehingga hujjah mereka bertambah kuat?"
Mereka takut menjadi bumerang bagi mereka.
189 Mereka mengira bahwa kemunafikan yang mereka sembunyikan dan pembicaraan rahasia antara sesama
mereka tidak ada yang mengetahui, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala membatalkan sangkaan tersebut
dengan firman-Nya di atas.
Abu Yahya Marwan bin Musa
34
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
78. Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak memahami Al kitab (Taurat), kecuali berangan-
79. 191 Maka celakalah orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri 192 ,
kemudian berkata, "Ini dari Allah" 193 , (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah.
Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang
mereka perbuat 194 .
Ayat 80-82: Menerangkan pembatalan sangkaan orang-orang Yahudi, bahwa mereka tidak
terkena siksa neraka kecuali beberapa hari saja dan bahwa mereka tidak kekal di sana,
selanjutnya menerangkan bahwa orang yang beriman dan beramal saleh itulah orang-orang
yang masuk surga dan kekal di dalamnya
190 Kebanyakan bangsa Yahudi itu buta huruf, dan tidak mengetahui isi Taurat selain dari dongeng-dongeng
yang diceritakan pendeta-pendeta mereka. Ayat di atas menyebutkan keadaan orang-orang Yahudi, baik
pendetanya maupun kalangan awamnya. Para ulamanya berpegang dengan kesesatan, sedangkan kalangan
awamnya hanya mengikuti tanpa ilmu, sehingga sangat sulit sekali diharapkan untuk beriman.
191 Ibnu Abbas radiyallahu 'anhuma berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Ahli Kitab. "
192 Yakni merubah isi Taurat sesuai yang mereka inginkan.
193 Padahal berbeda dengan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa 'alaihis salam. Mereka melakukan
hal itu. hanya karena ingin mendapatkan keuntungan dunia.
194 Pada ayat tersebut Allah mengancam beberapa kali kepada ulama yahudi, karena mereka menyamarkan
urusan agama mereka kepada orang-orang awam; tidak menunjukkan yang benar bahkan sebaliknya malah
menyembunyikannya dan menampakkan yang batil sebagai sebuah kebenaran ditambah lagi dengan suka
memakan harta yang haram, suka menerima risywah (sogok) dsb. Lebih dari itu, mereka berani merusak
agama hanya karena ingin memperoleh harta dan keuntungan dunia yang sangat rendah. Di zaman sekarang,
contoh orang-orang yang mengikuti jejak mereka adalah orang-orang JIL (Jaringan Islam Liberal), karena
uang yang ditawarkan kepada mereka, mereka berani mengacak-acak agama -wal 'iyaadz billah-. Syaikhul
Islam menafsirkan ayat 75 sampai 79, sbb:
"Sesungguhnya Allah mencela orang-orang yang mengubah firman Allah dari tempat-tempatnya. Termasuk
ke dalamnya orang-orang yang menta'wil Al Qur'an dan As Sunnah mengikuti apa yang dipegangnya
berupa kebid 'ahan-kebid 'ahan batil. Demikian juga mencela orang-orang yang tidak mengetahui Al Kitab
selain angan-angan dusta. Termasuk ke dalamnya orang-orang yang meninggalkan tadabbur Al Qur'an dan
tidak mengetahui selain bacaan hurufnya saja, dan termasuk orang-orang yang menulis kitab dengan
tangannya yang menyalahi kitab Allah untuk memperoleh dunia, lalu ia berkata, "Ini dari sisi Allah " adalah
orang yang berkata, "Inilah syari'at dan agama, inilah makna dari Al Qur'an dan As Sunnah, inilah yang
dimengerti oleh kaum salaf dan para imam, inilah prinsip-prinsip agama yang wajib diyakini setiap orang
dan sebagiannya. " Demikian juga termasuk ke dalamnya orang-orang yang menyembunyikan Al Qur'an dan
As Sunnah (yang diketahuinya) agar orang yang menyelisihinya tidak dapat berhujjah dengannya dalam
kebenaran yang diucapkannya. "
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
80. Dan mereka berkata, "Neraka tidak akan menyentuh kami, kecuali beberapa hari saja."
Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah 195 , sehingga Allah tidak akan mengingkari
janji-Nya, ataukah kamu mengatakan tentang Allah sesuatu yang tidak kamu ketahui?" 196
81. Bukan demikian! Barang siapa berbuat keburukan 197 , dan dosanya telah menenggelamkannya,
maka mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
82. Dan orang-orang yang beriman 198 serta beramal saleh 199 , mereka itu penghuni surga. Mereka
kekal di dalamnya. 200
Ayat 83-86: menerangkan janji yang Allah ambil dari Bani Israil dan bagaimana mereka
sampai mengingkari janjinya sehingga mereka mendapatkan kemurkaan dari Allah 'Azza wa
Jalla. Demikian pula menyebutkan kejahatan orang-orang Yahudi dan kerusakan yang
mereka lakukan di bumi; mereka telah mengingkari perjanjian, menghalalkan memakan
harta manusia secara batil serta berbuat aniaya terhadap saudara-saudara mereka seagama
sehingga mereka mendapatkan laknat
195 Yakni sudahkah kamu mengambil perjanjian dari Allah untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta
ta'at kepada-Nya, karena perjanjian inilah yang dapat menyelamatkan seseorang dari neraka.
196 Setelah menyebutkan perbuatan-perbuatan mereka yang buruk, kemudian Allah menerangkan bahwa
mereka masih saja menganggap bersih diri mereka, bersaksi bahwa mereka akan selamat dari azab Allah dan
bahwa mereka tidak tersentuh oleh neraka selain hanya beberapa hari saja. Dengan demikian, mereka
menggabungkan antara perbuatan dosa dan rasa aman, keburukan apa lagi yang lebih besar daripada ini?!
Terhadap sangkaan mereka ini, Allah membantah dengan firman-Nya di atas dan ayat setelahnya. Allah
menerangkan bahwa kebenaran dakwaan mereka itu tergantung dua hal yang tidak ada lagi ketiganya:
pertama, apakah mereka sudah menerima janji dari Allah. Kedua, atau mereka mengatakan tentang Allah
sesuatu yang mereka tidak ketahui. Untuk yang pertama jelas tidak. Hal ini dapat diketahui dari keadaan
mereka yang tidak mengambil janji dari Allah karena mereka mendustakan para nabi bahkan sebagian di
antaranya mereka bunuh, mereka sering melakukan pelanggaran, membatalkan perjanjian dan lain-lain. Oleh
karena itu, yang benar adalah yang kedua, yakni mereka mengatakan tentang Allah sesuatu yang mereka
tidak ketahui, padahal mengatakan tentang Allah sesuatu yang tidak diketahui termasuk dosa yang sangat
besar.
197 Keburukan di sini adalah syirk, berdasarkan lanjutan ayatnya, yaitu "wa ahaathat bihi khathii'atuh" (dan
dosanya telah menenggelamkannya), karena selain syirk tidak membuat seseorang tenggelam dalam dosa.
198 Kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab, nabi dan Rasul, hari akhir dan qadar Allah yang baik atau yang
buruk.
199 Amal tidak bisa dikatakan shaleh kecuali dengan dua syarat: pertama, diniatkan karena Allah; kedua,
sesuai sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
200 Kesimpulan dari ayat 8 1 dan 82 adalah bahwa orang yang beruntung mendapatkan surga dan selamat dari
neraka adalah orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Sebaliknya, orang yang rugi dan masuk ke
dalam neraka adalah orang-orang yang kafir dan musyrik kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Abu Yahya Marwan bin Musa
36
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
83. Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil 201 , "Janganlah kamu menyembah
selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada kedua orang tua 202 , kerabat, anak-anak yatim 203 , dan
orang-orang miskin, serta bertutur katalah yang baik kepada manusia 204 , dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat." 205 Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari janji), kecuali sebagian kecil
di antara kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.
^jlj p cr? j*^-^' Oj^j^ 1 Sfj j*^*bo o^iAZZ Sf ^iiiwj bd«-l ilj
84. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu, "Janganlah kamu menumpahkan darahmu
(membunuh orang), dan mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu."
Kemudian kamu berikrar dan bersaksi (terhadap janji itu).
c-^SCjT (J^lo Oji?J^I p4^' J*"J J-*J ^-*J-^-aJ (^J 3 ^ Ojj O'j^^J
(c|!jj) 0 blp Ja'it t 4JoT bVj w_->l JbLlT JLi, I \ Oj^jl
201 Janji ini diadakan karena mereka (Bani Israil) sering bermaksiat, maka Allah mengambil perjanjian yang
kokoh dari mereka.
202 Berbuat baik kepada mereka mencakup berbuat baik dengan perkataan dan perbuatan. Perintah berbuat
baik kepada mereka menunjukkan larangan berbuat jahat (isaa'ah) dan tidak berbuat ihsan.
203 Anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh bapaknya, sedangkan usia mereka belum mencapai
masa baligh.
204 Dalam perjanjian ini, Allah memerintahkan mereka untuk bertutur kata yang baik kepada semua manusia.
Termasuk bertutur kata yang baik adalah beramr ma'ruf dan bernahi munkar, mengajarkan ilmu agama,
menyebarkan salam, senyum dan perkataan baik lainnya. Dalam perintah bertutur kata yang baik kepada
semua manusia terdapat perintah berbuat ihsan secara umum, karena dengan perbuatan dan harta terkadang
di antara manusia ada yang tidak bisa melakukannya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan
minimal dengan perkataan. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengajarkan manusia agar ucapan dan
tindakannya bersih dari perkara keji, kotor, mencaci maid dan bermusuhan.
205 Syari'at yang disebutkan pada ayat di atas adalah termasuk Ushuluddin (prinsip-prinsip agama) yang
diperintahkan Allah Azza wa Jalla dalam semua syari'at, karena di dalamnya terdapat maslahat yang banyak
di setiap waktu dan tempat, sehingga bagaimana pun juga, syari'at ini tidak akan mansukh (dihapus)
sebagaimana dasar agama yang paling pertama dan utama yaitu tauhid (menyembah hanya kepada Allah)
tidak akan mansukh. Lihat juga tentang Ushuluddin lainnya di surat Al An'aam: 151-153 dan Al Israa': 23-
39.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^^^^1 www.tafsir.web.id j
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
85. Kemudian kamu (Bani Israil) membunuh dirimu (sesamamu), dan mengusir segolongan di
antara kamu dari kampung halamannya. Kamu saling membantu (menghadapi) mereka 206 dalam
kejahatan dan permusuhan. Tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus
mereka, padahal kamu dilarang juga mengusir mereka. Apakah kamu beriman kepada sebagian Al
Kitab (Taurat) 207 dan ingkar kepada sebagian yang lain? 208 Maka tidak ada balasan (yang pantas)
bagi orang yang berbuat demikian di antara kamu selain kenistaan dalam kehidupan dunia 209 , dan
pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang paling berat. Allah tidak lengah dari apa
yang kamu kerjakan 210 .
(cgj ojr-W ;»-* Vi v' & hh^->. 5 \±r-SA jjjlftlJLiJjl
86. Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat 211 . Maka
tidak akan diringankan azabnya dan mereka tidak akan ditolong.
Ayat 87-88: Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan Bani Israil terhadap pengutusan
Rasul-Nya dan penurunan kitab-Nya, dan bagaimana sikap mereka terhadap para rasul dan
kitab-kitab yang Allah turunkan
**'*'• »,3 k p- '"'»♦ ^ 0^' lS - *^ ^i^' f J J^J^^ ^fiU-su £j* L^jLSj t_^lX^Jl j_« JLflJj
87. Dan sungguh, Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami susulkan
setelahnya dengan rasul-rasul 212 , dan Kami telah berikan kepada Isa putera Maryam bukti-bukti
206 Padahal mereka sama-sama sebangsa.
207 Sebagian hukum Taurat, yaitu menebus tawanan.
208 Yaitu hukum yang melarang pembunuhan dan pengusiran.
209 Hal itu pun terjadi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya, sehingga
di antara mereka ada yang terbunuh, ada yang tertawan dan ada yang terusir.
210 Ayat ini berkenaan dengan orang-orang Yahudi di Madinah pada permulaan Hijrah. Yahudi Bani
Quraizhah bersekutu dengan suku Aus, dan Yahudi Bani Nadhir bersekutu dengan orang-orang Khazraj.
Antara suku Aus dan suku Khazraj sebelum Islam biasa terjadi peperangan. Ketika orang-orang Yahudi
menempati Madinah, di mana mereka terdiri dari tiga suku, yaitu: Bani Quraizhah, Bani Nadhir dan Bani
Qainuqa'. Masing-masing mereka bersekutu dengan suku Aus atau Khazraj. Ketika suku Aus dan Khazraj
berperang, maka para sekutunya yang terdiri dari orang-orang Yahudi ikut berperang. Bani Quraizhah
membantu suku Aus dan Bani Nadhir membantu suku Khazraj. sampai antara kedua suku Yahudi itupun
terjadi peperangan dan tawan menawan, karena membantu sekutunya. Tetapi ketika ada orang-orang Yahudi
yang tertawan, maka kedua suku Yahudi itu bersepakat untuk menebusnya, meskipun awalnya mereka saling
berperang.
Di dalam ayat ini terdapat dalil yang tegas bahwa amal bagian dari iman, dan iman itu menghendaki untuk
mengerjakan perintah dan menjauhi larangan.
211 Yakni mengedepankan dunia di atas akhirat. Inilah sebab mereka memperoleh kenistaan dan kehinaan
serta azab pada hari kiamat.
212 Oleh karena itu, banyak sekali para nabi yang berasal dari Bani Israil. Nabi terakhirnya dari kalangan
Bani Israil adalah Nabi Isa putera Maryam 'alahis salam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
38
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kebenaran (mukjizat) serta Kami perkuat dia dengan Rohul Qudus 213 . Mengapa setiap rasul yang
datang kepadamu membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan 214 , kamu
menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian lagi kamu bunuh?
0 y^'yi L« _ / aXj aJoI j^iJJ Jj <_iip lljjii I^Lsj
88. Dan mereka berkata: "Hati Kami tertutup" 215 . tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka
karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.
Ayat 89-90: Menerangkan kekafiran orang-orang Yahudi terhadap kerasulan Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam hanya karena Beliau diutus dari bangsa Arab setelah
sebelumnya mereka menunggu-nunggu kedatangan Nabi akhir zaman untuk melawan
musuh-musuh mereka, dan mereka telah mengenal betul kerasulan Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam
89. 216 Dan setelah sampai kepada mereka kitab (Al Quran) dari Allah yang membenarkan apa yang
ada pada mereka 217 , padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk
213 Menurut Jumhur (mayoritas) mufassir, maksud Rohul Qudus adalah malaikat Jibril, namun ada yang
mengatakan bahwa Rohul Qudus adalah keimanan yang dijadikan Allah untuk menguatkan hamba-hamba-
Nya.
214 Yakni tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka. Mereka lebih mengedepankan hawa nafsu daripada
petunjuk dan lebih mengedepankan dunia daripada akhirat.
215 Kata-kata ini ditujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana nasehat dan
pelajaran yang Beliau sampaikan tidak masuk ke dalam hati mereka. Kata-kata mereka ini dijawab oleh
Allah dengan ayat di atas, yakni sebenarnya hati mereka telah dikutuk dan dicap seperti itu. Mereka telah
dijauhkan dari rahmat Allah, oleh karenanya tidak ada yang mereka imani kecuali sedikit, namun hal itu
tidaklah bermanfa'at bagi mereka. Bisa juga maksud "fa qaliilam maa yu'minuun" adalah bahwa sedikit
sekali di antara mereka yang mau beriman, yakni kebanyakan mereka kafir.
216 Ibnu Ishaq berkata, "Telah menceritakan kepadaku Ashim bin Umar bin Qatadah dari beberapa orang
kaumnya, bahwa mereka berkata, "Sesungguhnya di antara yang menyebabkan kami masuk Islam di
samping karena rahmat Allah Ta'ala dan petunjuk-Nya adalah karena kami mendengar beberapa orang-orang
Yahudi, sedangkan kami -ketika itu- sebagai orang-orang musyrik penyembah berhala, sedangkan mereka
Ahli Kitab memiliki ilmu yang tidak kami miliki. Ketika itu, antara kami dengan mereka senantiasa ada
masalah. Ketika kami berhasil menimpakan kepada mereka apa yang tidak mereka sukai, mereka berkata,
"Sesungguhnya telah dekat waktu diutusnya nabi, di mana kami akan membunuh kamu bersamanya dengan
cara seperti yang menimpa kaum Aad dan Iram." Kami sering sekali mendengar hal itu dari mereka. Ketika
Allah mengutus rasul -Nya, maka kami memenuhi seruan-Nya yang mengajak kami kepada Allah Ta'ala, dan
kami mengetahui apa yang mereka janjikan itu, maka kami segera mendatanginya dan beriman kepadanya,
sedangkan mereka malah kafir. Tentang kami dan mereka turunlah ayat ini." (Sirah Ibnu Hisyam, hadits ini
hasan karena Ibnu Ishaq apabila menyebutkan secara tegas "haddatsana" (telah menceritakan kepada kami),
maka haditsnya hasan sebagaimana disebutkan oleh Al Haafzih Adz Dzahabiy dalam Al Mizan).
217 Yakni kitab Taurat, di sana diterangkan tentang akan datangnya seorang nabi dan disebutkan juga sifat-
sifatnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
39
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang
telah mereka ketahui, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar 218 .
, , ^ t ^> ( * w , x * *■ - , ' ** ' - ( „ * * * ( ~ -
90. Sangatlah buruk (perbuatan) mereka menjual dirinya, dengan mengingkari apa yang diturunkan
Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya 219 kepada siapa yang Dia kehendaki di
antara hamba-hamba-Nya. Karena itulah mereka mendapat kemurkaan di atas kemurkaan 220 . dan
kepada orang-orang kafir (ditimpakan) azab yang menghinakan.
Ayat 91-93: Menyebutkan dustanya orang-orang Yahudi yang mengaku beriman kepada
Taurat, karena mereka telah membunuh para nabi mereka dan menyembah patung anak
sapi, dan bahwa penyembahan yang mereka lakukan terhadap anak sapi, merupakan tanda
kecenderungan mereka kepada benda
,3>jT L*-> ^Lj3j^i3 L-C^ Djil L*-> ,jip i 4JjT Jjj! lL> ijLli L^l JJ lilj
^p^L>i~?J-* ji-^Ol J^O^ Ojk^ (3 LJ^ j» 6** L-^J liJL^a-«
91. Dan apabila dikatakan kepada mereka 221 , "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan
Allah," mereka menjawab, "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami".
Mereka ingkar kepada apa yang diturunkan sesudahnya (Al Qur'an) 222 , padahal (Al Quran) itu
adalah (kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka 223 . Katakanlah: "Mengapa
kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"
218 Baik ingkar kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam maupun kepada kitab yang diturunkan
kepadanya (Al Qur'an).
219 Maksudnya: Allah menurunkan wahyu (kenabian) kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
220 Maksudnya: mereka mendapat kemurkaan yang berlipat-ganda yaitu kemurkaan karena tidak beriman
kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kemurkaan yang disebabkan perbuatan mereka dahulu,
yaitu membunnuh nabi-nabi, mendustakannya, merubah isi Taurat dan sebagainya.
221 Maksudnya: apabila sebagian kaum muslim berkata kepada orang-orang Yahudi.
222 Padahal beriman kepada apa yang diturunkan Allah menghendaki beriman secara mutlak, baik kepada
kitab yang diturunkan kepada mereka maupun kepada selain mereka. Keimanan seperti inilah keimanan yang
bermanfa'at, adapun membeda-bedakan dengan beriman kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian
yang lain, maka hal ini merupakan kekafiran yang sesungguhnya sebagaimana diterangkan dalam surat Al
Maa'idah: 150-151.
223 Yakni jika mereka memang beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, seharusnya
mereka beriman juga kepada Al Qur'an yang isinya benar dan membenarkan apa yang ada pada mereka.
Di samping itu, jika memang mereka beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka, tentu
mereka tidak akan membunuh nabi-nabi mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
40
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
92. Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat) ,
kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) setelah (kepergian)nya 225 , dan kamu menjadi
orang-orang yang zalim.
> > * * , * * E ' > " o > ,i ' , ,
93. Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di
atasmu 226 (seraya berfirman): "Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan
dengarkanlah!" 227 Mereka menjawab: "Kami mendengarkan tetapi kami tidak mentaati". Telah
diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekafrran
mereka. Katakanlah: "Sangat buruk 228 perbuatan yang telah diperintahkan kepercayaanmu
kepadamu jika kamu orang-orang beriman.
Ayat 94-96: Menerangkan kecintaan orang-orang Yahudi kepada kehidupan dunia dan
dustanya pengakuan mereka, bahwa mereka cinta kepada akhirat
^■•.-^= o| ^>yS\ \jL*S3 g^ll)f Oji 4_^JU»- 4joT j^s- j! jjf cJ)& ol IJ^
94. Katakanlah, "Jika negeri akhirat di sisi Allah 229 , khusus untukmu saja 230 , bukan untuk orang
lain, maka mintalah 231 kematian, jika kamu orang yang benar.
95. Tetapi mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali, karena dosa-dosa yang telah
dilakukan tangan-tangan mereka 232 . Allah Maha mengetahui orang-orang yang zalim.
224 Mukjizat itu adalah tongkat, tangan, belalang, kutu, katak, darah, taufan (banjir besar), laut dan gunung
Sinai (Thursina). Namun demikian, mereka malah menyembah patung.
225 Maksudnya kepergian Nabi Musa 'alaihis salam ke bukit Thur yang terletak di Sinai untuk menerima
Taurat.
226 Yakni jika mereka menolak, maka akan ditimpakan bukit Thrsina kepada mereka.
227 Maksudnya mendengar disertai sikap tunduk, menerima dan ta'at.
228 Perbuatan jahat yang mereka kerjakan ialah menyembah anak sapi, membunuh nabi-nabi dan melanggar
janji.
229 Yakni surga.
230 Hal ini karena anggapan bahwa mereka adalah para wali Allah, merekalah yang akan masuk surga dan
bahwa mereka tidak akan disentuh api neraka kecuali beberapa hari saja.
231 Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga.
232 Perbuatan yang mereka lakukan adalah kekafiran dan kemaksiatan, ditambah lagi karena mereka
mengetahui kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, sesuatu yang paling
mereka takuti adalah kematian.
Abu Yahya Marwan bin Musa
41
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
96. Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia
yang paling tamak kepada kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing dari mereka, ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan
menjauhkan mereka dari azab. Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan 233 .
Ayat 97-98: Menerangkan permusuhan orang-orang Yahudi kepada para malaikat dan para
rasul, terutama sekali malaikat Jibril dan Mikail, dan bahwa memusuhi Jibril berarti
memusuhi Allah yang mengutusnya
0^ J-*-^l -^—Zj^J
97. 234 Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang
telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-
kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman 235 .
Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan terhadap amal yang mereka kerjakan.
234 Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata, "Orang-orang Yahudi datang menghadap
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Abul Qasim! Sesungguhnya kami akan bertanya
kepadamu lima perkara. Jika Engkau dapat menjawabnya, maka kami mengetahui bahwa engkau adalah
seorang Nabi dan kami akan mengikutimu." Maka Beliau mengambil janji dari mereka sebagaimana Isra'il
(Nabi Ya'qub) mengambil janji dari anak-anaknya ketika mereka berkata, "Allah menjadi saksi terhadap apa
yang kita katakan." Beliau bersabda, "Sebutkanlah!" Mereka berkata, "Beritahukanlah kepada kami tanda
seorang nabi!" Beliau bersabda, "Kedua matanya tidur, namun hatinya tidak tidur." Mereka berkata,
"Beritahukanlah kepada kami bagaimana seorang wanita bisa melahirkan wanita dan bisa melahirkan laki-
laki! Beliau bersabda, "Kedua air mani menyatu, jika mani laki-laki mengalahkan mani wanita, maka lahirlah
anak laki-laki. Tetapi, jika mani wanita mengalahkan mani laki-laki, maka lahirlah anak perempuan."
Mereka berkata lagi, "Beritahukanlah kepada kami apa yang diharamkan Isra'il (Nabi Ya'qub) terhadap
dirinya!" Beliau menjawab, "Ia (Nabi Ya'qub) merasakan penyakit 'irqun nasaa (semacam encok) dan tidak
mendapatkan sesuatu yuang menyembuhkannya selain susu ini dan itu (Perawi yang bernama Abdullah
berkata, "Bapakku berkata: Sebagian mereka berkata, "Maksudnya adalah unta", maka ia mengharamkan
daging unta). Mereka berkata, "Engkau benar." Mereka pun bertanya lagi, "Beritahukanlah kami tentang
guruh ini!" Beliau menjawab, "Salah satu di antara malaikat Allah yang diserahkan mengurus awan, di
tangannya ada sabetan dari api untuk menyabet awan dan mengarahkannya ke tempat yang diperintahkan
Allah." Mereka bertanya lagi, "Apa suara yang terdengar ini?" Beliau menjawab, "Suaranya." Mereka
merkata, "Engkau Benar, namun tinggal satu lagi yang menjadi sebab kami akan membai'atmu jika kamu
mau memberitahukannya, karena tidak ada satu pun nabi kecuali ada malaikat yang datang kepadanya
membawa berita, maka beritahukanlah kepada kami, siapa kawanmu?" Beliau menjawab, "Jibril "alaihis
salam." Mereka berkata, "Jibril adalah malaikat yang turun membawa peperangan dan azab yang menjadi
musuh kami. Jika engkau mengatakan "Mikail", malaikat yang menurunkan rahmat, tumbuhan dan hujan
tentu (kami akan bai'at)." Maka Allah menurunkan ayat di atas. (Al Haitsami berkata dalam Majma'uz
Zawaa'id juz 8 hal. 242, "Diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani, dan para perawi keduanya tsiqah. Abu
Nu'aim juga meriwayatkan dalam Al Hilyah juz 4 hal. 305. hadits tersebut dalam sanadnya ada Bukair bin
Syihab. Al haafizh dalam At Taqrib berkata, "Makbul", yakni jika ada mutaba'ah, namun jika tidak ada maka
layyin (lunak), sebagaimana diingatkan olehnya dalam mukadimahnya. Akan tetapi hadits ini memiliki jalan-
jalan kepada Ibnu Abbas sebagaimana dalam tafsir Ibnu Jarir, di antaranya adalah apa yang disebutkan oleh
Abu Yahya Marwan bin Musa
42
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ijp j&&\}jjs> 4$ ^^jii J^?j Size's -5J-^jj ^:
jiUj 4JJ ljJ_P J- 4
98. Barang siapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan
Mikail 236 , maka sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir.
Ayat 99-101: Menerangkan bahwa kebiasaan orang-orang Yahudi adalah mengingkari janji
dan mendustakan para rasul
99. Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas kepadamu
(Muhammad) 237 , dan tidak ada yang mengingkarinya selain orang-orang fasik.
100. Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji, sekelompok mereka melanggarnya? 2 '
Bahkan sebagian besar mereka tidak beriman 239 .
Imam Ahmad juz 1 hal. 278; dari Hasyim bin Qasim, dari Abdul Hamid dari Syahr dari Ibnu Abbas. Syahr
ini adalah Syahr bin Hausyab yang diperselisihkan oleh ulama, namun yang rajih bahwa dia adalah dha'if
dari sisi hapalannya, tetapi bisa dipakai dalam hal syahid dan mutaba'ah. Hadits tersebut juga diriwayatkan
oleh Thayalisi juz 2 hal. 11, Ibnu Jarir juz 1 hal. 431, Ibnu Sa'ad juz 1 Qaf 1 hal. 116 dari jalan Syahr bin
Hausyab dari Ibnu Abbas. Ibnu Jarir menyebutkan adanya ijma' dari para ulama bahwa ayat di atas turun
sebagai jawaban terhadap orang-orang Yahudi, ketika mereka menyatakan bahwa Jibril musuh mereka dan
Mikail sebagai kawan mereka. Dengan demikian, ijma' menguatkan kedua jalan yang memiliki kelemahan
tersebut.
235 Orang-orang Yahudi mencari-cari alasan, mereka tidak mau beriman karena wali Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam adalah malaikat Jibril, jika sekiranya selain malaikat Jibril, tentu mereka akan
beriman. Alasan seperti ini tidak bisa diterima, karena malaikat Jibril yang menurunkan Al Qur'an dari sisi
Allah ke dalam hati Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dia juga yang menurunkan kitab-kitab
kepada para nabi sebelumnya. Allah yang memerintahkan dan mengirimnya dengan membawa kitab itu,
tugasnya adalah sebagai utusan semata. Di samping itu, kitab yang dibawanya membenarkan kitab-kitab
sebelumnya, tidak menyalahi atau bertentangan, di dalamnya terdapat petunjuk yang sempurna dari semua
bentuk kesesatan, terdapat kabar gembira memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat bagi yang beriman.
Memusuhi Jibril yang disebutkan sifatnya itu merupakan kekafiran kepada Allah dan ayat-ayat-Nya,
demikian juga sama saja memusuhi Allah, rasul-rasul-Nya dan malaikat-malaikat-Nya. Ia sama saja
mengingkari dan memusuhi yang menurunkan dan mengutusnya, mengingkari kitab yang dibawanya dan
memusuhi orang yang mendapatkan kitab itu.
236 Orang-orang Yahudi menganggap Jibril sebagai musuh mereka, sedangkan Mikail sebagai wali mereka,
maka pada ayat di atas Allah memberitahukan bahwa barang siapa yang memusuhi salah satunya, sama saja
memusuhi yang lain.
237 Di mana dengan ayat-ayat tersebut orang yang mencari petunjuk akan memperolehnya, dengan ayat-ayat
tersebut hujjah tegak kepada orang-orang yang tetap kafir. Karena begitu jelas dan penuh dengan kebenaran
sampai-sampai tidak ada yang menolaknya kecuali orang-orang yang fasik; keluar dari keta'atan kepada
Allah Azza wa Jalla dan bersikap sombong.
238 Dalam ayat ini terdapat kesan ta'ajjub, yakni aneh sekali dan sangat mengherankan, mereka banyak
berjanji namun tidak memenuhinya; hari ini mereka berjanji, besok sudah melanggarnya.
239 Inilah sebab mereka mengingkari janji, yakni karena tidak beriman.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
101. Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul (Muhammad) dari sisi Allah yang
membenarkan apa yang ada pada mereka 240 , sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat)
melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung) 241 , seakan-akan mereka tidak mengetahui 242 .
Ayat 102-103: Membicarakan tentang sihir, dan bahwa orang-orang Yahudi ketika
meninggalkan agama beralih mengikuti sihir, dan menerangkan tuduhan mereka terhadap
Nabi Sulaiman 'alaihis salam
Jjs-I ^ q[^\ju Uj ^L>JjL*j iSJjj-to JjLj ij^=iLtJ\ ^Js> Jjjl L«j ^>sjJl ^L^JI Oj-*-|^i
L«j ^4j>-jjj f^o-ll l J^J j La 1 o g •. a (J j_«jjixl3 "^li 4jkX3 L«jl "^j-flJ ( VgLj>—
4j^Li,l (j-J I j-*ip J-Llj ^ g»a--j p-*jr^ ^ o>*^ij ^i ilPk Sfl -J^-l ^ ^ OO^ 3 -! r*-*
102. 243 Dan mereka mengikuti apa 244 yang dibaca oleh setan-setan 245 pada masa kerajaan Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu melakukan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir 246 ,
240 Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada mereka membawa kitab yang membenarkan
apa yang ada pada mereka.
241 Mereka tinggalkan kitab Allah karena sesuai dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam.
242 Yakni mereka seperti orang-orang yang jahil yang tidak mengetahui isi al kitab.
243 Syaikh As Sa'diy menerangkan dalam kitab Tafsirnya bahwa sudah menjadi ketentuan dan hikmah
ilahiyyah, barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang memberinya manfaat dan ia bisa mengambil
manfaat itu, tetapi malah meninggalkannya, maka ia diuji dengan kesibukan-kesibukan yang
memadharatkannya. Barang siapa yang tidak beribadah kepada Allah, maka ia ditimba musibah dengan
beribadah kepada selain-Nya, barang siapa yang meninggalkan cinta kepada Allah, takut dan berharap
kepada-Nya, maka ia akan ditimpakkan musibah dengan cinta kepada selain Allah, takut dan berharap
kepada selain-Nya, barang siapa yang tidak menafkahkan harta untuk keta'atan kepada Allah, maka ia akan
menafkahkan hartanya karena menta'ati setan, barang siapa yang tidak menghinakan dirinya kepada
Tuhannya, maka akan ditimpa musibah dengan menghinakan diri kepada sesama hamba, dan barang siapa
yang meninggalkan kebenaran, maka ia akan ditimpa musibah dengan sesuatu yang batil. Seperti inilah
keadaan orang-orang Yahudi, ketika mereka meninggalkan kitab Allah, mereka mengikuti apa yang
dibacakan oleh setan-setan dan apa yang mereka buat berupa perkara sihir di masa kerajaan Sulaiman. Setan-
setan mengeluarkan ilmu sihir dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman 'alaihis salam juga mempelajari sihir
sehingga ia memperoleh kerajaan yang besar. Namun apa yang mereka katakan adalah dusta, Sulaiman
tidaklah mempelajari ilmu sihir, Allah menyatakan "wa maa kafara Sulaimaan" (Sulaiman tidaklah kafir),
yakni tidak mempelajari sihir.
244 Maksudnya, kitab-kitab sihir.
Abu Yahya Marwan bin Musa
44
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang
diturunkan kepada dua malaikat 248 di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, padahal keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu) kepada seseorang sebelum mengatakan, "Sesungguhnya kami hanyalah
cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir. " 249 Maka mereka mempelajari dari kedua
Malaikat itu sesuatu yang dapat memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya 250 . Mereka
(ahli sihir) tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah 251 .
245 Setan-setan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran
sihir.
246 Maksudnya, Sulaiman tidaklah kafir dan tidak mempelajari dan melakukan sihir. Ayat ini menunjukkan
bahwa melakukan sihir merupakan perbuatan yang dapat mengkafirkan pelakunya.
247 Karena tujuan yang diinginkan setan adalah agar manusia tersesat dan jauh dari agama, di antara caranya
adalah dengan menyodorkan ilmu sihir, akhirnya banyak di kalangan orang-orang Yahudi yang
mempelajarinya.
248 Orang-orang Yahudi juga mempelajari sihir dari dua malaikat bernama Harut dan Marut di negeri Babil di
Irak, padahal ia merupakan cobaan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan kedua malaikat itu
tidaklah mengajarkan sihir kepada seorang pun kecuali setelah memberinya nasehat dan mengingatkannya
untuk tidak mempelajari sihir serta mengatakan, "Janganlah kamu kafir" akibat mempelajri sihir dan
menta'ati setan. Namun mereka malah mempelajarinya.
249 Dengan demikian, setan mengajarkan sihir kepada manusia dengan tujuan melakukan tadlis (penyamaran)
dan penyesatan, ditambah lagi dengan penisbatannya kepada Nabi Sulaiman 'alaihis salam, padahal Beliau
tidak seperti itu. Adapun malaikat, mengajarkan sihir sebagai ujian sambil memberikan nasehat. Hal ini
untuk menegakkan hujjah kepada mereka. Namun, orang-orang Yahudi lebih mengutamakan ilmu sihir yang
diajarkan oleh setan dan diajarkan oleh dua malaikat sebagai cobaan, mereka tinggalkan ilmu agama yang
diwariskan oleh para nabi dan rasul beralih kepada ilmu yang diajarkan oleh setan. Mirip dengan apa yang
mereka lakukan adalah orang-orang di zaman sekarang, yang meninggalkan ilmu agama; meninggalkan kitab
Allah, meninggalkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam beralih kepada filsafat yang diajarkan
oleh orang-orang Yunani, ini pun sama termasuk bisikan setan. Oleh karena itu, Imam Syafi'i rahimahullah
berkata:
"Semua ilmu selain Al Qur'an (seperti ilmu kalam) hanyalah menyibukkan, selain hadits dan mendalami
agama.
Ilmu adalah yang tercantum di dalamnya kata "telah menyampaikan sebuah hadits kepada kami",
sedangkan selain itu hanyalah bisikan setan belaka. "
250 Ada berbacam-macam ilmu sihir yang dikerjakan orang-orang Yahudi, sampai-sampai ada sihir yang
digunakan untuk memisahkan pasangan suami-istri.
251 Ayat ini menunjukkan bahwa sihir itu ada hakikatnya, dan bahwa sihir itu dapat mencelakakan dengan
izin Allah.
Perlu diketahui, bahwa izin terbagi dua:
Pertama, Izin Qadariy, yakni yang terkait dengan kehendak Allah sebagaimana pada ayat ini.
Kedua, Izin Syar'i, seperti pada ayat 97 sebelumnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
45
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka 252 .
Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa yang menukar (kitab Allah) dengan sihir itu, niscaya
tidak akan mendapat keuntungan di akhirat 253 . Sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang
menjual dirinya 254 dengan sihir, sekiranya mereka tahu 255 .
103. Sesungguhnya jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik 256 ,
sekiranya mereka tahu 257 .
Ayat 104-105: Mengajarkan adab kepada kaum mukmin dan menerangkan tipu daya orang-
orang Yahudi dan keburukan mereka, serta ketidaksopanan mereka terhadap Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya
104. Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu katakan (kepada Nabi Muhammad):
"Raa'ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna" 258 , dan dengarlah 259 . Bagi orang-orang yang kafir itu akan
mendapat azab yang pedih 260 .
Perbedaan di antara keduanya adalah bahwa Izin Qadari tidak mesti dicintai oleh Allah Subhaanahu wa
Ta'aala, sedangkan Izin Syar'i memang dicintai Allah.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa sebab itu betapa pun besar yang diupayakan, namun hasilnya tetap
mengikuti Qadha' dan Qadar.
252 Ayat ini menunjukkan bahwa bahwa ilmu sihir adalah ilmu yang mencelakakan, tidak ada manfa'at di
dalamnya baik manfa'at diniyyah (agama) maupun duniawiyah (dunia) tidak seperti maksiat lainnya yang
terkadang ada sedikit manfa'at duniawinya seperti khamr dan judi. Namun sihir penuh madharat, tidak ada
manfa'atnya sama sekali. Oleh karena itu, segala yang dilarang bisa isinya madhharat (bahaya) saja atau
bahayanya lebih besar daripada manfa'atnya, sebagaimana segala yang diperintahkan, bisa isinya hanya
maslahat atau kebaikannya lebih besar daripada keburukan.
253 Setan membawakan sihir kepada orang-orang Yahudi, sehingga ilmu sihir menjadi ilmu yang diminati
mereka, sampai-sampai kitab Allah ditinggalkan. Padahal mereka mengetahui barang siapa yang yang lebih
memilih ilmu sihir dan meninggalkan kebenaran (ilmu agama), niscaya ia tidak akan memperoleh
keuntungan di akhirat.
254 Yakni rela menjual imannya untuk memperoleh sihir.
255 Yakni jika mereka memiliki ilmu (pengetahuan) yang membuahkan amal.
256 Maksudnya: Lebih baik daripada sihir dan apa yang mereka cari.
257 Yakni sekiranya mereka mengetahui pahala dan balasan yang diperoleh bagi mereka yang beriman dan
bertakwa, tentu mereka tidak akan memilih sihir.
258 Raa 'ina berarti: sudikah kiranya kamu memperhatikan kami. di saat Para sahabat mengucapkan kata-kata
ini kepada Rasulullah, orang Yahudi pun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina
Padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada
Rasulullah. Itulah sebabnya Allah menyuruh supaya para sahabat mengganti perkataan Raa'ina dengan
Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina.
259 Maksudnya: Dengarkanlah apa yang dibacakan kepadamu dari firman Tuhanmu serta pahamilah.
Termasuk juga mendengarkan Al Qur'an, mendengarkan As Sunnah yang di dalamnya berisi hikmah, karena
tidak disebutkan secara khusus di sana apa yang mesti didengar.
260 Ada beberapa faedah yang dapat diambil dari ayat ini, di antaranya:
- Perkara mubah bisa menjadi terlarang jika menjadi wasilah/sarana kepada yang haram.
Abu Yahya Marwan bin Musa
46
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
105. Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tidak menginginkan diturunkannya
kepadamu suatu kebaikan 261 dari Tuhanmu. Tetapi Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya
(untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian), dan Allah pemilik karunia yang besar.
Ayat 106-108: Membicarakan tentang naskh dalam Al Qur'an dan bahwa menaskh
merupakan urusan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, demikian juga menyebutkan bantahan
terhadap orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik
106. Ayat yang Kami naskh (hapus) atau Kami hilangkan dari ingatan, pasti Kami ganti dengan
yang lebih baik atau yang sebanding dengannya 262 . Tidakkah kamu tahu bahwa Allah Mahakuasa
atas segala sesuatu?
, - si- „ , * ' . A t~ . ** % - t *
% Jj 4)1 ^__jj:> ^ j*-^ L.J ^j^lj 0>'>*-^JI tUL *J AJDl ^jl jU*J pJ!
107. Tidakkah kamu tahu bahwa Allah memiliki kerajaan langit dan bumi? 263 Dan tidak ada bagimu
pelindung dan penolong selain Allah. 264
108. 265 Ataukah 266 kamu hendak meminta kepada Rasulmu (Muhammad) seperti halnya Musa
(pernah) diminta (Bani Israil) dahulu? 267 Barang siapa yang mengganti iman dengan kekafiran,
maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.
- Hendaknya seseorang memiliki adab yang baik dan ketika berbicara menggunakan lafaz-lafaz yang
tidak mengandung kemungkinan buruk.
261 Baik wahyu (Al Qur'an), ilmu pengetahuan, pertolongan maupun berita gembira.
262 Yakni sebanding dalam hal beban perintah dan pahala. Masing-masing ada hikmahnya.
263 Oleh karena itu, Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya, menetapkan apa yang diinginkan-Nya, Dia
memerintah hamba-hamba-Nya dan melarang bagaimana saja yang dikehendaki-Nya, dan mereka (hamba-
hamba-Nya) berkewajiban untuk ta'at dan menerima. Jika mereka bermaksiat, maka tidak ada seorang pun
yang bisa melindungi dan menolong dari azab Allah selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja.
264 Orang-orang Yahudi mengingkari adanya naskh (penghapusan hukum kepada hukum yang lain) atau
pengguguran hukum, mereka mengatakan bahwa hal itu tidak boleh terjadi, padahal hal itu disebutkan juga
dalam Taurat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan hikmah adanya penasakhan, yakni tidak ada
ayat yang dinaskh atau dihilangkan dari ingatan, pasti Allah mendatangkan yang lebih baik atau sebanding
dengannya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga menerangkan pada ayat di atas, bahwa siapa saja yang
mengkritik tentang naskh, maka sesungguhnya ia telah mengkritik kerajaan dan kekuasaan-Nya, padahal
seorang hamba di bawah kekuasaan-Nya, sehingga tidak patut baginya untuk membantah?! Oleh karena itu,
siapa saja yang memperhatikan naskh dalam Al Qur'an dan As Sunnah, tentu dia akan mengetahui hikmah
(kebijaksanaan) Allah dan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya; Dia menyampaikan mereka kepada hal
yang bermaslahat, namun mereka tidak menyadari.
Abu Yahya Marwan bin Musa
47
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 111-113: Menerangkan angan-angan orang-orang Yahudi dan Nasrani serta dustanya
mereka
109. Banyak di antara ahli kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu
kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena rasa dengki dalam diri mereka 268 , setelah kebenaran
jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka 269 , sampai Allah mendatangkan
perintah-Nya 270 . Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
110. Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat 271 . Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu,
maka kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa yang
kamu kerjakan.
265 Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang kaum mukmin dan orang-orang Yahudi meminta
kepada rasul mereka (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) seperti halnya Nabi Musa 'alaihis salam
diminta juga dahulu.
266 Sebagian mufassir mengartikan kata "am" (ataukah) dengan "bal" yang artinya bahkan, sehingga artinya,
"Bahkan kamu hendak. . .dst."
267 Permintaan di sini adalah permintaan atau pertanyaan yang memberatkan diri dan sikap I'tiraadh
(membantah), sebagaimana firman Allah di surat An Nisaa': 153 dan Al Maa'idah: 101. Adapun pertanyaan
dalam arti meminta bimbingan dan pengajaran, maka hal ini perbuatan terpuji dan diperintahkan
sebagaimana finnan Allah Ta'ala "Fas'aluu ahladz dzkri in kuntum laa ta'lamuun" (An Nahl: 43 dan Al
Anbiyaa': 7).
268 Karena rasa dengki dalam diri mereka, mereka berupaya mencari cara agar dapat mengembalikan umat
Islam kepada kekafiran, di antara cara mereka disebutkan di surat Ali Imran: 72-73, maka Allah Subhaanahu
wa Ta'aala memerintahkan kaum mukmin untuk membalas sikap ini dengan memaafkan dan membiarkan
mereka sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
269 Abusy Syaikh meriwayatkan dalam kitab Al Akhlak dari Usamah bin Zaid, bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam berada di atas himar (keledai), lalu Beliau bersabda kepada Sa'ad, "Tidakkah kamu
mendengar Abul Habab -yakni Abdullah bin Ubay-, ia berkata begird dan begitu?" Sa'ad bin Ubadah
berkata, "Maafkanlah dia dan biarkanlah", maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memaafkannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat biasa memaafkan Ahli Kitab dan kaum musyrik,
hingga Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, "Fa'fuu wash-fahuu. ..dst."(Hadits ini para perawinya tsiqah.
Ibnu Abi Ashim adalah seorang hafizh besar, biografinya ada dalam Tadzkiratul Huffaz juz 2 hal. 640,
sedangkan selebihnya ada dalam Tahdzibut Tahdzib. Hadits tersebut dalam kitab shahih melalui jalan
Syu'aib bin Abi Hamzah dengan sanad ini, akan tetapi tidak ada di sana sebab turunnya. Demikian juga
seperti ini dalam Tafsir Ibnu Abi Hatim seperti yang disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir juz 1 hal. 135)
270 Maksudnya: Izin memerangi dan mengusir orang Yahudi. Dengan demikian, terobatilah rasa sakit di hati
yang menimpa kaum mukmin selama ini.
271 Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kaum mukmin agar menyibukkan diri dengan
shalat, zakat dan amal shalih lainnya serta tidak sibuk memikirkan orang-orang kafir yang berusaha
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
111. Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata, "Tidak akan masuk surga kecuali orang Yahudi
atau Nasrani" 272 . Itu (hanya) angan-angan mereka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu
jika kamu orang yang benar".
112. Tidak! Barangsiapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berbuat baik, dia
mendapat pahala di sisi Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih
113. Dan orang-orang Yahudi berkata, "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu
pegangan", orang-orang Nasrani (juga) berkata, "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai suatu
pegangan," padahal mereka membaca Al Kitab 274 . Demikian pula orang-orang yang tidak
berilmu 275 , berkata seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili mereka pada hari
Kiamat, tentang apa yang mereka perselisihkan 276 .
Ayat 114-115: Menerangkan haramnya menodai kehormatan masjid, contoh tindakan
menghalangi orang lain beribadah, dan menerangkan bahwa menghadap kiblat adalah salah
satu syarat sahnya shalat
mengembalikan mereka kepada kekafiran, dan bahwa amal shalih yang mereka kerjakan, niscaya akan
mereka peroleh pahalanya di sisi Allah Azza wa Jail.
272 Orang Yahudi mengatakan, mereka saja yang akan masuk surga. Orang Nasrani berkata, mereka saja
yang akan masuk surga.
273 Bahkan yang masuk surga adalah orang yang berbuat ikhlas kepada Allah dan mengikuti Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam dalam ucapan dan tindakannya. Barangsiapa yang melakukan demikian, maka
dia akan memperoleh pahala amalnya di sisi Tuhannya di akhirat, yaitu masuk ke surga dengan segala
kenikmatan yang ada di dalamnya, sedangkan mereka tidak merasa takut terhadap hal yang akan datang dari
perkara akhirat dan tidak merasa sedih karena tidak memperoleh keuntungan-keuntungan dunia. Berdasarkan
ayat ini, yang berhak masuk surga adalah orang yang ikhlas dan mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam (orang-orang muslim).
274 Padahal dalam Taurat dan Injil terdapat kewajiban beriman kepada semua nabi.
275 Dari kalangan kaum musyrik.
276 Di akhirat, Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan memutuskan perkara antara kedua pihak yang berselisih
dengan keputusan-Nya yang adil dan bahwa tidak ada yang selamat kecuali mereka yang beriman kepada
semua nabi dan rasul, mengikuti perintah Tuhannya dan menjauhi larangannya, selain itu adalah orang-orang
yang binasa.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
114. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang menyebut nama Allah di dalam
masjid-masjid-Nya, dan berusaha merobohkannya? 277 mereka itu tidak pantas memasukinya kecuali
dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehinaan di dunia dan di akhirat mendapat
azab yang berat.
115. Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap di sanalah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui. 279
277 Tidak ada yang lebih zalim daripada orang yang melarang dzikrullah di masjid-masjid Allah, seperti
melarang orang yang shalat, orang yang membaca Al Qur'an dan melarang orang lain menjalan ibadah.
Terlebih ditambah dengan usaha untuk merobohokannya atau melarang kaum mukmin masuk ke dalamnya.
Usaha merobohkannya menurut Syaikh As Sa'diy dalam tafsirnya ada dua; Hissiy (inderawi) dan Maknawi.
Yang Hissiy misalnya menghancurkannya, merusaknya dan mengotorinya. Sedangkan yang Maknawi adalah
melarang orang-orang yang menyebut nama Allah di masjid-masjid-Nya. Ayat di atas adalah umum
mencakup kepada semua yang memiliki sifat tersebut, termasuk ke dalamnya As-habul Fiil (para tentara
bergajah di bawah pimpinan Abrahah yang hendak menghancurkan Ka'bah), kaum Quraisy yang
menghalangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada tahun Hudaibiyah, kaum Nasrani yang
menghancurkan Baitul Maqdis dan lain-lain, maka Allah membalas mereka dengan menghalangi mereka
masuk ke dalam masjid baik secara syara' maupun taqdir (ketentuan)-Nya kecuali dalam keadaan takut dan
hina. Ketika mereka membuat takut hamba-hamba Allah, maka Allah membuat hati mereka takut. Kaum
musyrik yang menghalangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ternyata tidak lama, kemudian Allah
Subhaanahu wa Ta'aala mengizinkan Beliau menaklukkan Makkah dan melarang kaum musyrik mendekati
rumah-Nya (lihat surat At Taubah: 28). Sebelum mereka adalah As-habul Fiil, Allah Subhaanahu wa Ta'aala
telah menimpakan kehinaan kepada mereka di dunia (baca kisahnya di surat Al Fiil), sedangkan orang-orang
Nasrani yang merobohkan Baitul Maqdis akhirnya dikalahkan oleh kaum mukmin. Oleh karena itu, siapa
saja yang coba-coba mengikuti jejak mereka, pasti akan memperoleh kehinaan.
Jika tidak ada orang yang paling zalim daripada orang yang menghalangi orang lain menjalankan ibadah di
dalamnya dan berusaha merobohkannya berarti tidak ada orang yang paling besar imannya daripada orang
yang berusaha memakmurkan masjid-Nya baik Hissiy (seperti membangunnya dan members ihkannya)
maupun maknawi (seperti mengumandangkan azan, mengadakan shalat jama' ah, mengadakan ta'lim,
membaca Al Qur'an di sana dan melakukan ibadah-ibadah lainnya di sana).
278 Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
shalat menghadap dari Mekah ke Madinah di atas kendaraannya, ke arah wajahnya menghadap. Tentang hal
ini, turun ayat, Fa ainamaa tuwalluu fatsamma wajhullah." (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Tirmidzi,
Nasa'i, Ahmad dan Ibnu Jarir. Tirmidzi berkata, "Hadits hasan shahih.")
279 Timur dan barat serta apa yang ada di antara keduanya adalah milik Allah, Dia-lah pemilik bumi ini.
Disebutkan timur dan barat, karena di sana terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya yang besar, dari sana terbit
dan tenggelam matahari, jika Allah Subhaanahu wa Ta'aala memiliki kedua arah itu, berarti memiliki semua
arah. Oleh karena itu, arah mana saja seseorang menghadap dengan perintah Allah (misalnya perintah
menghadap ka'bah setelah sebelumnya menghadap ke Baitul Maqdis) atau keringanan dari-Nya (seperti
ketika shalat sunat di atas kendaraannya, atau ia tidak mengetahui di mana kiblat, lalu ia shalat setelah
mencari-cari arah kiblat, ternyata arah kiblatnya salah atau ia shalat dalam keadaan disalib, diikat, sakit dsb),
maka di situlah wajah Allah, yakni ia tidak keluar dari dari kerajaan Allah dan keta'atan kepada-Nya.
Sesungguhnya Allah Mahaluas rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan mengetahui
perbuatan mereka, tidak ada satu pun yang samar bagi-Nya. Ayat ini menetapkan adanya wajah bagi Allah
Ta'ala yang layak bagi-Nya, dan bahwa Dia memiliki wajah yang berbeda dengan wajah makhluk.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 116-119: Menyebutkan kedustaan orang-orang Ahli Kitab dan kaum musyrikin dalam
dakwaan mereka bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala punya anak; Mahasuci Dia dari apa
yang mereka sifatkan
116. Mereka (orang-orang kafir) berkata 280 : "Allah mempunyai anak". Mahasuci Allah 281 , bahkan
milik-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. Semua tunduk kepada-Nya 282 .
117. Allah Pencipta langit dan bumi 283 . Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya
berkata kepadanya: "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.
118. Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung)
berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda (kekuasaan-Nya) kepada kami?" 285 Demikian pula
280 Mereka ini adalah orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang musyrik. Meskipun mereka
menisbatkan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya, namun Allah
Subhaanahu wa Ta'aala sangat halim (sabar dan tidak langsung menghukum padahal Dia mampu) dan
mereka masih mendapatkan rezeki-Nya. Kata-kata ini "subhaanah", merupakan bantahan Allah Subhaanahu
wa Ta'aala terhadap pernyataan batil tersebut. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala menegakkan hujjah
dengan firman-Nya setelah kata-kata "subhaanah".
281 Yakni Mahasuci Allah dari pernyataan yang batil tersebut. Demikian juga Mahasuci Dia dari apa yang
disifatkan oleh kaum musyrikin dan orang-orang zalim. Mahasuci Allah yang memiliki kesempurnaan secara
mutlak dari segala sisi, Dia tidak terkena aib dan kekurangan dari segala sisi.
282 Maksudnya: semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik-Nya dan hamba-Nya, mereka semua
tunduk kepada-Nya dan di bawah tadbir (pengaturan)-Nya. Jika mereka semua adalah hamba-Nya dan butuh
kepada-Nya sedangkan Dia tidak butuh kepada mereka, bagaimana mungkin salah seorang di antara mereka
menjadi anaknya, padahal anak itu biasanya sejenis dengan bapaknya, karena memang ia bagian
daripadanya. Perhatikanlah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala Maha Memiliki lagi Maha Menundukkan,
sedangkan mereka dimiliki dan ditundukkan, Dia Maha Kaya, sedangkan mereka fakir, berbeda bukan!, dan
sungguh sangat berbeda. Oleh karena itu, pernyataan ini termasuk kebatilan yang paling batil.
Tunduk atau qunut terbagi dua: Ketundukan umum dan ketundukan khusus. Ketundukan umum maksudnya
bahwa semua makhluk di bawah tadbir (pengaturan) Allah Subhaanahu wa Ta'aala seperti yang dinyatakan
dalam ayat ini. Sedangkan ketundukan khusus adalah ketundukan beribadah sebagaimana firman-Nya "wa
quumuu lillahi qaanitiin" (dan berdirilah karena Allah dengan tunduk/khusyu') di surat Al Baqarah: 238.
283 Badii' artinya Allah Subhaanahu wa Ta'aala Pencipta tanpa didahului contoh sebelumnya. Allah Maha
Kuasa mampu menciptakan makhluk begitu indah tanpa didahului contoh sebelumnya.
284 Baik dari kalangan ahli kitab maupun selain mereka.
285 Tanda-tanda di sini adalah tanda-tanda sesuai yang mereka inginkan berdasarkan akal mereka yang tidak
sehat dan pandangan mereka yang dangkal yang membuat mereka berani berbicara seperti itu kepada Allah
Al Khaliq dan bersikap sombong kepada rasul-rasul-Nya, seperti permintaan mereka agar dapat melihat
Allah (lihat Al Baqarah: 55), permintaan agar Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menurunkan
kitab langsung dari langit (lihat An Nisaa': 153), dan seperti yang disebutkan dalam surat Al Israa': 90-95.
seperti inilah kebiasaan mereka terhadap rasul-rasul, meminta ayat-ayat yang memberatkan diri mereka,
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
orang-orang sebelum mereka telah berkata seperti ucapan mereka itu. Hati mereka serupa 286 .
Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang yakin.
119. Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran 287 , sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan 288 . Kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang
penghuni-penghuni neraka.
bukan ayat-ayat untuk memperoleh bimbingan, karena memang niat mereka bukan mencari yang hak,
padahal para rasul telah datang membawakan ayat-ayat yang biasanya dengan ayat tersebut manusia mau
beriman. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, "Sesungguhnya telah Kami jelaskan
tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang yakin. "
Orang-orang yang yakin telah mengetahui dari ayat-ayat Allah dan buktinya yang begitu jelas sesuatu yang
membuat mereka yakin dan hilang keraguan dan kebimbangan.
286 Yakni ucapan tersebut tidaklah muncul kecuali karena kesamaan hati dalam kekafiran dan kesesatan.
287 Pada ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyatakan kebenaran kerasulan Beliau dan kebenaran apa
yang Beliau bawa berupa Al Qur'an dan As Sunnah. Kebenaran Beliau didukung oleh banyak dalil, baik dalil
sam'i (naqli) seperti pada ayat ini, maupun dalil 'aqli (akal). Dalil 'aqlinya adalah sbb:
Pertama, keadaan penduduk bumi sebelum Beliau diutus berada dalam kegelapan dan jauh dari akhlak mulia
sehingga disebut sebagai zaman jahiliyyah (kebodohan). Manusia tidak berpikir lagi tentang apa yang
disembahnya; pantas atau tidak untuk disembah seperti patung, api, salib dsb. Kita pun mengetahui bahwa
Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidaklah menciptakan makhluk-Nya dengan membiarkan mereka begitu saja,
karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala Maha Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Kuasa dan Maha
Penyayang. Hikmah dan rahmat-Nya menghendaki untuk mengutus kepada mereka yang berada dalam
kegelapan ini seorang rasul yang menyuruh mereka menyembah kepada yang pantas disembah, yaitu
Pencipta mereka (Allah) dan mengembalikan mereka kepada jati diri mereka yang sesungguhnya
(memanusiakan manusia) sebagai hamba Allah bukan hamba makhluk, membebaskan mereka dari
peribadatan kepada makhluk menuju peribadatan kepada Allah, mengfungsikan kembali akal mereka yang
selama ini tertahan geraknya, menjalin hubungan baik antara sesama mereka yang sebelumnya bermusuh-
musuhan dan menyatukan mereka di atas tauhid, di atas beribadah kepada Allah dan di atas kebaikan
sehingga hidup mereka diberkahi, makmur dan penuh kedamaian.
"Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya. (Terj. Al A 'raaf: 96)
Kedua, barang siapa yang mengetahui keadaan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebelum
diutus, akhlaknya yang mulia dan pribadinya yang agung, pasti akan mengetahui bahwa akhlak tersebut
adalah akhlak para nabi dan rasul. Hal ini pun sama menunjukkan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah Nabi dan Rasul.
Ketiga, barang siapa yang mengetahui apa yang Beliau bawa, baik Al Qur'an maupun As Sunnah yang isinya
mengandung berita yang benar, perintah-perintah yang baik (berbakti kepada orang tua, menyambung tali
silaturrahim, berkata jujur, menepati janji dsb), larangan mengerjakan perbuatan buruk (larangan meminum
khamr, judi, mengadu domba dsb), belum lagi mukjizat yang diberikan kepada Beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam, pasti akan membenarkan kenabian dan kerasulan Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali orang
yang zhalim dan sombong saja padahal hati mereka mengakui,
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan, padahal hati mereka meyakini
(kebenaran)nya. " (Terj. An Naml: 14)
288 Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam diutus dengan membawa agama yang benar (Islam) yang
diperkuat dengan hujjah dan mukjizat. Beliau diperintahkan menyampaikan agama ini dengan memberikan
berita gembira kepada kaum mukmin kebaikan yang akan mereka peroleh di dunia dan akhirat, dan menakuti
mereka yang menolak padahal sudah jelas kebenarannya dengan azab Allah. Tugas Beliau hanya
Abu Yahya Marwan bin Musa
52
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 120-123: Peringatan agar jangan mengikuti keinginan orang-orang Yahudi dan Nasrani
dan agar jangan menyerupai mereka, serta mengingatkan orang-orang Yahudi terhadap
nikmat-nikmat Allah yang dikaruniakan-Nya kepada mereka, serta memperingatkan
manusia terhadap azab-Nya
120. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu sebelum kamu mengikuti
agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)" 289 .
dan jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu 290 , maka Allah
tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu 291 .
121. Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya
sebagaimana mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Barangsiapa yang ingkar
kepadanya 293 , mereka itulah orang-orang yang rugi.
122. Wahai Bani Israil! ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku berikan kepadamu dan Aku telah
melebihkan kamu di atas segala umat (pada masa itu) 294 .
menyampaikan, adapun hisabnya diserahkan kepada Allah. Beliau tidaklah diminta pertanggungjawaban
terhadap kekafiran mereka.
289 Maksudnya: Agama Islam itulah agama yang benar dan petunjuk yang sebenarnya, sedangkan yang
mereka pegang adalah hawa nafsu belaka.
290 Yakni setelah kebenaran datang.
291 Ayat ini meskipun khithab (arah pembicaraan) ditujukan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam, namun ia umum untuk umatnya juga. Di dalam ayat ini terdapat larangan keras mengikuti keinginan
orang-orang Yahudi dan Nasrani, bertasyabbuh dengan mereka terutama dalam hal yang menjadi ciri khas
agama mereka.
292 Di antara mufassirin ada yang mengartikan "yat-luunahu haqqa tilaawatih" dengan "mengikutinya
sebagaimana mestinya", karena tilawah adalah ittibaa' (mengikuti). Oleh karenanya, maksud ayat ini adalah
mereka mengikutinya sebagaimana mestinya, mereka halalkan yang halal, mengharamkan yang haram,
mengamalkan muhkamnya (ayat yang jelas) dan mengimani ayat yang mutasyabihatnya, tidak merobah dan
mentakwilkan Al kitab sekehendak hatinya, ia mengimani isinya dan mengikutinya, termasuk beriman
kepada nabi yang diberitakan di sana, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka inilah
ahlul kitab yang beriman. Mereka mengenal nikmat Allah dan mensyukurinya serta beriman kepada semua
rasul tanpa membeda-bedakan (tidak hanya beriman kepada sebagiannya), tetapi beriman kepada semuanya.
293 Maksudnya: ingkar kepada kitab itu; dengan bersikap berbeda dengan yang disebutkan sebelumnya (lihat
footnote 288).
294 Maksudnya: Mereka dilebihkan di atas umat yang lain pada masa itu dengan banyaknya para nabi dari
kalangan mereka dan diturunkan kepada mereka kitab-kitab.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
123. Dan takutlah kamu pada hari, (ketika) tidak seorang pun dapat menggantikan 295 orang lain
sedikitpun, tebusan tidak diterima, bantuan tidak berguna baginya dan mereka tidak akan ditolong.
Ayat 124-129: Menerangkan kedudukan Nabi Ibrahim 'alaihis salam, pembangunan yang
dilakukannya terhadap ka'bah dan doa Beliau di dekatnya
124. 296 Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji 297 Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan
larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfrrman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan
kamu sebagai imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari
keturunanku" 298 . Allah berfirman: "(Benar, tetapi) Janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang yang
zalim".
295 Maksudnya: dosa dan pahala seseorang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.
296 Pada ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan tentang hamba dan kekasih-Nya, yaitu Ibrahim
'alaihis salam, seorang yang telah diakui kepemimpinan dan kemuliaannya oleh semua golongan ahlul kitab,
bahkan oleh kaum musyrik.
297 Ujian terhadap Nabi Ibrahim 'alaihis salam berupa beban perintah dan larangan. Contohnya: membangun
Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz
dan lain-lain. Hal yang sudah menjadi kebiasaan, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menguji hamba-hamba-Nya
agar diketahui siapa di antara mereka yang dusta dan siapa di antara mereka yang jujur. Orang yang dusta
tidak teguh ketika mendapatkan ujian dan cobaan, sedangkan orang yang jujur tetap teguh pendirian, tidak
goyang meskipun banyak rintangan dan hambatan. Dengan ujian tersebut, orang yang jujur semakin tinggi
derajatnya, bertambah tinggi kedudukannya, semakin bersih amalnya serta semakin kelihatan
keistimewaannya, dan di antara contoh terdepan orang yang jujur imannya adalah Nabi Ibrahim 'alaihis
salam. Saat ia mendapatkan ujian, ia mampu memenuhinya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersyukur
kepadanya, dan Dia senantiasa Maha mensyukuri, Firman-Nya, "Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu
sebagai imam bagi seluruh manusia" yakni sebagai teladan dan panutan dalam hal petunjuk bagi manusia,
mereka yang mengikutinya akan memperoleh petunjuk dan berbahagia, dan ia (Nabi Ibrahim) akan
memperoleh pujian yang kekal, pahala yang besar serta penghormatan dari semua orang. Hal ini merupakan
kedudukan yang paling tinggi dan paling utama. Ketika Nabi Ibrahim 'alaihis salam telah menerima
kedudukan ini, ia meminta kepada Allah agar kedudukan ini diperoleh pula oleh keturunannya. Permintaan
ini menunjukkan keimamannya, dan sikap nasihat (tulus) kepada hamba-hamba Allah, kecintaannya agar di
antara mereka banyak yang mendapat petunjuk, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengabulkannya dan
memberitahukan bahwa janji-Nya, yakni kedudukan itu tidak akan diperoleh oleh orang-orang yang zalim.
Dengan demikian imamah fid din (kepemimpinan dalam agama) tidak akan diperoleh oleh mereka yang
zalim, karena kedudukan tersebut hanyalah bisa diraih dengan sabar dan yakin (lihat surat As Sajdah: 24), di
mana dengannya seseorang dapat memiliki iman yang besar dan dapat beramal shalih yang banyak,
berakhlak mulia, berkepribadian lurus, memiliki rasa takut yang tinggi kepada Allah dan inabah (kembali)
kepada-Nya. (Lihat tafsir Syaikh as Sa'diy).
298 Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim 'alaihis salam, karena banyak di antara rasul-rasul itu adalah
keturunan Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
54
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
125. Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul bagi manusia
dan tempat yang aman 301 . Jadikanlah maqam Ibrahim 302 itu tempat shalat 303 . Dan telah Kami
299 Syaikh As Sa'diy berkata, "Kemudian Allah Ta'ala menyebutkan contoh tetap yang menunjukkan
keimaman Nabi Ibrahim, yaitu Baitullah Al Haram, di mana pergi berhajji ke tempat itu merupakan salah
satu rukun Islam yang dapat menghapuskan dosa-dosa dan kelasahan. Di sana terdapat bekas-bekas
peninggalan Al Khalil (Nabi Ibrahim 'alaihis salam) dan anak cucunya yang menunjukkan keimamannya dan
dapat dikenang keadaannya."
300 Seperti untuk hajji, umrah, shalat dan thawaf.
301 Yakni setiap orang yang berada di sana aman, bahkan tidak hanya manusia, hewan pun aman, tennasuk
juga pepohonan. Oleh karena itu, orang-orang dahulu di zaman Jahiliyyah sangat memuliakan sekali tempat
itu, sampai-sampai ketika seseorang berjumpa dengan pembunuh ayahnya di tanah haram, ia tidak berani
bangkit menyerangnya. Ketika Islam datang, maka ditambah lagi kehormatan dan kemuliaannya.
302 Ialah tempat berdiri Nabi Ibrahim alaihis salam di waktu membangun Ka'bah. Menurut Syaikh As Sa'diy,
maqam di sini ada dua makna, bisa maksudnya adalah maqam yang menghadap ke pintu Ka'bah, sehingga
perintah menjadikannya sebagai tempat shalat adalah anjuran untuk mengerjakan dua rak'at thawaf yang
dilakukan di belakang Maqam Ibrahim (inilah pendapat mayoritas para mufassir). Bisa juga maksud maqam
adalah semua maqam (tempat berdiri) Nabi Ibrahim dalam ibadah hajji, yaitu semua syia'r hajji, seperti:
thawaf, sa'i, wuquf di 'Arafah dan Muzdalifah, melempar jumrah, berkurban dan perbuatan lainnya yang
termasuk ibadah hajji. Sehingga perintah menjadikan mushalla maksudnya adalah perintah menjadikan
tempat beribadah.
Maqam di sini bukanlah berati kuburan, karena kuburan dalam bahasa Arab disebut maqbarah, jamaknya
adalah maqaabir. Adapun maqaam, berasal dari kata "Qaama-yaquumu-qiyaam" artinya berdiri, maqam
adalah ismul makaan, yakni tempat berdiri. Hal ini kami sebutkan karena ada sebagian orang yang
menganggap bahwa maqam Ibrahim maksudnya adalah kuburan Ibrahim, dengan anggapan yang salah ini
akhirnya ia menyatakan tidak mengapa kuburan berada di dalam masjid atau didekatkan dengan masjid.
Bahkan hal itu tidak dibenarkan dalam Islam, di samping hal itu merupakan wasilah (sarana) yang bisa
mengarah kepada kemusyrikan.
303 Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas, bahwa Umar berkata, "Aku sesuai dengan keputusan Tuhanku
dalam tiga hal. Aku pernah berkata, "Wahai Rasulullah, apa tidak sebaiknya kita jadikan maqam Ibrahim
sebagai tempat shalat," maka turunlah ayat "Wattakhidzuu mini maqaami Ibraahiima mushallaa". Pada ayat
hijab, aku pernah berkata, "Wahai Rasulullah, tidakkah engkau perintahkan istri-istrimu berhijab? Karena
yang berbicara dengan mereka ada orang yang baik dan ada orang yang buruk," sehingga turunlah ayat hijab.
Demikian juga ketika istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkumpul karena cemburu kepada Beliau,
maka aku berkata kepada mereka, "Jika Beliau menceraikan kamu, boleh jadi Allah akan memberi ganti
kepadanya dengan istri-istri yang lebih baik dari kamu" sehingga turunlah ayat tersebut (lih. At Tahrim: 4).
Imam Bukhari menyebutkan juga hadits ini dalam bagian tafsir juz 9 hal. 235, di sana terdapat mutaba'ah
Yahya bin Sa'id terhadap Hasyim, Imam Bukhari menyebutkan dalam dua tempat secara mu'allaq. Di sana
disebutkan secara tegas, bahwa Humaid mendengar dari Anas. Al Haafizh dalam Al Fat-h juz 2 hal. 51
berkata, "Oleh karena itu, menjadi aman dari tadlisnya."
Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa Umar berkata, "Aku sesuai dengan keputusan Tuhanku
dalam tiga hal; dalam hal maqaam Ibrahim, dalam hal hijab dan dalam hal pemberian keputusan kepada para
tawanan perang Badar."
Abu Yahya Marwan bin Musa
Perhatian:
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang
thawaf, orang yang i'tikaf, orang yang ruku' dan orang yang sujud".
126. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman
dan berikanlah rezki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu yang beriman di antara
mereka kepada Allah dan hari kemudian 306 . Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafir akan
aku beri juga 307 kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali".
127. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya
berdoa), "Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. 308 Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Mendengar 309 lagi Maha Mengetahui 310 ".
128. Ya Tuhan Kami, Jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau, dan
(jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau serta tunjukkanlah
304 Yakni wahyu dan perintah kepada keduanya untuk membersihkan Baitullah dari kemusyrikan, dari
kekafiran dan kemaksiatan. Demikian juga membersihkan dari kotoran dan najis.
305 Diidhafatkan/dihubungkan rumah tersebut kepada Allah menjadi "Rumah Allah" karena beberapa fa'idah:
1. Agar mendapat perhatian dari Nabi Ibrahim dan Isma'il, karena rumah itu adalah rumah-Nya,
sehingga keduanya semangat dalam melakukannya.
2. Diidhafatkan menghendaki agar dimuliakan dan dihormati.
3. Diidhafatkan dengan Allah adalah memiliki daya tarik yang dalam terhadap hati agar kembali
kepada-Nya. (Diringkas dari Tafsir As Sa'diy)
306 Do'a awalnya mutlak untuk semua penduduknya, namun kemudian Nabi Ibrahim 'alaihis salam
membatasinya untuk orang-orang mukmin saja sebagai adabnya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
307 Rezeki yang Allah berikan adalah untuk semua makhluk baik yang mukmin maupun yang kafir, yang
shalih maupun yang bermaksiat. Orang mukmin menggunakan rezeki itu untuk beribadah kepada Allah dan
ia akan masuk ke dalam surga, sedangkan orang kafir menggunakannya untuk bersenang-senang saja, dan ia
akan dipaksa masuk neraka.
308 Dari tindakan dan ucapan Nabi Ibrahim dan Isma'il 'alaihimas salam dapat diketahui tingginya rasa khauf
(takut) dan rajaa' (harap) serta jauh dari ujub (bangga diri). Amal mereka berdua yang begitu mulia dan
agung dianggap kurang oleh mereka berdua, sampai-sampai mereka berdo'a kepada Allah agar amal mereka
diterima sehingga bermanfa'at, dan seperti inilah kesempurnaan. Mereka juga berdua berdo'a untuk diri
mereka dan anak cucu mereka agar tetap di atas Islam; yang hakikatnya adalah ketundukan hati dan patuh
kepada Allah Azza wa jalla yang mencakup ketundukan anggota badan.
309 Maha Mendengar ucapan hamba-hamba-Nya.
310 Maha Mengetahui keadaan mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
56
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kepada kami cara-cara melakukan ibadah (haji) Kami 311 , dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang 312 .
129. Ya Tuhan Kami, utuslah di tengah mereka sesorang rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan Al kitab (Al Quran) dan Al-
Hikmah (As-Sunnah) 313 kepada mereka serta menyucikan mereka 314 . Sesungguhnya Engkaulah
yang Mahaperkasa 315 lagi Mahabijaksana 316 .
Ayat 130-134: Menyebutkan celaan keras terhadap orang-orang yang menyimpang dari
ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam, penekanan untuk mengikutinya dan ajakan agar
menjadikannya sebagai teladan, serta menerangkan tentang agama Nabi Ibrahim 'alaihis
salam
- „ -v- / ^ ^ ^ ; — , ^ - S , , < , - „
130. 317 Dantidakada yang membenci agama Ibrahim (Islam), melainkan orang yang memperbodoh
dirinya sendiri. Sungguh, Kami telah memilihnya 318 di dunia dan sesungguhnya di akhirat dia
termasuk orang-orang yang saleh 319 .
311 Kata "manasik" pada ayat tersebut bisa maksudnya semua pekerjaan hajji, dan bisa maksudnya lebih
umum lagi yaitu agama yang benar dan tata cara ibadah semuanya karena arti nusuk adalah ibadah, namun
biasanya dipakai untuk pelaksanaan ibadah hajji. Singkatnya, mereka berdua berdo'a agar diberi tauflq
kepada ilmu yang bermanfa'at serta amal yang shalih.
312 Seorang hamba betapa pun banyak ibadahnya, namun tetap tidak lepas dari kekurangan dan butuhnya ia
kepada tobat, dan pada pengakuan ini terdapat obat dari penyakit ujub.
313 Ada yang mengartikan hikmah di ayat tersebut dengan tafsirnya. Diartikan dengan Sunnah juga tepat,
karena Sunnah merupakan penjelas Al Qur'an, dan di dalamnya terdapat hikmah.
314 Dari syirk dan akhlak yang buruk. Ayat ini menjadi dalil tasfiyah dan tarbiyah dalam berdakwah, yakni
dibersihkan segala yang bukan dari Islam dan dibina kaum muslimin dengan Tarbiyah Islamiyyah yang
bersumber dari ajaran Islam yang murni. Tasfiyah dan Tarbiyah harus dilakukan, terlebih di zaman sekarang,
zaman di mana umat Islam tidak mampu membedakan mana ajaran Islam dan mana yang bukan ajaran
Islam, maka seorang da'i hendaknya dalam dakwahnya membersihkan ajaran Islam yang dicampuri oleh
berbagai bid'ah serta menerangkan ajaran Islam yang sesungguhnya.
315 Tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi Allah.
316 Bijaksana artinya tepat, yakni menempatkan sesuatu tepat sesuai dengan tempatnya.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengabulkan permohonan keduanya dan mengutus setelah mereka seorang
nabi yang mulia, yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
317 Setelah Allah menyebutkan keadaan Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang sungguh mulia dan menyebutkan
tentang sifat-sifatnya yang sempurna, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa tidak ada yang
membenci ajaran Nabi Ibrahim kecuali orang yang dungu dan jahil (bodoh).
318 Di antaranya menjadi; Imam, nabi dan rasul, banyak keturunannya yang menjadi Nabi, diberi gelar
khalilullah (kekasih Allah).
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
131. Ketika 320 Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku
tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam" 321 .
132. Dan Ibrahim mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim
berkata): "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini 322 untukmu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim 323 ".
dig-ill JLju I jJli C^-bu qa QjJ^ju La 4~iLl J 13 ij <zSyS\ CjjIju Jva^>- ij ^
133. 324 Apakah kamu hadir ketika Ya'qub hendak dijemput oleh maut 325 , ketika dia berkata kepada
anak-anaknya 326 , "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan
menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan
319 Orang-orang yang saleh di akhirat mendapatkan derajat yang tinggi.
320 Sebab Ibrahim dipilih oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala adalah karena sikapnya yang segera tunduk dan
patuh tanpa ragu-ragu.
321 Yakni ketundukan dengan sikap ikhlas, mentauhidkan-Nya, mencintai dan kembali kepada-Nya.
322 Yakni agama Islam sebagai rahmat dan ihsan-Nya kepada kita. Dari ayat ini kita mengetahui bahwa
agama para nabi semuanya adalah Islam. Hal itu, karena Islam bila dimaknakan secara umum adalah
beribadah hanya kepada Allah Ta'ala dan menjauhi sesembahan selain Allah sesuai syari'at rasul yang
diutus. Oleh karena itulah, agama para nabi adalah Islam. Orang-orang yang mengikuti rasul di zaman rasul
tersebut diutus adalah orang Islam (muslim). Orang-orang Yahudi adalah muslim di zaman Nabi Musa
'alaihis salaam diutus dan orang-orang Nasrani adalah muslim di zaman Nabi 'Isa 'alaihis salaam diutus,
adapun setelah diutusnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka orang muslim adalah orang
yang mengikuti (memeluk) agama Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan yang tidak mau memeluk
agama Beliau adalah orang-orang kafir. Oleh karena itu, agama Nabi Ibrahim dan agama Nabi Ya'qub adalah
Islam, bukan agama Yahudi atau Nasrani.
323 Orang yang hidup di atas sesuatu, biasanya meninggal di atasnya, dan jika meninggal di atasnya, maka ia
akan dibangkitkan di atas itu pula. Nabi Ibrahim dan Ya'qub 'alaihimas salam mewasiatkan kepada anak-
anaknya agar mereka hidup di atas Islam dan meninggal di atas Islam agar nanti dibangkitkan di atasnya
pula.
324 Ketika orang-orang Yahudi menyangka bahwa mereka di atas agama Ibrahim dan agama Nabi Ya'qub
'alaihimas salam, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingkari mereka dengan flrman-Nya di atas.
325 Saat telah tiba tanda-tanda akan wafatnya.
326 Dengan maksud menguji mereka dan agar hatinya tenteram.
327 Pada kata-kata mereka ini terdapat penggabungan antara tauhid dan amal. Tauhid diambil dari kata-kata
mereka "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishaq,
(yaitu) Tuhan yang Mahaesa", sedangkan amal, diambil dari kata-kata mereka, "Kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya". Inilah arti Islam secara istilah, yakni menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-
Nya, tunduk patuh kepada-Nya dengan ta'at serta berlepas diri dari syirk dan pelakunya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
58
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
134. Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah
kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka
kerjakan 328 .
Ayat 135-138: Menyebutkan bantahan terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani yang
menyangka bahwa hidayah (petunjuk) terletak pada mengikuti mereka dan menerangkan,
bahwa petunjuk yang sebenarnya terletak dalam mengikuti ajaran Islam
135. Dan mereka berkata: "Jadilah kamu (penganut) agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu
mendapat petunjuk". Katakanlah: "Tidak, tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus
(Islam) 329 dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan tuhan."
L«j islll^lj CjjIjuj gi&tZijj J-jllc^I} Ja^A^jl Jji! Loj LLJl Jjjl L«j aJoL ILsU IjJ^S
136. 330 Katakanlah (hai orang-orang mukmin) 331 , "Kami beriman 332 kepada Allah 333 dan kepada apa
yang diturunkan kepada kami 334 , dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim 335 , Isma'il, Ishaq, Ya'qub
328 Masing-masing orang akan dibalas sesuai amalnya dan seseorang tidaklah dihukum karena dosa orang
lain. Iman dan ketakwaan seseorang juga tidak bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, sibuknya mereka
terhadap umat yang telah lalu, pengakuan mereka bahwa mereka di atas agama umat yang lalu tersebut dan
ridha dengan ucapan semata dianggap kosong tidak berarti apa-apa, bahkan yang wajib mereka lakukan
adalah memperhatikan diri mereka apakah layak untuk selamat atau tidak?.
329 Mengikuti Nabi Ibrahim itulah seseorang akan mendapatkan petunjuk, di mana Beliau seorang yang
bertauhid dan menjauhi syirk.
330 Ayat yang mulia ini mengandung hal-hal yang wajib kita imani. Iman adalah pembenaran dari hati kepada
dasar-dasar ini, iqrar (pengakuan di lisan) dan pengamalan dengan anggota badan. Berdasarkan arti ini, maka
kata iman sudah termasuk ke dalamnya Islam, demikian juga termasuk ke dalam iman semua amal shalih.
Amal shalih adalah bagian dari iman dan salah satu atsar (pengaruh) di antara atsar-atsarnya. Oleh karena itu,
jika disebutkan iman secara mutlak, maka hal-hal tadi termasuk di dalamnya. Demikian juga kata "Islam",
jika disebutkan secara mutlak, maka masuk juga ke dalamnya iman. Namun apabila disebut Iman dan Islam
secara bersamaan, maka iman adalah sesuatu yang menancap di hati berupa pembenaran dan pengakuan,
sedangkan Islam sebagai nama untuk amal-amal yang nampak di luar. Sama seperti ini, jika disebut iman
dan amal shalih. Iman adalah sesuatu yang menancap di hati, sedangkan amal shalih adalah amalan yang
nampak di luar.
331 Maksudnya: perkataan yang dibenarkan oleh hati. Inilah perkataan yang sempurna yang akan diberi
pahala. Sebaliknya, jika terbatas di lisan saja tanpa masuk ke dalam hati, maka hal itu merupakan nifak dan
kekufuran. Perintah untuk mengatakan hal-hal di atas adalah isyarat untuk mengi'lankan (menampakkan
secara terang-terangan) 'Aqidah Islam sekaligus mendakwahkan manusia kepadanya.
332 Pada kata-kata ini "Kami beriman" dinisbatkan kepada umat Islam secara menyeluruh yang menunjukkan
wajibnya mereka berpegang dengan agama Allah dan bersatu di atasnya serta larangan berpecah-belah. Ayat
ini juga menunjukkan bahwa kaum mukmin itu seperti satu jasad.
333 Kata-kata ini menunjukkan bolehnya seseorang menyebut dirinya beriman 'ala wajhit taqyid (secara
tafshil, seperti: "saya beriman kepada Allah", "saya beriman kepada kitab-kitab Allah" dsb.), bahkan hal itu
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
dan anak cucunya , dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhan mereka 337 . Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka 338 ,
dan Kami hanya tundukpatuh kepada-Nya" 339 .
wajib. Berbeda jika mengatakan "saya seorang mukmin", maka harus disertakan istitsna' (kata Insya Allah)
karena di dalamnya terdapat tazkiyah (anggapan suci terhadap diri) dan persaksian dirinya sebagai mukmin.
Beriman kepada Allah mencakup beriman bahwa Allah itu ada, Dia sebagai Rabbul 'alamin (Pencipta,
Penguasa dan Pemberi rezeki alam semesta), Mahaesa, memiliki sifat sempuma, bersih dari sifat kekurangan
dan cacat, yang satu-satunya berhak diibadahi dan tidak boleh disekutukan.
334 Mencakup beriman kepada Al Qur'an dan As Sunnah, berdasarkan surat An Nisa': 113 yang di sana
disebutkan "wa anzalallahu 'alaikal kitaaba wal hikmah". Oleh karena itu, dalam beriman kepada apa yang
diturunkan Allah kepada kita mencakup beriman kepada isi Al Qur'an dan As Sunnah, seperti tentang sifat-
sifat Allah, sifat-sifat rasul-Nya, tentang hari akhir, hal-hal ghaib yang telah lalu dan yang akan datang serta
beriman kepada kandungan Al Qur'an dan As Sunnah berupa hukum-hukum syar'i yang berupa perintah dan
larangan dan hukum-hukum jaza'i (pembalasan terhadap amal) dsb.
335 Seperti shuhuf (lembaran-lembaran berisi wahyu).
336 Mereka adalah para nabi yang berasal dari keturunan Ya'qub (Bani Israil).
337 Dalam beriman kepada kitab-kitab Allah, kita mengimaninya secara ijmal dan tafshil. Secara ijmal (garis
besar) maksudnya kita mengimani bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menurunkan kitab-kitab atau
shuhuf kepada para nabi meskipun tidak diberitahukan kepada kita namanya seperti pada ayat di atas.
Sedangkan secara tafshil (rinci) adalah kita mengimani kitab-kitab tersebut secara rinci, yakni yang
disebutkan nama kitabnya dan siapa yang menerimanya karena kemuliaan mereka sehingga disebutkan
namanya dalam Al Qur'an dan karena mereka datang membawa syari'at-syari'at yang agung. Misalnya:
Mengimani Al Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, Zabur yang
diturunkan kepada Nabi Dawud 'alaihis salam, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa 'alaihis salam dan
Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa 'alaihis salam.
Dari ayat ini kita juga mengetahui bahwa nikmat agama yang benar merupakan nikmat yang sangat besar
karena terkait dengan bahagia atau sengsara seseorang di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala tidak menyuruh kita mengimani apa yang diberikan kepada para nabi berupa
kerajaan, harta dsb. Akan tetapi, Dia memerintahkan kita beriman kepada apa yang diberikan kepada mereka
berupa kitab-kitab dan syari'at mereka..
Disebutkan kata "Mirr rabbihim" (dari Tuhan mereka) terdapat isyarat bahwa termasuk kesempurnaan
rububiyyah (kepengurusan) Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah dengan menurunkan kepada mereka
kitab-kitab dan mengutus para rasul, dan Rububiyyah-Nya kepada hamba-hamba-Nya menghendaki untuk
tidak membiarkan mereka begitu saja dalam kebingungan.
Apabila yang diberikan kepada para nabi itu berasal dari Tuhan mereka, maka di sana terdapat perbedaan
antara para nabi dengan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, yaitu dengan melihat apa yang mereka
dakwahkan. Para rasul tidaklah mendakwahkan selain kepada kebaikan dan tidak melarang kecuali dari
perbuatan buruk, masing-masing mereka saling membenarkan tidak bertentangan karena memang sama-
sama berasal dari Tuhan mereka, berbeda dengan orang yang mengaku sebagai nabi, pasti terjadi
pertentangan antara berita yang mereka sampaikan, demikian juga pada perintah dan larangan sebagaimana
hal itu diketahui oleh orang yang biasa mengkaji.
338 Maksudnya: tidak membeda-bedakan dalam beriman, yakni semuanya mereka imani tidak seperti orang-
orang Yahudi yang beriman hanya sampai kepada Nabi Musa 'alaihis salam dan tidak seperti orang-orang
Nasrani yang beriman hanya sampai kepada Nabi Isa 'alaihis salam. Padahal kafir kepada seorang nabi, sama
saja kafir kepada semua nabi.
339 Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan beberapa hal yang wajib diimani, baik secara umum
maupun khusus, sedangkan ucapan tidak berhenti sampai di situ, bahkan membutuhkan kerja nyata atau
amal, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk menambahkan "dan Kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya", yakni tunduk kepada keagungan-Nya dan patuh beribadah kepada-Nya baik zhahir
maupun batin sambil mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
60
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
137. Maka jika mereka 340 telah beriman sebagaimana yang kamu imani 341 , sungguh mereka telah
mendapat petunjuk. Tetapi jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan
(denganmu), maka Allah akan memelihara kamu dari mereka, dan Dia Maria mendengar lagi Maha
mengetahui. 342
Ayat di atas meskipun ringkas, namun sebenarnya mencakup beberapa hal, di antaranya:
Tauhid yang tiga; tauhid rububiyyah, tauhid uluhiyyah dan tauhid asma' wash shifat.
Beriman kepada semua Rasul.
Beriman kepada semua kitab.
Disebutkan sebagian para rasul setelah menyebutkan beriman kepada para rasul secara umum
menunjukkan keutamaan mereka di atas yang lain.
Menjelaskan tentang hakikat iman yang menghendaki adanya pembenaran di hati, lisan dan anggota
badan serta berbuat ikhlas lillah dalam semua itu.
Menjelaskan mana rasul yang sesungguhnya dengan orang yang mengaku sebagai rasul padahal
Menjelaskan tentang ucapan yang diajarkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada hamba-hamba-
Nya.
Menunjukkan rahmat (kasih sayang) Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan ihsan-Nya kepada hamba-
hamba-Nya dengan memberikan nikmat agama yang menjamin kebahagiaan mereka di dunia dan
akhirat.
Maka Mahasuci Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang menjadikan kitab-Nya sebagai penjelas segala sesuatu,
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
340 Yakni ahli kitab.
341 Yakni dengan beriman kepada semua kitab dan semua rasul termasuk beriman kepada Al Qur'an dan
kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam serta tunduk patuh kepada Allah Subhaanahu wa
Ta'aala.
342 Orang yang beriman seperti yang diimani kaum mukmin adalah orang-orang yang mendapat petunjuk
kepada jalan yang lurus yang mengarah keppada surga. Oleh karena itu, tidak ada jalan untuk memperoleh
petunjuk itu kecuali dengan beriman seperti di atas (ayat 136), tidak seperti yang dinyatakan oleh orang-
orang Yahudi dan Nasrani bahwa untuk memperoleh petunjuk harus mengikuti agama Yahudi atau Nasrani.
Padahal yang disebut dengan "petunjuk" adalah mengetahui kebenaran dan mengamalkannya. Kebalikannya
adalah tersesat baik dengan tidak mengetahui yang hak maupun dengan tidak mengamalkannya setelah
mengetahuinya. Keadaan seperti inilah, yakni berpaling dari petunjuk itu yang mengakibatkan mereka
berada dalam syiqaq (permusuhan), dan biasanya jika sudah terjadi permusuhan, maka orang yang
bermusuhan itu akan berupaya sekuat tenaga mengerahkan kemampuannya untuk menyakiti musuhnya, dan
yang mereka musuhi dalam hal ini adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, maka
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjanjikan akan menjaga Beliau dari gangguan mereka; karena Dia
mendengar semua pembicaraan dan Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan di belakang
mereka, Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak, yang zhahir maupun yang tersembunyi. Jika
demikian, maka cukuplah Allah sebagai penjaga Rasul -Nya dari gangguan musuhnya.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memenuhi janji-Nya, Dia menjaga Rasul-Nya dan rasul-Nya berhasil
menyampaikan risalahnya semua tanpa ada yang dikurangi sedikit pun. Di dalam ayat ini pun terdapat
mukjizat Al Qur'an, di mana Al Qur'an sudah mengabarkan sebelum terjadinya sesuatu dan kenyataannya
sesuai dengan yang dikabarkan itu.
Abu Yahya Marwan bin Musa
bukan rasul.
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
138. (Peganglah) Shibghah Allah , siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan
(katakanlah) hanya kepada-Nya Kami menyembah 344 .
Ayat 139-141: Menerangkan bantahan terhadap orang-orang yang menyangka bahwa
Ibrahim dan anak cucunya adalah orang-orang Yahudi atau Nasrani, serta menerangkan
bahwa sangkaan ini hanyalah sikap mengingkari, keras kepala dan jauh dari kenyataan
139. Katakanlah 345 : "Apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah, Padahal Dia
adalah Tuhan Kami dan Tuhan kamu 346 . Bagi Kami amalan Kami, dan bagi kamu amalan kamu dan
hanya kepada-Nya Kami dengan tulus mengabdikan diri.
343 Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak
disertai dengan kemusyrikan, bisa juga diartikan fitrah atau agama Allah, yakni "Peganglah agama Allah, di
mana Dia menciptakan kalian di atasnya." Memegang agama Allah ini menghendaki untuk melaksanakan
ajaran Islam baik amalan tersebut terkait dengan zhahir maupun batin serta memegang 'aqidah Islam di setiap
waktu sehingga hal itu menjadi shibghah dan sifat yang melekat pada diri seseorang. Jika sudah melekat,
tentu kita akan senantiasa tunduk kepada perintah-Nya dengan sikap rela, cinta dan sebagai pilihan bukan
karena terpaksa. Pengamalan ajaran Islam pun menjadi tabi'at dirinya seperti celupan yang merubah warna
pakaian sebelumnya. Dirinya akan memiliki akhlak mulia, amalan yang indah dan mendahulukan perkara
utama. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman dengan rasa takjub yang membuat orang-
orang yang berakal terpesona, "siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah?" yakni tidak ada
yang dapat merubah orang lain sehingga menjadi indah dipandang selain syari'at Allah Subhaanahu wa
Ta'aala. Untuk mengetahui kehebatan shibghah Allah, cobalah bandingkan antara seorang hamba yang
beriman kepada Allah dengan iman yang benar, tentu akan membekas dalam dirinya rasa tunduk baik dari
hati maupun anggota badannya kepada Allah, ia senantiasa memiliki sifat mulia, seperti jujur lisannya,
banyak kebaikannya, sedikit bicara, banyak berbuat, sedikit sekali tergelincir, tidak berlebihan dalam sesuatu
selain dalam hal yang memberinya manfa'at seperti ibadah, berbakti kepada orang tua dan menyambung tali
silaturrahim, sopan, sabar, memiliki rasa syukur yang tinggi, tidak lekas marah, memenuhi janji, menjaga
dirinya dari yang haram, tidak suka melaknat, memaki, tidak mengadu domba serta ghibah (menggunjing
orang), tidak tergesa-gesa, tidak dendam, tidak bakhil dan dengki, menampakkan wajah yang senang dan
berseri-seri, cinta karena Allah dan benci pun karena-Nya, ridha karena Allah serta marah pun karena-Nya.
Kemudian bandingkan dengan seorang yang jauh dari syari'at Allah; akhlaknya buruk seperti suka berdusta,
khianat, suka menipu, buruk ucapan dan tindakannya, tidak ikhlas kepada Allah dan tidak suka berbuat ihsan
kepada orang lain.
344 Ayat ini menerangkan tentang bagaimana memperoleh shibghah ini, yaitu dengan melaksanakan dua asas;
ikhlas dan mutaba'ah (mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam). Mengapa diambil kesimpulan
demikian? Hal itu, karena ibadah adalah istilah untuk semua perkara yang dicintai Allah dan diridhai-Nya
berupa ucapan dan amalan yang nampak maupun tersembunyi, dan hal itu tidak akan diperoleh kecuali
dengan mengikuti contoh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sedangkan arti ikhlas adalah tujuan
seorang hamba dalam melakukan semua itu untuk mencari keridhaan Allah dan Inilah ibadah.
Pada ayat tersebut ada penggunaan isim fa'il (pelaku), yaitu 'aabiduun yang menunjukkan tetapnya mereka di
atas ibadah tersebut, di atas sifat itu dan hal itu sudah menjadi shibghah (melekat) pada diri mereka.
345 Yakni kepada ahli kitab.
346 Berdebat atau disebut dalam bahasa Arab muhaajjaah artinya berdebat dalam masalah yang
diperselisihkan, di mana masing-masing pihak berusaha memenangkan pendapatnya dan membatalkan
pendapat lawannya. Dalam hal ini, kita diperintahkan dengan cara yang baik, yakni dengan cara yang bisa
menarik orang yang tersesat kepada kebenaran dan menegakkan hujjah kepada orang yang susah diajak,
menerangkan yang hak dan menjelaskan yang batil. Jika keluar dari hal tersebut, maka ia bukanlah
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
(jjfjjj J jLaJtJ U_P Jii-ttJ 4jj| Loj 4J0| Jfi-U^ OJLL^i, J>ii ^j-c-j j»JJs>l j-oj 4jdl^l pJLpI ^-Xjlf
140. Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa Ibrahim, Isma'il,
Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? 347 Katakanlah:
"Kamukah yang lebih tahu atau Allah, dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang
menyembunyikan syahadah dari Allah 348 yang ada padanya?" dan Allah sekali-kali tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan 349 .
141. Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah diusahakannya danbagimu apa yang kamu
usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang dahulu mereka
kerjakan 350 .
muj adalah (berdebat) tetapi sebagai miraa' (debat kusir) yang tidak ada kebaikan di dalamnya, dan malah
menimbulkan keburukan.
Orang-orang ahli kitab menganggap bahwa mereka lebih dekat dengan Allah daripada kaum muslim.
Anggapan jelas membutuhkan bukti dan dalil. Padahal Tuhan semua manusia hanya satu yaitu Allah, Dia
bukan Tuhan mereka saja, bahkan Tuhan kita juga. Oleh karena itu, kita dan mereka adalah sama, karena
membedakan antara hal yang sama tanpa ada sesuatu pembeda adalah batil. Bahkan berbedanya antara yang
satu dengan yang lain hanyalah tergantung pengikhlasan amal untuk-Nya semata, dan ternyata keadaan
seperti ini hanya ada pada orang-orang mukmin, maka tentu mereka lebih dekat dengan Allah dibanding
yang lain. Ikhlas inilah yang membedakan antara wali Allah dengan wali setan. Dalam ayat ini, terdapat
petunjuk yang halus cara berdebat dan bahwa masalah itu didasari atas menyamakan hal yang memang sama
dan membedakan hal yang memang beda.
347 Pernyataan ini muncul karena anggapan mereka bahwa mereka lebih dekat (dalam mengikuti) dengan
para rasul tersebut (Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya), padahal para rasul tersebut diutus dan
wafat sebelum turunnya Taurat dan Injil, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala membantah mereka dengan
firman-Nya "Kamukah yang lebih tahu atau Allah", padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyatakan
dalam firman-Nya di ayat lain:
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang
lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang
musyrik." (Terj. Ali Imran: 67)
Pertanyaan " Kamukah yang lebih tahu atau Allah " meskipun tidak disebutkan secara tegas jawabannya,
tetapi pada kata-kata tersebut sudah jelas sekali jawabannya sehingga tidak perlu dijawab sebagaimana kata-
kata "Malam itu lebih terang ataukah siang?" atau "Api itu lebih panas ataukah air?" "Syirk lebih baik
ataukah tauhid?" dsb.
348 Syahadah dari Allah ialah persaksian Allah yang disebutkan dalam Taurat dan Injil bahwa Ibrahim 'alaihis
salam dan anak cucunya bukan penganut agama Yahudi atau Nasrani dan bahwa Allah akan mengutus
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
349 Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menjumlahkan semua amal yang mereka kerjakan dan akan
memberikan balasan terhadapnya.
Demikianlah cara Al Qur'an dalam menerangkan, di dalamnya terdapat wa'd (janji) dan ancaman, targhib
(dorongan) dan tarhib (ancaman), menyebutkan Asma'ul Husna setelah menerangkan hukum, yakni bahwa
perkara agama dan pembalasan merupakan atsar (pengaruh) dari nama-nama-Nya.
350 Dalam ayat di atas terdapat pemutusan hubungan ketergantungan kepada makhluk, iman dan amal mereka
tidak bisa dilimpahkan kepada yang lain sebagaimana dosa orang lain tidak dilimpahkan kepadanya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
63
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Juz 2
Ayat 142-145: Menerangkan tentang pemindahan kiblat dari Baitulmaqdis ke Ka'bah dalam
shalat, sikap orang-orang Yahudi terhadapnya, bantahan terhadap mereka, dan bahvva
informasi tentang sikap mereka sudah datang lebih dahulu sebelum terjadi pemindahan
Kiblat sebagai mukjizat untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
142. 351 Orang-orang yang kurang akal 352 di antara manusia akan berkata, "Apakah yang
memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblat (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka berkiblat
Demikian juga agar kita tidak tertipu oleh nasab, bahkan yang dinilai adalah iman dan amal shalih, bukan
amal nenek moyang kita.
351 Ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berada di Mekah di tengah-tengah kaum
musyirikin, Beliau berkiblat ke Baitul Maqdis, tetapi setelah 16 atau 17 bulan berada di Madinah di tengah-
tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Allah untuk menghadap ke arah ka'bah sebagai kiblat,
terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadah shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan
ka'bah itu menjadi tujuan, tetapi tujuannya untuk menghadapkan diri kepada Allah, menjalankankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Di antara hikmah adanya kiblat adalah untuk persatuan umat
Islam.
Ibnu Ishak meriwayatkan dari Al Barraa', ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat
menghadap Baitulmaqdis dan sering menghadap ke langit menunggu perintah Allah, maka Allah
menurunkan ayat, "Qad naraa taqalluba wajhika fis samaa' ...dst. lalu ada beberapa orang kaum muslimin
yang berkata, "Kami senang sekali, jika kami mengetahui keadaan orang-orang yang wafat sebelum kami
menghadap ke kiblat, maka Allah menurunkan ayat, "Wa maa kaanallahu liyudhii'a iimaanakum" .
Kemudian orang-orang yang kurang akal di antara manusia berkata, "Apakah yang memalingkan mereka
(umat Islam) dari kiblat (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka berkiblat kepadanyaP. Maka Allah menurunkan
ayat, "Sayaquulus sufahaa' minan naas. .dst."
Ayat di atas mengandung beberapa hal, di antaranya: mukjizat, hiburan bagi Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, penenteraman terhadap hati kaum mukmin, adanya tindakan I'tiradh (protes) serta jawabannya, sifat
orang yang memprotes dan sifat orang yang tunduk menerima hukum Allah Ta'ala.
352 Maksudnya: orang-orang yang kurang pikirannya sehingga tidak dapat memahami maksud dan hikmah
pemindahan kiblat akan berkata seperti yang disebutkan di atas dengan nada mengolok-olok. Mereka disebut
"sufaha" (kurang akal) karena tidak mengerti hal-hal yang bermaslahat terutama bagi diri mereka, mereka
rela menjual keimanan dengan harga yang murah. Mereka yang akan berkata seperti ini adalah orang-orang
Yahudi, Nasrani dan semisalnya, termasuk orang-orang yang suka memprotes hukum Allah dan syari'atnya
seperti JIL (Jaringan Islam Liberal). Adapun orang-orang yang berakal dan cerdas -mereka adalah orang-
orang mulanin- akan tunduk menerima hukum-hukum Tuhannya sebagaimana disebutkan dalam surat An
Nisaa': 51:
"Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar
Rasul memutuskan perkara di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar dan kami ta'at". Mereka
Itulah orang-orang yang beruntung. "
Penyebutan "sufaha" untuk mereka sebenarnya terdapat bantahan terhadap perkataan mereka itu dan agar
kita tidak menghiraukannya. Namun demikian, Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak membiarkan syubhat
ucapan mereka itu, bahkan membantahnya agar tidak lagi terlintas di hati hamba-hamba-Nya yang mulanin
sebagaimana disebutkan pada ayat di atas dan ayat setelahnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
EL = t „ ^ j E.
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kepadanya?" Katakanlah, "Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus" 353 .
143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam); umat pertengahan (yang adil
dan pilihan) 354 agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu berkiblat
353 Yakni mengapa mereka mengatakan seperti itu padahal milik Allah-lah timur dan barat, tidak ada satu
arah yang keluar dari kepemilikan-Nya. Meskipun demikian, Dia tetap membimbing orang yang Dia
kehendaki ke jalan yang lurus, di antaranya dengan menghadapkan arah kiblat ke Ka'bah, di mana hal ini
termasuk ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Hal ini pun menunjukkan lebih dekatnya Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum mukmin dengan Nabi Ibrahim 'alaihis salam dibanding orang-orang
Yahudi dan Nasrani.
354 Umat Islam dijadikan umat pertengahan, yakni umat yang adil dan pilihan, karena mereka akan menjadi
saksi atas perbuatan orang yang menyimpang dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat dan akan
bersaksi di akhirat bahwa para rasul telah menyampaikan risalah kepada kaumnya, sebagaimana Nabi kita
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam akan menjadi saksi terhadap umatnya, bahwa Beliau telah
menyampaikan riasalahnya.
Umat Islam adalah umat pertengahan, mereka pertengahan dalam masalah agama antara orang-orang yang
ghuluw (berlebihan) dan orang-orang yang meremehkan. Contoh pertengahan umat Islam adalah mereka
tidak seperti orang-orang Nasrani yang berlebihan kepada nabi mereka sampai menuhankannya, dan tidak
seperti orang-orang Yahudi yang bersikap kasar kepada nabi-nabi mereka. Umat Islam beriman kepada
semua nabi dan tidak membeda-bedakannya dalam beriman. Mereka juga diberikan beberapa kelebihan, di
antaranya:
- Bumi seluruhnya dijadikan masjid selain kuburan dan kamar mandi, sedangkan orang-orang ahli kitab
hanya boleh shalat di biara dan gereja mereka saja.
- Dihalalkan untuk umat Islam yang baik-baik dan diharamkan yang kotor, sedangkan kepada orang-
orang yahudi diharamkan beberapa hal yang baik sebagai hukuman untuk mereka, adapun orang-orang
Nasrani tidak menajiskan sesuatu, tidak mengharamkan sesuatu bahkan menghalalkan semua hewan
yang merangkak tanpa pengecualian.
- Dihalalkan untuk umat Islam ghanimah
Umat Islam diberikan agama yang paling sempurna, akhlak yang paling mulia dan amal yang paling utama.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan kepada mereka ilmu, hilm (santun), adil dan ihsan yang tidak
diberikan kepada umat selainnya. Oleh karena itu, mereka adalah umat yang adil dan pilihan agar mereka
menjadi saksi bagi manusia karena keadilan, mereka menghukumi manusia tidak dihukumi dan oleh
karenanya kesepakatan mereka juga maqbul (diterima).
Di antara persaksian umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap umat yang lain adalah
ketika di hari kiamat, saat Allah Subhaanahu wa Ta'aala bertanya kepada para rasul tentang tugas mereka
menyampaikan risalah, sedangkan kaum mereka mengaku belum pernah didatangi oleh rasul, maka para nabi
mengangkat umat Islam sebagai saksi terhadap mereka bahwa mereka telah menyampaikan risalahnya.
Pada ayat ini juga terdapat dalil bahwa ijma' umat ini adalah hujjah dan ma'shum berdasarkan firman-Nya
"wasathaa" dan berdasarkan fmnan-Nya juga "litakuunuu syuhadaa'a 'alan naas".
Abu Yahya Marwan bin Musa
- Dll.
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik
ke belakang 356 . Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi
petunjuk oleh Allah 357 , dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu 358 359 . Sesungguhnya Allah
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
355 Mengetahui di sini karena terkait dengan pahala dan siksa, yakni agar jelas asalannya mengapa orang ini
berhak diberi pahala dan mengapa orang itu berhak disiksa, meskipun Allah Subhaanahu wa Ta'aala sudah
mengetahui segala perkara sebelum terwujudnya. Hal ini menunjukkan keadilan-Nya dan penegakkan hujjah
terhadap hamba-hamba-Nya.
356 Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidaklah mensyari'atkan menghadap ke Baitul Maqdis melainkan agar
diketahui dan diuji-Nya siapa yang mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beriman kepadanya
dan mengikuti Beliau dalam semua keadaan dengan orang yang malah berbalik. Di samping itu, Beliau
adalah seorang hamba yang diperintah Allah dan diatur, dan lagi kitab-kitab terdahulu pun mengabarkan
bahwa ia akan menghadap ke Ka'bah. Oleh karena itu orang yang sadar, di mana tujuannya adalah mengejar
yang hak akan bertambah iman dan keta'atannya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya,
orang yang malah berbalik, berpaling dari kebenaran dan mengikuti hawa nafsunya, maka ia akan bertambah
kufur dan kufur, bingung dan bertambah bingung, termakan oleh hujjah yang batil yang didasari syubhat dan
tidak ada hakikatnya.
357 Mereka adalah orang-orang yang mengenal nikmat Allah, bersyukur dan mengakui ihsan-Nya yang
menjadikan mereka menghadap ke rumah yang agung itu; rumah yang diutamakan-Nya di atas semua
dataran bumi, dijadikan-Nya pergi ke rumah itu sebagai salah satu rukun Islam yang dapat menghapuskan
dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, bagi mereka hal ini terasa ringan dan mudah.
358 Imam Bukhari meriwayatkan dalam bagian tafsir juz 9 hal. 237 dari Al Barra' radhiyallahu 'anhu, bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam shalat menghadap Baitulmaqdis selama 16 atau 17 bulan. Beliau ingin
sekali kiblatnya menghadap ke Baitullah (di Mekah). Pernah suatu ketika, Beliau melakukan shalat atau
melakukan shalat Ashar menghadap Baitullah, dan ikut pula bersama Beliau beberapa orang sahabat, lalu
seseorang yang ikut shalat bersama Beliau pergi setelah shalat dan melewati orang-orang yang berada di
masjid yang ketika itu sedang ruku, maka ia berkata, "Aku bersaksi dengan nama Allah, sungguh aku telah
shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap ke Mekah", maka mereka pun berputar
(menghadap ke Mekah) sebagaimana mereka menghadap ke Baitulmaqdis. Di antara mereka ada beberapa
orang yang meninggal terbunuh ketika kiblat belum dirubah, kami tidak mengetahui apa yang harus kami
ucapkan terhadap mereka itu, maka Allah menurunkan ayat, "Wa maa kaanallahu liyudhii'a
iimaanakum... dst." (Al Haafizh dalam Al Fat-h juz 1 hal. 104 berkata, "Penyusun (Imam Bukhari) dalam
bagian tafsir menyebutkan dari jalan Ats Tsauri dari Abu Ishaq, "Bahwa aku mendengar Al Barra', sehingga
menjadi amanlah dari tadlis yang dilakukan Abu Ishaq).
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Simak dari Ikrimah dari Ibnu Abbas ia berkata, "Ketika Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam menghadap ke Ka'bah, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Bagaimana keadaan
saudara-saudara kita yang meninggal dalam keadaan masih shalat menghadap Baitulmaqdis?" Maka Allah
menurunkan ayat, "Wa maa kaanallahu liyudhii'a iimaanakum.. .dst." (Imam Tirmidzi berkata, "Hadits ini
hasan shahih", dan dalam periwayatan Simak dari Ikrimah terdapat idhthirab (kegoncangan), akan tetapi
hadits ini memiliki syahid (penguat), yaitu hadits sebelumnya).
359 Yakni shalatmu yang dahulu menghadap ke Baitul Maqdis. Dalam ayat ini terdapat dalil bagi
Ahlussunnah bahwa amal termasuk bagian dari iman, karena shalat disebut dengan iman.
Dalam ayat ini terdapat berita gembira kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah dengan Islam dan
iman, yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan menjaga iman mereka dan tidak akan menyia-nyiakannya.
Penjagaan-Nya terhadap iman, bisa berupa penjagaan-Nya agar tidak hilang dan batal dengan cara
menjaganya dari semua yang bisa merusak, menghilangkan dan mengurangi berupa cobaan-cobaan yang
menghanyutkan dan hawa nafsu yang biasa menghalangi. Demikian juga bisa berupa pengembangan-Nya
kepada iman itu, memberinya taufiq kepada hal yang dapat menambah iman mereka dan menguatkan
keyakinan mereka.
Firman-Nya "dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu" seakan-akan untuk menjaga anggapan-
anggapan yang timbul dari firman-Nya "Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu berkiblat
kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke
Abu Yahya Marwan bin Musa
66
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
144. 360 Sungguh Kami melihat wajahmu (Muhammad) sering menengadah ke langit 361 , maka akan
Kami palingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai 362 . Hadapkanlah wajahmu 363 ke arah Masjidil
Haram. Dan di mana saja kamu berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu 364 . Sesungguhnya orang-
orang yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) tahu, bahwa (pemindahan kiblat) itu adalah kebenaran
dari Tuhan mereka 365 . Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan 366 .
145. 367 Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang yang diberi Al kitab
(Yahudi dan Nasrani) semua ayat (keterangan dan bukti), mereka tidak akan mengikuti kiblatmu,
belakang" bahwa hal itu bisa menjadi sebab sebagian kaum mukmin meninggalkan imannya, maka anggapan
ini ditolak dengan firman-Nya "dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu".
360 Imam Bukhari meriwayatkan dari Barraa' bin 'Azib, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
menghadap ke Baitulmaqdis selama 16 bulan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ingin sekali
menghadap ke Ka'bah, maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, "Qad naraa taqalluba wajhika fis
samaa'", maka Beliau menghadap ke Ka'bah, lalu orang-orang yang kurang akal, yakni orang-orang Yahudi
berkata, "Apa yang memalingkan mereka dari kiblat (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka berkiblat
kepadanya?" Kemudian Allah menurunkan ayat, "Qulliillahil masyriqu wal maghribu, yahdii mayyasyaa'u
ilaa shiraathim mustaqiim", lalu ada seorang yang shalat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
kemudian setelah shalat pergi dan melewati orang-orang Anshar yang sedang shalat Ashar menghadap ke
Baitulmaqdis, lalu bersaksi bahwa dia telah shalat bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan
bahwa Beliau menghadap ke Ka'bah, maka orang-orang pun berputar menghadap ke Ka'bah.
361 Maksudnya: Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sering melihat ke langit berdoa dan menunggu
dengan harap turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah Ka'bah.
362 Kata-kata ini menunjukkan keutamaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana Allah
Subhaanahu wa Ta'aala segera mengabulkan apa yang Beliau inginkan.
363 Yakni badanmu, karena arti wajh adalah bagian depan badan dari atas sampai bawah.
364 Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa menghadap kiblat merupakan syarat shalat, dan jika seseorang tidak
bisa menghadap langsung ke rumah itu, maka dengan menghadap ke arahnya.
365 Yakni disebutkan dalam kitab-kitab mereka.
366 Dalam firman-Nya ini terdapat ancaman terhadap mereka yang protes dan hiburan bagi kaum mukmin.
367 Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena tingginya harapan Beliau agar orang lain mendapatlkan hidayah
telah mencurahkan segala tenaga dan mencari cara agar mereka memperoleh hidayah. Beliau berlemah
lembut dalam berdakwah dan bersedih ketika orang yang didakwahinya itu tidak mau mengikuti. Di antara
kaum kafir banyak yang tetap keras tidak mau mengikuti bahkan bersikap sombong terhadap Beliau, mereka
ini orang-orang Yahudi dan Nasrani, mereka kafir kepada Beliau bukan karena kebodohan tetapi karena
yakin terhadap kebenarannya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa meskipun bukti dan
dalil dibawakan Beliau kepada mereka, niscaya mereka tetap tidak mau mengikuti. Mereka tidak mau
mengikuti karena keadaan mereka yang mu'anidun, yakni mengetahui yang hak, tetapi malah
meninggalkannya, padahal ayat dan dalil hanyalah akan bermanfa'at bagi mereka yang mencari yang hak
Abu Yahya Marwan bin Musa
67
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka. Sebagian mereka pun tidak akan mengikuti
kiblat sebagian yang lain 368 . Sesungguhnya jika kamu 369 mengikuti keinginan mereka 370 setelah
sampai ilmu kepadamu 371 , niscaya kamu termasuk orang-orang yang zalim.
Ayat 146-150: Informasi tentang Ahli Kitab, bagaimana mereka sampai menyembunyikan
kebenaran dan menyelisihi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sikap menentang
dan sombong, dan dalam beberapa ayat ini terdapat dalil wajibnya menghadap ke Ka'bah
dalam shalat
146. Orang-orang yang telah Kami beri Al kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti
mereka mengenal anak-anak mereka sendiri 372 . Sesungguhnya sebagian mereka benar-benar
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui(nya).
147. Kebenaran itu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) termasuk
orang-orang yang ragu 373 .
namun masih samar, kepadanyalah bukti dan dalil diperlukan. Adapun orang yang bersikeras untuk tidak
mau mengikuti kebenaran, maka tidak perlu mencari-cari terus jalan keluarnya. Dari sini kita mengetahui,
apabila kita telah menerangkan kebenaran dengan dalil-dalilnya yang yakin kepada orang lain, ternyata ia
menolak, maka kita tidak mesti membawakan lagi bukti-bukti lagi, karena tidak ada ujung-ujungnya.
368 Yakni: di samping hal tersebut, mereka juga saling berselisih, masing-masing mereka tidak mengikuti
kiblat yang lain.
369 Termasuk juga kepada umat Beliau. Ayat ini merupakan ancaman bagi orang-orang yang lebih
mengutamakan keridhaan manusia daripada keridhaan Allah.
370 Di ayat ini menggunakan kata "ahwaa'ahum" (keinginan mereka) tidak menggunakan kata "diinahum"
(agama mereka) karena apa yang mereka pegang selama ini hanyalah semata-mata hawa nafsu, bahkan
mereka meyakini apa yang mereka pegang selama ini bukanlah agama. Oleh karena itu, orang yang
meninggalkan agama yang benar, maka sebenarnya orang itu hanyalah mengikuti hawa nafsu belaka,
meskipun mereka menamainya sebagai agama.
371 Maksudnya: setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengetahui bahwa dirinya di atas
yang hak, sedangkan mereka di atas yang batil.
372 Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengabarkan bahwa ahli kitab telah yakin dan mengetahui bahwa
Muhammad adalah seorang rasul, dan apa yang Beliau bawa adalah hak (benar). Mereka meyakininya
sebagaimana mereka meyakini anak-anak mereka sendiri dan mereka bisa membedakannya dengan yang
lain. Oleh karena itu, pengetahuan mereka telah sampai kepada tingkatan yakin yang tidak dimasuki
keraguan, akan tetapi kebanyakan mereka kafir kepada Beliau, menyembunyikan persaksian tersebut padahal
mereka mengetahuinya. Dalam ayat di atas, terdapat hiburan bagi rasul dan kaum mukmin serta
mengingatkan mereka agar berhati-hati terhadap tindakan jahat orang-orang ahli kitab dan syubhat mereka.
373 Yakni jangan sampai masih menancap di hati keraguan meskipun sedikit.
Agar seseorang lebih yakin lagi hendaknya memikirkan isinya, karena dengan memikirkan isinya dapat
menghilangkan keraguan dan memperoleh keyakinan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
148. Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya 374 . Maka berlomba-
lombalah kamu dalam kebaikan 375 . Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan
kamu semuanya (pada hari kiamat) 376 . Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
«r , , - , A , „ „ i , , , , , , - r „ , , , / ' „ ,
149. Dan dari mana saja kamu keluar 377 , hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram,
sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu 378 . Allah sekali-kali tidak
lengah dari apa yang kamu kerjakan 379 .
Ij^Ij ^Jj^-lj "^i ^L? l^cJu* ^l^iAII SI] ^SQt (j-Llil Oj^j SkO ^a^lLi
374 Masing-masing umat memiliki kiblat sendiri dalam ibadahnya. Menghadap kiblat tertentu termasuk
syari'at yang bisa berubah tergantung situasi dan kondisi serta zamannya, ia bisa dimasuki oleh naskh dan
mengalami perubahan dari arah tertentu kepada arah yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi
tujuan utama adalah menta'ati perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menjauhi larangan-Nya serta
mendekatkan diri kepada-Nya, inilah tanda kebahagiaan.
375 Perintah berlomba-lomba dalam kebaikan lebih dalam daripada sebatas perintah mengerjakan kebaikan.
Dalam perintah ini mengandung perintah mengerjakannya, menyempurnakannya, melakukannya sebaik
mungkin dan bersegera kepadanya. Barangsiapa yang bersegera kepada kebaikan ketika di dunia, maka dia
adalah orang yang lebih dulu ke surganya. Oleh karena itu, mereka yang berlomba-lomba dalam kebaikan
adalah orang yang paling tinggi derajatnya. Dan kata "kebaikan" di sini mencakup semua amalan fardhu
maupun sunat, baik berupa shalat, puasa, zakat, hajji, Umrah, jihad, manfa'at bagi orang lain maupun sebatas
untuk diri sendiri.
376 Karena pendorong yang paling kuat agar seseorang dapat bersegera kepada kebaikan dan bersemangat
kepadanya adalah pahala yang dijanjikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, maka Dia berfirman seperti yang
disebutkan di atas; yakni Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengumpulkan kita semuanya di mana saja kita
berada dengan kekuasaan-Nya, dan Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang yang beramal, jika
amalnya buruk, maka Dia akan membalas sesuai amal yang dikerjakannya dan jika baik, maka Dia akan
membalas dengan berlipat ganda dan memberikan balasan yang terbaik (surga). Ayat yang mulia ini juga
mengandung perintah untuk segera melaksanakan kewajiban seperti shalat di awal waktu, segera membayar
hutang puasa dan segera berhajji serta anjuran untuk melaksanakan amalan-amalan sunat.
377 Yakni keluar bersafar atau keperluan lainnya, kemudian hendak mendirikan shalat.
378 Pada ayat di atas menggunakan dua penguat, huruf "inna" dan "lam" (sesungguhnya dan benar-benar)
agar tidak perlu lagi ragu dan agar tidak timbul perkiraan bahwa perintah menghadap ke Ka'bah itu hanyalah
karena lebih enak, bahkan ia merupakan perintah yang sesungguhnya.
379 Yakni bagaimana pun keadaan kita, Dia senantiasa memperhatikan dan melihatnya. Hal ini menghendaki
agar kita tetap menjaga perintahnya dan menjauhi larangan-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
69
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
150. Dan dari mana saja kamu (keluar), maka hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan
di mana saja kamu (sekalian) berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah
bagi manusia (untuk menentangmu) 380 , kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka 381 .
Janganlah kamu takut kepada mereka 382 , tetapi takutlah kepada-Ku 383 , dan agar Aku-sempurnakan
nikmat-Ku kepadamu 384 , dan agar kamu mendapatpetunjuk 385 .
380 Perintah menghadap ke kiblat adalah agar ahli kitab dan kaum musyrikin tidak memiliki alasan lagi untuk
menentang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal itu, karena jika tetap menghadap ke Baitul Maqdis
tentu orang-orang ahli kitab akan menegakkan hujjah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena
yang disebutkan dalam kitab-kitab mereka adalah bahwa kiblat yang tetap bagi Beliau adalah Ka'bah
Baitullah al haram. Sedangkan hujjah bagi orang-orang musyrikin ketika Beliau tetap menghadap ke Baitul
Maqdis adalah perkataan yang akan timbul dari mereka, "Bagaimana Beliau berada di atas agama Nabi
Ibrahim 'alaihis salam dan termasuk keturunannya, padahal Beliau tidak menghadap ke kiblatnya?!". Dengan
demikian, setelah diadakan pemindahan kiblat, maka orang-orang ahli kitab dan kaum musyrikin sudah tidak
memiliki hujjah lagi untuk menentang Beliau.
381 Yakni hanya orang-orang yang zalim saja yang coba-coba berhujjah, namun hujjah mereka tidak
bersandar selain kepada hawa nafsu sehingga tidak perlu diladeni, karena tidak ada manfa'atnya berbantah
dengan mereka.
382 Kita tidak perlu takut kepada mereka karena hujjah mereka batil, dan kita diperintahkan untuk takut
kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja, karena takut kepada-Nya merupakan asas semua kebaikan. Oleh
karena itu, orang yang tidak takut kepada Allah Azza wa Jalla, ia tidak akan berhenti bermaksiat dan tetap
tidak mau mengikuti perintah-Nya.
Perlu diketahui, bahwa pemindahan arah kiblat merupakan fitnah yang besar. Fitnah itu diangkat-angkat oleh
ahli kitab, kaum munafik dan kaum musyrikin, mereka banyak membicarakan masalah itu dan
menyampaikan berbagai syubhat. Oleh karena itu, pada beberapa ayat di atas, Allah Subhaanahu wa Ta'aala
menerangkannya secara gamblang dan meyakinkan rasul-Nya serta memperkuat kebenaran itu dengan
berbagai penguat sebagaimana yang disebutkan di beberapa ayat atas, misalnya:
Diulangi-Nya perintah menghadap kiblat berkali-kali
Perintah itu tidak hanya ditujukan kepada Rasul saja, meskipun biasanya perintah kepada rasul
sebagai perintah kepada umatnya, tetapi diperkuat lagi dengan perintah kepada umatnya
sebagaimana firman-Nya "fa walluu wujuuhakum syathrah".
Pada ayat di atas, Allah Subhaanahu wa Ta'aala membantah semua alasan batil yang dilemparkan
oleh mereka yang zalim.
Menghilangkan harapan bagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mengikuti kiblat ahli
Penguatan dengan berita yang disampaikan-Nya bahwa sesungguhnya hal itu benar-benar hak dari
Pemindahan kiblat tersebut disebutkan dalam kitab-kitab mereka (ahli kitab), namun mereka
menyembunyikannya.
383 Yakni dengan tetap menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
384 Berupa penyempurnaan syari'at. Dengan demikian, setiap syari'at yang ditetapkan merupakan nikmat
yang besar. Dasar nikmat adalah memperoleh hidayah untuk mengikuti agama-Nya, setelah itu nikmat-
nikmat yang lain yang melengkapi dasar tersebut, dimulai dari sejak diutusnya Beliau sampai wafat hingga
syari'at pun sempurna.
385 Maksudnya: agar kita mengetahui yang hak dan dapat mengamalkannya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala
karena rahmat-Nya telah memudahkan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab untuk memperoleh hidayah
dan mengingatkan mereka untuk menempuhnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga menjelaskan hidayah itu
sejelas-jelasnya, sampai-sampai ditetapkan untuk yang hak itu ada para penentangnya agar yang hak itu
semakin jelas dan nampak serta yang batil semakin jelas kebatilannya. Hal itu, karena jika tidak ada
kebatilan sebagai lawan yang hak tentu kebenaran itu akan samar bagi kebanyakan orang. Dengan ada
Abu Yahya Marwan bin Musa
kitab.
sisi Allah.
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 151-153: Mengingatkan kaum mukmin terhadap nikmat Allah yang besar kepada
mereka dengan diutus-Nya rasul terakhir, serta terdapat pengarahan untuk mereka agar
menggunakan sabar dan shalat sebagai pembantu untuk mencapai tujuan
(^ixSOT ^ ^=1 o Ixj j ^ ^-a-5jj j llxij I f p ^ =sc -j ^ j-^ 1 J "(y-^h^ L^Lu j I Las'
15 1. 386 Seba gaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus
kepadamu seorang Rasul dari kalangan kamu yang membacakan ayat-ayat Kami 387 , menyucikan
kamu 388 dan mengajarkan kepadamu kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah 389 , serta mengajarkan apa
yang belum kamu ketahui 390 .
152. Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu 391 . Bersyukurlah kepada-Ku 392 , dan
janganlah kamu ingkar 393 kepada-Ku.
lawannya maka segala sesuatu itu semakin jelas. Jika tidak ada malam tentu tidak akan diketahui kelebihan
siang, jika tidak ada keburukan tentu tidak akan diketahui kelebihan yang baik, jika tidak ada kegelapan
tentu tidak akan diketahui manfa'at cahaya, dan jika tidak ada kebatilan tentu kebenaran tidak akan jelas dan
nampak, maka sehgala puji bagi Allah terhadap semua itu.
386 Nikmat Allah untuk menghadap ke kiblat dan penyempurnaan syari'at bukanlah hal yang baru dan bukan
pertama kali, bahkan Dia juga telah memberikan ushulun ni'am (asas nikmat) dan penyempurnanya, yaitu
dengan mengutus seorang rasul yang sudah dikenal nasabnya, kejujurannya, amanahnya, kesempurnaan dan
sikap nush-h(tulus)nya.
387 Ayat-ayat tersebut menerangkan mana yang hak dan mana yang batil, mana petunjuk dan mana kesesatan,
menerangkan tentang tauhid, tentang kebenaran Rasul-Nya serta kewajiban beriman kepadanya,
menerangkan tentang hari kiamat dan hal-hal ghaib serta menerangkan syari'at untuk maslahat mereka di
diunia sehingga mereka memperoleh hidayah yang sempurna dan ilmu yang yakin.
388 Maksudnya: menyucikan akhlak dan jiwa mereka dengan mendidiknya di atas akhlak yang mulia dan
membersihkannya dari akhlak yang tercela yang mengotori jiwa. Misalnya dengan membersihkan mereka
dari syirk kepada tauhid, dari riya' kepada ikhlas, dari dusta kepada kejujuran, dari khianat kepada amanah,
dari sombong kepada tawadhu' dan dari semua akhlak buruk kepada akhlak yang mulia serta perbaikan-
perbaikan lainnya.
389 As Sunnah dan hukum-hukum syari'at (fiqh).
390 Seperti kisah para nabi dan kisah umat-umat terdahulu dan pengetahuan lainnya, di mana mereka sebelum
diutusnya Beliau dalam kesesatan yang nyata, tidak ada ilmu apalagi amal. Oleh karena itu, ilmu maupun
amal yang diketahui oleh umat ini adalah melalui tangan dan sebab Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.
Nikmat-nikmat ini merupakan ushulun ni'am (asas nikmat), bahkan ia merupakan nikmat terbesar yang
menghendaki untuk disyukuri.
391 Dzikrullah yang paling utama adalah jika diucapkan oleh lisan dan meresap di hati, inilah dzikr yang
membuahkan ma'rifatullah (mengenal Allah), kecintaan-Nya dan pahala yang besar. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala di ayat ini memerintahkan kita untuk mengingat-Nya dan Dia menjanjikan balasan yang besar bagi
mereka yang mengingat-Nya sebagaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi: "Jika ia mengingat-Ku di dalam
dirinya, maka Aku akan mengingatnya di dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku
akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik daripadanya. " (Lihat Shahihul Jami' no. 8137)
Dzikr adalah pusat syukur, oleh karena itu di ayat ini diperintahkan secara khusus untuk berdzikr, kemudian
setelahnya diperintahkan secara umum untuk bersyukur.
Abu Yahya Marwan bin Musa
71
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
153. Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu ,
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar 395 .
Ayat 154-157: Pengarahan kepada kaum mukmin, dan ujian dari Allah kepada mereka
dengan berbagai bentuk ujian agar Dia membalas mereka dengan balasan yang paling baik
154. Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang terbunuh di jalan Allah,
(bahwa mereka) mati. Sebenarnya (mereka) hidup 397 , tetapi kamu tidak menyadarinya.
392 Yakni atas nikmat-nikmat Allah yang diberikan dan dihindarkan-Nya dari berbagai musibah. Syukur itu
bisa dengan hati, yakni dengan mengakuinya, bisa dengan lisan yaitu dengan memujinya dan dengan anggota
badan yaitu dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Disebutkan perintah bersyukur setelah nikmat-nikmat agama berupa ilmu, penyucian jiwa dan taufiq untuk
beramal untuk menerangkan bahwa nikmat-nikmat agama merupakan nikmat yang paling besar, bahkan ia
merupakan nikmat yang hakiki yang akan kekal ketika semuanya sirna, dan sepatutnya bagi mereka yang
diberi taufiq mencari ilmu dan mengamalkannya bersyukur kepada Allah terhadap nikmat tersebut agar
Allah menambahkan karunia-Nya dan agar mereka dijauhkan dari sifat ujub.
393 Ingkar atau kufur yang dimaksud di sini adalah ingkar kepada nikmat dan tidak mensyukurinya. Bisa juga
makna kufur di sini adalah umum, yang paling parahnya adalah kufur kepada Allah kemudian maksiat yang
berada di bawah syirk.
394 Ada pula yang mengartikan: mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kaum mukmin untuk menghadapi urusan mereka baik terkait dengan
agama maupun dunia dengan sabar dan shalat. Sabar artinya menahan diri terhadap hal-hal yang tidak
disukai. Ia terbagi menjadi tiga bagian: Pertama, sabar dalam menjalankan perintah Allah. Kedua, sabar
dalam menjauhi larangan Allah, dan ketiga, sabar dalam menghadapi musibah yang menimpa dengan tidak
keluh kesah. Sabar berdasarkan ayat ini merupakan pertolongan yang paling besar dalam menghadap segala
perkara.
Sedangkan shalat diperintahkan juga agar dijadikan sebagai penolong karena shalat adalah tiang agama dan
cahaya kaum mukmin, ia merupakan sarana penghubung antara seorang hamba dengan Tuhannya. Jika shalat
sesorang hamba sempurna, menggabungkan yang wajib dengan yang sunat, ia pun melaksanakannya dengan
khusyu' dan merasakan sedang berdiri di hadapan Tuhannya sebagaimana berdirinya seorang hamba yang
menjadi pelayan dengan memperhatikan adab yang baik, memperhatikan apa yang dia baca dan dia lakukan,
maka sudah pasti shalat tersebut menjadi penolong terbesar dalam semua masalah. Shalat tersebut akan
mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, dan shalat seperti inilah yang dapat membantu mengatasi
berbagai masalah.
395 Allah Subhaanahu wa Ta'aala bersama mereka yang memiliki akhlak dan sifat sabar dengan memberikan
pertolongan dan taufiq-Nya, sehingga masalah-masalah sukar dan berat menjadi ringan.
396 Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kita agar menjadikan sabar dan shalat sebagai
penolong untuk menghadapi semua masalah, Dia menyebutkan contoh permasalahan yang patut dihadapi
dengan sabar, yaitu jihad fii sabilillah. Jihad merupakan keta'atan badan yang paling utama dan paling berat
bagi jiwa karena membawa kepada kematian, padahal orang-orang mencintai dunia karena ingin hidup di
sana, bahkan tindakan sehari-hari yang mereka lakukan juga bertujuan agar dapat hidup di sana. Sudah
menjadi maklum, bahwa hal yang dicintai tidaklah ditinggalkan oleh orang-orang yang berakal selain untuk
memperoleh hal yang lebih dicintai lagi, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa orang
yang berperang di jalan Allah agar kalimat Allah menjadi tinggi dan agar agama-Nya menjadi tegak, pada
hakikatnya ia tidak kehilangan kehidupan yang dicintainya itu, bahkan ia memperoleh kehidupan yang lebih
besar dan lebih sempurna dari apa yang kita perkirakan. Para syuhada sebagaimana disebutkan dalam surat
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
155. 398 Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit 399 ketakutan 400 , kelaparan, kekurangan
harta 401 , jiwa 402 dan buah-buahan 403 . Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. 404
Ali Imran: 169-171, adalah orang-orang yang hidup di sisi Allah, memperoleh rezki serta bergembira karena
karunia yang diberikan-Nya dan tidak lagi khawatir dan bersedih. Kehidupan apa yang lebih baik daripada
kehidupan seperti ini; dekat dengan sisi Allah, memperoleh rezki bagi badan berupa makanan dan minuman
yang enak, memperoleh rezki bagi ruh berupa kegembiraan, hilangnya rasa takut dan kesedihan. Mereka
hidup di alam Barzakh. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberitahukan dalam haditsnya bahwa ruh para
syuhada berada di perut-perut burung hijau, di mana burung-burung itu mendatangi sungai-sungai surga dan
memakan buah-buahannya, kemudian pulang ke lampu-lampu yang menempel di 'Arsy. Dalam ayat ini
terdapat anjuran untuk berjihad fii sabilillah dan bersabar di atasnya. Jika sekiranya orang-orang mengetahui
balasan yang diperoleh para syuhada, tentu tidak akan ada seorang pun yang meninggalkannya. Akan tetapi,
karena tidak adanya ilmu yang yakin akhirnya ia tidak mau berjihad. Bahkan jika sekiranya manusia
memiliki seribu nyawa, lalu masing-masing nyawa itu melayang satu-persatu tentu tidak akan dapat
mengalahkan pahala yang besar ini. Oleh karena itu, tidak ada yang diinginkan para syuhada' setelah mereka
melihat langsung pahala Allah dan balasannya selain ingin kembali ke dunia agar mereka terbunuh lagi
beberapa kali.
397 Hidup di alam barzakh memperoleh kenikmatan yang luar biasa. Ayat ini menunjukkan adanya nikmat
kubur.
398 Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa Dia pasti akan menguji hamba-hamba-Nya agar
terlihat jelas siapa yang jujur hatinya dan siapa yang dusta, siapa yang sabar dan siapa yang keluh kesah. Ini
merupakan sunnatullah yang berlaku pada hamba-hamba-Nya. Hal itu, karena jika kesenangan senantiasa
didapatkan oleh mereka yang beriman dan tidak diuji tentu akan terjadi percampuran antara yang benar-
benar beriman dengan yang tidak. Hikmah Allah menghendaki untuk memisahkan siapa orang yang baik dan
siapa orang yang buruk. Inilah tujuan dari ujian. Bukan untuk menyingkirkan keimanan yang ada pada diri
orang mukmin dan bukan untuk mengeluarkan mereka dari agama, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan
iman mereka.
399 Kata-kata "sedikit" menunjukkan tidak banyak. Karena jika banyak atau seluruh hidupnya adalah
ketakutan atau senantiasa lapar, tentu manusia akan binasa. Hal ini, karena ujian bertujuan untuk menyaring,
bukan untuk membinasakan.
400 Seperti ada ancaman dari musuh.
401 Seperti sulitnya mencari rezki atau hilangnya rezki itu baik karena ada musibah dari langit, hilang,
dirampas oleh orang-orang zhalim dsb.
402 Seperti dicabutnya nyawa orang yang dicintainya baik itu anaknya, kerabatnya, kawannya maupun
dengan tertimpa penyakit pada badannya atau badan orang yang dicintainya atau pun syahid fii sabilillah.
403 Misalnya hasil panennya gagal karena musibah dari langit seperti turunnya hujan yang besar sehingga
menggenangkan hasil panennya, atau terbakar atau dimakan belalang dsb.
404 Ujian-ujian seperti yang disebutkan di atas pasti terjadi karena diberitakan oleh Allah yang Maha
Mengetahui. Ketika terjadi, ada dua kelompk manusia dalam hal cara menghadapinya: ada yang keluh kesah
dan ada yang bersabar. Orang yang berkeluh kesah akan mendapatkan dua musibah, yaitu: hilangnya apa
yang dicintai dan tidak memperoleh pahala yang besar, bahkan ia memperoleh kerugian, imannya melemah,
kesabaran, ridha dan rasa syukurnya hilang dan musibah tersebut terasa semakin berat. Adapun orang yang
diberi taufiq oleh Allah untuk bersabar ketika mendapatkan musibah ini, ia tidak keluh kesah baik dalam
ucapannya maupun dalam tindakannya serta mengharapkan pahala dari Alllah, ia juga mengetahui bahwa
pahala yang diperolehnya lebih besar daripada musibah yang menimpanya, maka ia hanya merasakan satu
musibah, dan musibah tersebut akan menjadi ringan, bahkan nikmat baginya, karena musibah itu merupakan
cara untuk memperoleh hal yang lebih baik dan bennanfa'at. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah , mereka berkata, "Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji'uun" (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah 406 dan kepada-Nya-lah Kami kembali 407 ).
157. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya , dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk 410 .
Ayat 158: Bersa'i antara Shafa dan Marwah, dan penjelasan pentingnya haji dan umrah
menyampaikan berita gembira kepada mereka yang sabar, yakni mereka akan memperoleh pahala tanpa
tanggung-tanggung serta surga-Nya, dan kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan ciri mereka
seperti yang disebutkan pada ayat selanjutnya.
405 Musibah adalah semua yang membuat hati, badan atau kedua-duanya terasa sakit atau pedih.
406 Maksudnya: kita milik Allah, di bawah pengaturan dan tindakan-Nya, Dia berbuat kepada milik-Nya apa
yang Dia kehendaki, kita tidak memiliki apa-apa terhadap jiwa dan harta sedikit pun. Oleh karena itu, jika
Dia menimpakan ujian kepada kita, maka sesungguhnya itu merupakan tindakan dari Yang Maha Penyayang
kepada milik-Nya, maka tidak boleh diprotes. Bahkan termasuk sempurnanya pengabdian seorang hamba
adalah dia merasakan bahwa musibah yang menimpanya berasal dari Pemilik dirinya, Tuhan yang Maha
Bijaksana yang lebih sayang kepada dirinya daripada sayangnya seorang hamba kepada dirinya sendiri. Oleh
karena itu, sikap yang harus dilakukan adalah ridha, bersyukur karena diatur oleh-Nya kepada hal yang lebih
baik bagi dirinya meskipun ia tidak menyadari.
407 Di samping kita sebagai milik-Nya, kita juga akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat, lalu masing-
masing akan diberi balasan sesuai amalnya. Jika kita bersabar dan mengharap pahala dari Allah Subhaanahu
wa Ta'aala, maka kita akan mendapatkan pahala secara penuh di sisi-Nya, sedangkan jika kita berkeluh
kesah, maka tidak ada yang kita peroleh selain keluh kesah, musibah dan hilangnya pahala. Memahaminya
seorang hamba bahwa dirinya adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya merupakan sebab terkuat
untuk memperoleh kesabaran.
408 Ada yang mengartikan "pujian".
409 Di antara rahmat-Nya kepada mereka adalah dengan memberikan taufiq untuk bersabar, di mana
dengannya mereka memperoleh pahala yang sempurna.
410 Yakni orang-orang yang mengetahui yang hak, dan dalam hal ini adalah pengetahuan mereka bahwa
mereka milik Allah dan akan kembali kepada-Nya dan mereka mengamalkannya, yaitu dengan bersabar
karena Allah. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga akan memberi petunjuk kepada hatinya untuk bersabar
sebagaimana dalam firman-Nya "wa may yu'min billah yahdi qalbah" (lihat surat At Taghaabun: 11).
Beberapa ayat di atas (dari ayat 155-157) menunjukkan bahwa barangsiapa yang tidak bersabar, maka ia
akan memperoleh kebalikannya. Ia akan memperoleh celaan dari Allah, hukuman, kesesatan dan kerugian.
Sungguh sangat berbeda dua golongan tersebut, sungguh ringan beban orang yang bersabar dan sungguh
berat beban orang yang berkeluh kesah. Ayat di atas juga mempersiapkan jiwa seseorang agar siap
menghadapi musibah dengan bersabar meskipun belum terjadi, menerangkan beberapa sebab yang
membantu kesabaran, pahala yang diperoleh bagi mereka yang bersabar, menerangkan keadaan orang yang
bersabar, menerangkan beberapa macam musibah dan bahwa ujian dan cobaan merupakan sunnatullah pada
hamba-hamba-Nya, di mana kita tidak akan mendapati adanya perubahan dalam sunnatullah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
158. 411 Sesungguhnya Shafa dan Marwah merupakan sebagian syi'ar Allah 412 . Maka barangsiapa
yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya 413 mengerjakan sa'i antara
keduanya. Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan 414 dengan kerelaan hati 415 , maka
sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri 416 lagi Maha mengetahui 417 .
411 Imam Bukhari meriwayatkan dari Urwah, bahwa ia berkata: Aku pernah bertanya kepada Aisyah
radhiyallahu 'anha, "Beritahukanlah kepadaku firman Allah Ta'ala, "Innash shafa wal marwata...dst. sampai
ay yaththawwafa bihimaa." Demi Allah, (yang demikian menunjukkan) tidak ada dosa bagi seseorang untuk
tidak bersa'i antara Shafa dan Marwah." Aisyah menjawab, "Buruk sekali apa yang kamu katakan, wahai
putera saudariku! Sesungguhnya ayat ini jika seperti apa yang kamu tafsirkan, maka berarti tidak ada dosa
bagi seseorang untuk tidak bersa'i antara Shafa dan Marwah. Akan tetapi, ayat ini turun berkenaan dengan
orang-orang Anshar, di mana mereka sebelum masuk Islam berihlal (bertalbiyah) untuk berhala Manat yang
mereka sembah di Musyallal. Di antara orang yang berihlal itu merasa berdosa bersa'i antara Shafa dan
Marwah. Ketika mereka telah masuk Islam, mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang hal itu. Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami merasa berdosa bersa'i antara
Shafa dan Marwah," maka Allah menurunkan ayat, "Innash shafaa wal marwata min sy i a' 'aairill 'ah.. dst."
Aisyah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah menetapkan bersa'i antara Shafa dan Marwah,
oleh karena itu tidak boleh bagi seorang pun meninggalkan bersa'i antara Shafa dan Marwah." Kemudian
Aisyah memberitahukan kepada Abu Bakar bin Abdurrahman, lalu Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya ilmu
ini belum pernah aku dengar. Bahkan aku mendengar beberapa orang ahli ilmu menyebutkan, bahwa orang-
orang -selain yang disebutkan Aisyah yang berihlal dengan Manat- mereka bersa'i di Shafa dan Marwah.
Karena Allah Ta'ala hanya menyebutkan thawaf di Baitullah, dan tidak menyebutkan bersa'i antara Shafa dan
Marwah dalam Al Qur'an, mereka berkata, "Wahai Rasulullah, kami bersa'i antara Shafa dan Marwah,
padahal yang Allah turunkan (dalam kitab-Nya) adalah berthawaf di Baitullah dan tidak menyebutkan Shafa
dan Marwah. Oleh karena itu, apakah kami berdosa jika kami bersa'i di Shafa dan Marwah?" Maka Allah
menurunkan ayat, "Innash shafaa wal marwata min sya'aairillah.. dst." Abu Bakar berkata, "Dengarkanlah
ayat ini, ia turun berkenaan kedua pihak itu; tentang orang-orang yang merasa berdosa bersa'i antara Shafa
dan Marwah di zaman Jahiliyyah dan orang-orang yang berthawaf (di Baitullah) kemudian mereka merasa
berdosa bersa'i antara Shafa dan Marwah karena Allah Ta'ala hanya memerintahkan thawaf di Baitullah dan
tidak menyebutkan bersa'i di Shafa sehingga bersa'i disebutkan setelah diterangkan thawaf di Baitullah."
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa ia pernah ditanya tentang (bersa'i) antara Shafa
dan Marwah, lalu ia menjawab, "Kami memandang, bahwa (bersa'i) antara Shafa dan Marwah termasuk
perkara Jahiliyyah. Ketika Islam datang, kami pun menahan diri (tidak melakukannya), maka Allah
menurunkan ayat, "Innash shafaa wal marwata min sya'aairillah. .dst"
Namun demikian, tidak ada yang bahwa ayat tersebut turun berkenaan kedua pihak itu.
412 Syi'ar Allah adalah tanda-tanda agama yang nampak atau tempat beribadah kepada Allah. Karena sebagai
syi'ar-Nya, maka kita diperintahkan untuk memuliakannya, wa may yu'azzhim sya'aairallah fa innahaa min
taqwal quluub (dan barangsiapa yang memuliakan syi'ar-syi'ar Allah, maka hal itu timbul dari ketakwaan
yang ada di dalam hati).
413 Allah mengungkapkan dengan perkataan "tidak ada dosa" (padahal hukumnya wajib) sebab sebagian
sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merasa keberatan mengerjakannya sa'i di situ, karena tempat
itu bekas tempat berhala. dan di masa jahiliyah pun tempat itu digunakan sebagai tempat sa'i. Untuk
menghilangkan rasa keberatan itu, Allah menurunkan ayat ini.
414 Yakni yang disyari'atkan Allah, seperti shalat, puasa, hajji, umrah, thawaf dsb. Hal ini menunjukkan
bahwa barangsiapa yang mengerjakan perkara yang tidak disyari'atkan (bid' ah), maka tidak ada yang
diperoleh selain kelelahan, bukan kebaikan, bahkan bisa menjadi keburukan jika ia melakukannya dengan
sengaja dan mengetahui bahwa hal itu tidak disyari'atkan.
415 Yakni ikhlas karena Allah. Ada pula yang mengartikan "mengerjakan amalan yang tidak wajib baginya".
416 Allah mensyukuri hamba-Nya: memberi pahala terhadap amal-amal hamba-Nya, jika sedikit dibalas-Nya
dengan balasan yang banyak, Dia tidak menyia-nyiakan amalan hamba-hamba-Nya, dan tidak mengurangi
meskipun seberat dzarrat (debu). Jika seorang hamba mengerjakan perintah-Nya Dia akan membantu,
memujinya dan akan memberikan balasan berupa cahaya, iman dan kelapangan di hatinya, pada badannya
akan diberikan kekuatan dan semangat dan pada semua keadaannya akan diberikan keberkahan dan
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 159-162: Wajibnya menyebarkan ilmu dan tidak menyembunyikannya sebagaimana
yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani sehingga mereka mendapatkan laknat
dan kemurkaan
159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia dalam
Kitab, mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh mereka yang melaknat 418 ,
* its' ^ ^ "- * fi ^- <• ■ ° * 1 ' i ° * ' ' f* *5
160. Kecuali mereka yang telah bertobat 419 , mengadakan perbaikan 420 dan menerangkan (kebenaran
yang disembunyikannya), mereka itulah yang Aku terima tobatnya dan Akulah yang Maha
Penerima tobat 421 lagi Maha Penyayang 422 .
tambahan, sedangkan pada amalnya akan ditambah lagi dengan taufiq-Nya. Pada hari kiamat, pahala yang
diperoleh seorang hamba tersebut akan dipenuhkan dan tidak akan dikurangi. Di antara syukur-Nya kepada
hamba-Nya adalah bahwa barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan
menggantinya dengan yang lebih baik. Barangsiapa yang mendekat kepada-Nya sejengkal, maka Allah akan
mendekat kepadanya sehasta, barangsiapa yang mendekat kepada-Nya sehasta, maka Dia akan mendekat
kepada orang itu sedepa dan barangsiapa yang mendekat kepada-Nya sambil berjalan, maka Dia akan
mendekat kepadanya sambil berlari.
417 Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga mengetahui siapa yang berhak memperoleh pahala yang sempurna
sesuai niat, iman dan ketakwaannya, Dia mengetahui amalan-amalan yang dikerjakan hamba-hamba-Nya,
oleh karenanya Dia tidak akan menyia-nyiakannya, bahkan hamba-hamba-Nya akan memperoleh balasan
yang lebih banyak dari apa yang merekjakerjakan sesuai niat mereka yang diketahui oleh Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
418 Ayat ini meskipun menerangkan tentang keadaan ahli kitab berupa sikap mereka menyembunyikan isi
Taurat atau Injil yang menerangkan tentang keadaan rasul terakhir (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam) dan sifatnya, namun ayat ini umum mengena kepada siapa saja yang menyembunyikan apa yang
Allah turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk. Karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala
telah mengambil perjanjian kepada ahli ilmu agar mereka menerangkan kepada manusia nikmat yang Allah
berikan berupa pengetahuan agama. Barangsiapa yang malah menyembunyikannya, maka ia telah
mengerjakan dua mafsadat, yaitu menyembunyikan apa yang Allah turunkan dan menipu hamba-hamba
Allah. Mereka akan dilaknat Allah, yakni dijauhkan dari rahmat dan dekat dengan-Nya serta akan dilaknat
oleh mereka yang melaknat, yaitu semua makhluk karena telah melakukan penipuan dan merusak agama
mereka. Mafhum ayat ini, bahwa orang yang mengajarkan kebaikan dan menerangkan kepada manusia apa
yang Allah turunkan, maka Allah akan memberikan shalawat (rahmat dan ampunan) dan malaikat akan
mendo'akannya, bahkan tidak hanya malaikat, ikan-ikan yang ada di laut pun mendo'akannya karena
tindakannya untuk mengadakan perbaikan kepada makhluk dan memperbaiki agama mereka serta
mendekatkan mereka dengan rahmat Allah Azza wa Jalla.
419 Yakni yang rujuk dari perbuatan mereka selama ini disertai penyesalan, berhenti dan bertekad untuk tidak
mengulangi lagi serta beristighfar kepada Allah dari kesalahan-kesalahan itu.
420 Mengadakan perbaikan berarti melakukan perbuatan-perbuatan yang baik untuk menghilangkan akibat-
akibat buruk dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
421 Dengan memaafkan dosa apabila mereka bertobat dan berbuat ihsan setelah dihalangi.
Abu Yahya Marwan bin Musa
76
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
161. Sesungguhnya orang-orang kafir 423 dan mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat laknat
Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya 424 ,
162. Mereka kekal di dalamnya ; tidak akan diringankan siksanya dan mereka tidak (pula)
diberi penangguhan 427 .
Ayat 163-165: Bukti dan dalil yang menunjukkan kekuasaan Allah, keesaan-Nya, dan
penjelasan cinta yang tinggi orang-orang mukmin kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala
163. 428 Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Mahaesa 429 ; tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Dia, Yang Maha Pemurah 430 lagi Maha Penyayang.
422 Yang memiliki sifat rahmah (sayang) yang agung, saking luasnya rahmat itu sampai mengena kepada
segala sesuatu. Di antara rahmat-Nya adalah memberi taufiq kepada mereka untuk bertobat dan kembali
kepada-Nya, lalu Dia merahmati mereka dengan menerima tobatnya.
423 Di samping kafir, mereka juga menyembunyikan kebenaran.
424 "Manusia" di sini ada yang berpendapat umum, yakni semua manusia dan ada yang berpendapat bahwa
yang melaknat adalah kaum mukmin.
425 Yakni di dalam laknat dan azab.
426 Meskipun hanya sebentar atau hanya sekejap mata.
427 Karena waktu penangguhan yaitu di dunia sudah mereka lewati tanpa bertobat, dan apabila sudah tiba ajal
seseorang, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan memberi tangguh lagi (lihat surat Al Munafiqun:
11).
428 Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun ketika kaum kafir mengatakan, "Beritahukanlah kepada kami
sifat Tuhanmu!", maka turunlah ayat di atas. Setelah turun ayat di atas, mereka meminta lagi bukti, maka
turunlah ayat setelahnya (yaitu ayat 1 64). Wallahu a'lam.
429 Yakni Dia Mahaesa baik pada zat-Nya, nama-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Tidak ada yang
sebanding atau sama dengan-Nya dan tidak ada pencipta dan pengatur selain-Nya. Oleh karena itu, Dialah
yang berhak diibadahi dan ditujukan berbagai bentuk ibadah serta tidak boleh disekutukan dengan sesuatu
apa pun.
430 Yang memiliki sifat rahmah (kasih-sayang) yang besar, mengena kepada segala sesuatu. Denagn rahmat-
Nya, makhluk-makhluk terwujud, dengan rahmat-Nya tercapai berbagai kesempurnaan, dengan rahmat-Nya
terhindar bencana, dengan rahmat-Nya Dia memperkenalkan Diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya baik
dengan sifat maupun nikmat-Nya dan dengan rahmat-Nya Dia menerangkan kepada makhluk segala yang
mereka butuhkan yang memberi maslahat bagi agama dan dunia mereka, yaitu dengan mengutus para rasul
dan menurunkan kitab-kitab. Demikian juga Dia rahiim (sayang) kepada kaum mukmin.
Apabila seorang hamba mengetahui bahwa nikmat yang ia peroleh berasal dari Allah, dan bahwa seorang
makhluk pada hakikatnya tidak memberikan manfaat kepada yang lain, tentu dia akan mengetahui bahwa
hanya Allah-lah yang berhak disembah serta ditujukan berbagai bentuk ibadah dan merupakan kezaliman
yang paling besar adalah jika sampai beribadah kepada makhluk.
Di dalam ayat ini terdapat penetapan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan keberhakan-Nya untuk
diibadahi, juga menerangkan bukti utamanya yaitu sifat rahmat-Nya, di mana atsar/pengaruh dari sifat itu
terwujud berbagai jenis kenikmatan dan terhindar berbagai malapetaka. Sifat rahmat-Nya merupakan dalil
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
LL jS^Ji\ j <Syf- J^'j Jj' <_iilxi^!j (j^j^lj o'jU-Ul jii- o|
164. Sesungguhnya pada penciptaan langit 431 dan bumi 432 , silih bergantinya malam dan siang 433 ,
kapal yang berlayar di laut membawa apa yang bermanfaat bagi manusia 434 , apa yang diturunkan
Allah dari langit berupa air, lalu dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering) 435 , dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan 436 , dan perkisaran angin 437 dan awan yang dikendalikan
secara ijmal (garis besar) yang menunjukkan keesaan-Nya. Kemudian di ayat selanjutnya disebutkan dalil
tentang keesaan-Nya secara rinci.
431 Seperti tinggi dan luasnya langit serta nampak hal-hal yang menakjubkan di sana, ada matahari, bulan,
bintang dan diaturnya sedemikian rupa untuk maslahat manusia.
432 Seperti pada gunung-gunungnya, dataran, lautan dan lain-lain. Di sana terdapat dalil tentang keesaan
Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam mencipta dan mengatur, demikian juga menunjukkan kemahakuasaan
Allah, hikmah (kebijaksanaan)-Nya, di mana dengan hikmah tersebut semuanya tersusun rapi dan indah.
Menunjukkan pula pengetahuan dan rahmat-Nya yang luas di mana Dia telah menyiapkan di bumi itu segala
yang dibutuhkan makhluk yang tinggal di sana. Hal ini menunjukkan juga kesempurnaan Allah Azza wa
Jalla dan keberhakan-Nya untuk diibadahi.
433 Termasuk adanya panas, dingin dan keadaan sedang antara panas dan dingin, adanya cahaya dan adanya
kegelapan, dan lain-lain, di mana dengan adanya pergantian itu ada maslahat yang banyak bagi manusia,
hewan dan makhluk yang tinggal di bumi lainnya, termasuk pepohonan. Semua itu berjalan dengan teratur,
rapi dan mengagumkan. Di sana terdapat dalil kemahakuasaan Allah, ilmu-Nya yang meliputi, hikmah-Nya
yang dalam, rahmat yang luas, menunjukkan kebesaran-Nya dan kebesaran kerajaan dan kekuasaan-Nya. Ini
semua menghendaki agar kita hanya beribadah kepada-Nya saja, mencintai-Nya dan mengagungkan-Nya
serta mengarahkan rasa takut dan harap kepada-Nya juga berusaha menggapai kecintaan dan keridhaan-Nya.
434 Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga menundukkan laut dan angin untuk kapal tersebut, bahkan Dia pula
yang memberi ilham kepada manusia cara membuat kapal sehingga dengan kapal itu manusia dapat dengan
mudah memindahkan barang ke tempat yang jauh. Tanpa pertolongan Allah, tentu manusia tidak akan
mampu, bagaimana mungkin akan mampu, padahal dia lahir dari perut ibunya dengan tidak mengenal apa-
apa, lalu Allah memberikan kemampuan kepadanya dan mengajarkan apa yang dikehendaki-Nya. Hal ini
merupakan bukti kasih sayang Allah dan perhatian-Nya kepada makhluk, di mana semua itu menghendaki
agar kita mencintai-Nya, mengarahkan rasa takut dan harap kepada-Nya, mengarahkan kepada-Nya semua
keta'atan, sikap tunduk dan pengagungan.
435 Dari hujan yang diturunkan-Nya tumbuh berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang dibutuhkan manusia. Hal
ini pun sama, menunjukkan kekuasaan Allah, rahmat dan kelembutan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, Dia
mengurus semua kebutuhan makhluk-Nya dan menunjukkan butuhnya makhluk kepada-Nya dari berbagai
sisi. Bukankah semua itu menunjukkan agar Dia saja yang disembah oleh mereka, dan bukankah hal itu
menunjukkan pula bahwa Dia mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati dan memberikan balasan
terhadap amal mereka?!
436 Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebarkan di bumi berbagai jenis binatang. Hal ini juga menunjukkan
kekuasaan-Nya, kebesaran-Nya, keesaan-Nya dan kerajaan-Nya yang besar. Dia menundukkan hewan-
hewan itu untuk mannusia sehingga mereka bisa memanfa'atkannya. Ada di antara hewan itu yang mereka
makan, mereka minum susunya, ada yang mereka tunggangi dan membantu maslahat mereka. Selain
disebarkan-Nya berbagai jenis binatang untuk maslahat manusia, Dia pula yang menanggung rezekinya.
Tidak ada satu hewan pun kecuali atas tanggungan Allah-lah rezeki-Nya.
437 Yakni pengarahan angin ke beberapa arah seperti ke utara dan selatan. Ada angin yang panas dan ada
angin yang dingin, ada yang menggiring awan ke tempat tertentu yang nantinya akan turun hujan, dan ada
Abu Yahya Marwan bin Musa
78
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
antara langit dan bumi; (semua itu) sungguh, (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah)
bagi orang-orang yang mengerti 438 .
Ayat 165-167: Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang buruknya akibat
orang-orang musyrik yang menyembah selain-Nya
165. 439 Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan 440 ,
mereka mencintainya seperti mencintai Allah 441 . Adapun orang-orang yang beriman sangat besar
yang menerbangkan benih tumbuhan sehingga tumbuh lagi pohon yang baru. Siapakah yang mengarahkan
angin tersebut dan menyimpankan di dalamnya berbagai manfaat bagi manusia kalau bukan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala yang Maha Bijaksana lagi Maha Penyayang dan Maha Lembut kepada hamba-
hamba-Nya?!
Bukankah termasuk hal yang sangat tidak pantas dan tidak masuk akal jika manusia bersenang-senang
dengan rezki yang diberikan-Nya dan hidup dengan keihsanan-Nya, namun mereka malah menggunakan
semua itu untuk mengerjakan maksiat dan hal-hal hal yang dimurkai-Nya? Dan bukankah hal ini
menunjukkan hilm(santun), sabar, pemaaf dan lembut sekali Tuhannya?!
Oleh karena itu, segala puji bagi Allah awal dan akhir, zhahir maupun batin. Al Hasil, apabila orang yang
berakal memikirkan lebih lanjut makhluk ciptaan-Nya, tentu Dia akan mengetahui bahwa makhluk itu
diciptakan untuk yang hak dan dengan hak sekaligus sebagai bukti dan saksi nyata terhadap kebenaran apa
yang Allah sampaikan tentang keesaan-Nya dan apa yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sampaikan
tentang hari akhir, dan bahwa semua makhluk tersebut ditundukkan oleh-Nya. Dari sini kita juga mengetahui
bahwa alam langit maupun alam bumi semuanya butuh dan bergantung kepada-Nya, sedangkan Dia Maha
Kaya tidak memerlukan apa-apa terhadap alam semesta, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.
438 Yakni dengan akal, mereka bisa mengerti bahwa pada semua itu terdapat tanda-tanda keesaan Allah,
keberhakan-Nya untuk diibadahi, besarnya kekuasaan Allah, tanda-tanda rahmat(kasih sayang)-Nya dan
semua sifat-Nya.
439 Ayat ini dengan ayat sebelumnya terkait, ayat sebelumnya menerangkan tentang bukti-bukti keesaan
Allah Subhaanahu wa Ta'aala di alam semesta, di mana bukti tersebut membuahkan ilmu yang yakin akan
kebenaran keesaan Allah. Namaun anehnya, masih saja ada di antara manusia yang menjadikan makhluk
sebagai tandingan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala, padahal jelas sekali bukti keesaan-Nya.
440 Tandingan dalam mengarahkan ibadah, bukan tandingan dalam menciptakan, memberi rezeki dan
mengatur karena mereka (tandingan-tandingan) itu tidak bisa apa-apa, ia sendiri dicipta dan lemah. Makhluk
tidaklah sebanding dengan Pencipta, Allah yang memberikan rezeki, sedangkan selain-Nya diberi rezeki,
Allah Yanag Maha Kaya, sedangkan selain-Nya butuh kepada-Nya, Dia Maha Sempurna dari berbagai sisi,
sedangkan selain-Nya memiliki kekurangan dari berbagai sisi. Allah yang memberikan manfa'at dan
madharat, ssedangkan selain-Nya tidak berkuasa apa-apa. Dengan demikian, batil sekali orang yang
mengadakan tandingan bagi Allah, baik tandingan itu berupa malaikat, nabi, orang shalih, berhala dsb.
Allah-lah yang berhak dicintai secara sempurna dan disikapi dengan tunduk menghinakan diri secara
sempurna.
441 Mereka menyembah dan mengagungkan tandingan tersebut serta mencintainya seperti halnya menyembah
Allah, mengagungkan-Nya dan mencintai -Nya. Jika seperti ini keadaannya, yakni hujjah tentang keesaan
Allah dan bukti telah tegak maka orang tersebut adalah penentang Allah, berpaling dari memikirkan ayat-
ayat-Nya baik pada dalil yang disampaikan maupun pada alam semesta. Ia tidak lagi memiliki udzur
sehingga pantas untuk mendapat siksa.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
cintanya kepada Allah . Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan semuanya milik Allah dan
bahwa Allah sangat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal) 444 .
166. (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas tangan dari orang-orang yang
mengikutinya 445 , mereka melihat azab; dan (ketika) segala hubungan 446 antara mereka terputus.
167. Dan orang-orang yang mengikuti berkata: "Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke
dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka 447 , sebagaimana mereka berlepas tangan dari
442 Melebihi cinta orang-orang musyrik kepada sesembahan mereka selain Allah. Hal itu, karena orang-orang
mukmin mengikhlaskan cinta kepada-Nya, sedangkan orang-orang musyrik menyekutukan-Nya. Mereka
(orang-orang mukmin) mencintai Zat yang berhak dicintai, di mana mencintai-Nya adalah sumber kebaikan
dan kebahagiaan seorang hamba. Sebaliknya, orang-orang mursyrik mencintai sesuatu yang tidak berhak
dicintai, jelas sekali mencintainya merupakan sumber celaka seorang hamba dan penyebab rusak
kehidupannya.
443 Orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah. Maksudnya, ketika orang yang
zalim tersebut melihat sesembahan mereka tidak memberikan manfaat sama sekali pada hari Kiamat, mereka
pasti akan mengetahui secara jelas kelemahan berhala dan apa yang mereka sembah selain Allah dan
meyakini bahwa seluruh kekuatan hanya milik Allah. Tidak seperti ketika di dunia, mereka (orang-orang
musyrik) menyangka bahwea sesembahan mereka memiliki kekuatan dan kemampuan, padahal sesembahan
itu tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sampai menyelamatkan mereka dari siksa Allah pada hari kiamat.
444 Dan tentu mereka tidak akan mengadakan tandingan bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala ketika di dunia.
445 Hal ini terjadi pada hari kiamat ketika Allah mengumpulkan antara para pemimpin dan para pengikut, lalu
mereka saling berlepas tangan. Para pemimpin tidak mau bertanggung jawab terhadap tindakan mereka
mengajak kepada kesesatan sehingga para pengikut marah dan kesal serta mengungkapkan kata-kata
sebagaimana yang disebutkan pada ayat selanjutnya.
446 Yakni hubungan yang terjalin selama di dunia mereka terputus, bahkan teman akrab menjadi musuh. Hal
ini, karena hubungan mereka di dunia tidak dibangun karena Allah, tetapi karena sesuatu yang batil yang
tidak ada hakikatnya dan ketika itu nampak bahwa orang-orang yang mereka ikuti dalam keadaan dusta,
perbuatan yang sebelumnya mereka kira dapat diharapkan manfa'at ternyata hasilnya sia-sia, berubah
menjadi penyesalan, mereka akan masuk ke dalam neraka lagi kekal di dalamnya dan tidak akan keluar.
Sebagian mufassir ada yang mengartikan "asbaab" di ayat tersebut dengan sebab untuk meloloskan diri,
yakni segala sebab dan upaya untuk meloloskan diri terputus.
Hal ini disebabkan karena yang mereka ikuti adalah hal yang batil, mereka mengerjakan amalan yang batil,
berharap kepada sesuatu yang tidak bisa diharap serta bergantung kepada tempat yang tidak bisa dipakai
bergantung (seperti berhala dan sesembahan lainnya selain Allah), sehingga amal mereka sia-sia dan
terjadilah penyesalan karena apa yang diharapkan ternyata tidak bisa diharap. Berbeda dengan orang yang
bergantung kepada Allah, mengikhlaskan amalan karena-Nya dan mengharap manfa'atnya, maka
sesungguhnya orang tersebut telah meletakkan sesuatu pada tempatnya, sehingga amalnya adalah hak karena
bergantung kepada yang hak, ia akan memperoleh hasil dari amalnya dan mendapatkan balasan di sisi
Tuhannya (lihat surat Muhammad: 1 -2).
447 Baik berlepas diri dari diri mereka (para pemimpin) maupun sesembahan yang mereka sembah selain
Allah, dan mereka akan beribadah kepada Allah saja.
Abu Yahya Marwan bin Musa
80
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kami 448 ." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka perbuatan mereka yang menjadi
penyesalan mereka, dan mereka tidak akan keluar dari api neraka.
Ayat 168-169: Nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada semua manusia dan ajakan-
Nya kepada mereka untuk tidak mengikuti langkah-langkah setan
168. Wahai manusia! Makanlah yang halal lagi baik yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah setan 451 , sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu 452 .
169. Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat 453 dan keji 454 , dan mengatakan
apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah 455 .
448 ketika itu, orang-orang yang mengikuti berangan-angan agar kembali ke dunia, lalu mereka berlepas
tangan dengan orang yang mereka ikuti, seperti tidak mau mengikuti syirk yang dilakukan mereka,
mengikhlaskan amalan karena Allah, namun hal itu mustahil, saat itu bukanlah waktu pemberian tangguh, di
samping itu mereka juga berdusta dalam pernyataan ini. Kalau pun mereka dikembalikan ke dunia, mereka
akan mengulangi perbuatan yang dahulu mereka dilarang melakukannya. Permintaan mereka hanyalah
ucapan dan angan-angan semata karena marah dan kesal kepada orang-orang yang mereka ikuti. Tokoh
utama yang mereka ikuti dalam keburukan adalah Iblis, namun Iblis tidak mau bertanggung jawab, bahkan
menurutnya bahwa dirinya tidak berkuasa apa-apa selain hanya bisa mengajak sehingga menurutnya ia tidak
bisa disalahkan (lihat surat Ibrahim: 22). Kemudian tokoh-tokoh yang mereka ikuti dalam keburukan lainnya
yang juga sama tidak mau bertanggung jawab, ketika itu terjadi laknat melaknat, masing-masing mendo'akan
keburukan kepada yang lain dan menampakkan kekecewaan (lihat surat Al A'raaf: 38-39).
449 Halal di sini mencakup halal memperolehnya, seperti tidak dengan cara merampas dan mencuri, demikian
juga tidak dengan mu'amalah yang haram atau cara yang haram dan tidak membantu perkara yang haram.
450 Yaitu yang suci tidak bernajis, bermanfa'at dan tidak membahayakan. Ada yang mengartikan thayyib di
ayat ini dengan "tidak kotor" seperti halnya bangkai, darah, daging babi dan segala yang kotor lainnya.
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa yang haram itu ada dua: yang haram zatnya dan yang haram
karena ada sebab luar, seperti karena terkait dengan hak Allah atau hak hamba-Nya. Demikian juga bahwa
hukum makan agar dapat melangsungkan kehidupan adalah wajib.
451 Seperti menghalalkan dan mengharamkan dari diri sendiri, segala nadzar maksiat, melakukan bid'ah dan
kemaksiatan. Termasuk juga mengkonsumsi barang-barang haram. Qatadah dan As Suddiy berpendapat
bahwa semua kemalcsiatan kepada Allah termasuk mengikuti langkah-langkah setan.
452 Maksudnya: setan adalah musuh yang jelas bagi kita. Oleh karenanya, tidak ada yang diinginkannya
selain menipu kita dan mencelakakan kita. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak cukup
menyebutkan "jangan mengikuti langkah-langkah setan" tetapi menerangkan bahwa dia adalah musuh yang
nyata bagi kita, dan tidak sampai di situ, Dia menerangkan lebih rinci apa yang diserukan setan, yaitu
menyuruh berbuat jahat dan keji seperti yang disebutkan pada ayat ssetelahnya.
453 Mencakup semua maksiat.
454 Yaitu maksiat yang dianggap jelek sekali oleh syara', uruf (kebiasaan yang berlaku) maupun akal baik
berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh: zina, meminum khamr, membunuh, menuduh zina, dsb.
Ada juga yang berpendapat bahwa "as suuu'" (jahat) adalah kemaksiatan yang tidak ada hadnya, sedangkan
"al fahsyaa'" (keji) adalah kemaksiatan yang ada hadnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
81
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 170-171: Keadaan kaum musyrik karena tidak mau beriman dan masuk Islam
170. Dan apabila dikatakan kepada mereka 456 , "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah 457 ,"
mereka menjawab, "(Tidak), Kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang
kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?" 458 .
H ^Lp jt^J ^ i\Juj flpi *3j "j lx. (3^IJ (^ajl JuS* ij^i^= oiafT
171. Dan perumpamaan bagi (penyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang
meneriaki binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan teriakan saja 459 . (Mereka) tuli 460 ,
bisu 461 dan buta 462 , maka mereka tidak mengerti 463 .
Termasuk mengatakan tentang Allah tanpa ilmu :
Berkata tentang syari'at Allah tanpa ilmu (dasar dalil).
Berkata tentang taqdir Allah tanpa ilmu, padahal taqdir-Nya masih tersembunyi.
Menyifati Allah tanpa dalil.
Mengatakan bahwa Allah punya tandingan.
Mengatakan bahwa Allah menghalalkan barang ini, mengharamkan barang itu atau memerintahkan
hal ini dan melarang hal itu, ia menyatakan semua itu tanpa dalil.
Menafsirkan finnan Allah dengan tafsir batil atau sesuai hawa nafsunya, lalu ia mengatakan "inilah
maksud firman Allah ini".
- Dsb.
456 Yakni orang-orang kafir atau orang-orang yang sesat.
457 Seperti mentauhidkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, menghalalkan yang baik-baik dan meninggalkan
tradisi yang menyalahi ajaran agama.
458 Ayat ini menunjukkan tercelanya sikap taqlid (ikut-ikutan) dan bahwa taqlid merupakan kebiasaan orang-
orang kafir.
459 Penyeru orang-orang kafir adalah orang-orang yang berdakwah kepada mereka, mengajak mereka
beriman dan mengikuti petunjuk. Dalam ayat ini, penyeru tersebut diumpamakan seperti penggembala,
sedangkan orang-orang kafir diumpamakan sebagai binatang ternak yang tidak memahami kata-kata si
penggembala selain mendengar suara sebagai penegak hujjah, namun mereka tidak memahaminya.
460 Mereka tidak mendengarkan yang hak dengan pendengaran yang membuahkan pemahaman dan sikap
menerima.
461 Bisu dari mengatakan yang hak (benar).
462 Penglihatan mereka tidak mampu melihat bukti-bukti yang jelas.
463 Mereka tidak mengerti nasehat yang disampaikan. Inilah sebab mereka bersikap seperti itu, yakni mereka
tidak memiliki akal yang sehat, dan tidak mengerti hal-hal yang beimaslahat bagi mereka padahal penyeru
Abu Yahya Marwan bin Musa
82
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 172-173: Halalnya yang baik-baik dan haramnya yang buruk-buruk, dan makanan
yang halal dan yang haram
i bangkai 468 , darah 469 , daging babi 470 , dan
binatang yang disembelih dengan (menyebut) nama selain Allah 471 . Tetapi barangsiapa terpaksa
itu mengajak kepada keselamatan dan agar jauh dari kesengsaraan, mengajak masuk ke dalam surga dan jauh
dari neraka.
464 Ayat ini perintah kepada kaum mukmin secara khusus setelah memerintahkan secara umum kepada
manusia. Hal itu, karena hanya merekalah yang dapat mengerti nasehat yang disampaikan. Di ayat ini, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan mereka memakan yang baik-baik dan bersyukur kepada Allah baik
dengan hati, lisan maupun anggota badan, seperti menggunakan nikmat tersebut untuk keta'atan kepada-Nya
atau dengan mengerjakan amal shalih. Perintah ini sama seperti perintah Allah kepada rasul-Nya, yaitu
memakan makanan yang baik-baik dan beramal shalih (lihat surat Al Mukminun: 51).
465 Perintah memakan yang baik-baik berarti larangan memakan yang kotor seperti halnya orang-orang kafir
yang memakan sesuatu yang kotor dan mengharamkan makanan yang baik-baik.
466 Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang bersyukur kepada Allah berarti telah beribadah kepada-Nya,
demikian juga menunjukkan bahwa memakan makanan yang baik merupakan sebab untuk beramal shalih
dan sebab diterimanya amal shalih tersebut. Di dalam ayat ini juga terdapat perintah bersyukur setelah
memperoleh nikmat, karena syukur dapat menjaga nikmat yang ada dan menarik kembali nikmat yang
hilang.
467 Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan halalnya makanan yang baik-baik selanjutnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan haramnya memakan makanan yang kotor dan membahayakan, di
antaranya yang disebutkan pada ayat di atas.
468 Yakni binatang yang mati tanpa disembelih secara syar'i. termasuk ke dalam bangkai adalah anggota
badan yang dipotong dari binatang hidup ssebagaimana dalam As Sunnah, namun dikecualikan daripadanya
bangkai ikan dan belalang.
469 Yaitu darah yang mengalir sebagaimana dijelaskan di ayat yang lain.
470 Disebutkan "daging" karena biasanya daging itulah yang dicari, meskipun bagian yang lain dari anggota
badannya juga haram.
471 Di samping haram memakan hewan yang disembelih dengan nama selain Allah, demikian pula
diharamkan hewan yang disembeli dengan menyebut nama Allah dan menyebut pula nama selain-Nya.
Termasuk diharamkan juga hewan yang disembelih untuk selain Allah, seperti untuk berhala, patung, dewa,
kubur dsb.
Faedah:
Apa yang disebutkan di atas bukan berarti bahwa makanan yang diharamkan hanya sebatas empat makanan
ini. Penyebutan empat makanan ini hanyalah untuk menerangkan beberapa contoh jenis makanan yang kotor
atau khabaa'its, hal ini berdasarkan mafhum ayat sebelumnya, yaitu dari kata "thayyibaat"yang menunjukkan
bahwa yang halal bagi lata hanyalah yang baik-baik saja. Adapun yang kotor dan membahayakan seperti
Abu Yahya Marwan bin Musa
83
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
(memakannya) , sedangkan dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas ,
maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang 475 .
Ayat 174-176: Menyembunyikan kebenaran dan hukuman bagi pelakunya
\74. 416 Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah berupa
Al kitab 477 dan menjuainya dengan harga yang murah 478 , mereka hanya meneian api neraka ke
dalam pemtnya, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat 479 , dan tidak
menyucikan mereka 480 . Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih.
bangkai, darah, daging babi dan hewan yang disembelih dengan nama selain Allah adalah haram, demikian
juga makanan kotor dan membahayakan lainnya.
472 Seperti karena lapar dan tidak ada makanan yang lainnya atau seseorang dipaksa. Dalam keadaan seperti
ini, seseorang diperintahkan untuk makan, bahkan dilarang membiarkan dirinya binasa.
473 Yakni tidak mencari yang haram padahal masih mampu mengambil yang halal atau ia tidak lapar.
474 Yakni memakannya tidak melebihi kebutuhan menutup rasa lapar atau seukuran darurat saja tidak lebih.
Makanan yang haram tadi halal ketika darurat dengan dua syarat ini "ghaira baagiw walaa 'aad", namun
terkadang seseorang tidak dapat secara tepat melaksanakan "ghaira baagiw walaa 'aad", maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa Dia Maha Pengampun, Dia mengampuni kekeliruan yang
terjadi dalam kondisi ini, khususnya ketika terdesak oleh kondisi darurat dan kesadarannya tidak terkendali,
wallahu a'lam.
Di antara mufassirin ada yang mengartikan "ghaira baaghiw walaa 'aad": "Bukan orang yang keluar dari
barisan kaum muslimin mengadakan pemberontakan dan bukan orang yang melampaui batas seperti
melakukan pembajakan", sehingga mereka menafsirkan bahwa ketika darurat makanan yang haram tersebut
tidak mengapa kecuali dua golongan tersebut (pemberontak dan pembajak), termasuk pula setiap orang yang
bersafar karena maksiat seperti budak yang lari dari tuannya, maka tidak halal bagi mereka memakan
makanan tadi ketika darurat. Inilah yang dipegang oleh Imam Syafi'i.
475 Pembolehan memakan makanan yang haram ketika kondisi darurat merupakan rahmat Allah kepada
hamba-hamba-Nya dan kelapangan dari-Nya. Oleh karena itu, ayat ini diakhiri dengan dua nama-Nya Yang
Mulia yang sangat sesuai sekali, yaitu bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
476 Ayat ini merupakan ancaman keras bagi mereka yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah
kepada rasul-rasul-Nya berupa ilmu. Padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah mengambil perjanjian dari
mereka agar menerangkan kepada manusia dan tidak menyembunyikannya. Barangsiapa yang menukar
semua itu dengan mengambil ganti dari perhiasan dunia yang rendah ini, maka sebenarnya yang mereka
ambil dan mereka makan adalah api neraka.
477 Seperti yang dilakukan orang-orang yahudi, mereka enyembunyikan sifat Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam dalam al kitab serta menyembunyikan kebenaran-kebenaran lainnya.
478 Yakni untuk memperoleh harta dunia yang rendah ini, mereka rela menyembunyikan kebenaran.
479 Yakni karena murka kepada mereka dan berpaling dari mereka. Hal ini akan terasa lebih berat bagi
mereka dari azab neraka yang mereka terima.
480 Maksudnya: tidak menyucikan mereka dari dosa-dosa dan dari akhlak yang buruk. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala tidak menyucikan mereka, karena mereka tidak mengerjakan perbuatan yang menjadi sebab
dibersihkannya diri mereka, seperti mengamalkan kitab Allah, menjadikannya sebagai petunjuk dan
mendakwahkannya. Mereka membuang kitab Allah dan berpaling daripadanya serta memilih kesesatan
Abu Yahya Marwan bin Musa
84
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
175. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan azab dengan
ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka!
176. Yang demikian itu karena Allah telah menurunkan kitab (Al Qur'an) dengan membawa
kebenaran 481 , dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) kitab itu 482 ,
benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran) 483 .
Ayat 177: Hakikat dan pokok-pokok kebajikan, bahwa ia hanyalah terwujud dengan
beriman kepada Allah, hari Akhir dan kepada rukun-rukun iman yang lain
J>^i\ s>"y^ Ij aJjLj {ja Yt. JJl ,j5yJj i^j yuJ \j (3 />LLI I J-i ^5Ca I jJ^j o' ' <j-~J *
daripada petunjuk dan azab daripada ampunan, maka tidak ada yang pantas untuk mereka selain neraka, dan
mengapa mereka siap bersabar menghadapi neraka.
481 Azab yang demikian itu disebabkan karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menurunkan kitab kepada
rasul-rasul-Nya yang berisikan kebenaran, namun mereka mengingkarinya. Dalam ayat ini dijelaskan bahwa
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan kitab sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia dan untuk
menerangkan mana yang hak dan mana yang batil serta menerangkan mana petunjuk dan mana kesesatan.
Oleh karena itu, barangsiapa yang mengalihkannya dari tujuan tersebut, maka ia berhak mendapatkan azab
yang besar.
482 Sebagian kitab itu mereka imani dan sebagian lagi mereka ingkari. Mereka yang melakukan hal ini adalah
orang-orang yahudi. Ada pula yang berpendapat bahwa yang melakukan hal tersebut adalah orang-orang
musyrik, di mana mereka berselisih tentang Al Qur'an; di antara mereka ada yang menyebutnya sebagai
sya'ir, ada yang menyebutnya sebagai sihir dan ada yang menyebutnya sebagai perdukunan.
483 Hal itu dikarenakan mereka menyelisihi kitab yang Allah turunkan. Kitab itu datang membawa kebenaran
dan mempersatukan mereka. Jika mereka menyelisihinya, maka sesungguhnya mereka benar-benar dalam
perpecahan dan perselisihan yang jauh dari kebenaran.
Dari beberapa ayat di atas (ayat 174-176) dapat ditarik kesimpulan:
Ancaman bagi mereka yang menyembunyikan apa yang diturunkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala
karena memilih perhiasan dunia berupa azab, kemurkaan dari-Nya, tidak akan disucikan oleh Allah
Azza wa Jalla, oleh karenanya mereka tidak memperoleh taufiq dan ampunan karena telah menjual
petunjuk dengan kesesatan.
Kitab yang Allah turunkan berisikan kebenaran yang dapat menyatukan manusia di atasnya dan
menjadikan mereka tidak berpecah belah.
Setiap orang yang menyelisihi kitab tersebut, maka ia berada jauh dari kebenaran serta berada dalam
perselisihan dan pertengkaran.
Abu Yahya Marwan bin Musa
85
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
177. Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat , tetapi kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah 486 , had akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi 48 dan
memberikan harta yang dicintainya 488 kepada kerabatnya, anak yatim 489 , orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan), peminta-minta 490 ; dan (memerdekakan) hamba sahaya 491 ,
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat 492 , orang-orang yang menepati janjinya apabila
484 Ayat ini menunjukkan bahwa ajaran Islam terdiri dari 'Aqidah dan syari'at. 'Aqidah menerangkan tentang
keimanan seperti yang disebutkan pada ayat tersebut, dan syari'at menerangkan tentang amalan-amalan yang
diperintahkan dalam Islam, di mana pada amalan tersebut terdapat akhlak kepada Allah dan akhlak kepada
manusia.
485 Maksudnya: Kebaikan menurut Allah, bukanlah terletak dalam hal menghadap timur dan barat dalam
ibadahnya, sebagai bantahan terhadap sangkaan orang yahudi dan Nasrani ketika mereka menyangka bahwa
kebaikan itu terletak ketika seseorang menghadap dalam shalatnya ke arah ini atau ke arah itu. Ayat ini
secara umum menyatakan bahwa kebajikan terletak pada keta'atan kepada Allah dan mengikuti perintah-Nya
seperti dengan melaksanakan apa yang disebutkan dalam ayat di atas.
486 Seperti mengimani bahwa Allah Mahaesa, yang satu-satunya berhak disembah tidak selain-Nya, memiliki
sifat sempurna dan bersih dari segala kekurangan.
487 Dengan beriman kepada semuanya.
488 Harta adalah sesuatu yang dicintai oleh jiwa manusia, karenanya sangat berat untuk dikeluarkan. Oleh
karena itu, barangsiapa yang mampu mengeluarkannya padahal ia mencintainya, maka hal itu merupakan
burhan (bukti) terhadap keimanannya. Termasuk dalam hal ini adalah bersedekah ketika ia dalam kondisi
sehat, bakhil dan berharap ingin kaya serta takut miskin, bersedekah ketika harta hanya ada sedikit,
bersedekah dengan harta yang berharga atau harta yang sangat dicintainya. Ini semua merupakan contoh
mengeluarkan harta yang dicintainya.
489 Anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat bapaknya ketika ia belum baligh. Hal ini termasuk dalil
bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada sayangnya orang tua
kepada anaknya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewasiatkan hamba-hamba-Nya dan mewajibkan mereka
untuk berbuat ihsan kepada orang yang kehilangan pengurusnya, padahal ia membutuhkan pengurus.
490 Yakni mereka tertimpa kebutuhan yang menghendaki untuk meminta-minta. Misalnya mereka yang
menanggung diat karena jinayat, terkena tanggungan berat dari pemerintah, atau seperti yang disebutkan
dalam hadits berikut, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
c J-lSrl. fe»s&r ia'Csf ji^ tiUJ p j£- iit-Jf iJ ,5JU^ jlkf ji^ :jJl£ ill J^J J sj'LJl 'b\
"Sesungguhnya meminta-minta tidaklah halal kecuali bagi salah seorang di antara tiga golongan ini: (1)
Seorang yang menanggung hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia bisa melunasinya,
kemudian ia berhenti. (2) Orang yang tertimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-
minta sampai ia mendapatkan penopang hidupnya, dan (3) Orang yang tertimpa kemiskinan sehingga tiga
orang yang berakal dari kaumnya menyatakan "Si fulan telah tertimpa kemiskinan" maka ia boleh meminta-
minta sampai mendapatkan penopang hidupnya. Meminta-minta selain dari tiga hal itu, wahai Qabiishah,
adalah haram dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram." (HR. Muslim, Abu Dawud, Ibnu
Huzaimah dan Ibnu Hibban)
Demikian juga orang-orang yang meminta-minta untuk keperluan maslahat banyak orang seperti untuk
pembangunan masjid, pesantren, jembatan dan lain-lain, mereka ini perlu dibantu meskipun masih sanggup.
491 Termasuk ke dalam memerdekakan budak adalah memerdekakannya, membantunya agar dapat merdeka,
membantu melunasi hutang kebudakannya seperti mukatab, menebus para tawanan yang tertawan di tengah-
tengah orang kafir atau ditawan oleh orang-orang yang zhalim.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
berjanji , dan orang yang sabar dalam kerne laratan , penderitaan dan dalam peperangan.
Mereka 496 itulah orang-orang yang benar 497 , dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat 178-179: Pensyariatan qishas dan penjelasan tentang hikmahnya
^IP% A^ITj ^ jii j£iJt j ^ukaJi jiQ^ ^ i; ^jjf t^fe
178. Wahai orang-orang yang beriman! 498 Diwajibkan atas kamu melaksanakan qishaash berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh 499 . Orang merdeka dengan orang merdeka 500 , hamba sahaya
dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan 501 . Tetapi, barangsiapa yang memperoleh
Sudah dijelaskan sebelumnya mengapa shalat dan zakat sering digandengkan secara bersamaan, karena
keduanya merupakan ibadah dan cara mendekatkan diri kepada Allah yang paling utama. Di dalamnya
terdapat ibadah hati, badan dan harta, dan dengan keduanya iman dapat ditimbang serta dapat diketahui
keyakinan yang ada pada pemiliknya.
493 Baik berjanji kepada Allah maupun kepada manusia.
494 Seperti kemiskinan. Dalam menghadapi musibah kemiskinan butuh kesabaran, karena dalam kemiskinan
seseorang merasakan kepedihan hati dan badan yang tidak dirasakan pada musibah lainnya. Ketika orang
kaya dapat menikmati kesenangan, sedangkan dirinya tidak, hatinya terasa pedih. Ketika dirinya lapar atau
orang yang ditanggungnya lapar, ia terasa pedih. Ketika ia memakan makanan yang tidak sesuai dengan
seleranya, ia terasa pedih. Saat melihat apa yang ada di hadapannya serta persiapan untuk masa mendatang,
ia terasa pedih, dan ketika ia kedinginan karena temmpat tinggalnya ttidak melindunginya dari cuaca dingin,
ia pun terasa pedih. Musibah seperti ini patut dihadapi dengan sabar sambil mengharapkan pahala dari Allah
Azza wa Jalla.
495 Seperti ketika sakit dengan berbagai macam bentuknya. Sakit pada badan membuat lemah badan dan
membuat dirinya merasakan sakit dan kepayahan, terlebih ketika sakit itu lama sembuhnya. Ketika ini, kita
pun diperintahkan untuk bersabar dan mengharap pahala dari Allah.
496 Yakni mereka yang memiliki sifat-sifat tersebut atau memiliki 'aqidah yang shahih dan amalan yang
shalih serta akhlak yang mulia.
497 Yakni benar imannya atau pengakuannya sebagai orang yang melakukan kebajikan. Hal ini, karena
amalan merupakan bukti keimanan.
498 Khithab ayat ini ditujukan kepada semua kaum mukminin, yang menunjukkan bahwa mereka harus ikut
serta membantu pelaksanaan qishas jika diminta oleh wali si terbunuh, baik para wali si terbunuh lainnya
maupun pembunuhnya, dan bahwa mereka tidak diperbolehkan menghalangi had ini dan menghalangi wali
dari melakukan qishas sebagaimana yang dibiasa dilakukan di zaman jahiliyyah, yaitu melindungi para
pelaku kriminal.
499 Yakni dibunuh secara sengaja dengan membalasnya secara serupa baik sifat maupun caranya sebagai
bentuk keadilan..
500 Termasuk pula laki-laki dengan laki-laki.
501 Demikian juga harus sama dalam hal agamanya. Oleh karena itu, orang muslim tidak boleh dibunuh
meskipun ia seorang budak, karena membunuh orang kafir, meskipun orang kafir tersebut orang merdeka.
Demikian juga wanita dibunuh karrena membunuh laki-laki, dan laki-laki dibunuh karena membunuh
wanita, namun tidak termasuk keumuman ayat ini orang tua dst. ke atas. Oleh karena itu, orang tua tidak
dibunuh karena membunuh anak sebagaimana diterangkan dalam As Sunnah. Hal ini, karena tidak termasuk
Abu Yahya Marwan bin Musa
87
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
maaf dari saudaranya 502 , hendaklah (yang mema'afkan) mengikutinya dengan cara yang baik 503 , dan
membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan
rahmat dari Tuhan kamu. Barangsiapa yang melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat
siksa yang sangat pedih 504 .
179. Dan dalam qishaash itu ada (jaminan) kehidupan bagimu 505 , wahai orang-orang yang
berakal 506 , agar kamu bertakwa 507 .
Ayat 180-182: Beberapa ayat ini membicarakan tentang wasiat untuk kedua orang tua dan
kerabat, dan hal ini sebelum turun ayat tentang warisan
Lai- (^jjLaJL) ^y^/lj (jjjJ'^iJ ~^ysy>\ \j^>- 0[ C^lJI ^S^" I li|
adil jika orang tua dibunuh karena membunuh anaknya, padahal orang tua memiliki rasa sayang yang dalam
kepada anaknya, di mana tidak ada yang membuatnya melakukan pembunuhan selain karena ada kerusakan
pada akalnya atau karena disakiti dengan kejam oleh anaknya.
502 Yakni maaf dari wali si terbunuh atau sebagian wali dengan beralih kepada diat, maka qishas menjadi
gugur dan wajib gantinya, yaitu diat. Dan maaf yang terbaik adalah dengan memaafkannya secara cuma-
cuma.
Disebutkan kata "saudaranya" untuk mengajak memberikan maaf dan untuk memberitahukan bahwa
pembunuhan tidak sampai memutuskan persaudaraan iman.
503 Misalnya dalam menuntut diat tidak dengan kasar.
504 Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. Qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh
mendapat maaf dari ahli waris yang terbunuh, yaitu dengan membayar diat (ganti rugi). Pembayaran diat
diminta dengan baik, misalnya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah
membayarnya dengan baik, misalnya tidak menangguhkannya dan tidak mengurangi jumlah diat, karena
balasan terhadap perbuatan baik adalah dengan berbuat baik pula. Bila ahli waris korban membunuh yang
bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat padahal Allah telah menjelaskan
hukum-hukum ini, maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat dia mendapat siksa yang
pedih.
505 Yakni adanya syari'at qishas terdapat jaminan kehidupan yang aman bagi kita selanjutnya. Hal itu, karena
orang yang hendak membunuh, jika mengetahui bahwa dia akan dibunuh juga, maka ia akan berhenti
melakukan tindakan pembunuhan, sehingga ia sama saja menghidupkan yang lainnya. Demikian pula had-
had dalam Islam lainnya, tujuannya untuk menjaga jiwa, harta, akal, kehormatan, agama dan membuat jera
pelakunya.
506 Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyukai hamba-hamba-Nya yang mau
menggunakan akal dan pikirannya untuk memikirkan hikmah di balik ketetapan-Nya yang bijak dan
maslahat yang ada di dalam ketetapan itu, di mana itu semua menunjukkan kesempurnaannya, kesempurnaan
hikmah-Nya, adil-Nya dan rahmat-Nya yang luas. Demikian juga menunjukkan bahwa orang-orang yang
seperti ini berhak mendapatkan pujian termasuk orang-orang yang berakal, kepada mereka ditujukan
panggilan ini, dan cukuplah yang demikian sebagai keutamaan bagi orang-orang yang mengerti.
507 Hal ini, karena orang yang mengenal Tuhannya, mengenal isi agama dan syari'at-Nya yang mengandung
rahasia yang dalam serta hikmah yang indah membuatnya tunduk kepada perintah-perintah Allah, merasakan
hal yang sangat fatal jika sampai bermaksiat kepada-Nya, dengan begitu ia menjadi orang-orang yang
bertakwa.
Abu Yahya Marwan bin Musa
88
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
180. Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut , jika
dia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk kedua orang tua dan karib kerabat dengan
cara yang ma'ruf 509 , (sebagai) kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.
181. 5 10 Barang siapa yang mengubah wasiat itu 511 , setelah mendengamya, maka sesungguhnya
dosanya hanya bagi orang yang mengubahnya 512 . Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui 513 .
182. Tetapi barang siapa khawatir bahwa pemberi wasiat itu berlaku berat sebelah atau berbuat
salah 514 , lalu dia mendamaikan 515 antara mereka, maka dia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun 516 lagi Maha Penyayang.
Ayat 183-187: Pensyariatan puasa dan penjelasan hukum-hukumnya. Demikian pula
menerangkan tentang pentingnya puasa, keutamaan bulan Ramadhan dan keutamaan
berdoa di bulan itu
508 Misalnya sakit yang membawa kepada kematian.
509 Ma'ruf ialah adil dan baik, yaitu dengan tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta peninggalan atau
berlebihan dan tidak mengutamakan yang kaya atau keluarga yang jauh sedangkan yang dekat tidak
diperhatikan. Ayat ini tidak berlaku untuk ahli waris karena sudah dinasakh dengan ayat tentang warisan
(yaitu An Nisaa': 11) dan hadits "laa washiyyata liwaarits" (tidak ada wasiat bagi ahli waris) diriwayatkan
oleh Tirmidzi.
Namun sebagian ulama menggabung antara ayat ini dengan ayat 1 1 surah An Nisaa', yaitu dibawa ayat di
atas kepada wajibnya berwasiat kepada kedua orang tua dan kerabat yang tidak mendapatkan warisan karena
ada penghalang, seperti beda agama, wallahu a'lam.
510 Biasanya pemberi wasiat keberatan memberikan wasiat karena khawatir dirubah setelahnya, maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menghibur agar tidak khawatir.
511 Baik dilakukan oleh saksi maupun orang yang menerima wasiat setelah ia mengetahuinya atau mengerti.
512 Adapun pemberi wasiat tetap mendapatkan pahalanya di sisi Allah.
513 Allah Maha Mendengar semua suara termasuk wasiat yang disampaikan pemberi wasiat serta Mengetahui
tindakan penyelewengan dan apa yang disembunyikan dalam hati manusia berupa kecenderungan kepada
keadilan atau kezaliman dan Dia akan memberikan balasan terhadapnya.
Ayat ini berkenaan wasiat yang adil, adapun wasiat yang tidak adil atau ada kezaliman di sana, maka bagi
yang hadir ketika wasiat disampaikan hendaknya menasehatinya agar wasiatnya mengarah kepada yang lebih
baik dan lebih adil serta melarangnya bersikap zalim baik sengaja atau tidak.
514 Tidak sengaja maupun sengaja, seperti menambah wasiat melebihi sepertiga atau mengkhususkan kepada
yang kaya.
515 Yakni menyuruh orang yang berwasiat berlaku adil dalam mewasiatkan sesuai dengan batas-batas yang
ditentukan syara'. Jika tidak berhasil, maka dia mengadakan shulh (damai) antara beberapa pihak (antara
pemberi wasiat dan penerima wasiat) dengan mengadakan perubahan wasiat, maka tidak ada dosa baginya
dalam masalah shulh ini.
516 Dia mengampuni semua ketergelinciran, termasuk ke dalamnya ampunan-Nya bagi mereka yang
merelakan sebagian haknya untuk saudaranya.
Beberapa ayat di atas mendorong untuk mengadakan wasiat, menerangkan kepada siapa diberikan,
menerangkan ancaman bagi yang mengubah wasiat yang adil dan dorongan untuk mengadakan islah dalam
wasiat yang tidak adil.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
183. Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu 517 agar kamu bertakwa 518 ,
v^jl^ijJI (J^j _^!y>lj! ^ 3.1*3 _ / a_^ j! L^aj,/* ^j^o-*-* c^'SjJlLo I^IjI
184. (yaitu) dalam beberapa hari tertentu. Barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajib baginya mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
517 Dalam ayat ini terkandung beberapa hal:
Puasa termasuk syari'at yang tidak dimansukh karena maslahatnya yang begitu besar bagi manusia.
Mendorong umat ini agar semangat melakukannya, yakni hendaknya mereka berlomba-lomba
dengan generasi sebelum mereka dalam menyempurnakan amalan dan bersegera kepada hal yang
baik.
Puasa bukanlah hal yang berat yang hanya dibebankan kepada kita.
518 Ayat di atas menerangkan bahwa puasa merupakan sebab terbesar untuk memperoleh ketakwaan. Puasa
merupakan tameng bagi seseorang dari perbuatan maksiat, karena ia dapat melemahkan syahwat yang
menjadi sumber maksiat. Di dalam puasa terkandung nilai-nilai ketakwaan, di antaranya:
Di dalam puasa seseorang meninggalkan hal-hal yang disukainya seperti makan, minum dan
berjima'. Jika seseorang mampu meninggalkan hal-hal yang disukainya, nantinya ketika dihadapkan
perbuatan maksiat yang disukai hawa nafsunya, maka ia mampu menahan dirinya sebagaimana ia
mampu menahan dirinya dari makan, minum dan berjima'. Dengan begitu ia dapat bertakwa kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Orang yang berpuasa melatih dirinya agar merasa diawasi Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Ketika
puasa, ia meninggalkan apa yang diinginkan oleh hawa nafsunya padahal ia mampu karena
mengetahui bahwa dirinya diawasi Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Puasa mempersempit ruang gerak setan, di mana ia berjalan melewati tempat peredaran darah.
Orang yang berpuasa biasanya banyak menjalankan keta'atan dan maksiatnya berkurang. Hal ini
termasuk nilai-nilai ketakwaan.
Orang yang kaya ketika merasakan pedihnya rasa lapar, membuat dirinya merasakan derita orang-
orang fakir dan miskin. Hal ini akan membuatnya ingin bersedekah karena telah merasakan derita
orang-orang fakir dan miskin.
519 Yaitu orang yang sakit berat, orang yang sangat tua, orang yang hamil atau menyusui yang
mengkhawatirkan anaknya.
Faedah:
Ada yang berpendapat bahwa pada pennulaan diwajibkan puasa, sedangkan sebelumnya para sahabat belum
terbiasa melakukan puasa sehingga terasa berat oleh mereka, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan
secara bertahap. Dia memberikan pilihan kepada mereka yang mampu berpuasa untuk melakukan salah satu
dari kedua perkara ini; berpuasa atau membayar fidyah. Namun berpuasa tetap lebih utama. Setelah itu,
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan puasa mesti dilakukan bagi mereka yang mampu (yakni mampu,
Abu Yahya Marwan bin Musa
90
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
memberi makan seorang miskin . Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan 521 , maka itu lebih baik baginya, dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran 522 , sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara
kamu ada 523 di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia
berbuka), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu 524 .
Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah 525 atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur 526 .
186. 527 Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
sesungguhnya Aku dekat 528 . Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdo'a
sehat dan hadir pada bulan itu di negeri tempat tinggalnya) dengan firman-Nya "Faman syahida minkumusy
syahra fal yashum-h", Ibnu Abbas berkata, "Kecuali wanita yang hamil dan menyusui, jika keduanya
mengkhawatirkan keadaan anaknya, maka ayat ini tetap berlaku tidak dihapus hukumnya bagi mereka
berdua. "
520 Seukuran satu mud (satu kaupan tangan orang dewasa) dari makanan pokok daerah setempat.
521 Maksudnya memberi makan lebih dari seorang miskin untuk satu hari.
522 Yakni dari Al Lauhul Mahfuzh ke langit dunia di malam Lailatul Qadr.
523 Yakni dalam keadaan sehat dan tidak safar.
524 Ayat ini menunjukkan bahwa semua perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya pada asalnya adalah
mudah. Oleh karena itu, ketika ada beberapa hal yang menjadikannya berat, maka Allah Subhaanahu wa
Ta'aala mengadakan bentuk kemudahan lainnya, bisa berupa pengguguran kewajiban (misalnya gugurnya
kewajiban hajji bagi yang tidak mampu) atau meringankan dengan berbagai bentuk peringanan (misalnya
ketika shalat, jika tidak sanggup sambil berdiri, bisa dilakukan sambil duduk dsb).
525 Dengan bertakbir pada hari Idul Fithri. Sebagain ulama ada yang berdalil dengan ayat ini, bahwa takbir
'led dimulai dari sejak melihat hilal Syawwal sampai selesai khutbah 'led.
526 Yakni terhadap nikmat hidayah, taufiq dan kemudahan-Nya yang diberikan kepada kita.
527 Dalam tafsir Al Jalaalain disebutkan, bahwa sebagian manusia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bertanya, "Apakah Tuhan kita dekat sehingga cukup berbisik-bisik dalam meminta ataukah jauh
sehingga kita perlu memanggil-Nya?", maka turunlah ayat ini.
Ayat ini juga menerangkan adab dalam berdo'a, yakni agar tidak keras-keras, karena Dia Maha Mendengar
lagi Maha Dekat.
528 Ilmu-Nya meliputi mereka, Dia mendengar dan Mengetahui mereka dengan ketinggian Dzat-Nya di atas
Arsyi-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
91
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kepada-Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (perintah-Ku) dan beriman kepada-Ku, agar
mereka mendapat petunjuk.
187. 529 Dihalalkan ba gimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri kamu 530 . Mereka
adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka 531 . Allah mengetahui bahwa kamu
tidak dapat menahan dirimu, karena itu Allah mengampuni dan memaafkan kamu. Maka sekarang
campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu 532 . Makan dan minumlah
hingga jelas bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar 533 534 . Kemudian sempurnakanlah
- Imam Bukhari meriwayatkan dari Al Barra', ia berkata, "Para sahabat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam, ketika berpuasa, kemudian tiba waktu berbuka, lalu seseorang tidur sebelum berbuka, maka ia
tidak makan di malam harinya dan di siang harinya sampai sore hari. Pernah suatu ketika Qais bin Sharmah
Al Anshariy berpuasa, saat tiba waktu berbuka, ia mendatangi istrinya dan berkata kepadanya, "Apakah
kamu memiliki makanan?" Istrinya menjawab, "Tidak. Akan tetapi, saya akan pergi mencarikan untukmu."
Di siang harinya, Qais bekerja sehingga membuatnya cepat mengantuk di malam hari, lalu istrinya berkata,
"Rugi sekali kamu!". Ketika di siang hari, Qais pun pingsan, lalu diberitahukan masalah tersebut kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, maka turunlah ayat ini, "Uhilla lakum lailatash shiyaamur rafatsu ilaa
nisaa'ikum", maka para sahabat bergembira sekali. Demikian pula ayat, "Wa kuluu wasy rabuu hattaa
yatabayyana lakumul khaithul abyadhu minal khaithil aswad" . . .dst.
Imam Bukhari menyebukan kembali dalam Kitabut tafsir dengan adanya perubahan pada sebagian sanad,
dan di sana disebutkan secara tegas bahwa Abu Ishaq mendengar secara langsung, lafaznya adalah: Ketika
diwajibkan puasa Ramadhan, para sahabat tidak mendekati istri selama bulan Ramadhan penuh, namun ada
beberapa orang yang mengkhianati dirinya, maka Allah menurunkan ayat, "Alimallahu annakum kuntum
lakluaanuiina anfusakum fataaba 'alaikum."
Zhahir kedua hadits di atas nampak berbeda, akan tetapi tidak ada salahnya jika ayat tersebut turun
berkenaan orang ini dan itu.
530 Ayat ini turun untuk menaskh (menghapus) larangan berjima', makan dan minum setelah 'Isya atau setelah
tidur di awal-awal Islam.
531 Kata-kata ini merupakan kinayah yang menerangkan bahwa masing-masing saling membutuhkan.
532 Yakni niatkanlah dalam berjima' itu untuk bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala serta
memperoleh tujuan dari jima', yaitu memperoleh keturunan, menjaga farjinya, menjaga farji istri dan
memperoleh maksud daripada nikah. Termasuk "mencari apa yang ditetapkan Allah untuk kita" adalah
mencari Lailatul qadr yang bertepatan dengan malam hari bulan Ramadhan. Oleh karena itu, tidak
sepatutnya kita tetap bersenang-senang dengan istri dan membiarkan Lailatul qadr lewat begitu saja.
Bersenang-senang masih bisa dikejar, adapun Lailatul qadr jika sudah lewat, tidak bisa dikejar.
533 Imam Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa'ad ia berkata, "Telah turun ayat, " Wa kuluu wasy rabuu
hattaa yatabayyana lakumul khaithul abyadhu minal khaithil aswad" (artinya: Makan dan minumlah hingga
jelas bagimu benang putih dari benang hitam), namun belum turun kata-kata, "Minal faj'r" (yaitu fajar). Oleh
karena itu, ada beberapa orang sahabat, ketika ingin berpuasa, salah seorang di antara mereka mengikat
benang putih dan benang hitam di kakinya. Ia senantiasa makan sampai ia jelas melihat kedua benang itu,
Abu Yahya Marwan bin Musa
92
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
puasa itu sampai (datang) malam . Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri'tikaf
dalam masjid 37 . Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya 538 . Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa 539 .
Ayat 188: Larangan memakan harta manusia dengan jalan yang batil
188. Janganlah kamu makan harta sesama kamu 5
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian
harta orang lain itu dengan jalan berbuat dosa, padahal kamu mengetahui.
maka Allah menurunkan ayat, "Minal fajr", maka mereka pun mengetahui bahwa maksudnya adalah malam
dan siang.
534 Ayat ini menerangkan waktu makan, minum dan berjima', yaitu sampai terbit fajar shadiq. Ayat ini juga
menunjukkan bahwa apabila seseorang makan atau minum dalam keadaan ragu-ragu apakah sudah terbit
fajar atau belum, maka tidak mengapa. Demikian juga menerangkan beberapa hal berikut:
Anjuran makan sahur dan anjuran menta'khirkannya; diambil dari rukhshah dan kemudahan yang
diberikan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Bolehnya seseorang mendapatkan waktu fajar dalam keadaan junub dari jima' yang dilakukan
sedangkan ia belum mandi, dan puasanya sah. Hal ini, karena sesuatu yang lazim dari bolehnya jima'
sampai terbit fajar adalah mendapatkan waktu fajar dalam keadaan baru selesai jima' (masih junub),
dan lazim dari yang hak (benar) adalah hak (benar) pula.
535 Dimulai dari tenggelamnya matahari.
536 1'tikaf ialah berada dalam mesjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah. Ayat ini menerangkan
larangan bagi orang yang beri'tikaf ketika keluar karena suatu keperluan, lalu ia menggauli istrinya, dan
menunjukkan bahwa I'tikaf menjadi batal karena jima'.
537 Ayat ini menunjukkan disyari'atkannya I'tikaf, dan bahwa I'tikaf hanya sah di masjid, yakni masjid yang
mereka kenal, yaitu masjid yang dipakai shalat lima waktu.
538 Kata-kata "jangan mendekati" lebih dalam daripada sekedar "jangan melakukan". Karena jangan
mendekati mencakup larangan mengerjakan perbuatan yang dilarang tersebut, demikian juga segala wasilah
(sarana) yang mengarah kepadanya.
539 Karena biasanya orang-orang melakukan perbuatan maksiat, karena tidak mengetahui bahwa hal itu
merupakan maksiat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala di ayat tersebut menerangkan hulcum-hukum-Nya
agar mereka dapat menjauhinya. Dengan demikian, tidak ada lagi 'udzur dan alasan untuk mengerjakan
larangan tersebut.
540 Ayat tersebut mengidhafatkan (menghubungkan) harta orang lain kepada kita "amwaalkum" (hartamu),
karena sepatutnya seorang muslim mencintai agar orang lain memperoleh apa yang ingin diperolehnya dan
menjaga harta orang lain sebagaimana dirinya menjaga hartanya sendiri. Di samping itu, memakan harta
orang lain akan menjadikan orang lain akan memakan harta kita ketika mampu.
541 Yakni dengan sebab yang batil, misalnya dengan sumpah yang dusta, merampas, mencuri, risywah (suap),
riba, khianat ketika dititipi barang atau diberi pinjaman dsb. Termasuk ke dalam ayat ini adalah mu'amalah
yang haram, seperti riba, judi dengan semua bentuknya, melakukan penipuan (ghisy) dalam jual beli dan
sewa-menyewa, jual beli gharar, mengangkat karyawan namun dimakan gajinya, mengambil upah dari
pekerjaan yang mereka tidak melakukannya. Bahkan termasuk pula orang-orang yang melakukan ibadah
dengan niat memperoleh dunia, di mana asas penggeraknya adalah dunia, mereka tidak mau menjadi
muazzin kecuali jika mendapatkan imbalan, dsb. Demikian pula mengambil zakat, sedekah, waqf maupun
Abu Yahya Marwan bin Musa
93
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 189: Menerangkan bahwa hilal (bulan sabit) merupakan penunjuk waktu beribadah
189. Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit 542 . Katakanlah: "Bulan sabit adalah penunjuk
waktu bagi manusia 543 dan (bagi ibadah) haji." Dan bukanlah suatu kebajikan memasuki rumah-
rumah dari belakangnya 544 , akan tetapi kebajikan adalah kebajikan orang yang bertakwa. Masukilah
rumah-rumah dari pintu-pintunya 545 546 , dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung 547 .
wasiat padahal mereka tidak berhak atau melebihi haknya. Ini semua merupakan pengambilan harta dengan
jalan yang batil, meskipun sampai terjadi pertengkaran yang kemudian dibawa kepada hakim, kemudian
orang yang hendak memakan harta orang lain dengan jalan yang batil mengemukakan hujjah-hujjah yang
batil untuk mengalahkan orang yang sebenarnya berhak, lalu hakim memutuskan demikian, maka ketetapan
hakim tersebut bagaimana pun juga tidaklah menghalalkan yang haram, dan hakim hanyalah memutuskan
sesuai yang ia dengar. Jika ia sampai memakan harta itu, maka sesungguhnya ia telah memakannya dengan
jalan yang batil dan berbuat dosa dalam keadaan mengetahui, sehingga hukumannya di akhirat lebih berat
lagi.
Oleh karena itu, seorang wakil jika telah mengetahui bahwa yang mengangkatnya batil dalam dakwaannya,
maka tidak halal baginya menjadi pengacara baginya, sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Wa laa takul lil
khaa'iniina khashiimaa" (janganlah kamu menjadi pembela bagi orang-orang yang berkhianat), surat An
Nisaa: 105.
542 Yakni apa faedah dan hikmah dari adanya bulan sabit.
543 Misalnya waktu untuk berpuasa dan berbuka (berhari raya), waktu kehamilan wanita dan waktu bagi
wanita menjalani masa 'iddah. Demikian juga waktu yang dipakai dalam bermu'amalah misalnya kapan
dibayar hutangnya, kapan lama bekerjanya dan kebutuhan lainnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan
bulan sebagai hisab (perhitungan tanggal) bagi manusia yang dapat diketahui dengan mudah oleh manusia,
khususnya oleh orang-orang awam. Jika seandainya menggunakan matahari, tentu tidak ada yang
mengetahuinya selain segelintir orang.
544 Pada masa jahiliyah, orang-orang yang berihram di waktu haji biasa memasuki rumah dari belakang
bukan dari depan dan mereka mengira bahwa hal itu merupakan kebajikan (kebaikan). Maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa yang demikian bukanlah kebaikan, karena Allah tidak
mensyari'atkannya kepada mereka, demikian pula Rasul-Nya. Oleh karena itu, setiap orang yang beribadah,
namun tidak disyari'atkan Allah dan Rasul-Nya, maka cara ibadahnya mardud (tertolak).
545 Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Ishaq, bahwa ia mendengar Al Barra' berkata, "Ayat ini turun
berkenaan dengan kami, di mana orang-orang Anshar apabila telah berhaji, mereka datang tanpa masuk
melewati pintu rumah mereka, tetapi dari belakangnya, lalu ada seorang Anshar yang masuk melalui pintu
rumahnya, dan nampaknya ia dicela oleh yang lain, maka turunlah ayat, "Dan bukanlah suatu kebajikan
memasuki rumah-rumah dari belakangnya akan tetapi kebajikan adalah kebajikan orang yang bertakwa.
Masukilah rumah-rumah dari pintu-pintunya. "
546 Memasuki rumah-rumah dari pintu-pintunya lebih memudahkan mereka, dan inilah yang wajar. Dari ayat
di atas, kita dapat menarik kesimpulan, yaitu hendaknya seseorang -dalam semua urusan- menggunakan jalan
yang mudah dan lebih dekat serta lebih sampai kepada maksud dan tujuan. Dalam beramr ma'ruf dan bernahi
munkar, hendaknya ia melihat keadaan orang yang hendak diperintahnya, dengan begitu ia dapat bertindak
dengan lembut serta menggunakan siasat agar tercapai maksud atau sebagiannya. Demikian juga bagi pelajar
atau pengajar, hendaknya ia menggunakan cara yang mudah dan ringan, di mana dengan cara itu tercapai
maksudnya. Perlu diingat, bahwa jika seseorang hendak mengerjakan suatu perkara, ia pun telah mendatangi
melalui pintu-pintunya, kemudian maksud dan tujuannya tercapai, maka itu semua tidak lepas dari
pertolongan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 190-195: Syariat berperang, penjelasan tentang hukum-hukumnya dan adab-adabnya
190. 548 Dan perangilah di jalan Allah 549 orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan
melampaui batas 550 . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
- E , l - & * , — E J. j, „, £ , = _ „ „ > j, , * > ,^ - y J° >^
'I
191. Bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka 551 , dan usirlah mereka dari tempat mereka
telah mengusir kamu (Makkah). Dan fitnah 552 itu lebih kejam daripada pembunuhan, dan janganlah
kamu memerangi mereka di Masjidil haram 553 , kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu.
Jika mereka memerangi kamu, maka perangilah mereka. Demikanlah 554 Balasan bagi orang-orang
kafrr.
547 Memperoleh apa yang dicita-citakan dan terhindar dari apa yang dikhawatirkan.
548 Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dihalangi oleh orang-orang kafir mendatangi Baitullah pada
tahun Hudaibiyah, lalu Beliau mengadakan perjanjian dengan orang-orang kafir agar Beliau bersama para
sahabatnya dapat berumrah di tahun yang akan datang, kemudian mereka mengizinkan untuk Beliau tinggal
di Makkah selama tiga hari. Maka Beliau bersiap-siap untuk melakukan 'umrah qadha', dan karena khawatir
kaum kafir Quraisy tidak menepati janji dengan memerangi Beliau dan para sahabatnya, ssedangkan para
sahabat tidak mau memerangi mereka di tanah haram, ketika ihram dan di bulan haram, maka turunlah ayat
di atas.
549 Untuk meninggikan agama-Nya. Perintah berperang di jalan Allah dimulai setelah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, ketika kaum muslimin memiliki kekuatan. Allah memerintahkan
demikian setelah sebelumnya mereka diperintahkan menahan diri. Disebutkan "di jalan Allah" adalah untuk
mendorong mereka berbuat ikhlas dan larangan ikut berperang ketika terjadi fitnah antara kaum muslimin,
karena hal itu bukan "fii sabilillah".
550 Yakni dengan mengerjakan larangan. Misalnya mencincang, ghulul (khianat dalam ghanimah),
membunuh orang yang tidak halal dibunuh seperti wanita, anak-anak, orang gila, rahib, orang yang sudah tua
renta dan yang sama dengan mereka (seperti golongan lemah yang tidak ikut berperang), demikian juga
membunuh hewan dan memotong pepohonan yang tidak ada maslahatnya bagi kaum muslimin. Termasuk
melampaui batas juga adalah memulai peperangan.
551 Baik dalam jihad difa' (membela diri) maupun jihad fath (penaklukkan negeri di bawah pimpinan imam
kaum muslimin).
552 Fitnah di ayat ini adalah kekafiran, kemusyrikan dan menghalangi manusia dari jalan Allah. Termasuk
juga mengusir kaum muslim dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau
mengganggu kebebasan mereka beragama. Fitnah tersebut lebih kejam daripada peperangan yang terjadi di
tanah haram. Maksud lebih kejam di sini adalah lebih dahsyat mafsadat atau bahayanya.
Dari ayat di atas keluar ka'idah fiqh, "Yurtakabu akhafful mafsadatain lidafi a'laahaa" (dilakukan mafsadat
yang ringan untuk menolak mafsadat lebih besar).
553 Sebagai penghormatan kepada Masjidilharam.
554 Yaitu pembunuhan dan pengusiran.
Abu Yahya Marwan bin Musa
95
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
© }e- j j ^ '^i op op
192. Tetapi jika mereka berhenti 555 , maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang 556 .
Qj^aSi Js> "Jj 0'jOp ^ ijJfiT Op h bj^JJ^ bj^ *} ji-* _jk^j
193. Dan perangilah mereka itu, sampai tidak ada fitnah lagi 557 , dan ketaatan itu hanya semata-mata
untuk Allah 558 . Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada (lagi) permusuhan,
kecuali terhadap orang-orang zalim 559 .
(JgjDji&UJI 4jol Ij^jIJ ^SLk- (^jlxpI
194. Bulan Haram dengan bulan haram 560 , dan pada sesuatu yang patut dihormati 561 , berlaku hukum
qishash. Oleh sebab itu barang siapa menyerang kamu, maka seranglah dia, seimbang dengan
serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah 562 dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-
orang yang bertakwa 563 .
555 Dari kekafiran serta dari sikap memusuhi dan memerangi kamu.
556 Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mengampuni mereka yang berhenti dari kekafiran dan masuk Islam,
meskipun mereka telah mengerjakan dosa yang sangat besar, yaitu kekafiran dan kemusyrikan di Masdjidil
haram.
557 Sampai tidak ada lagi penindasan kepada kaum muslim dan tidak ada lagi kemusyrikan.
558 Hanya Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja yang disembah. Inilah tujuan dari peperangan, yakni bukan
untuk menumpahkan darah dan mengambil harta mereka, tetapi agar agama Allah-lah yang nampak dan
tidak ada lagi yang menghalanginya seperti syirk dan lainnya. Oleh karena itu, jika mereka berhenti dari
kekafiran dan masuk Islam, maka tidak boleh diperangi atau dibunuh.
559 Yakni orang-orang yang tetap kafir lagi memusuhi.
560 Kalau umat Islam diserang di bulan haram, yang sebenarnya di bulan itu tidak boleh berperang, maka
diperbolehkan membalas serangan itu di bulan itu juga. Hal itu, karena merekalah yang memulai lebih dulu.
561 Maksudnya adalah: bulan Haram (bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab), tanah Haram
(Mekah) dan ihram, atau lebih umum lagi, yaitu mencakup semua perkara yang diperintahkan syara' untuk
dihonnati. Oleh karena itu, barangsiapa yang berani lancang teradapnya, maka diqishas. Siapa saja yang
menyerang di bulan haram, maka diperangi lagi, siapa saja yang menodai tanah haram, maka ditegakkan had
terhadapnya, siapa saja yang membunuh orang yang sekufu' atau setaraf ddengannya maka dibunuh lagi,
siapa saja yang melukai orang yang dihormati jiwanya atau memotong anggota tubuhnya, maka diadakan
qishas, dan siapa saja yang mengambil harta orang lain yang dihormati hartanya, maka diambil pula hartanya
sebagai gantinya. Namun apakah pemilik hak berhak mengambil hartanya seukuran haknya atau tidak?
Dalam hal ini ada khilaf di antara ulama, yang rajih adalah jika sebabnya zhahir (nampak) misalnya tamu,
ketika orang lain tidak menjamunya atau istri ketika ia tidak diberi nafkah, maka ia boleh mengambil harta
itu. Ssebaliknya, jika sebabnya tersembunyi, misalnya orang yang menyangkal hutang orang lain atau
mengkhianati barang titipan atau melakukan pencurian, maka dalam hal ini tidak boleh baginya mengambil
hartanya sebagai ganti berdasarkan hasil jama' (kompromi) dari dalil-dalil.
562 Oleh karena itu, jangan membalas lebih.
563 Dengan memberikan pertolongan dan kemenangan-Nya. Sebaliknya, orang-orang yang tidak bertakwa,
maka Allah akan membiarkannya, menyerahkan masalahnya kepada dirinya sendiri, sehingga dirinya mudah
binasa.
Abu Yahya Marwan bin Musa
96
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
195. 564 Dan infakkanlah (hartamu) di jalan Allah 565 , dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan 566 , dan berbuat baiklah 567 . Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik.
564 Imam Bukhari meriwayatkan dari Hudzaifah tentang ayat, " Wa anfiquu fii sabiilillah walaa tulquuu bi-
aydiikum Hat tahlukah" ia berkata, "Ayat tersebut turun tentang nafkah." Imam Tirmidzi meriwayatkan dari
Aslam Abu Imran At Tujaibiy ia berkata, "Kami ketika berada di kota Romawi, penduduk Roma
mengerahkan pasukan besar untuk melawan kami, lalu kaum muslimin yang jumlahnya sama besar dengan
mereka atau lebih keluar untuk menghadapi mereka. Pasukan Mesir diketuai oleh Ukbah bin 'Amir,
sedangkan pasukan yang lain diketuai Fudhalah bin Abiid, kemudian ada seorang dari kaum muslimin yang
masuk ke barisan musuh, lalu ada yang berteriak dan berkata, "Subhaanallah! Ia menjatuhkan dirinya ke
dalam kebinasaan." Maka Abu Ayyub berkata, "Wahai manusia! Sesungguhnya kamu mena'wil ayat ini
dengan ta'wil tersebut, padahal ayat tersebut turun mengenai kami kaum Anshar ketika Allah telah
memenangkan Islam dan memperbanyak pembelanya, lalu sebagian kami berkata kepada yang lain secara
bisik-bisik tanpa memperhatikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Sesungguhnya harta kita telah
habis, dan Allah telah menguatkan Islam serta memperbanyak pembelanya, apa tidak sebaiknya kita
mengurus harta kita dan memperbaiki yang habis daripadanya." Maka Allah Tabaaraka wa Ta'aala
menurunkan kepada Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menolak perkataan kami, " Wa anfiquu fii
sabiilillah walaa tulquuu bi-aydiikum Hat tahlukah". Oleh karena itu, kebinasaan tersebut adalah ketika
sibuk mengurus harta dan meninggalkan perang, maka Abu Ayyub senantiasa tampil di jalan Allah sehingga
Beliau wafat di Romawi." (Hadits ini hasan gharib shahih).
Thabrani meriwayatkan dalam Al Kabir dan Al Awsath dari Nu'man bin Basyir tentang ayat, "Walaa tulquuu
bi-aydiikum Hat tahlukah", ia berkata, "Terkadang ada seorang yang berdosa berkata, "Mungkin Allah tidak
mengampuniku," maka Allah menurunkan ayat "Walaa tulquuu bi-aydiikum Hat tahlukah .. .dst." (Hadits ini
para perawinya adalah para perawi kitab shahih).
Di antara kedua hadits tersebut, yang lebih jelas adalah hadits pertama, karena bagian pertama ayat tersebut
diawali dengan perintah berinfak, namun demikian kedua-duanya bisa dipakai. Oleh karena itu, ayat tersebut
bisa mengena kepada orang-orang yang meninggalkan jihad dan bersikap bakhil, demikian juga mengena
kepada orang yang berbuat dosa dan mengira bahwa Allah tidak mengampuni dosanya.
565 Untuk membela agama Allah dan berjihad di jalan-Nya, karena jihad fii sabilillah tidak bisa tegak tanpa
adanya infak. Infak merupakan ruhnya, dan ketidakadaannya dapat menghilangkan jihad dan menjadikan
musuh lebih kuat. Termasuk "jalan Allah" lainnya adalah jalan-jalan kebaikan lainnya seperti bersedekah
kepada orang miskin, kerabat dan kepada orang yang ditanggungnya.
566 Menjatuhkan diri dalam kebinasaan itu terbagi dua:
Meninggalkan perintah Allah, jika dalam perintah itu dapat mengakibatkan atau bisa mengarah
kepada binasanya badan atau ruh, dan dengan mengerjakan sebab yang dapat membawa kepada
binasanya badan atau ruh. Termasuk ke dalam hal ini, meninggalkan jihad fii sabilillah, tidak
menginfakkan harta untuk itu dan membawa dirinya ke tempat-tempat berbahaya (misalnya
mendatangi tempat di mana di sana banyak binatang buas dan ular, menaiki bangunan dan
pepohonan yang tinggi dan berbahaya) dsb.
Mengerjakan maksiat, berputus asa dari tobat dan meninggalkan kewajiban, di mana semua itu dapat
membinasakan ruh dan agamanya.
567 Maksudnya: "Berbuat ihsanlah dalam berinfak dan dalam semua ketaatan serta jadikanlah semua amalmu
ikhlas karena Allah Azza wa Jalla."
Termasuk ihsan pula adalah membantu orang lain dengan jah/kedudukan yang dimilikinya (biasa disebut
"syafa'at"), beramr ma'ruf dan bernahi munkar, mengajarkan ilmu yang bermanfa'at, memenuhi kebutuhan
manusia, menghilangkan derita yang menimpa mereka, menjenguk orang yang sakit, mengiringi jenazah,
membimbing orang yang tersesat, membantu orang yang mengerjakan sesuatu, mengajarkan keterampilan,
dan berbuat ihsan dalam beribadah seperti yang disebutkan Nabbi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 196-203: Menerangkan tentang hukum-hukum haji dan umrah, dan perintah banyak
melakukan dzikrullah
196. Dan sempumakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah . Jika kamu terhalang (oleh musuh
atau karena sakit), maka (sembelihlah) hadyu 569 yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur
kepalamu 570 , sebelum hadyu sampai di tempat penyembelihannya 571 . Jika ada di antara kamu yang
sakit atau ada gangguan di kepalanya 572 (lalu dia bercukur), maka dia wajib berfidyah 573 , yaitu
berpuasa, bersedekah atau berkorban 574 . Apabila kamu dalam keadaan aman, maka barang siapa
sabdanya, "Ihsan adalah kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak
merasa begitu maka ketahuilah bahwa Dia melihatmu. " (HR. Muslim)
568 Ayat di atas menunjukkan beberapa hal:
Wajibnya hajji dan umrah, bagi mereka yang berpendapat bahwa umrah hukumnya wajib.
Wajibnya menyempurnakan keduanya, dengan memenuhi rukun dan kewajibannya.
Hajji dan Umrah wajib disempurnakan -jangan diputuskan- meskipun ketika hukumnya sunat.
Perintah agar menjalankannya sebaik mungkin.
Perintah agar mekakukan hajji dan Umrah ikhlas karena Allah.
Hendaknya seseorang tidak keluar dari hajji dan umrah ketika telah menjalankannya kecuali jika
terjadi hashr (terhalang karena musuh, sakit atau tersesat di jalan).
569 Yang dimaksud dengan hadyu di sini ialah menyembelih binatang korban sebagai pengganti pekerjaan
wajib haji yang ditinggalkan; atau sebagai denda karena melanggar hal-hal yang terlarang mengerjakannya di
dalam ibadah haji. Jika tidak memperoleh hadyu, maka melakukan gantinya yaitu berpuasa selama sepuluh
hari sebagaimana orang yang berhajji tamattu'.
570 Mencukur kepala adalah salah satu pekerjaan wajib dalam haji, sebagai tanda selesai ihram.
571 Yakni di tempat dirinya terhalang lalu dibagikan kepada kaum fakir di sekitar tempat itu. Adapun mereka
yang tidak terhalang tidak menyembelih hadyu kecuali di tanah haram yang dilakukan pada tanggal 10
Dzulhijjah atau hari-hari setelahnya (hari tasyriq).
572 Misalnya ada kutu atau pusing yang berat.
573 Termasuk yang wajib berfidyah adalah orang yang mencukur kepalanya bukan karena udzur, memakai
wewangian, memakai pakaian berjahit dan meminyaki rambut.
574 Imam Bukhari meriwayatkan dari Ka'ab bin Ujrah, ia berkata, "Aku pernah berdiri di hadapan Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam di Hudaibiyah, sedangkan kepalaku ketika itu dipenuhi kutu, lalu Beliau
bersabda, "Apakah binatang ini mengganggumu?" Aku menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Kalau begitu,
cukurlah rambutmu atau (berkata) cukurlah!" Ka'ab bin Ujrah berkata, "Kepadakulah turun ayat, "Faman
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di bulan haji), dia (wajib menyembelih) hadyu yang
mudah didapat 5 5 . Tetapi jika dia tidak mendapatkan (binatang hadyu atau tidak mampu), maka dia
wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji 576 dan tujuh hari (lagi) setelah kamu kembali 577 . Itulah
sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu, bagi orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar)
Masjidil Haram 578 . Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukuman-
Nya 579 .
(j^yjj^l J}llj 0_>^lj ^y^J^~ Sjl* ^JjpJ AJOl 4_ 0 JGu j ^ ( ^ I^isti5
197. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi 580 . Barang siapa mengerjakan ibadah haji
dalam bulan itu, maka janganlah dia berkata jorok 581 , berbuat maksiat 582 dan bertengkar 583 dalam
melakukan ibadah haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya 584 .
kaana minkum mariidhan aw bihii adzam mir ra'sih. . .dst." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda, "Berpuasalah tiga hari atau bersedekahlah sefarq untuk diberikan kepada enam orang (miskin)
atau sembelihlah kurban yang mudah bagimu. " (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim, Tirmidzi, Abu
Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, Thayalisi, Daruquthni, dan Ibnu Jarir dari beberapa jalan dari Ka'ab bin Ujrah)
Sefarq adalah 3 sha', sehingga seorang miskin mendapat Vi sha' (2 mud).
Dengan demikian jika berpuasa, maka selama tiga hari. Jika bersedekah, maka dengan memberi makan enam
orang miskin (masing-masingnya memperoleh setengah sha' (dua mud) dari makanan pokok setempat), dan
jika berkorban, maka dengan menyembelih seekor kambing yang akan dibagikan dagingnya kepada kaum
fakir di tanah haram. Di antara ketiga macam ini, yang lebih utama adalah berkorban, kemudian bersedekah,
lalu puasa.
575 Yakni mengorbankan binatang yang bisa disembelih dalam udh-hiyyah (qurban). Ayat ini menunjukkan
bahwa orang yang berhajji ifrad tidak terkena kewajiban menyembelih hadyu dan menunjukkan keutamaan
orang yang berhajji tamattu.
576 Puasa ini awalnya ketika sedang ihram umrah dan akhirnya adalah tiga hari setelah berkurban, yakni pada
hari tasyriq karena ada pengecualian dari hadits. Akan tetapi, yang lebih utama adalah berpuasa pada tanggal
tujuh, delapan dan sembilan.
577 Yakni setelah selesai menunaikan ibadah hajji, baik ketika masih di Makkah, di jalan dan ketika sampai
ke kampung halaman.
578 Jauh seukuran jarak safar atau lebih atau jauh secara uruf.
579 Bagi orang-orang yang menyalahi perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Mengetahui bahwa Allah
amat keras siksa-Nya dapat membuahkan ketakwaan.
580 Ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah. Berdasarkan ayat ini, Imam Syafi'i berpendapat bahwa
ihram untuk menunaikan ibadah hajji tidak boleh dilakukan sebelum tiba bulan-bulan hajji. Namun menurut
Syaikh As Sa'diy bahwa berihram untuk hajji dianggap sah meskipun belum tiba bulan-bulan hajji,
berdasarkan lanjutan ayatnya, yaitu "faman faradha fiihinnal hajja" di mana meniatkan hajji itu terkadang di
bulan hajji dan terkadang di luar bulan hajji, inilah yang dipegang oleh jumhur ulama.
581 Rafats artinya jima' dan pendorongnya yang berupa perkataan atau perbuatan yang menimbulkan berahi.
582 Termasuk pula larangan-larangan ihram.
583 Bertengkar, meskipun dilarang di setiap waktu dan tempat, namun lebih dilarang lagi ketika ibadah hajji.
584 Dalam ayat ini terdapat dorongan melakukan kebaikan, khususnya di tempat utama dan dihormati
tersebut, yakni sepatutnya seseorang melakukan segala kebaiikan yang bisa dilakukan, baik bentuknya
shalat, puasa, sedekah, thawaf maupun berbuat ihsan yang berupa perkataan atau perbuatan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
99
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Berbekallah 585 , sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa 586 dan bertakwalah kepada-Ku wahai
orang-orang yang berakal.
198. Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu . Maka
apabila kamu bertolak dari 'Arafah 588 , berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam 589 . Dan
585 Baik bekal safar untuk naik hajji maupun bekal menuju kampung akhirat. Ada yang berpendapat bahwa
ayat ini turun berkenaan penduduk Yaman yang berangkat hajji tanpa bekal sehingga membebani manusia,
maka di ayat tersebut, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan mereka berbekal ketika mengadakan
perjalanan untuk ibadah hajji, di mana sebaik-baik bekal adalah taqwa, yakni yang dapat menjaga dirinya
dari meminta-minta kepada manusia.
586 Maksud bekal takwa di sini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari meminta-minta
selama perjalanan haji atau bekal hakiki yang memberi manfa'at kepada pelakunya di dunia dan akhirat,
yaitu takwa dalam arti menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Imam Bukhari
meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata, "Orang-orang Yaman ketika berhaji tidak
membawa bekal dan mereka berkata, "Kami orang-orang yang bertawakkal" , ketika mereka tiba di Madinah,
mereka akhirnya meminta-minta kepada manusia, maka Allah menurunkan ayat, "Wa tazawwaduu fa inna
khairaz zaadit taqwa. "
587 Yakni berdagang di saat menunaikan ibadah hajji selama tidak melalaikan dari kewajiban dan maksud
utamanya adalah hajji serta usahanya halal. Disebutkan "karunia Allah" untuk mengingatkan bahwa rezeki
yang didapat adalah karunia Allah, agar seseorang tidak hanya melihat sebab dan melupakan yang
mengadakan sebab, yaitu Allah, di mana hal itu merupakan dosa yang sesungguhnya.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata, "Dahulu 'Ukaz, Majnah, dan
Dzulmajaz adalah pasar-pasar di zaman jahiliyyah. Ketika Islam datang, kaum muslimin merasa berdosa
berdagang, maka Allah Ta'ala menurunkan ayat, "Laisa 'alaikum junaahun fii mawaasimil hajj" menurut
qira'at Ibnu Abbas.
Abu Dawud meriwayatkan dari Abu Umamah At Taimiy, ia berkata, "Saya adalah seorang yang suka
melakukan sewa-menyewa dalam hal ini (ketika haji), sedangkan orang-orang, banyak yang berkata (kepada
saya), "Sesungguhnya kamu tidak memperoleh (pahala) haji," maka saya menjumpai Ibnu Umar dan berkata,
"Wahai Abu Abdurrahman! Sesungguhnya saya adalah seorang yang suka melakukan sewa-menyewa dalam
hal ini (ketiika haji), sedangkan orang-orang, banyak yang berkata (kepada saya), "Sesungguhnya kamu tidak
memperoleh (pahala) haji," Maka Ibnu Umar berkata, "Bukankah kamu berihram, bertalbiyah, berthawaf di
Baitullah, dan bertolak dari 'Arafah serta melempar jamrah?" Ia menjawab, "Ya." Ibnu Umar berkata, "Kamu
memperoleh (pahala) haji. Karena pernah ada seorang yang datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
lalu bertanya seperti yang kamu tanyakan, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam diam terhadapnya
dan tidak menjawab apa-apa, sehingga turun kepada Beliau ayat ini, "Laisa 'alaikum junaahun an tabtaghuu
fadhlam mir rabbikum", maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengirim seseorang kepadanya dan
membacakan ayat tersebut serta menyampaikan bahwa, "Kamu memperoleh (pahala) haji." (Hadits shahih)
588 Setelah matahari tenggelam sehabis wuquf.
589 Ialah bukit Quzah di Muzdalifah. Di dalam hadits disebutkan, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
wuquf di sana berdzikr dan berdo'a sampai pagi hari menjadi terang (sebagaimana dalam riwayat Muslim).
Dari ayat "Fa idzaa afadhtum ... .sampai 'indal masy'aril haram" Syaikh As Sa'diy menyimpulkan beberapa
kesimpulan -yang singkatnya sbb-:
Wuquf di 'Arafah dan bahwa wuquf adalah salah satu rukun hajji. Hal itu, karena bertolak dari
Arafah tidak dilakukan kecuali setelah wuquf.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
berdzikirlah kepada-Nya sebagaimana Dia telah memberi petunjuk kepadamu ; dan sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang tidak tahu.
199. Kemudian bertolaklah kamu 591 dari tempat orang-orang banyak bertolak ('Arafah) 592 dan
mohonlah ampunan kepada Allah 593 . Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Perintah berdzikr ketika di Masyaril haram, yaitu Muzdalifah, di mana pada malam harinya
seseorang mabit di sana dan setelah shalat Subuh ia wuquf di Muzdalifah sambil berdo'a hingga pagi
hari menjadi terang. Termasuk berdzikr adalah mengerjakan yang wajib dan yang sunat.
Wuquf di Muzdalifah dilakukan setelah wuquf di 'Arafah.
'Arafah dan Muzdalifah termasuk syi'ar-syi'ar hajji yang diminta untuk dikerjakan dan ditampakkan.
Muzdalifah termasuk tanah haram, diambil dari kata masy'aril haram.
Arafah berada di luar tanah haram, karena telah disebutkan Muzdalifah.
590 Yakni telah memberitahukan mana syi'ar-syi'ar agama-Nya, mengajarkan manasik hajji, memberikan
petunjuk padahal sebelumnya mereka tersesat dan mengajarkan beberapa ilmu yang sebelumnya tidak
mereka ketahui. Hal ini termasuk nikmat yang paling besar yang wajib disyukuri dan dibalas dengan
mengingat pemberinya baik di hati maupun di lisan, oleh karena itu kita diperintahkan berdzikir.
591 Dalam tafsir Al Jalalain diterangkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Quraisy yang
berwuquf di Muzdalifah karena tidak mau wuquf di 'Arafah bersama yang lain.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, bahwa Urwah berkata, "Dahulu di zaman jahiliyyah
manusia berthawaf dalam keadaan telanjang selain orang-orang Hums, -yaitu orang-orang Quraisy dan
keturunannya-. Ketika itu orang-orang hums mencari keridhaan Allah Ta'ala dengan memberikan pakaian
kepada manusia agar ia berthawaf dengannya, demikian juga kepada wanita. Bagi orang yang tidak diberi
pakaian oleh orang-orang Hums, maka ia akan berthawaf dengan telanjang. Ketika itu, orang-orang banyak
yang bertolak dari 'Arafah, sedangkan orang-orang Hums bertolak dari Jam' (Muzdfalifah). Hisyam berkata,
"Bapakku (Urwah) memberitahukan aku dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa ayat ini, "Tsumma afiidhuu
min haitsu afaadhan naas," turun berkenaan dengan orang-orang hums yang bertolak dari Jam' (Muzdalifah),
hingga kemudian mereka bertolak dari 'Arafah."
Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa orang-orang Quraisy dan yang
mengikuti agama mereka berwuquf di Muzdalifah, mereka disebut hums (orang-orang yang semangat),
sedangkan orang-orang Arab yang lain berwuquf di 'Arafah. Ketika Islam datang, Allah memerintahkan
Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mendatangi 'Arafah, lalu berwuquf di sana kemudian bertolak
daripadanya. Itulah maksud firman Allah Ta'ala, "Tsumma afiidhuu min haitsu afaadhan naas."
592 Menurut Syaikh As Sa'diy, bertolak di ayat ini adalah bertolak dari Muzdalifah dari tempat orang-orang
bertolak, sejak zaman Nabi Ibrahim 'alaihis salam sampai sekarang. Yang dimaksud "berttolak" di sini
menurut beliau adalah melempar jumrah, menyembelih hadyu, berthawaf, sa'i, mabit di Mina pada malam-
malam hari tasyriq dan menyempurnakan manasik sisanya.
593 Setelah selesai menjalankan manasik hajji, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk
beristighfar dan banyak berdzikr. Istighfar tersebut dilakukan karena adanya kekurangan pada seorang
hamba ketika mengerjakan ibadahnya. Demikianlah yang patut dilakukan oleh seorang hamba seusai
melaksanakan ibadah, ia meminta ampunan kepada Allah atas kelalaiannya dan bersyukur atas taufiq-Nya,
tidak seperti orang yang menyangka bahwa dirinya telah sempurna dalam menjalankan ibadah dan telah
memberi nikmat kepada Tuhannya, hal ini akan mendatangkan murka dan ditolaknya amal, sedangkan yang
pertama tadi layak untuk diterima amalnya dan diberi taufiq untuk menjalankan amal selanjutnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
J» ^\lf\ 'S^=) ijJ ^ j' } ^=*ty* *ji \j^=}U p*=s6LJ£ JL^S iSji
200. Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu 594 , maka berdzikirlah dengan menyebut
nama Allah 595 , sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membanggakan) nenek moyang kamu 596
bahkan berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa 597 , "Ya Tuhan
kami, berilah kami (kebaikan) di dunia 598 ", dan di akhirat nanti dia tidak memperoleh bagian apa
pun.
@ jil) i Ci\ op tej Li ij I j & i; TS2j ^ >4^?i
201. Dan di antara mereka ada yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat 599 , dan lindungilah kami dari azab neraka" 600 .
202. Mereka itulah yang memperoleh bagian 601 dari apa yang telah mereka kerjakan; dan Allah
Mahacepat perhitungan-Nya 602 .
594 Yaitu dengan melempar jamrah 'Aqabah, thawaf dan telah menetap di Mina.
595 Seperti dengan bertakbir dan memuji Allah.
596 Kebiasaan orang-orang Arab Jahiliyah setelah menunaikan ibadah haji mengagungkan kebesaran nenek
moyangnya. Setelah ayat ini diturunkan, kebiasaan tersebut diganti dengan dzikir kepada Allah.
597 Di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan keadaan manusia dan bahwa semuuanya
meminta kebutuhan kepada-Nya, akan tetapi apa yang mereka minta berbeda-beda. Di antara mereka ada
yang harapannya hanya tertuju kepada dunia sehingga yang diminta hanya terbatas kesenangan dunia, seperti
yang disebutkan pada ayat di atas, dan ada pula yang berdo'a kepada Allah meminta maslahat di dunia dan
akhirat seperti yang disebutkan pada ayat selanjutnya. Masing-masing mereka akan memperoleh balasan
sesuai amalan, harapan dan niat mereka, di mana balasan Allah kepada mereka berjalan di antara keadilan
dan fadhl (karunia-Nya). Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengabulkan
do'a setiap orang yang berdo'a, baik orang muslim, orang kafir maupun orang fasik. Akan tetapi, pengabulan-
Nya terhadap do'a yang dipanjatkan mereka tidaklah menunjukkan bahwa Allah mencintainya dan dekatnya
orang tersebut dengan Allah, kecuali jika do'a tersebut bersisikan kebaikan pada agamanya dan kebaikan di
akhiratnya.
598 Seperti sehat wal afiyat, harta yang banyak, anak-anak dsb.
599 Kebaikan di dunia misalnya sehat wal 'afiyat, rezeki yang halal, istri dan anak yang shalih, ilmu yang
bermanfa'at, amal shalih dan kenikmatan lainnya. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah selamat dari siksa
kubur, selamat ketika di mahsyar, selamat dari neraka, memperoleh keridhaan Allah, masuk ke dalam surga
dan dekat dengan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
600 Do'a ini adalah do'a yang paling luas cakupannya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
sering berdo'a dengan do'a ini, dan do'a inilah yang patut dipanjatkan oleh seorang muslim.
601 Yakni pahala yang besar.
602 Dia akan menjumlahkan semua amal hamba-hamba-Nya dan memberikan balasan terhadapnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
102
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
203. Dan berdzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya . Barang siapa
mempercepat (meninggalkan Mina) setelah dua hari, maka tidak ada dosa baginya. Dan Barang
siapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula
baginya 605 , (yakni) bagi orang yang bertakwa 606 . Bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa
kamu akan dikumpulkan kepada-Nya 607 .
Ayat 204-207: Contoh perbuatan orang munafik yang berdusta dan orang mukmin yang
saleh
204. Dan di antara manusia 608 ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik
hatimu 609 , dan dia bersaksi kepada kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah
penentang yang paling keras 610 .
603 Syaikh As Sa'diy berkata: "Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk berdzikr kepada-Nya
pada beberapa hari yang ditentukan, yaitu hari -hari tasyriq yang tiga (11, 12 dan 13 Dzulhijjah) setelah hari
'led karena keistimewaan hari -hari tersebut dan kemuliaannya, di samping itu sisa-sisa pekerjaan manasik
haji dilakukan pada hari -hari itu, dan karena ketika itu manusia menjadi tamu-tamu Allah. 01 eh karena itu,
Dia mengharamkan mereka berpuasa pada hari-hari tersebut. Berdzikr pada hari-hari tersebut memiliki
keistimewaan yang tidak sama dengan hari-hari lainnya. Oleh karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan, minum dan dzikrullah."
604 Maksud dzikir di sini ialah membaca takbir, tasbih, tahmid, talbiah dan sebagainya. Contohnya takbiran,
bertakbir saat melempar jamrah, bertakbir saat menyembelih, dan bertalbiyah (Labbaikallahumma
labbaik..dst). Sebagian ulama berpendapat bahwa pada hari-hari tasyriq dianjurkan bertakbir mutlak
sebagaimana sepuluh hari sebelumnya.
605 Sebaiknya orang yang haji meninggalkan Mina pada sore hari terakhir (sebelum matahari tenggelam) dari
hari tasyriq setelah melempar jamrah, namun mereka boleh juga meninggalkan Mina pada sore hari kedua
setelah melempar jamrah. Menangguhkan keberangkatan lebih utama karena memperbanyak ibadah dan
mengikuti perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Orang yang bertakwa diberikan dua pilihan tersebut
dan tidak ada dosa pada salah satunya, sesungguhnya ia dianggap telah menunaikan ibadah haji.
606 Yakni bagi mereka yang bertakwa kepada Allah akan memperoleh nafyul harj (peniadaan dosa) juga.
607 Untuk dihisab dan diberikan pembalasan. Mengetahui bahwa kita akan dikumpulkan termasuk faktor
yang mendorong seseorang bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
608 Dia adalah salah seorang munafik, bernama Al Akhnas bin Syuraiq. Ucapannya sangat manis di hadapan
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahkan dia bersumpah bahwa dirinya seorang mukmin dan mencintai
Beliau, sehingga Beliau mendekatkan orang tersebut dengan majlis Beliau, maka Allah Subhaanahu wa
Ta'aala mendustakannya. Orang tersebut -seperti yang dijelaskan pada ayat selanjutnya- pernah melewati
tanaman dan beberapa ekor keledai milik sebagian kaum muslimin, lalu tanaman itu dibakarnya dan keledai-
leledai itu disembelihnya pada malam hari (dari tafsir Al Jalaalain).
609 Ucapannya seakan-akan benar dan memberikan manfaat. Padahal jika ucapannya benar, tentu antara
ucapan dengan perbuatan tidak berbeda, namun pada kenyataannya ia menentang Islam dengan keras.
610 Yakni terhadap Islam dan kaum muslimin. Sikapnya akan nampak ketika dia bertengkar, dia akan
menampakkan sifat-sifat buruk dan menampakkan akhlak yang bukan akhlak seorang mukmin. Berbeda
dengan seorang mukmin, di mana bahtera yang ditumpanginya adalah mudah memaafkan, tugasnya tunduk
kepada kebenaran dan tabi'atnya lapang dada.
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa ucapan yang keluar dari mulut seseorang bukanlah dalil yang
menunjukkan benar atau dusta serta baik atau buruknya seseorang sampai ada amal yang membenarkan atau
mentazkiyahnya, dan bahwa sepatutnya kita mengetest keadaan para saksi serta tidak tertipu dengan tazkiyah
(rekomendasi) dari diri mereka sendiri.
Abu Yahya Marwan bin Musa
103
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
^ Sllln *} ^Tj J^IlTj ti>3>Ji iil£>$ ^^^3^' 4 Jj^ ^13
205. Dan apabila dia berpaling (dari kamu), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi 611 , serta
merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan 612 .
206. Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya
untuk berbuat dosa 613 . Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka
Jahannam itu tempat tinggal yang terburuk.
207. 614 Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan
Allah 615 , dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya 616 .
Ayat 208-212: Wajibnya masuk ke dalam ketaatan kepada Allah dan peringatan terhadap
sikap mendurhakai-Nya
jg> „ i,^^,*** ji ji ' * <' <■ ' " + *s ^ * £ -
208. 617 Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan 618 , dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan 619 . Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata
bagimu.
61 1 Dengan melakukan perbuatan maksiat.
612 Ada yang berpendapat bahwa ayat di atas merupakan perumpamaan orang-orang yang berusaha
menggoncangkan iman orang-orang mukmin dan selalu mengadakan kekacauan.
613 Orang tersebut menggabung antara dua sifat buruk: suka bermaksiat dan sombong ketika dinasehati.
Balasan yang pantas terhadap orang tersebut adalah neraka jahannam, dan neraka jahannam adalah seburuk-
buruk tempat kembali.
614 Hakim meriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata: Ketika Shuhaib keluar berhijrah, maka penduduk Mekah
mengejarnya, ia pun mengeluarkan wadah panahnya dan mengambil empat puluh anak panahnya sambil
berkata, "Kamu tidak dapat sampai kepadaku sebelum saya timpakan anak panah kepada masing-masing
kamu, setelah itu saya akan menggunakan pedang sehingga kamu pun tahu bahwa saya adalah seorang laki-
laki, dan sesungguhnya saya telah meninggalkan di Mekah dua orang budak wanita, dan keduanya boleh
kamu ambil." Hakim juga meriwayatkan dari Anas yang sama seperti itu, ketika itu turun ayat kepada Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, "Wa minan naasi may yasyriy nafsahub tighaa'a mardhaatillah . . .dst." ketika
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melihat Shuhaib, Beliau bersabda, "Wahai Abu Yahyal Beruntunglah jual
belifmu)." Beliau pun membacakan ayat tersebut. (Hadits ini shahih sesuai syarat Muslim, namun ia tidak
mengeluarkan dalam shahihnya).
615 Dengan berjihad di jalan Allah dan ta'at kepada-Nya.
Ada yang berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaaan dengan Shuhaib yang disakiti oleh kaum musyrikin,
kemudian dia berhijrah ke Madinah dan meninggalkan hartanya untuk mereka di Makkah.
616 Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan menyia-nyiakannya, bahkan akan memberikan
balasan yang paling baik.
617 Di antara ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan Abdullah bin Salam dan kawan-
kawannya yang masih memuliakan hari Sabtu dan enggan makan unta, padahal mereka sudah masuk Islam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^H 104
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
y^s- 'M ol ijlipli c-jlillt ^=sjf L« -bu ^ ^»iiJj O e ^
± ang (dari jalan Allah) setelah bukti-bukti yai
kepadamu, maka ketahuilah, bahwa Allah Maha Perkasa 621 lagi Maha Bijaksana 622 .
j y~y> M jjj j^Sff ^^iLJij^LcUi ^ ji4 j "i)T oN| bjjfc I)-*
210. Tidak ada yang mereka tunggu-tungggu kecuali datangnya Allah dan Malaikat (pada hari
kiamat) dalam naungan awan, ketika itu perkara diputuskan 623 . Dan kepada Allah-lah segala perkara
dikembalikan.
JbJLiu 4JJI ol^ L« Jju aUI 4_«_*j ijj^J 0"*J "M* O"? ^* 6 "' P I * (J^JL/""! lS"! cJ-^
211. Tanyakanlah kepada Bani Israil, "Berapa banyak bukti (kebenaran) yang nyata 624 , yang telah
Kami berikan kepada mereka". Barang siapa menukar nikm;
kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya 6
618 Yakni terapkanlah ajaran Islam semuanya, jangan ditinggalkan salah satu apalagi sebagiannya dan jangan
menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya, di mana orang yang seperti itu tolok ukur utamanya adalah hawa
nafsu, jika syari'at Islam sejalan dengan selera hawa nafsunya, maka dikerjakan, tetapi jika tidak sejalan
dengan selera hawa nafsunya, maka ditinggalkan. Bahkan seharusnya hawa nafsu mengikuti syari'at, dan
hendaknya ia mengerjakan perbuatan baik yang bisa dilakukan, sedangkan yang belum bisa dilakukan, maka
dengan diniatkan dalam hatinya agar dapat mengejarnya.
619 Berupa kemaksiatan yang diserukannya.
620 Di dalam ayat ini terdapat ancaman keras terhadap sikap menyimpang dari jalan Allah, seperti dengan
mengerjakan maksiat. Hal itu, karrena Allah yang Maha Perkasa mampu menyiksa orang yang bermaksiat
dengan kekuatan-Nya dan berdasarkan hikmah (kebijaksanaan)-Nya, karena termasuk hikmah-Nya adalah
menyiksa pelaku maksiat dan pelaku kejahatan.
621 Oleh karena itu, tidak ada yang luput dari-Nya dan tidak ada yang dapat melemahkan-Nya
622 Dia menetapkan segala sesuatu tepat pada tempatnya atau tindakan-Nya tepat.
623 Yakni tidak ada yang ditunggu-tunggu oleh para pembuat kerusakan di muka bumi yang mengikuti
langkah-langkah setan selain hari pembalasan terhadap amal, di mana hari itu penuh dengan kedahsyatan dan
hal-hal yang menegangkan. Ketika itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala melipat langit-langit dan bumi,
bintang-bintang jatuh berserakan, matahari dan bulan digulung, para malaikat yang mulia turun lalu
mengepung semua makhluk, kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala turun dalam naungan awan untuk
memutuskan perkara hamba-hamba-Nya dengan keputusan yang adil. Lalu disiapkan timbangan, dibuka
catatan amal, diputihkan muka orang-orang yang berbahagia dan dihitamkan muka orang-orang yang celaka
serta dibedakan antara orang-orang yang baik dengan orang-orang yang buruk. Semuanya dibalas sesuai
amal yang dikerjakan, saat itulah orang yang zhalim menggigit jari-jemarinya setelah mengetahui keadaan
yang sebenarnya.
Ayat di atas dan semisalnya adalah dalil bagi Ahlussunnah wal Jama'ah yang menetapkan sifat ikhtiyariyyah
(pilihan) bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala, seperti istiwa' (bersemayam), turun, datang dan sifat-sifat
lainnya yang diberitakan oleh Allah Ta'ala atau diberitakan oleh Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.
Ahlussunnah menetapkan semua itu sesuai dengan kebesaran Allah dan keagungan-Nya tanpa menyerupakan
sifat itu dengan sifat makhluk atau pun menta'wilnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
105
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
212. Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang yang kafir , dan mereka
memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu berada di atas
mereka pada hari kiamat 628 . Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang Dia kehendaki
tanpa batas 629 .
Ayat 213-214: Butuhnya manusia kepada para rasul, hikmah diutusnya para rasul, dan
penjelasan tentang gangguan dan cobaan yang diterima para rasul dan para pengikutnya
dalam menyebarkan dakwah
624 Yaitu ayat-ayat yang jelas di kitab-kitab mereka yang menunjukkan mereka kepada kebenaran. Namun
ayat-ayat itu mereka ingkari, bahkan mereka sempat merubahnya. Demikian juga ayat-ayat yang berupa
mukjizat sekaligus sebagai nikmat, seperti terbelahnya lautan sehingga mereka berhasil lolos dari kejaran
bala tentara Fir'aun, diturunkannya Al Mann dan As Salwa dsb. lalu mereka merubah nikmat itu dengan
bersikap kufur.
625 Yang dimaksud dengan nikmat Allah di sini ialah perintah-perintah dan ajaran-ajaran Allah atau
petunjuk-Nya.
626 Orang yang mendapatkan nikmat, baik berupa nikmat agama maupun dunia, namun tidak mensyukurinya,
maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala bisa segera menyiksanya, baik dengan mencabut nikmat itu atau
memberikan siksaan kepadanya.
627 Dijadikan nampak indah kehidupan dunia bagi orang-orang yang kafir baik di mata mereka maupun di
hati, sehingga mereka merasa tenteram dan puas dengan kehidupan yang sebentar ini. Oleh karena itu, niat,
harapan dan hawa nafsu mereka tertuju kepada dunia. Hal ini merupakan bukti lemahnya akal mereka dan
terbatasnya pandangan mereka, padahal dunia adalah tempat ujian dan cobaan, tempat yang penuh
penderitaan, kerja keras dan terkadang kekecewaan. Adapun seorang mukmin, meskipun ia tertimpa
musibah, ia bisa bersabar dan mengharap pahala dari Allah sehingga dengan iman dan kesabarannya, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala meringankan bebannya. Bahkan sebenarnya keunggulan hakiki adalah di akhirat.
628 Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan memasukkan orang-orang yang beriman ke dalam surga yang berada
tinggi di atas orang-orang kafir. Sedangkan orang-orang kafir akan Allah tempatkan di neraka yang letaknya
jauh ke bawah. Dalam ayat ini terdapat hiburan bagi kaum mukmin dan musibah bagi kaum kafir.
629 Rezeki duniawi diberikan baik kepada orang mukmin maupun orang kafir, adapun rezeki bagi hati yang
berupa ilmu dan iman, rasa cinta kepada Allah, takut dan berharap kepada-Nya dsb. Maka tidaklah diberikan
kecuali kepada orang yang dicintai-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kitab yang mengandung kebenaran , untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara
yang mereka perselisihkan. Tidak ada yang berselisih tentang hal itu 633 melainkan orang-orang yang
telah diberi Kitab 634 , yaitu setelah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, karena kedengkian
di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka
yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan 635 . Allah memberi petunjuk orang yang
630 Yakni dalam keadaan sama-sama beriman kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mentauhidkannya,
lalu mereka berselisih, sebagian ada yang tetap beriman dan sebagian lagi ada yang berubah menjadi kafir.
Terjadi penyimpangan dari tauhid sepuluh kurun setelah Zaman Nabi Adam 'alaihis salam ketika sebagian
masyarakat membuat patung orang-orang shalih, sebelumnya tidak disembah, namun setelah generasi
tersebut meninggal dan digantikan oleh generasi selanjutnya, maka patung-patung itu disembah. Dalam
shahih Bukhari ada satu riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma yang menjelaskan tentang firman
Allah Ta'ala, ""Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata : janganlah sekali kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu, dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd,
Suwa ', Yaghuts, Ya 'uq maupun Nasr "( QS. Nuh, 23 )
Ibnu Abbas berkata, "Ini adalah noma orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh, ketika mereka meniggal
dunia, setan membisikan kepada kaum mereka agar membuat patung-patung mereka yang telah meninggal
di tempat-tempat di mana di situ diadakan pertemuan pertemuan mereka, dan mereka disuruh memberikan
noma nama patung tersebut dengan nama-nama mereka (orang-orang shalih), kemudian orang orang
tersebut menerima bisikan setan, dan saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan
sesembahan, baru setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama dilupakan, mulai saat itulah
patung-patung tersebuti disembah ".
Ketika keadaan seperti ini, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus para rasul.
631 Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan kabar gembira berupa kehidupan yang baik, rezki yang
lapang dan surga kepada orang-orang yang taat kepada Allah dan memberi peringatan dengan kehidupan
yang sempit, terhalangnya rezki, kelemahan, kehinaan dan neraka kepada orang-orang yang kafir atau
bermaksiat kepada-Nya.
632 Berita yang ada di dalamnya benar dan perintah-perintahnya adalah adil, bahkan semua isinya adalah
benar sebagai penyelesai antara orang-orang yang berselisih, baik dalam masalah ushul maupun furu'
(cabang). Inilah yang wajib dilakukan ketika terjadi perselisihan, yakni mengembalikan masalah tersebut
kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada Al Qur'an dan As Sunnah dan tentu kita akan menemukan fashlun
nizaa' (keputusannya).
633 Yakni tentang kebenaran Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kitab yang dibawanya.
634 Syaikh As Sa'diy berkata: "Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan nikmat-Nya yang besar
dengan diturunkan-Nya kitab kepada ahlul kitab, di mana hal tersebut mengharuskan agar mereka bersatu
serta berkumpul di atasnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa sebagian mereka dengki
kepada sebagian yang lain, maka timbullah pertengkaran, permusuhan dan banyaknya perselisihan. Mereka
berselisih terhadap kitab yang seharusnya mereka lebih dulu untuk bersatu di atasnya setelah mereka
mengetahuinya dan meyakininya berdasarkan ayat-ayat yang jelas dan bukti-buktinya yang pasti, oleh karena
itu, akhirnya mereka tersesat dengan kesesatan yang sangat jauh."
635 Semua masalah yang diperselisihkan ahlul kitab, Allah memberikan petunjuk yang benarnya kepada umat
ini.
636 Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menerangkan yang hak kepada makhluk-Nya sebagai keadilan dan
penegakkan hujjah kepada manusia agar tidak ada yang berkata, "Belum datang kepada kami seorang
pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan". Dia juga menunjukkan orang yang dikehendaki-Nya -
dengan karunia, rahmat, pertolongan dan kelembutan-Nya - ke jalan yang lurus. Dengan demikian,
menerangkan yang hak kepada kelompok manusia yang kafir adalah sebagai keadilan dan hikmah-Nya,
sedangkan kepada kelompok manusia yang beriman adalah sebagai bentuk ihsan dan karunia-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Dia kehendaki ke jalan yang lurus 636 .
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu
(cobaan) seperti yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa
kemelaratan 638 , penderitaan 639 dan diguncang (dengan berbagai cobaan) 640 , sehingga Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya berkata, "Kapankah datang pertolongan Allah?" Ingatlah,
sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat 641 .
Ayat 215: Beberapa hukum syari'at, menjelaskan tentang nafkah dan manusia yang paling
berhak mendapatkannya
qAj ^islf\j CXr>jS S j'\j QiJl) jiifl £jA jCJLSLi I Xa QjlijsJ liLo
2 1 5. 642 Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Katakanlah: "Harta apa
saja 643 yang kamu infakkan, hendaknya diberikan kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim,
orang miskin dan orang yang sedang dalam perjalanan." Dan kebaikan apa saja yang kamu
kerjakan 644 , maka Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui 645 .
637 Ayat ini menunjukkan bahwa termasuk sunnatullah yang tidak dapat dirubah adalah memberikan ujian
dan cobaan kepada orang yang menegakkan agama dan syari'at-Nya . jika seseorang bersabar terhadap
perintah Allah dan tidak peduli terhadap rintangan yang menghadang, maka dia adalah orang yang benar
imannya dan akan memperoleh kebahagiaan secara sempurna. Sebaliknya, orang yang menjadikan gangguan
manusia sebagai azab Allah, yakni rintangan tersebut malah menjadikannya berpaling dari perintah Allah
dan agama-Nya, maka imannya dusta.
638 Yakni kemiskinan yang sangat berat.
639 Seperti penyakit.
640 Misalnya diancam untuk dibunuh, diasingkan, diambil hartanya, dibunuh kekasihnya dsb. Cobaan
tersebut bahkan sampai pada tingkatan menyangka lambatnya pertolongan Allah padahal mereka yakin
terhadap pertolongan-Nya. Akan tetapi karena keadaan yang sangat kritis itu yang membuat mereka sampai
berkata seperti itu.
641 Ayat ini menunjukkan bahwa kelonggaran datang ketika terjadi kesempitan dan kemudahan setelah
kesulitan. Setiap kali penderitaan semakin menjadi, maka ketika ia bersabar ujian berubah menjadi nikmat,
kelelahan berubah menjadi istirahat, dan diakhiri dengan kemenangan terhadap musuh sekaligus obat
terhadap rasa sakit di hati.
642 Dalam tafsir Al Jalaalain dijelaskan bahwa yang bertanya adalah 'Amr bin Jamuh, ia adalah orang yang
sudah tua dan memiliki harta yang banyak, ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
tentang harta apa yang perlu diinfakkan dan ke mana harta diinfakkan.
643 Yakni baik banyak maupun sedikit.
644 Kata-kata ini lebih umum lagi setelah menyebutkan secara khusus harta yang diinfakkan dan ke arah
mana diberikan. Kata-kata ini menerangkan bahwa kebaikan apa saja yang dilakukan baik sedekah maupun
ketaatan lainnya, baik kepada beberapa golongan di atas maupun lainnya, maka Allah Subhaanahu wa
Ta'aala mengetahuinya, yakni akan membalasnya sesuai niat dan keikhlasannya, banyak atau sedikit infak
yang dikeluarkan, kebutuhan orang lain terhadapnya dan sesuai besar kecilnya manfaat.
645 Sehingga Dia (Allah) akan memberikan balasan terhadapnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 216-218: Pensyariatan perang dan penjelasan tentang sebagian hukumnya
I ypyi O' p J-*J ' O' ^g-^J j*-^ J-*3 (_J L5_fljT + ^sslAc. Cy-sS*
2 1 6. 646 Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Tetapi boleh Jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh Jadi kamu
menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu 647 . Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui 648 .
^aj ji^-=j aX)T j& J-^j aJ 'jliS aJ JLx5 s>\'j>S\ J^S\ j& &>j\1zS
2 1 7. 649 Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram 650 . Katakanlah:
"Berperang pada bulan itu adalah dosa besar. Tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah 651 ,
Ayat ini menerangkan kewajiban berperang setelah sebelumnya kaum mukmin diperintahkan untuk
menahan diri karena lemahnya mereka dan tidak sanggupnya mereka menerima beban itu. Ketika Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam berhijrah ke Madinah, kaum muslimin bertambah banyak dan kuat, maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk berperang dan memberitahukan bahwa yang demikian
memang dibenci oleh jiwa karena berat, terlebih harus mengorbankan jiwa dan raga serta penuh bahaya.
Meskipun begitu, di dalamnya terdapat kebaikan, seseorang bisa memperoleh kemenangan dan ghanimah
atau memperoleh syahid dan pahala yang besar.
647 Ketika mereka meninggalkan berperang, akibatnya musuh semakin berkuasa sehingga mereka akan
memperoleh kehinaan, kemiskinan, terhalangnya pahala dan mendapatkan siksa.
648 Oleh karena itu, laksanakanlah segera perintah itu.
Ayat ini adalah umum, berlaku untuk semua perbuatan baik meskipun dibenci oleh jiwa karena terasa berat
bahwa di dalamnya terdapat kebaikan bagi kita dan bahwa perbuatan buruk meskipun dicintai oleh jiwa
karena nampaknya ada santai dan kenikmatan, maka hal itu adalah buruk bagi kita.
Adapun dalam masalah dunia, maka tidak selalu demikian, akan tetapi biasanya seorang hamba yang
mukmin ketika mencintai suatu perkara, lalu Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengadakan sebab-sebab yang
memalingkan dia daripadanya, maka hal itu lebih baik baginya. Oleh karena itu, sikap yang tepat adalah
bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan menganggap bahwa kebaikan ada pada sesuatu yang
terjadi, karena sudah maklum bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala lebih sayang kepada seorang hamba
daripada sayangnya seorang hamba kepada dirinya, Dia lebih mampu memberikan maslahat kepada hamba-
Nya dan lebih mengetahui maslahat yang terbaik untuknya.
649 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada awal pengiriman sariyyah (pasukan kecil) pernah mengutus
sariyyah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy, lalu sariyyah itu memerangi kaum musyrik dan membunuh
Amr bin Al Hadhramiy pada hari terakhir bulan Jumadil Akhir, sedangkan awal bulan Rajab masih samar
Abu Yahya Marwan bin Musa
109
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kafir kepada Allah, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam dan mengusir penduduknya dari
sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah 652 . Sedangkan fitnah 653 lebih kejam daripada
pembunuhan. Mereka tidak berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu
(kepada kekafiran), jika mereka sanggup 654 . Barang siapa yang murtad di antara kamu dari
agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di
akhirat 655 , dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
2 1 8. 656 Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan
Allah 657 , mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah 658 , dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
bagi mereka, lalu kaum kafir mencelanya karena telah menghalalkan kehormatan bulan haram, maka
turunlah ayat di atas menerangkan bahwa menghalangi manusia dari jalan Allah, yakni menghalangi mereka
untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya atau menyiksa orang yang beriman serta usaha mereka untuk
memurtadkan kaum muslimin dari agamanya, mengusir kaum muslimin dari kampung halamannya dan
kekafiran yang mereka lakukan baik di bulan haram maupun di tanah haram itu lebih besar dosanya di sisi
Allah daripada pembunuhan yang terjadi di bulan haram.
650 Jumhur ulama berpendapat bahwa haramnya mengadakan peperangan di bulan-bulan haram sudah
mansukh (dihapus) hukumnya karena ada perintah memerangi kaum musyrikin di mana saja kita dapatkan.
Namun sebagian mufassirin berpendapat tidak dihapus, karena yang mutlak harus dibawa kepada yang
muqayyad. Ayat ini adalah muqayyad; yang membatasi keumuman perintah berperang secara mutlak, di
samping itu di antara keistimewaan yang paling besar bulan haram adalah haramnya berperang pada bulan
itu, yakni memulai berperang. Adapun perang sebagai pembelaan, maka dibolehkan baik di bulan haram
maupun di tanah haram.
651 Seperti mengancam dan menindas orang yang masuk Islam.
652 Jika kita mengikuti pendapat Ar Razy, maka terjemah ayat di atas sebagai berikut: Katakanlah:
"Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar, dan (berarti) menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kufur
kepada Allah serta (menghalangi manusia dari) Masjidilharam. Tetapi mengusir penduduknya dari
Masjidilharam (Mekah) lebih besar lagi (dosanya) di sisi Allah." Pendapat Ar Razy ini mungkin berdasarkan
pertimbangan, bahwa mengusir Nabi dan sahabat-sahabatnya dari Masjidilharam sama dengan menumpas
agama Islam.
653 Fitnah di sini berarti penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksudkan untuk menindas Islam dan
muslimin. Ada juga yang mengartikan fitnah di sini dengan syirk.
654 Niat memurtadkan umat Islam ada pada diri orang-orang kafir, khususnya ahlul kitab dari kalangan
Yahudi dan Nasrani, di mana meereka mengadakan pertemuan, menyebarkan missionaries, mengirimkan
dokter, membangun sekolah dan memberikan sembako serta mengadakan kegiatan lainnya agar dapat
memurtadkan umat Islam dari agamanya, akan tetapi Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.
655 Amalnya sudah tidak dianggap lagi dan tidak memperoleh pahala. Dibatasi dengan kata-kata " lalu dia
mati dalam kekafiran " menunjukkan bahwa jika sebelum matinya ia kembali lagi ke Islam, maka amalnya
tidak batal dan akan diberi pahala serta tidak wajib mengulangi kewajiban seperti haji. Inilah pendapat yang
dipegang oleh Imam Syafi'i.
656 Ketika sariyyah mengira bahwa jika mereka dihapuskan dari dosa, namun mereka tidak memperoleh
pahala, maka turunlah ayat ini sebagai kabar gembira bagi mereka..
657 Iman, hijrah dan jihad merupakan tanda kebahagiaan, awalnya iman, dilanjutkan dengan hijrah kemudian
jihad. Hal ini menunjukkan peningkatan yang besar pada diri seseorang. Ketiganya merupakan amal shalih
yang sangat utama, oleh karena itu keburukan yang terjadi pada diri orangnya masih bisa dikalahkan oleh
Abu Yahya Marwan bin Musa
110
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 219-220: Hukum-hukum tentang khamr dan judi, infak dan bermu'amalah dengan
anak yatim
2 1 9. 659 Mereka bertanya kepadamu tentang khamar 660 dan judi 661 . Katakanlah: "Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia 662 . Tetapi dosa 663 keduanya lebih
ketiga amalan ini. Adapun iman, maka kita tidak perlu menanyakan lagi tentang keutamaannya, bukankah ia
merupakan pemisah antara orang-orang yang bahagia dengan orang-orang yang celaka. Dengan iman, amal
baik seorang hamba akan diterima. Adapun hijrah, seseorang rela meninggalkan apa saja yang dicintainya
karena mengharap ridha Allah, ia rela meninggalkan tanah air, harta, keluarga dan kawan-kawannya karena
hendak mendekatkan diri kepada Allah dan membela agama-Nya. Sedangkan jihad, seseorang mengerahkan
segala kemampuannya untuk memerangi musuh, berusaha sekuat tenaga untuk menegakkan agama Allah
dan menghancurkan agama setan. Jihad merupakan puncak amalan, balasan untuknya adalah balasan yang
paling baik. Ia merupakan sebab utama memperluas wilayah Islam, merendahkan para penyembah patung
dan dapat mengamankan kaum muslimin baik diri, harta maupun keluarga mereka dan tanah airnya.
658 Yakni karunia Allah dan pahala-Nya. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa sikap raja' (berharap) tidaklah
dilakukan kecuali setelah mengerjakan sebab-sebab memperoleh keberuntungan. Adapun rajaa' yang diiringi
sikap malas dan tidak mengerjakan sebab, maka hal ini merupakan kelemahan dan ghurur (tipuan). Hal itu
menunjukkan lemahnya semangat yang ada pada diri sesesorang dan lemah akalnya. Tidak bedanya dengan
orang orang yang ingin punya anak, tetapi tidak menikah atau menginginkan hasil dari tanahnya, namun
tanahnya tidak ditaburi benih dan tidak disirami.
Pada kata-kata " mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah" terdapat isyarat bahwa jika seorang hamba
mengerjakan amalan apa pun bentuknya, jangan sampai bersandar dan bergantung kepada amalan itu,
bahkan hendaknya ia mengharapkan rahmat Tuhannya, ia mengharap agar amalnya diterima, diampuni dosa-
dosanya dan aib-aibnya ditutupi.
659 Imam Ahmad meriwayatkan dari Amr bin Syurahbil Abu Maisarah dari Umar bin Khaththab radhiyallahu
'anhu ia berkata: Ketika turun ayat tentang pengharaman khamr, Umar berkata, "Ya Allah, jelaskanlah
kepada kami tentang khamar dengan penjelasan yang memuaskan," maka turunlah ayat yang berada di surat
Al Baqarah ini, "Yas-aluunaka 'anil khamri wal maisiri, qui fiihimaa itsmun kabiir", maka Umar pun
dipanggil dan dibacakan keadanya ayat ini. Umar berkata lagi, "Ya Allah, jelaskanlah kepada kami tentang
khamar dengan penjelasan yang memuaskan," maka turunlah ayat yang disebutkan dalam surat An Nisaa',
"Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa taqrabush shalaata wa antum sukaaraa. " Ketika itu, muazin Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam apabila shalat hendak dilaksanakan, ia menyerukan, "Orang yang mabuk
janganlah mendekati shalat. " Maka Umar dipanggil dan dibacakan kepadanya ayat tersebut. Umar berkata
lagi, "Ya Allah, jelaskanlah kepada kami tentang khamar dengan penjelasan yang memuaskan," maka
turunlah ayat yang disebutkan dalam surat Al Maa'idah, lalu Umar dipanggil dan dibacakan kepadanya ayat
tersebut. Ketika telah sampai pada ayat, "Fa hal antum muntahuun", maka Umar berkata, "Kami berhenti,
kami berhenti."
Abu Zur'ah berkata, "Amr bin Syurahbil tidak mendengar hadits dari Umar...dst." Namun Bukhari
mengatakan, bahwa 'Amr bin Syurahbil Abu Maisarah Al Kufiy mendengar hadits dari Umar dan Ibnu
Mas'ud. Pengarang Al Jarh wa Ta'dil (6/237) juga berpendapat bahwa 'Amr bin Syurahbil mendengar hadits
Umar dan Ibnu Mas'ud, oleh karenanya yang menetapkan bahwa 'Amr bin Syurahbil mendengar hadits dari
Umar dan Ibnu Mas'ud lebih didahulukan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
:
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
besar 664 daripada manfaatnya" 665 . Dan mereka bertanya kepadamu tentang apa yang (harus) mereka
infakkan 666 . Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan 667 ." Demikianlah Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan,
220. tentang dunia dan akhirat 668 . Mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim 669 . Katakalah,
"Memperbaiki keadaan mereka adalah baik 670 !" dan jika kamu bergaul dengan mereka 671 , maka
Yakni mengkonsumsi khamr (segala makanan dan minuman yang memabukkan atau menghilangkan
akal), menjual dan membelinya.
661 Pekerjaan haram untuk menghasilkan uang dengan cara taruhan; tanpa bekerja.
662 Dalam khamr seseorang merasakan kenikmatan dan kesenangan, sedangkan dalam judi seseorang
memperoleh harta tanpa bekerja keras. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan nabinya untuk
menerangkan manfaat dan madharat khamr danjudi sebagai pengantar terhadap larangan yang akan datang
dan agar mereka siap meninggalkannya.
663 Yakni mafsadat atau bahaya yang ditimbulkan dari keduanya lebih besar daripada manfaatnya.
664 Karena khmar dan judi menghilangkan akal dan menghilangkan harta, menghalangi manusia dari
dzikrullah, menghalangi dari shalat, menimbulkan permusuhan dan kebencian. Ayat ini merupakan tahapan
pertama pelarangan khamr.
665 Larangan khamr di ayat ini masih belum tegas, sehingga ketika itu masih ada yang meminumnya,
sedangkan sebagian lagi tidak, sampai turun ayat di surat Al Maa'idah yang dengan tegas melarangnya.
Seperti inilah tasyri' (penetapan hukum) dalam Islam, yakni adanya tadarruj (tahapan) agar masyarakat siap.
666 Yakni berapa ukuran seseorang perlu bersedekah dan bertabarrtu' (memberikan santunan sunat).
667 Oleh karena itu, kita jangan mengeluarkan harta ketika diri kita butuh terhadapnya, misalnya ketika kita
bersedekah, maka kita akan kelaparan.
668 Dengan begitu, kita memiliki kecakapan dalam menjalani hidup di dunia dan mengetahui hakikat hidup
hidup di dunia, dan kita pun mengenal tentang kehidupan akhirat, di mana ia merupakan kehidupan yang
kekal dan tempat pembalasan sehingga kita lebih mengutamakannya.
669 Yakni bagaimana seharusnya sikap kamu terhadap mereka dan harta mereka. Ketika turun ayat ancaman
memakan harta anak yatim secara zalim, yaitu pada surat An Nisaa': 10, maka kaum muslimin memisahkan
makanan mereka dengan makanan anak yatim karena khawatir memakan harta anak yatim, sampai dalam hal
seperti ini, yakni dalam hal yang biasanya harta anak yatim bercampur dengan harta mereka, mereka pun
bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang masalah tersebut, maka turunlah ayat di atas
menerangkan bahwa tujuan utamanya adalah memperbaiki harta anak yatim, memelihara dan
mengembangkannya dan bahwa mencampurkan harta mereka dengan harta anak yatim adalah boleh selama
tidak memadharatkan anak yatim, karena mereka adalah saudara kita, di mana saudara biasanya
mencampurkan harta dengan saudaranya. Oleh karena itu, yang perlu dijaga adalah niat dan amal, barang
siapa berniat baik dan bermaksud memperbaiki harta anak yatim serta tidak berharap apa-apa terhadap
hartanya, maka jika terjadi sedikit percampuran tanpa disengaja, ia tidaklah berdosa. Sebaliknya, barang
siapa yang berniat buruk, missalnya percampuran yang dilakukannya agar dapat memakan harta anak yatim,
maka seperti itulah yang berdosa, sebagaimana ka'idah "Al Wasaa'il lahaa ahkaamul maqaashid" (wasilah
tergantung tujuan). Dalam ayat ini terdapat dalil bolehnya mencampurkan harta kita dengan anak yatim
ketika makan, minum, mengadakan 'akad dsb. Hal ini merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah
Subhaanahu wa Ta'aala.
670 Dalam mengurus anak yatim prinsip kita berdasarkan ayat ini adalah "melakukan yang terbaik atau yang
lebih bermaslahat bagi mereka"
Abu Yahya Marwan bin Musa
112
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
mereka adalah saudaramu, Allah mengetahui orang yang berbuat kerusakan dan yang mengadakan
perbaikan 672 . Dan jika Allah menghendaki, niscaya Dia mendatangkan kesulitan kepadamu.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana 673 .
Ayat 221: Menerangkan tentang pernikahan dengan orang-orang musyrik
|1p OjjT.il} (j-lii) Cft^j <^t*U oJfLjTj ^><Ji ji l>s^
221. Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman 674 .
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, meskipun Dia
menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita
mukmin) 675 sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada laki-
laki musyrik, meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka 676 , sedangkan Allah
mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
ca mengambil pelajaran 677 .
Ayat 222-223: Hukum-hukum yang terkait dengan haidh
_ , f y ,4 ■• > * ,4* < St* * * *t * ~ * * y y%, 4, - * -
Ada yang mengartikan "jika kamu mencampurkan nafkah belanja kamu dengan nafkah belanja mereka",
maka mereka (anak yatim) tersebut adalah saudara kita, yakni tidak mengapa karena mereka adalah saudara
kita, di mana saudara itu biasanya mencampurkan harta dengan saudaranya.
672 Orang yang mengadakan kerusakan adalah orang yang menyia-nyiakan harta anak yatim ketika dirinya
diserahi untuk mengurus harta mereka, sedangkan orang yang mengadakan kebaikan adalah orang yang
mengurus harta mereka dengan kepengurusan yang bermaslahat bagi mereka.
673 Allah memiliki kekuatan yang sempurna dan kekuasaan terhadap segala sesuatu, namun Dia Maha
Bijaksana, yakni tidak bertindak kecuali sesuai hikmah-Nya yang sempurna. Oleh karena itu, Dia tidaklah
menciptakan sesuatu main-main, dan tidaklah menetapkan syari'at yang kosong dari hikmah. Dia tidaklah
memerintah kecuali jika di sana terdapat maslahat yang murni atau lebih besar maslahatnya, dan tidaklah
melarang kecuali karena di dalamnya terdapat mafsadat murni atau lebih besar mafsadatnya.
674 Yakni sampai mereka masuk Islam, ayat ini ditakhshis dengan ayat yang membolehkan menikahi wanita
ahlul kitab.
675 Ayat ini adalah umum tidak ada pentakhshisnya.
676 Yakni orang-orang musyrik mengajak ke neraka. Inilah hikmah haramnya seorang muslim atau muslimah
menikahi orang-orang musyrik.
677 Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan hukum-hukum-Nya kepada manusia agar mereka dapat
mengingat apa yang sebelumnya mereka lupakan, mengetahui apa yang ssebelumnya mereka tidak ketahui
dan agar mengerjakan apa yang sebelumnya mereka sia-siakan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
113
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
222. Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh adalah suatu kotoran". Oleh
karena itu, jauhilah 679 istri pada waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum
mereka suci 680 . Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
diperintahkan Allah kepadamu 681 . Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang betobat dan
menyukai orang yang menyucikan diri 682 .
223. Istri-istrimu adalah ladang bagimu , maka datangilah ladangmu itu bagaimana saja yang
kamu sukai 685 . dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu 686 . Bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan sampaikanlah kabar gembira 687 orang-orang
yang beriman.
678 Imam Muslim meriwayatkan dari Anas, bahwa orang-orang Yahudi apabila istri mereka haidh, mereka
tidak makan bersama istrinya dan tidak bergaul dengannya. Para sahabat bertanya kepada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam tentang hal itu, maka Allah menurunkan ayat, "Wayas-aluunaka 'anil mahiidh, qui huwa
adzan fa'tazilun nisaa' fil mahiidh", lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berbuatlah apa
saja selain jima '. " Kemudian berita itu sampai kepada orang-orang Yahudi, lalu mereka berkata, "Apa yang
diinginkan orang ini (yakni Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) ketika meninggalkan salah satu
kebiasaan kita, lantas kemudian menyelisihi." Maka Usaid bin Hudhair dan Abbad bin Bisyr datang (kepada
Rasulullah) dan berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang Yahudi berkata begini dan begitu.
Oleh karena itu, kami tidak bergaul dengan mereka (para istri). " Maka wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam berubah (marah) sehingga kami mengira bahwa Beliau akan marah kepada keduanya, maka
keduanya keluar, lalu ketika keluar tiba-tiba ada hadiah susu yang diberikan kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wa sallam. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian mengirimkan seseorang untuk mencari mereka
berdua (untuk memberikan minuman), maka mereka pun mengetahui bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam tidak marah kepada mereka berdua.
679 Maksudnya jangan bercampur dengan wanita di waktu haidh, adapun selain jima', maka bersenang-
senang dengan istri di waktu haidh diperbolehkan.
680 Maksudnya sesudah mandi. Ada pula yang menafsirkan sesudah darah berhenti keluar.
681 Yaitu di qubul, bukan di dubur.
682 Baik dari hadats matupun dari najis. Dalam ayat ini terdapat dalil disyari'atkan bersuci secara mutlak,
karena Allah menyukai orang yang suci. Oleh karena itu, suci merupakan syarat sahnya shalat dan thawaf .
Termasuk suci pula adalah suci maknawi, dalam arti suci dari akhlak yang buruk, sifat yang jelek dan
perbuatan yang hina.
683 Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah ia berkata, "Orang-orang Yahudi mengatakan,
bahwa jika seseorang menjima'i istrinya dari belakang, maka anaknya akan lahir dalam keadaan matanya
juling, maka turunlah ayat, "Nisaa'ukum hartsul lakum fa'tuu hartsakum annaa syi'tum."
684 Yakni tempat kamu menaruh benih agar dapat membuahkan anak dengan kehendak Allah.
685 Dengan tetap di qubul bagaimana pun caranya. Dalam ayat ini terdapat dalil haramnya menjima'i istri di
dubur, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak membolehkan mendatangi wanita kecuali di tempat yang
bisa membuahkan anak.
686 Yakni siapkanlah untuk dirimu amal shalih, termasuk di dalamnya adalah menjima'i istri dengan niat
ibadah dan memperoleh pahala dan dengan berharap memperoleh keturunan yang bermanfaat.
687 Tidak disebutkan apa kabar gembiranya untuk menunjukkan keumuman, yakni kaum mukmin berhak
mendapatkan kabar gembira di dunia dan di akhirat. Dalam ayat ini terdapat anjuran untuk memberikan
kabar gembira kepada kaum mukmin, dan bahwa Allah mencintai orang-orang yang mukmin dan mencintai
hal yang menggembirakan mereka. Di ayat ini terdapat anjuran memberikan semangat kepada kaum mukmin
dengan balasan yang akan diberikan Allah kepada mereka baik di dunia maupun akhirat.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 224-225: Menerangkan tentang hukum-hukum yang terkait dengan sumpah
224. Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat
kebajikan, bertakwa dan mengadakan perdamaian di antara manusia 688 . Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
225. Allah tidak menghukum kamu karena sumpahmu yang tidak kamu sengaja , tetapi Dia
menghukum kamu karena niat yang terkandung dalam hatimu 691 . Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyantun 692 .
Ayat 226-227: Menerangkan tentang hukum-hukum yang terkait dengan Ielaa'
226. Bagi orang-orang yang meng-ilaa' istrinya 693 diberi tangguh empat bulan. kemudian jika
mereka kembali (kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
688 Maksudnya: melarang bersumpah dengan mempergunakan nama Allah untuk tidak mengerjakan yang
baik, seperti: "demi Allah, saya tidak akan membantu anakyatim", tetapi apabila sumpah itu telah diucapkan,
maka harus dilanggar dengan membayar kafarat. Dari ayat ini, keluar ka'idah fiqh yang masyhur, yaitu
"Idzaa tazaahamatil mashaalih quddima ahammuhaa " (apabila dua maslahat berbenturan, maka didahulukan
yang terpenting).
689 Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata, "(Ayat ini ) turun berkenaan
dengan kata-kata, "Tidak. Demi Allah!", "Ya. Demi Allah."
690 Seperti ucapan yang biasa keluar dari lisan tanpa disengaja dan tanpa diusahakan oleh hati, "Ya, demi
Allah", "Tidalc, demi Allah" dsb. atau pada sumpah terhadap masalah yang lalu karena dikiranya benar.
Sumpah seperti ini tidaklah berdosa dan tidak perlu membayar kaffarat.
691 Yakni disengaja. Dalam ayat ini terdapat dalil perlu adanya qasd (niat) di hati dalam mengucapkan,
sebagaimana niat juga harus ada dalam perbuatan.
692 Halim berarti penyantun, tidak segera menyiksa orang yang berbuat dosa.
693 Meng-ilaa' istri maksudnya: bersumpah tidak akan mencampuri istri baik mutlak (selamanya) maupun
muqayyad (sampai kurang dari empat bulan atau lebih). Jika lamanya iilaa' kurang dari empat bulan, maka
jika dilanggar, ia wajib membayar kaffarat, namun jika tidak dilanggar, maka ia tidak wajib melakukan apa-
apa. Namun jika lamanya sumpah adalah selama-lamanya atau lebih dari empat bulan, maka ditetapkan masa
empat bulan baginya apabila istrinya menuntut, karena hal itu adalah haknya.
Dengan sumpah ini seorang wanita menderita, karena tidak disetubuhi dan tidak pula diceraikan. Dengan
turunnya ayat ini, maka suami setelah 4 bulan harus memilih antara kembali menjima'i istrinya lagi dengan
membayar kafarat sumpah atau menceraikan. Jika tidak mau menceraikan, maka dipaksa bercerai., jika tetap
tidak mau, maka hakim turun tangan dengan menceraikannya. Akan tetapi kembali kepada istrinya lebih
dicintai Allah daripada mentalak.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
227. Dan jika mereka ber'azam (untuk) talak , maka sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui 695 .
Ayat 228-230: Menerangkan tentang hukum-hukum wanita yang ditalak, sahnya merujuk di
masa 'iddah, jumlah talaq, mahar wanita yang ditalak, dan kapan wanita yang ditalak ba'in
bisa kembali kepada suami yang pertama
Oj {jo* k-jl 1% (ji^- C (j-^o oi (j-* "S^ *3 S JL/ Cr^^^ ^Ljr^J^- c-i-fli)a-J lj
228. Istri-istri yang ditalak 696 handaklah menahan diri (menunggu) 697 tiga kali quru' 698 . Tidak boleh
bagi mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka 699 , jika mereka
694 Yakni berniat keras untuk talak, maka segeralah menjatuhkan talak. Hal ini menunjukkan bahwa suami
sudah tidak suka kepada istrinya dan sudah tidak berkeinginan lagi kepada mereka.
695 Dalam kata-kata "maka sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui" terdapat ancaman
bagi orang yang bersumpah dengan maksud memadharatkan istri.
696 Yakni yang masih mengalami haidh dan sudah dicampuri (karena wanita yang belum sempat dicampuri
tidak menjalani masa 'iddah). Adapun wanita yang sudah monopause (berhenti haidh) dan wanita kecil yang
belum mengalami haidh, maka 'iddahnya adalah tiga bulan. Sedangkan wanita yang hamil, 'iddahnya sampai
melahhirkan sebagaimana diterangkan dalam surat Ath Thalaq. Adapun budak wanita, maka 'iddahnya
adalah dua kali quru' sebagaimana dikatakan para sahabat.
697 Dengan tidak menikah.
698 Quru' dapat diartikan suci atau haidh, namun yang rajih menurut sebagian ulama, bahwa maksud quru' di
sini adalah haidh. Tujuan menunggu tiga kali quru' adalah agar rahim dapat dipastikan benar-benar kosong,
dengan begitu tidak terjadi percampuran nasab. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewajibkan
wanita untuk memberitahukan keadaan rahimnya, apakah hamil ataukah haidh. Di antara hikmah lainnya
menunggu (biasa disebut 'iddah) adalah untuk memberikan kesempatan kepada suami yang mungkin
menyesali perbuatannya mentalak istrinya.
Adanya syari'at iddah menunjukkan kecintaan Allah terhadap kerukunan antara suami-istri dan dibenci-Nya
talak meeskipun halal.
699 Berupa kehamilan atau haidh. Menyembunyikan kehamilan dalam rahimnya dapat menimbulkan banyak
mafsadat (kerusakan), di antaranya: bisa mengakibatkan penisbatan anak kepada yang bukan bapaknya
sehingga silaturrahim terputus, kekacauan dalam hal warisan, mahram dan kerabatnya menjadi berhijab
terhadap anak tersebut, bahkan bisa sampai menikahi mahramnya dan mafsadat lainnya yang begitu banyak
yang tidak diketahui selain oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Kalau pun mafsadatnya hanya dianggap batal
menikah dengan anak yang lahir itu, di mana dalam perbuatan tersebut terdapat dosa besar, yaitu zina, itu
pun sudah cukup.
Adapun menyembunyikan haidh atau memberitakan secara dusta, di dalamnya juga terdapat banyak
mafsadat, di antaranya menghilangkan hak suami untuk merujuknya dan membolehkan kepada laki-laki lain
menikahinya. Jika si wanita memberitakan belum nampak haidh mengakibatkan 'iddahnya lama padahal
seharusnya sudah selesai, oleh karena itu nafkah yang didapat dari suaminya adalah suht (harta haram)
karena sudah selesai haidhnya, dan jika si wanita dirujuk oleh suaminya padahal sudah selesai masa
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak rujuk (kembali) kepada
mereka dalam masa itu, jika mereka (para suami) menghendaki islah (perbaikan) 700 . Dan mereka
(para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf 701 .
Tetapi para suami mempunyai kelebihan di atas mereka 702 . Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
5T> ~ 4 ( > ' > - ' ^ „ , ^ * - ,( . » ' j, '< -
229. Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. Setelah itu (suami) boleh rujuk kembali dengan cara
yang ma'ruf 704 atau menceraikan dengan cara yang baik 705 . Tidak halal bagi kamu mengambil
kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka 706 , kecuali keduanya (suami dan istri)
khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah 707 . Jika kamu (wali) khawatir bahwa
keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas
bayaran yang (harus) diberikan oleh istri untuk menebus dirinya 708 . Itulah hukum-hukum Allah,
'iddahnya -hanya karena si wanita berdusta-, maka menjadi zina. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa
Ta'aala melarang dengan tegas wanita menyembunyikan keadaan rahimnya jika mereka memang betul-betul
beriman kepada Allah dan hari akhir.
Dalam ayat ini terdapat dalil diterimanya berita wanita tentang keadaan dirinya, yakni dalam masalah yang
tidak diketahui oleh orang lain selain dirinya, seperti haidh, hamil dsb.
700 Yakni hendaknya rujuk itu niatnya islah atau menginginkan kebaikan, dan tidak bermaksud
memadharatkan. Lalu bagaimana jika suami merujuk istrinya dengan maksud memadharatkan? Dalam hal ini
ada dua pendapat. Jumhur ulama berpendapat bahwa suami tetap memiliki hak rujuk, namun menurut Syaikh
As Sa'diy bahwa suami tidak memilikinya jika berniat memadharatkan sebagaimana ditunjukkan oleh zhahir
ayat.
701 Wanita memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya. Hak-hak antara suami dan istri kembali
kepada uruf atau adat yang berlaku pada daerah setempat, dan hal ini berbeda-beda tergantung waktu,
tempat, keadaan, orang dan adat kebiasaan.
702 Misalnya wajibnya taat bagi istri kepada suami. Hal ini disebabkan karena suami bertanggung jawab
terhadap keselamatan dan kesejahteraan rumah tangga sekaligus yang menafkahinya (Lihat surat An Nisaa'
ayat 34). Ayat ini menunjukkan bahwa laki-laki berada di atas wanita dan haknya berada di atas hak wanita.
Oleh karena itu, kenabian, jabatan hakim, kepemimpinan baik dalam lingkup kecil maupun besar hanya
dipegang laki-laki.
703 Talak di zaman jahiliyyah dan berlanjut sampai pada masa awal-awal Islam tidak ada batasannya. Oleh
karena itu, ketika seorang suami hendak memadharatkan istri, ia mentalaknya, sehingga ketika masa 'iddah
hampir habis, ia merujuknya, lalu mentalak lagi. Dengan begitu, istri menjadi menderita, maka Allah
Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa talak yang masih bisa dirujuk hanya dua kali.
704 Tidak memadharatkan istri dan bergaul dengan istri secara baik.
705 Termasuk dengan cara yang baik adalah tidak mengambil harta yang telah diberikan kepada wanita yang
dicerai dan tidak menyebutkan keburukannya.
706 Seperti mahar dan semisalnya.
707 Yakni memenuhi hak-hak suami dan istri.
708 Ayat inilah yang menjadi dasar hukum khulu' dan penerimaan 'iwadh. Khulu' yaitu permintaan cerai
kepada suami karena fisik suami, akhlak atau kurang agamanya, sedangkan si wanita khawatir tidak dapat
mentaati perintah Allah dengan pembayaran yang disebut 'iwadh. Suami boleh mengambil 'iwadh terebut.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka Itulah
orang-orang yang zalim 709 .
Lji^-I^j q\ Ll^dp ^ LfS^g Oi^ 4/^" ^-jj <j^- Ij* ^ uV" ^ l^stk oi^
230. Kemudian jika si suami mentalaknya (setelah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak
halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain 710 . Kemudian jika suami yang lain
itu menceraikannya 711 , maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk
menikah kembali 712 jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah 713 .
Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang (mau)
mengetahui 714 .
Ayat 231-232: Memerintahkan untuk bermu'amalah dengan baik kepada istri yang ditalak
^yhjSL^ Yj y^jytx. ^jAy^^ jl yjjj^c. ^yhjSL^li ( y$k>-\ fLllll £3t±b lijj
709 Karena menyerahkan dirinya kepada azab Allah. Perlu diketahui, bahwa kezaliman terbagi tiga:
1. Kezaliman yang terjadi antara seorang hamba dengan Allah, yang terbesarnya adalah perbuatan
syirk. Perbuatan syirk tidak diampuni Allah kecuali jika seorang bertobat sebelum meninggalnya.
Adapun jika di bawah syirk, maka dosa tersebut terserah kehendak Allah, jika Dia menghendaki, Dia
memaafkannya dan jika Dia menghendaki, Dia akan menyiksanya.
2. Kezaliman yang terjadi antara seorang hamba dengan sesamanya. Dalam hal ini, hak hamba yang
dirampas harus dikembalikan.
3. Kezaliman yang terjadi antara seorang hamba dengan dirinya sendiri, yaitu dengan mengerjakan
perbuatan maksiat dan dosa.
Pada hakikatnya, kezaliman yang dilakukan seseorang meskipun ditujukan kepada yang lain, namun
kembalinya kepada diri sendiri, karena sama saja menyerahkan dirinya kepada azab Allah.
710 Dengan nikah yang sesungguhnya, bukan bermaksud menghalalkan kepada suami pertama, dan telah
dijima'inya.
711 Atau ditinggal wafat olehnya.
712 Dengan akad dan mahar yang baru setelah habis masa 'iddah dari suami kedua.
713 Dari ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa hendaknya seseorang ketika akan menyelami suatu
urusan, melihat dirinya (berkaca kepada diri). Jika dia melihat dirinya sanggup memikul amanah tersebut dan
merasa yakin, ia bisa maju dan jika tidak, ia menahan diri.
714 Karena merekalah yang dapat mengambil manfaat daripadanya dan memberi manfaat kepada yang lain.
Dalam ayat ini terdapat dalil keutamaan ahli ilmu, karena Allah Ta'ala menerangkan hukum-hukum-Nya
kepada mereka, dan menunjukkan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyukai orang yang mengetahui
hukum-hukum-Nya dan mendalaminya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
118
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
231. Apabila kamu mentalak istri-istrimu 715 , lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujuklah
mereka dengan cara yang ma'ruf 716 , atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula) 717 .
Janganlah kamu rujuk mereka dengan maksud jahat untuk menzalimi mereka 718 . Barang siapa
melakukan demikian, maka sungguh ia menzalimi dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-
hukum Allah sebagai permainan 719 . Ingatlah 720 nikmat Allah kepadamu 721 , dan apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan Hikmah (As Sunnah) untuk memberi
pengajaran kepadamu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwa Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.
i^jydlj ^Lu \"yio'y lij f y$sr'jj\ t j>^^) Ol j-*^J-^»3 $1 (j-g^H pLlpt ^ills> lilj
232. 722 Apabila kamu mentalak istri-istrimu 723 , lalu habis masa iddahnya 724 , maka janganlah kamu
(para wali) menghalangi mereka menikah lagi dengan calon suaminya 725 , apabila telah terjalin
kecocokan di antara mereka dengan cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu kepada Allah dan hari akhir. Itu 726 lebih baik bagimu dan lebih suci 727 .
Allah mengetahui 728 , sedangkan kamu tidak mengetahui 729 .
715 Yakni talak raj'i (masih bisa rujuk), baik sekali atau dua kali.
716 Yakni dengan niat siap memenuhi hak istri sesuai cara yang dianggap baik oleh syara' maupun 'uruf
(kebiasaan yang berlaku).
717 Dengan membiarkan sampai habis masa 'iddahnya.
718 Umpamanya: memaksa mereka minta cerai dengan cara khulu' atau membiarkan mereka hidup terkatung-
katung.
719 Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menerangkan aturan-aturan-Nya dengan jelas, di mana maksud
daripadanya adalah agar diketahui dan diamalkan, agar berjalan di atas aturan itu dan tidak melanggarnya,
karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidaklah menurunkan main-main, bahkan menurunkannya dengan hak,
benar dan serius. Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang menjadikan ayat-ayat-Nya ssebagai permainan,
sehingga berani melanggarnya, tidak mau mengikuti kewajibannya. Termasuk dalam hal ini adalah merujuk
atau mencerai tidak dengan cara yang ma'ruf (seperti dengan maksud menimpakan madharat), banyak
melakukan talak, atau menggabungkan tiga talak sekaligus, padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala
memisahkannya satu persatu karena sayang-Nya dan keinginan-Nya untuk memberikan maslahat atau yang
terbaik bagi suami dan istri.
720 Baik dengan lisan (seperti memuji dan menyanjung-Nya), dengan hati (mengakuinya) maupun dengan
anggota badan (yakni dengan mengarahkan anggota badannya untuk menjalankan perintah Allah).
721 Berupa agama Islam dan penjelasan secara rinci hukum-hukum-Nya.
722 Imam Bukhari dari Al Hasan, bahwa saudari Ma'qil bin Yasar pernah ditalak oleh suaminya, lalu
saudarinya ditinggalkan begitu saja sampai habis 'iddahnya. Setelah itu, suaminya datang lagi hendak
melamar, maka Ma'qil menolaknya. Ketika itu turunlah ayat, "Wa laa ta'dhuluuhunna ay yankihna
azwaajahunna. "
723 Belum sampai tiga kali talak.
724 Tanpa dirujuk.
725 Menikah lagi dengan bekas suami dengan akad yang baru atau dengan laki-laki yang lain.
726 Sikap tidak menghalangi dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk menikah lagi.
Abu Yahya Marwan bin Musa
119
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 233: Menerangkan tentang hukum-hukum yang terkait dengan penyusuan dan nafkah
setelah ditalak
o&jj £ sjlyfi ^U^t ol Sijl jUJ oi ^ cab*- o^^iji o^?i o'^l'jJTj *
LV<U)I ol l>Uplj'«Uil <-5jjilL ^jLJlf Li j^Iil lil^Jb ^Lxi- "^i^uJ}! l3*^>jU5
233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian 730 kepada para ibu
dengan cara ma'ruf 731 . Seorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita karena anaknya 732 dan jangan pula seorang ayah menderita karena anaknya 733 . Ahli waris
pun berkewajiban seperti itu pula 734 . Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya 735 , maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika
kamu 736 ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Ayat 234-237: Menerangkan tentang hukum-hukum yang terkait dengan 'iddah, melamar
dan mahar
727 Tidak seperti yang dikira oleh wali bahwa menghalanginya dari menikah adalah pendapat yang tepat,
bahkan yang tepat adalah tidak menghalangi. Jika wali mengira bahwa tidak menikahkannya adalah hal yang
lebih bermaslahat, maka dijawab "Sesungguhnya Allah lebih mengetahui, sedangkan anda tidak
mengetahui".
728 Hal yang terbaik bagimu.
729 Oleh karena itu, ikutilah perintah-Nya.
730 Yakni upah menyusui.
731 Yakni dengan cara yang dianggap baik oleh syara' maupun 'uruf. Ada pula yang mengartikan "sesuai
kesanggupannya".
732 Misalnya ibu dipaksa menyusukan anaknya tanpa diberi nafkah dan pakaian atau upah.
733 Misalnya dibebani melebihi kesanggupannya.
734 Jika bapak meninggal, maka ahli waris berkewajiban seperti bapak sebelum wafatnya, yaitu memberi
makan dan pakaian.
735 Yakni apakah menyapih terdapat maslahat bagi anak atau tidak.
736 Yakni jika bapak mencari wanita lain yang akan menyusukan anaknya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
120
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
234. Orang-orang yang meninggal dunia di antara kamu dengan meninggalkan istri-istri hendaklah
mereka (istri-istri) menunggu (ber'iddah) 737 empat bulan sepuluh hari 738 . Kemudian apabila telah
habis 'iddahnya, maka tidak ada dosa bagimu (para wali) 739 membiarkan mereka berbuat terhadap
diri mereka 740 menurut cara yang patut 741 . Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan 742 .
jjjLP 4J0| 0' Ij-cJLC-lj fijjjl-li ^SLv^ajl ^ C> j»_1ju 4J0| 0' Ij-ftif'lj jaJ^-I <4-^>"
235. Dan tidak ada dosa bagimu meminang wanita-wanita itu 743 dengan sindiran 744 atau kamu
menyembunyikan (keinginan menikahi mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan
menyebut-nyebut mereka 745 . Tetapi janganlah kamu membuat perjanjian (untuk menikah) dengan
mereka secara rahasia 746 , kecuali sekedar mengucapkan kata-kata yang ma'ruf 747 . Janganlah kamu
Yaitu dengan tidak keluar dari rumah suaminya, tidak berhias dan tidak menikah. Dalam ayat ini terdapat
dalil wajibnya si istri berihdad (berkabung) selama masa 'iddah karena ditinggal wafat suaminya, tidak
karena perceraian dan perpisahan lainnya.
738 Keumuman ini ditakhshis dengan hamil, yakni wanita yang ditinggal wafat suaminya, jika ia hamil, maka
'iddahnya sampai melahirkan. Menjalani masa 'iddah selama empat bulan sepuluh hari adalah bagi wanita
merdeka, adapun bagi wanita budak, maka 'iddahnya separuhnya, yaitu dua bulan lima hari.
739 Ayat ini menunjukkan bahwa hendaknya wali memperhatikan urusan si wanita, melarangnya dari
mengeriakan perbuatan yang dilarang dan menekannya untuk menjalankan perbuatan yang wajib dilakukan
serta membiarkan perkara yang dibolehkan oleh syari'at.
740 Berhias, bepergian atau menerima pinangan.
741 Sesuai syari'at; atau tidak haram dan tidak makruh.
742 Dia mengetahui amalan yang kamu kerjakan baik nampak maupun tersembunyi, jelas maupun samar dan
Dia akan memberikan balasan terhadapnya.
743 Yang suaminya telah meninggal dan masih dalam 'iddah.
744 Wanita yang boleh dipinang secara sindiran ialah wanita yang dalam 'iddah karena meninggal suaminya,
atau karena talak bain. Sedangkan wanita yang dalam masa 'iddah talak raj'i tidak boleh dipinang walaupun
dengan sindiran. Contoh sindiran adalah mengatakan kepada wanita tersebut, "Kamu sungguh cantik",
"Banyak orang yang berminat denganmu", dsb. Perbedaan secara tegas dengan sindiran adalah bahwa secara
tegas (tashrih) tidak ada kemungkinan yang lain isinya selain menikah, sedangkan sindiran mengandung
banyak kemungkinan.
745 Yakni tidak sabar untuk diam tidak menyebut-nyebut mereka. Oleh karena itu, Dia membolehkan kamu
menyebut mereka secara sindiran atau menyembunyikan di hati keinginan menikahi mereka.
746 Di masa 'iddah.
747 Perkataan sindiran yang baik yang daripadanya dapat dipahami keinginan untuk menikah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
121
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
berazam (menetapkan hati) untuk melakukan akad nikah, sebelum habis 'iddahnya. Ketahuilah
bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu 748 , maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Pengampun 749 lagi Maha Penyantun 750 .
236. Tidak ada kewajiban membayar (mahar) atas kamu, jika kamu menceraikan istri-istri kamu
sebelum kamu bercampur 751 dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. Dan
hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka 752 . Bagi yang mampu menurut
kemampuannya dan bagi yang tidak mampu menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian
dengan cara yang patut, yang merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat ihsan 753 .
^_j_jjjLxj (jl 2 J ^3 U Jl/i^ 4^aj ^3 Ji Js^yis ^3 Jij J^jJ^^j £)l Jl3 ^ J^j-«ijLi]s> q\j
Oj J-yka.ll ^_J^ax^l l3i.io o'j oJLLp ^oJll) (^JJI IjjLju jl
"~ 1 o^-*- 3 ^ l-*-i ^1
237. Jika kamu menceraikan mereka sebelum kamu campuri, padahal kamu sudah menentukan
maharnya, maka bayarlah seperdua (separoh) dari mahar yang telah kamu tentukan, kecuali jika
mereka membebaskan 754 atau dibebaskan oleh orang yang memegang ikatan nikah 755 . Pembebasan
itu lebih dekat kepada takwa. Dan janganlah kamu melupakan keutamaan 756 di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan 757 .
748 Oleh karena itu, niatkanlah yang baik dan jangan meniatkan hal yang buruk seperti berazam untuk
mengadakan akad nikah di masa 'iddah dan lainnya.
749 Bagi orang yang terjatuh ke dalam dosa lalu bertobat dan kembali kepada Allah..
750 Yakni tidak segera memberikan hukuman, padahal Dia mampu memberikan hukuman.
751 Yakni berjima'.
752 Untuk menghibur istri yang dicerai tersebut dan menghilangkan rasa benci.
Subhaanallah, alangkah tepat hukum-Nya, dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi
orang yang yakin.
753 Baik berbuat kepada wanita yang dicerai maupun kepada diri mereka sendiri dengan mentaati Allah.
754 Maksudnya istri yang ditalak membebaskan, yaitu dengan membebaskan suami membayar separuh mahar
yang sebelumnya berhak dimiliki mereka.
755 Ialah suami atau wali. Jika wali membebaskan, maka suami dibebaskan dari membayar mahar yang
seperdua, sedangkan jika suami yang membebaskan, maka dia membayar seluruh mahar. Namun menurut
pendapat yang shahih, maksud "orang yang memegang ikatan nikah" adalah suami, karena dialah yang
memiliki hak melepaskan ikatan (talak), di samping itu karena wali tidak sah membebaskan sesuatu yang
wajib dimiliki wanita, karena dia bukan pemilik dan bukan pula wakil (lih. Tafsir As Sa'diy).
756 Maksudnya: Jangan melupakan sikap memberikan kelebihan dan ihsan kepada orang lain, seperti
memberikan pemberian yang tidak wajib dan membebaskan hak. Sikap ihsan (memberi lebih) merupakan
cara mu'amalah (berhubungan dengan orang lain) yang paling baik, karena mu'amalah dengan orang lain ada
dua tingkatan:
Pertama, adil (disebut juga inshaf), yaitu menerima hak dan memenuhi kewajiban.
Abu Yahya Marwan bin Musa
122
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 238-239: Menerangkan tentang adab-adab shalat dan hukum-hukumnya, serta
menerangkan kewajiban mengerjakan shalat meskipun dalam kondisi yang
mengkhawatirkan
23 8. 758 Peliharalah 759 semua shalat dan shalat wusthaa 760 . Laksanakanlah (shalat) karena Allah
dengankhusyu' 761 .
239. Jika kamu takut (ada bahaya) 762 , shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan 763 . Kemudian
apabila telah aman, maka ingatlah Allah (shalatlah) 764 , sebagaimana Dia telah mengajarkan
kepadamu apa yang tidak kamu ketahui 765 .
Kedua, memberi lebih (disebut ihsan), yaitu memberikan sesuatu yang tidak wajib, membebaskan hak dan
tidak mengutamakan diri sendiri.
Seorang mukinin hendaknya tidak melupakan sikap ihsan ini meskipun hanya dalam waktu-waktu tertentu,
karena Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan.
757 Dia mendorong kamu untuk mengerjakan yang ma'ruf dan perbuatan utama.
758 Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
shalat Zhuhur di siang hari yang panas, dan Beliau tidaldah melakukan shalat yang paling berat bagi para
sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam daripadanya, maka turunlah ayat, "Haafizhuu 'alash shalawaati
wash shalaatil wusthaa" Beliau bersabda, "Sesungguhnya sebelumnya (yakni sebelum shalat wustha) ada
dua shalat dan setelahnya ada dua shalat." (Hadits ini para perawinya adalah para perawi kitab shahih selain
Amr bin Abi Hakim dan Az Zabarqaan, namun keduanya tsiqah. Terkadang Az Zabarqaan meriwayatkan
dari Urwah dari Zaid bin Tsabit dan terkadang ia meriwayatkan dari Zahrah dari Zaid bin Tsabit dan
terkadang meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit dan Usamah. Thabrani juga meriwayatkan dalam Al Kabir juz
5 hal. 131 dari jalan Utsman bin Affan Al Ghathfaaniy) yang dipegang tentang tafsir shalat wustha adalah
shalat Ashar sebagaimana dalam shahihain.
759 Memelihara di ayat ini adalah mengerjakannya pada waktunya, terpenuhi syarat, rukun, khusyu', hal yang
wajib maupun sunahnya. Menjaga shalat dapat membantu menjaga ibadah yang lain serta dapat mencegah
diri dari perbuatan keji dan munkar, terlebih apabila seseorang mengerjakannya dengan sempurna.
760 Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. Ada yang berpendapat, bahwa
yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. Ayat ini menekankan agar semua shalat itu
dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
761 Ada yang mengartikan "qaanitin" di ayat tersebut dengan "diam; tidak berbicara" berdasarkan hadits Zaid
bin Arqam ia berkata, "Kami terkadang berbicara ketika shalat, sampai turun ayat yang memerintahkan kami
untuk diam dan melarang kami berbicara." (HR. Bukhari dan Muslim) Pembicaraan mereka ketika shalat
misalnya menjawab salam, menjawab orang yang bertanya dsb. Thabrani meriwayatkan dalam Al Kabir dari
Simak dari dari Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang firman Allah Ta'ala, "Wa Quumuu lillahi qaanitiin" ia
berkata: "Dahulu para sahabat berbicara ketika shalat, ada pembantu seseorang yang datang ketika ia sedang
shalat lalu membicarakan keperluannya, kemudian mereka pun dilarang berbicara." (Abu Abdirrahman
berkata, "Hadits tersebut dari jalan Simak dari Ikrimah. Riwayat Simak dari Ikrimah terdapat
kemudhthariban." Akan tetapi hadits tersebut hanya sebagai syahid saja).
762 Misalnya ada musuh, ada banjir besar atau ada binatang buas.
763 Yakni semampunya; bagaimana pun bentuknya, meskipun dengan isyarat atau sampai tidak menghadap
kiblat. Dalam ayat ini, terdapat dalil perintah untuk melaksanakan shalat pada waktunya meskipun sebagian
syarat dan rukun shalat hilang dan tidak boleh menundanya sampai lewat dari waktunya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
123
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 240-242: Menerangkan tentang 'iddah wanita yang ditinggal wafat suaminya dan
pemberian untuk wanita yang ditalak
240. Orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan istri, hendaklah
berwasiat untuk istri- istrinya 766 , (yaitu) diberi nafkah sampai setahun 767 tanpa disuruh pindah (dari
rumah) 768 . Tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau ahli waris
dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka 769 . Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.
ilk
ih diberikan oleh suai
menurut yang ma'ruf 771 , sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa.
§jp o j^&> f oS ^l 1 ^
242. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) agar kamu
mengerti 772 .
764 Dengan cara asalnya.
765 Seperti ibadah dan hukum-hukum yang sebelumnya tidak kita ketahui. Hal ini merupakan nikmat besar
yang sepantasnya disikapi dengan dzikrullah dan bersyukur agar nikmat itu tetap ada dan bertambah.
766 Berwasiat kepada istri dimansukh dengan ayat warisan.
767 Dari hari meninggalnya. Menunggu selama setahun, dimansukh dengan ayat 234 sebelumnya yang
memerintahkan agar wanita yang ditinggal wafat suami menunggu selama empat bulan sepuluh hari. Adapun
nafkah yang berupa tempat tinggal, maka menurut Imam Syafi'i rahimahullah tidak dimansukh.
Catatan:
Menurut sebagian ulama, ayat di atas tidak dimansukh oleh ayat 234. Bahkan ayat 234 menunjukkan
wajibnya wanita yang ditinggal wafat suami menjalani massa 'iddah empat bulan sepuluh hari, selebihnya
sampai setahun adalah sunat yang dianjurkan dilakukan untuk menyempurnakan hak suami. Alasan lebih
dari empat bulan sepuluh hari adalah sunat adalah karena peniadaan dosa bagi wali jika si wanita pindah
sebelum sempurna setahun. Jika tetap di rumah suami sampai setahun adalah wajib, tentu tidak akan
ditiadakan dosa.
768 Oleh para ahli waris.
769 Seperti berhias dan tidak berkabung.
770 Mut'ah (pemberian) ialah sesuatu yang diberikan oleh suami kepada istri yang diceraikannya sebagai
penghibur, selain nafkah sesuai dengan kemampuannya. Mut'ah ini wajib diberikan kepada wanita yang
ditalak sebelum dicampuri. Ada pula yang berpendapat bahwa mut'ah wajib diberikan kepada semua wanita
yang ditalak berdasarkan keumuman ayat ini. Namun karena ada ka'idah "Hamlul mutlak 'alal muqayyad"
(membawa yang mutlak kepada yang muqayyad), di mana pada ayat sebelumnya sudah diterangkan lebih
rinci bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala mewajibkan mut'ah kepada wanita yang ditalak sebelum
ditentukan mahar dan sebelum dicampuri saja, maka inilah yang dipakai.
771 Sesuai kemampuan.
Sehingga dapat diamalkan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^fl 124
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 243-245: Kisah orang-orang yang keluar dari kampung halamannya karena takut mati,
dorongan berjihad dan berinfak di jalan Allah
243. 773 Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halamannya,
sedangkan jumlah mereka ribuan karena takut mati? 774 Lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Matilah kamu!", Kemudian Allah menghidupkan mereka 775 . Sesungguhnya Allah memiliki
karunia yang diberikan-Nya kepada manusia 776 , tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur 777 .
^ * - st* < (• V ■f ,• •* -
Jt^lc- £yC* -Oil ol I>UpIj ADl ^ I ^kiSj
244. Berperanglah kamu di jalan Allah 778 , dan ketahuilah bahwa Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
245. Barang siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik , maka Allah akan
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak 781 . Allah menahan dan melapangkan (rezki) 782
dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan 783 .
Disebutkan kisah ini adalah untuk menyemangatkan kaum muslimin dalam berperang. Oleh karena itu,
setelah ayat ini disebutkan perintah berperang di jalan Allah.
774 Karena penyakit tha'un atau karena perang. Dalam tafsir Al Jalalain disebutkan bahwa mereka adalah
salah satu kaum Bani Israil, di mana negeri mereka terserang penyakit tha'un, lalu mereka melarikan diri
karena takut mati, maka Allah mematikan mereka sebagai hukuman bagi mereka karena melarikan diri dari
qadar Allah. Kemudian setelah delapan hari atau lebih, mereka dihidupkan kembali oleh Allah dengan do'a
nabi mereka Hizqail, wallahu a'lam. Hal tersebut merupakan rahmat, kelembutan dan santunnya Allah
Subhaanahu wa Ta'aala kepada manusia, sekaligus bukti bahwa Allah mampu menghidupkan yang telah
mati.
775 Untuk disempurnakan ajalnya dan agar mereka mengambil pelajaran serta bertobat.
776 Di antaranya adalah dihidupkan-Nya mereka setelah matinya dan diarahkan-Nya mereka kepada yang
terbaik.
777 Nikmat yang diberikan bukan menambah mereka bersyukur, bahkan nikmat-nikmat tersebut seringnya
mereka gunakan untuk maksiat kepada Allah. Sedikit sekali di antara mereka yang bersyukur; mengenal
nikmat tersebut dan menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah.
778 Untuk membela dan meninggikan agama Allah. Oleh karena itu, perbaikilah niat, carilah keridhaan Allah
dan ketahuilah bahwa berdiam diri tidak berperang bukanlah cara untuk menjaga kehidupan dan
menyelamatkan diri sebagaimana dalam kisah orang-orang yang yang pergi melarikan diri karena takut mati,
ternyata mereka ditimpa kematian.
779 Yakni menafkahkan hartanya di jalan Allah
780 Dengan hati yang ikhlas dan rela.
781 Dia melipatgandakan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih tergantung keadaan
orang yang berinfak, niat, manfaat dan kebutuhan terhadapnya. Oleh karena itu, berinfaklah dan jangan
Abu Yahya Marwan bin Musa
125
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 246: Menerangkan tentang semangatnya Bani Israil untuk berjihad dan berperang
namun hanya pada lisannya saja, tidak ada prakteknya
246. Tidakkah kamu memperhatikan (kisah) para pemuka Bani Israil setelah Nabi Musa wafat,
ketika mereka berkata kepada nabi mereka 785 : "Angkatlah seorang raja untuk kami 786 , niscaya kami
berperang (di bawah pimpinannya) di jalan Allah". Nabi mereka menjawab: "Jangan-jangan jika
diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak akan berperang". Mereka menjawab: "Mengapa kami
tidak mau berperang di jalan Allah, padahal kami telah diusir dari kampung halaman kami dan
(dipisahkan dari) anak-anak kami?" 787 . Tetapi ketika perang itu diwajibkan atas mereka, mereka
berpaling 788 , kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang
zalim 789 .
Ayat 247-248: Perdebatan Bani Israil kepada Nabi mereka tentang pengangkatan Thalut
sebagai raja mereka untuk berjihad fli sabilillah
khawatir, karena Allah adalah Ar Razzaq (Maha Pemberi rezeki), Dia juga yang menyempitkan rezeki dan
melapangkannya. Menahan diri dengan tidak berinfak bukanlah cara untuk memperbanyak harta, dan
berinfak tidaklah menyempitkan harta. Bahkan infak yang dikeluarkan seseorang tidaklah sia-sia, Allah akan
menggantinya dan melipatgandakannya berkali-kali lipat.
Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa sebab tidaklah bermanfaat terhadap qadha' dan qadar, khususnya
sebab-sebab yang di sana perintah-perintah Allah ditinggalkan dan di sana pun terdapat bukti bahwa Allah
mampu menghidupkan yang mati.
782 Sebagai cobaan dan ujian.
783 Dengan dibangkitkannya mereka setelah mati menghadap Allah Rabbul 'alamin, lalu Dia memberikan
balasan terhadap amal mereka.
784 Disebutkan "para pemuka" karena mereka adalah wakil dari kaum mereka. Merekalah yang biasa
membahas tentang hal-hal yang bermaslahat bagi kaum mereka, sedangkan kaum mereka hanya mengikuti.
785 Ada yang berpendapat bahwa nabi mereka ketika itu adalah Samuel.
786 Yakni agar perkumpulan mereka yang terpecah dapat bersatu dan dapat berperang melawan musuh.
Menurut Syaikh As Sa'diy, bahwa mungkin pada waktu itu mereka tidak memiliki ketua yang menyatukan
mereka sebagaimana kebiasaan kabilah-kabilah yang memiliki rumah, di mana masing-masingnya tidak
ridha jika ada yang memimpin selainnya. Oleh karena itu, mereka meminta kepada nabi mereka agar
menentukan raja untuk mereka yang diridhai oleh semua pihak. Saat itu, yang biasa memimpin Bani Israil
adalah para nabi, setiap nabi yang satu meninggal digantikan oleh nabi yang lain.
787 Maksudnya: mereka diusir dan anak-anak mereka ditawan oleh tentara Jalut.
788 Mereka malah takut mereka dan mereka melarikan diri dari peperangan.
789 Yakni yang mengingkari janji.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
LLip _j_iLJl a] Oj^s; (j I I3J tsL j£jji\l> 1 4=J o*j ji aJoI 0! >H*P ^-^ J^J
247. Nabi mereka berkata kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi
rajamu 790 ." Mereka menjawab, "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya 791 , dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak 792 ?" Nabi
(mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan memberikan
kelebihan ilmu dan fisik" 793 Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang Dia kehendaki 794 ,
dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) 795 lagi Maha mengetahui 796 .
248. Dan Nabi mereka berkata kepada mereka 797 , "Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah
kembalinya tabut 798 kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun 799 ; tabut itu dibawa malaikat 800 . Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman 801 .
Karena Allah yang mengangkat seharusnya mereka menerimanya dan tunduk, tidak protes.
791 Yakni karena Thalut bukan keturunan raja dan nabi, bahkan dia hanya seorang penyamak kulit atau
pengembala.
792 Yang dapat digunakan untuk menegakkan kerajaan. Hal ini didasari atas anggapan yang rusak, yaitu
anggapan bahwa raja itu harus bernasab mulia dan banyak harta. Mereka tidak mengetahui sifat yang
sesungguhnya harus didahulukan.
793 Thalut adalah orang alim (berilmu) Bani Israil dan orang yang paling sempurna fisiknya. Ada yang
mengartikan "kelebihan ilmu" di sini dengan kuatnya ra'yu (gagasannya kuat dan tepat), sedangkan "fisik"
maksudnya mampu mewujudkannya. Dengan kedua inilah akan sempurna mengurus kerajaan. Jika salah
satunya tidak ada, maka akan gagal mengurus kerajaan. Misalnya badannya kuat, namun gagasannya lemah,
maka akan terjadi kekacauan dan kekuasaan tanpa kebijaksanaan. Demikian juga jika gagasannya kuat,
namun tidak mampu mewujudkannya, maka gagasan tersebut tidak berfaedah apa-apa.
794 Pemberian-Nya tidak bisa ditentang.
795 Allah Mahaluas pemberian-Nya, rahmat-Nya luas tidak khusus kepada orang tertentu, dan tidak hanya
kepada golongan terhormat saja, bahkan golongan rakyat jelata pun kena.
796 Dia mengetahui siapa yang berhak memegang pemerintahan.
797 Ketika kaumnya meminta bukti terhadap kerajaannya.
798 Tabut ialah peti tempat menyimpan Taurat. Sebelumnya peti ini direbut oleh musuh.
799 Ada yang mengatakan bahwa peninggalan tersebut misalnya kedua sandal Nabi Musa dan tongkatnya,
sorban Nabi Harun, alat takar untuk makanan manna yang pernah diturunkan serta pecahan lauh (papan
bertuliskan isi Taurat).
800 Mereka melihatnya dengan mata kepala.
801 Mereka pun akhirnya mengakui kepemimpinan Thalut dan siap berjihad bersamanya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
127
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 249-252: Ujian Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada tentara Thalut dengan sungai
yang mereka lewati, menangnya mereka meskipun sedikit terhadap Jalut dan tentaranya,
Dawud membunuh Jalut, diberikan kerajaan kepadanya (Dawud), hikmah dan ilmu
jajjU- LUfl ^LiS Ijj/vii ^«^1> Cr* l£? 4 * ^-
t,, „ _ * „ _ ~ - ^ . * - j, . <.
(C7p jJ^ajT ^ 4jjfj All! 3j*l£= 415 JLllp 4JJ3 4£S ^ ^ ^= 4jdT I ^idl
249. Maka ketika Thalut keluar membawa bala tentaranya 802 , dia berkata, "Sesungguhnya Allah
akan menguji kamu dengan sebuah sungai 803 . Maka barang siapa meminum aimya, dia bukanlah
pengikutku 804 . Dan Barang siapa tidak meminumnya, kecuali menciduk seciduk tangan, maka dia
adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka 805 .
Ketika Thalut dan orang-orang yang beriman bersamanya telah menyeberangi sungai itu, orang-
orang yang telah minum berkata: "Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala
tentaranya." Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, "Betapa
banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah 806 ." Dan Allah beserta
orang-orang yang sabar 807 ."
250. Dan ketika mereka maju melawan Jalut dan tentaranya, mereka (Thalut dan tentaranya)
berdoa 808 , "Ya Tuhan Kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah langkah kami 809
dan tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir." 810
802 Yakni keluar dari Baitul Maqdis dengan jumlah pasukan yang sangat besar, dan ketika itu cuaca sangat
panas, mereka memerlukan air.
803 Agar nampak jelas siapa yang taat dan siapa yang tidak taat. Sungai tersebut berada antara Yordania dan
Palestina.
804 Karena dia telah melanggar dan menunjukkan lemahnya kesabaran, keteguhan dan mudah melanggar.
805 Sekitar tiga ratus orang lebih.
806 Oleh karena itu, orang yang mulia adalah orang yang dimuliakan Allah dan orang yang hina adalah orang
yang dihinakan Allah. Banyaknya pasukan tidaklah berguna apa-apa jika tidak mendapat pertolongan Allah,
dan pasukan kecil meskipun sedikit dapat menang jika mendapat pertolongan-Nya.
807 Dengan memberikan taufiq, pertolongan dan memberikan balasan terbaik. Berdasarkan ayat ini, cara
mendatangkan pertolongan Allah adalah dengan kesabaran.
808 Saat melihat jumlah yang besar dan melihat bahaya.
809 Yakni agar kami tidak lari karena kedahsyatan perang.
810 Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak bersandar kepada diri mereka sendiri.
Abu Yahya Marwan bin Musa
128
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
251. Maka mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah, dan (dalam
peperangan itu) Dawud 811 membunuh Jalut, kemudian Allah memberinya (Daud) kerajaan dan
hikmah 812 , dan mengajarinya apa yang Dia kehendaki 813 . Jika Allah tidak melindungi sebagian
manusia dengan sebagian dengan sebagian yang lain 814 , niscaya rusaklah bumi ini 815 . Tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas seluruh alam. 816
^^^^t^dilj J^-JL; _<L1p Li^iH
252. Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepadamu dengan benar dan sesungguhnya kamu benar-
811 Dawud termasuk tentara Thalut.
812 Yang dimaksud di sini ialah kenabian dan kitab Zabur. Dawud menjadi raja Bani Israil setelah wafat
Samuel dan Thalut.
813 Seperti membuat baju besi dan bahasa burung.
814 Dengan orang-orang yang taat dan beriman.
815 Karena dominannya kekafiran, sikap sewenang-wenang dan banyaknya pelaku maksiat. Inilah di antara
pengaruh jihad, manusia memperoleh ketenteraman dan dapat beribadah kepada Allah dengan tenang.
816 Dari kisah Thalut dengan Jalut di atas kita dapat menarik kesimpulan, di antaranya:
Berkumpulnya para tokoh masyarakat pemilik ide dan gagasan (ahlul halli wal 'aqdi) dengan para
ulama membahas tentang cara memperbaiki masalah yang menimpa Negara kemudian mengamalkan
hasil musyawarah tersebut merupakan sebab maju dan bangkitnya negara tersebut. Sebagaimana
para pemuka Bani Israil bermusyawarah dengan nabi mereka, lalu nabi mereka memberikan solusi.
Kebenaran, setiap kali dilawan dan ditentang dengan syubhat akan semakin bertambah jelas
kebenarannya, sebagaimana pertentangan mereka ketika Thalut diangkat menjadi raja.
Ilmu dan ra'yu (pandangan) yang tajam bersama kekuatan dapat mewujudkan kekuasaan yang
bijaksana.
Bersandar kepada diri merupakan sebab kelemahan dan kekalahan.
Meminta pertolongan kepada Allah, bersabar dan menghadapkan diri kepada-Nya dengan berendah
diri merupakan sebab kemenangan.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan membiarkan begitu saja yang baik bercampur dengan yang
buruk, yang benar imannya dengan yang dusta.
Termasuk rahmat dan Sunnatullah, Allah menghalangi bahaya orang-orang kafir dan munafikin
dengan adanya kaum mukmin yang berjihad melawan mereka. Karena jika tidak demikian, tentu
bumi akan rusak, kekafiran dan syi'ar-syi'arnya dominan serta kemaksiatan akan meraja lela.
817 Diperkuat kata-kata di atas dengan kata "sesungguhnya" dan "benar-benar" untuk membantah orang-
orang kafir yang mengatakan bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah rasul. Hal ini pun
sekaligus persaksian Allah terhadap kerasulan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
129
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Juz 3
Ayat 253-254: Menerangkan perbedaan derajat para rasul, perbedaan sikap manusia kepada
para rasul, dan dorongan kepada mereka untuk berinfak
4J0I JjSyJj I jix^SI l_« -Oil sLi ^'(j- 4 (*4r?j o- 4 '* Cr* ' jS^JJojIJI JL^U-
253. Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka dari sebagian yang lain. 818 Di antara mereka
ada yang langsung Allah berfirman dengannya 819 dan sebagian lagi ada yang ditinggikan-Nya
beberapa derajat 820 . Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat 821 serta Kami
perkuat dia dengan Ruhul Qudus 822 . Kalau Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka
tidak berbunuh-bunuhan setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Tetapi mereka berselisih 823 ,
818 Seorang hamba di samping wajib mengenal Allah, hendaknya mengenal para rasul-Nya sifat wajib,
mustahil dan yang ja'iz (boleh terjadi) pada diri mereka. Untuk mengetahuinya dapat kita peroleh dari dari
penjelasan Allah Subhaanahu wa Ta'aala di beberapa ayat tentang sifat mereka. Di antaranya adalah bahwa
mereka laki-laki bukan wanita, berasal dari penduduk tersebut, bukan dari pelosok (badui), mereka adalah
orang-orang terpilih, Allah menghimpun pada dirinya semua sifat terpuji dan bahwa mereka selamat dari
semua yang menodai risalah mereka, seperti dusta, khianat, sifat menyembunyikan dan sifat tercela lainnya.
Mereka juga tidak keliru dalam hal risalah dan taklif (pembebanan syari'at), Allah Subhaanahu wa Ta'aala
juga mengkhususkan mereka dengan wahyu-Nya. Oleh karena itu, kita wajib beriman dan mentaati mereka.
Barang siapa yang tidak beriman kepada mereka, maka dia adalah kafir, mencacati mereka atau memaki
meereka pun kafir. Dalil-dalil apa yang disebutkan di sini banyak sekali, dan barang siapa yang
mentadabburi Al Qur'an, maka akan semakin jelas lagi.
819 Seperti Nabi Musa 'alaihis salam.
820 Yakni Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan umumnya risalah Beliau, ditutupnya
kenabian dengan Beliau, dilebihkan umatnya di atas umat-umat yang lain dll. Bahkan pada diri Beliau
berkumpul keistimewaan yang terpisah-pisah pada diri yang lain.
821 Seperti dapat menyembuhkan seorang yang buta sejak lahir, orang yang terkena penyakit sopak dan
menghidupkan orang yang sudah mati. Semua itu dengan izin Allah. Hal tersebut untuk membuktikan
kenabiannya, bahwa dia adalah hamba Allah dan rasul-Nya, kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam
dan dengan tiupan ruh dari-Nya.
822 Menurut jumhur musafirin, bahwa Ruhul Qudus itu ialah Malaikat Jibril. Malaikat Jibril berjalan bersama
Nabi Isa di mana saja ia berjalan. Ada pula yang mengartikan Ruhul Qudus dengan "iman, keyakinan dan
diberi kekuatan untuk menjalankan perintah yang dibebankan kepadanya".
823 Di antara mereka ada yang beriman dan ada yang tetap kafir. Akibatnya, terjadilah perpecahan,
permusuhan dan peperangan. Meskipun begitu, jika Allah menghendaki tentu tidak akan terjadi saling
membunuh.
Dalam ayat di atas terdapat dalil bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala senantiasa berbuat sesuai yang
dikehendaki-Nya dan sesuai hikmah-Nya. Di antara perbuatan-Nya adalah sebagaimana yang diberitakan
Allah dan rasul-Nya, seperti: istiwa' (bersemayam), turun ke langit dunia di sepertiga malam terakhir, berkata
dan berbuat. Perbuatan tersebut disebut af aal ikhtiyariyyah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^H 130
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kafir. Kalau Allah menghendaki,
tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Tetapi Allah berbuat menurut kehendak-Nya.
SI fyi 0' ifi '^^I 0^'
254. Wahai orang-orang yang beriman! infakkanlah sebagian dari rizki yang telah Kami berikan
kepadamu 824 sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli 825 , tidak ada lagi persahabatan dan
tidak ada lagi syafa'at 826 . Orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim 827 .
Ayat 255: Ayat kursi, di sana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyifati Diri-Nya dengan sifat
kesempurnaan dan menyucikan Diri-Nya dari segala sifat kekurangan
25 5. 828 Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang Maha yang hidup, yang
terus menerus mengurus (makhluk-Nya) 829 , tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang
824 Mencakup sedekah wajib (seperti zakat) maupun sedekah sunat agar mereka memiliki simpanan dan
pahala yang besar di hari akhirat, hari di mana orang-orang sangat membutuhkan amal shalih meskipun
seberat dzarrah (debu).
825 Di akhirat tidak ada lagi jual beli untuk memperoleh laba atau keuntungan. Seseorang pun tidak dapat
menebus dirinya dari azab Allah meskipun dengan mengeluarkan emas sepenuh bumi. Kawan pun tidak
dapat memberikan manfaat baik dengan kedudukannya maupun dengan syafa'at (memberikan pertolongan).
826 Syafa'at adalah usaha perantaraan dalam memberikan suatu manfaat bagi orang lain atau menghindarkan
suatu madharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa'at bagi orang-orang
kafir.
827 Pada hari itu kehinaan betul-betul menimpa orang-orang yang zalim, yaitu orang-orang yang tidak
menempatkan sesuatu pada tempatnya atau tidak memberikan hak kepada yang memilikinya. Mereka tidak
memenuhi hak Allah (untuk diibadati) dan hak hamba-hamba-Nya, berpaling dari yang halal kepada yang
haram, dan kezaliman yang paling besar adalah kekafiran kepada Allah, yaitu dengan mengarahkan ibadah
kepada selain-Nya, padahal selain Allah tidak memiliki hak diibadati. Oleh karena itulah, orang-orang kafir
disebut orang-orang yang zhalim.
828 Ayat ini merupakan ayat yang paling agung, paling utama dan paling mulia karena mengandung perkara-
perkara besar dan sifat-sifat Allah yang mulia. Oleh karena itulah, banyak hadits-hadits yang menganjurkan
kita untuk membacanya dan menjadikannya wirid harian yang dibaca di pagi dan sore hari, sebelum tidur
dan sehabis shalat lima waktu. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan pada ayat tersebut tentang Diri-
nya, bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Dia, karena kesempurnaan-Nya dan kesempurnaan sifat-
sifat-Nya serta banyaknya nikmat yang dikaruniakan-Nya. Di samping itu, karena keadaan seorang hamba
yang memang berhak menjadi hamba Allah Tuhannya dengan mengikuti perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Semua sesembahan yang disembah selain Allah adalah batil, hal itu karena selain Allah
adalah makhluk, memiliki kekurangan, diatur dan bergantung dengan sesuatu sehingga tidak pantas
disembah.
829 Al Hayyu dan Al Qayyum adalah dua nama yang mulia, yang menunjukkan kepada semua Asma'ul
Husna baik menunjukkan secara muthabaqah (bersamaan), tadhammun (terkandung di dalamnya) maupun
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^^^^B www.tafsir.web.id j
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
ada di langit dan apa yang ada di bumi 830 . Tidak ada yang dapat memberi syafa'at di sisi-Nya tanpa
izin-Nya 831 . Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka 8 2 ,
dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia
kehendaki 833 . Kursi-Nya 834 meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Mahatinggi 835 lagi Mahabesar 836 .
Ayat 256: Kelapangan Islam dan tidak dipaksanya seseorang masuk ke dalam agama Islam
iltizam (menghendaki adanya). Al Hayyu (Maha Hidup) adalah Yang memiliki hidup secara sempuma;
menghendaki semua sifat pada zat-Nya seperti sifat mendengar, melihat, mengetahui, berkuasa, dsb.
Sedangkan Al Qayyum adalah yang terus menerus mengurus makhluk-Nya. Nama-Nya Al Qayyum
menghendaki adanya perbuatan pada Allah Subhaanahu wa Ta'aala sesuai kehendak-Nya, seperti istiwa'
(bersemayam), turun ke langit dunia, berbicara, mencipta, memberi rezeki, mematikan dan menghidupkan
serta semua bentuk tadbir (mengurus) lainnya; semua itu termasuk ke dalam sifat qayyumiyyah Allah. Oleh
karrena itu, para pentahqiq mengatakan bahwa keduanya adalah Al Ismul A'zham (nama teragung), di mana
apabila seseorang berdo'a dengan nama itu akan dikabulkan Allah dan apabila diminta dengan nama itu akan
diberikan. Di antara sempurnanya hidup dan qayyumiyyyah (kepengurusan) Allah adalah bahwa Dia tidak
mengantuk dan tidak tidur.
830 Allah- lah pemilik apa saja yang ada di langit dan di bumi, sedangkan selain-Nya milik-Nya. Allah-lah
Pencipta, Pemberi rezeki dan Pengatur, sedangkan selain-Nya dicipta, diberi rezeki dan diatur.
831 Tidak ada seorang yang dapat memberi syafa'at di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Syafa'at itu semuanya milik
Allah. Akan tetapi, Allah subhaanahu wa Ta'ala apabila hendak merahmati hamba-hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya, Dia mengizinkan kepada orang yang hendak dimuliakan-Nya untuk memberi syafa'at, dan
yang akan memberi syafa'at tidak memulai memberi syafa'at sebelum mendapat izin-Nya.
832 Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui segala yang terjadi baik di masa lalu, sekarang dan yang akan
datang. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, baik yang besar maupun yang kecil, secara garis besar maupun
secara tafshil (rinci), zhahir maupun batin, yang ghaib maupun yang nampak.
833 Misalnya melalui berita-berita yang disampaikan oleh para rasul.
834 Ibnu Abbas mengartikan kursi dengan, "Tempat Allah meletakkan kedua kaki-Nya- dan tidak ada yang
mengetahui kaifiyat(bagaimana)nya selain Dia. Hal ini menunjukkan sempurnanya keagungan Allah dan
luasnya kekuasaan-Nya; kursi-Nya saja meliputi langit dan bumi. Kursi bukanlah makhluk Allah yang
terbesar, bahkan di sana masih ada lagi yang lebih besar, yaitu Arsy, di mana tidak ada yang mengetahui
besarnya selain Dia. Jika makhluk-Nya sudah sedemikian besarnya, lalu bagaimana dengan Penciptanya,
yaitu Allah, yang menahan langit dan bumi agar tidak lenyap tanpa lelah, Allahu akbar.
835 Allah Maha Tinggi zat-Nya di atas 'arsyi-Nya, Maha Tinggi dengan kekuasaan-Nya di atas semua
makhluk dan Maha Tinggi kedudukan-Nya karena sempurna sifat-Nya.
836 Dia Maha Besar, di mana semua pembesar dan raja kecil di hadapan-Nya. Maha Suci Allah yang
memiliki keagungan yang besar, keperkasaan dan mampu mengalahkan segala sesuatu.
Ayat kursi ini mengandung beberapa hal, di antaranya:
Tauhid uluhiyyah (keberhakan Allah untuk diibadati), tauhid rububiyyah (Allah Pengurus alam
semesta), dan mengandung tauhid asma' wa shifat (nama-nama Allah dan sifat-Nya).
Kerajaan Allah, ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya meliputi segala sesuatu.
Kebesaran, keagungan dan ketinggian-Nya di atas semua makhluk-Nya.
Mengandung 'aqidah tentang asma wa shifat.
Abu Yahya Marwan bin Musa
132
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
256. Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam) , sesungguhnya telah jelas antara
jalan yang benar dengan jalan yang sesat 839 . Barang siapa ingkar kepada Thaghut 840 dan beriman
kepada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang (teguh) kepada buhul tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus 841 . Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui 842 .
Ayat 257: Allah Subhaanahu wa Ta'aala Pelindung orang-orang mukmin, sedangkan orang-
orang kafir pelindung mereka adalah setan
837 Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata, "Ada seorang wanita yang
miqlaat (yakni wanita yang nampak tidak mungkin bisa hidup lagi seorang anak), ia pun bemadzar jika
masih bisa hidup seorang anak di sisinya, maka ia akan menjadikannya Yahudi. Ketika Bani Nadhir diusir,
dan di sana terdapat anak-anak orang Anshar. Mereka berkata, "Kami tidak akan membiarkan anak-anak
kami", maka Allah menurunkan ayat, "Laa ikraaha fid diin, qat tabayyanar rusydu minal ghayy." (Hadits ini
diriwayatkan oleh para perawi kitab shahih, diriwayatkan pula oleh Abu Dawud, dan As Suyuthi dalam
Lubaabunnuqul menyandarkan kepada Nasa'i. Ibnu Hibban juga meriwayatkannya dalam Mawaariduz
Zham'aan hal. 427)
838 Syaikh As Sa'diy berkata: "Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan bahwa tidak ada paksaan
dalam menganut agama karena memang tidak butuh adanya pemaksaan. Hal itu, karena memaksa tidaklah
dilakukan kecuali dalam hal yang masih samar tandanya, masih tersembunyi hasilnya atau dalam hal yang
memang dibenci oleh jiwa. Adapun agama dan jalan yang lurus ini, maka telah jelas tanda-tanda
(kebenarannya) oleh akal, telah jelas jalannya dan telah nampak perkaranya, telah diketahui petunjuknya dan
bukan kesesatan. Oleh karena itu, orang yang memperoleh taufiq apabila memperhatikan agama ini
meskipun sebentar, niscaya dia akan mendahulukan dan memilihnya. Sedangkan orang yang buruk niatnya,
rusak pilihannya dan buruk jiwanya, maka ketika melihat yang hale, dia lebih memilih yang batil, saat ia
melihat yang bagus, maka ia lebih memilih yang jelek. Orang seperti ini, Allah tidak butuh memaksanya
menganut agama ini karena tidak ada nilai dan faedahnya. Di samping itu, orang yang dipaksa imannya
tidaklah sah. Namun demikian, ayat ini tidaklah menunjukkan agar kita tidak memerangi orang-orang kafir
harbiy (yang memerangi Islam). Tetapi maksudnya, bahwa hakikat agama ini sesungguhnya menghendaki
untuk diterima oleh setiap orang yang adil, yang tujuannya mencari yang hak. Adapun masalah memerangi
atau tidaknya, tidaklah ditunjukkan olehnya. Bahkan, kewajiban berperang diambil dari nash-nash yang lain.
Akan tetapi dari ayat yang mulia ini, dapat dipakai dalil diterimanya jizyah (pajak) dari selain ahlul kitab
sebagaimana hal itu merupakan pendapat kebanyakan ulama."
839 Yakni telah jelas berdasarkan ayat-ayat yang begitu jelas bahwa iman adalah petunjuk dan kekafiran
adalah kesesatan. Ayat ini turun berkenaan tentang sebagian orang Anshar yang memiliki anak, di mana dia
hendak memaksa mereka masuk Islam.
840 Thaghut ialah setan dan apa saja yang disembah selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
841 Di mana tali yang dipegangnya dapat menyelamatkan dan menjaganya dari terjatuh ke dalam neraka.
842 Allah Maha Mengetahui apa yang dilakukan mereka serta mengetahui niatnya, dan Dia akan memberikan
balasan terhadap semua itu.
Abu Yahya Marwan bin Musa
133
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
257. Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan
(kekafiran) kepada cahaya (iman) 844 . Dan orang-orang yang kafrr, pelindung-pelindungnya adalah
setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran) 845 . Mereka adalah
penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
Ayat 258: Kisah Namrud yang mendebat Nabi Ibrahim 'alaihis salam tentang Tuhannya
-t/J^iajt *f*% M 'H I » tiffins I » ol 4 c^AJI jjy jUt
Hp Qi^iiJaiT ^jijT *i lS all <i^i y
258. Tidakkah kamu tidak memperhatikan orang 846 yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya 847 ,
hanya karena Allah telah memberikan kepada orang itu kerajaan (kekuasaan) 848 . Ketika Ibrahim
berkata 849 : "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan," dia berkata, "Aku pun dapat
menghidupkan dan mematikan." 850 Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari
dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat." Lalu terdiamlah orang yang kafrr itu. Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim 851 .
Ayat 259: Kisah orang yang melewati kampung yang roboh, dan di sana terdapat dalil
bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala berkuasa membangkitkan manusia yang telah mati
843 Dengan memberikan pertolongan, taufiq dan penjagaan.
844 Demikian pula Allah akan mengeluarkan mereka dari kegelapan kubur, kegelapan sewaktu hasyr
(pengumpulan manusia), kegelapan pada hari kiamat kepada nikmat yang kekal, tempat peristirahatan yang
sesungguhnya, keleluasaan dan kebahagiaan.
845 Disebutkan bahwa orang-orang kafir wali mereka adalah setan, di mana setan itu mengeluarkan mereka
dari cahaya kepada kegelapan adalah sebagai kebalikan orang-orang yang beriman, di mana wali mereka
adalah Allah, dan Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Ayat ini bisa juga ditujukan
kepada orang-orang Yahudi yang sebelumnya beriman kepada nabi sebelum diutusnya, namun setelah
diutus, mereka kafir sehingga dikatakan "mengeluarkan mereka dari cahaya (keimanan) kepada kegelapan
(kekafiran)", wallahu a'lam.
846 Yaitu Namrudz dari Babilonia. Yakni berani sekali ia mendebat sesuatu yang sudah yakin dan tidak ada
keraguan lagi.
847 Tentang keesaan Allah dan tentang rububiyyah-Nya (kepengurusan-Nya) terhadap alam semesta.
848 Sehingga dirinya bersikap sombong, sampai-sampai ia menyangka dapat berbuat seperti yang diperbuat
Allah.
849 Sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan kepada Ibrahim, "Siapakah Tuhan yang kamu
mengajak kami menyembahnya?"
850 Maksud kata-kata raja Namrudz "menghidupkan" ialah membiarkan hidup, dan yang dimaksud dengan
mematikan ialah membunuh. Perkataan itu untuk mengejek Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
851 Yakni Allah membiarkan mereka di atas kekafiran dan kesesatan, Karen merekalah yang memilih hal
tersebut untuk diri mereka. Kalau seandainya, niat mereka mencari yang hak dan mencari hidayah, tentu
Allah akan memberi mereka petunjuk dan memudahkan kepada mereka sebab-sebab untuk memperolehnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
134
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
259. Atau (tidakkah kamu memperhatikan) orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-
bangunannya) telah roboh hingga menutupi (reruntuhan) atap-atapnya 853 , dia berkata: "Bagaimana
Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Lalu Allah mematikan orang itu selama
seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal (di
sini)?" Dia menjawab: "Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari 854 ." Allah berfirman:
"Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu
yang belum beubah 855 ; dan lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar Kami
menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia 856 . Lihatlah tulang belulang (keledai itu),
bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka
ketika telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati), dia pun berkata,
"Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
852 Ada yang mengatakan bahwa negeri itu adalah Baitul Maqdis dahulu, orang yang melewatinya dengan
berkendaraan keledai adalah Uzair. Ia pun berkata dengan nada ta'ajjub (bingung) "Bagaimana caranya Allah
menghidupkan negeri yang telah hancur ini?"
Namun Syaikh As Sa'diy dalam tafsirnya berpendapat bahwa orang tersebut sebelumnya adalah orang yang
mengingkari adanya kebangkitan, lalu Allah menghendaki ia memperoleh kebaikan dan ingin
menjadikannya sebagai bukti bagi manusia. Ia beralasan dengan tiga alasan berikut:
Pertama, perkataannya "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" jika memang
ia seorang nabi atau hamba yang shalih, tentu tidak akan mengatakan kata-kata seperti itu.
Kedua, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memperlihatkan ayat-Nya pada makanan, minuman, keledainya dan
pada dirinya agar ia dapat melihat secara langsung sehingga dapat mengakui hal yang sebelumnya diingkari.
Ketiga, firman Allah " Maka ketika telah nyata kepadanya " yakni telah nyata sesuatu yang sebelumnya tidak
diketahuinya atau samar baginya. Wallahu a'lam.
Dalam kisah di atas terdapat bukti bahwa Allah mampu menghidupkan yang mati, sebagaimana Allah
menghidupkan orang tersebut, menghidupkan keledainya serta menjaga makanan dan minumannya sehingga
tidak berubah.
853 Karena dirobohkan oleh raja Bukhtanasshar.
854 Kata-kata ini diucapkan karena ia tidur di pagi hari lalu dicabut nyawanya, kemudian dihidupkan kembali
menjelang matahari tenggelam, walahu a'lam.
855 Meskipun sudah bertahun-tahun. Pada yang demikian itu terdapat dalil yang jelas kemahakuasaan Allah,
yang mampu menjaga makanan itu sehingga tidak berubah meskipun telah berlalu masa yang lama, padahal
makanan merupakan sesuatu yang paling cepat berubah menjadi basi dan tidak bisa dimakan lagi.
856 Yakni bukti atas kemahakuasaan Allah untuk membangkitkan manusia yang telah mati.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 260: Kisah Ibrahim 'alaihis salam dan pembangkitan orang-orang yang telah mati, hal
ini agar ia bertambah tenang
260. 857 Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana
Engkau menghidupkan orang mati." Allah berfirman, "Belum percayakah kamu 858 ?" Ibrahim
menjawab: "Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap) 859 ." Allah berfirman: "Kalau begitu
ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah 860 olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing
bukit 861 satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan
segera." Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa 862 lagi Maha Bijaksana 863 .
Ayat 261-264: Dorongan untuk berinfak di jalan Allah, penjelasan tentang adabnya dan
bersikap lembut baik dalam ucapan maupun perbuatan terhadap orang yang meminta-minta
857 Dalam ayat ini tedapat dalil hissiy (inderawi) yang menunjukkan Allah mampu menghidupkan orang yang
telah mati dan memberikan balasan. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menceritakan tentang kekasih-
Nya, yaitu Nabi Ibrahim 'alaihis salam bahwa dia pernah meminta kepada Allah agar diperlihatkan secara
langsung bagaimana Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati. Hal itu, karena dia sudah yakin
dengan apa yang diberitakan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, akan tetapi ia ingin menyaksikan langsung
dengan mata kepala agar memperoleh tingkatan 'ainul yakin (melihat langsung yang tidak mungkin lagi
dihinggapi keraguan).
858 Yakni "Apakah kamu belum percaya bahwa Aku dapat menghidupkan yang mati". Meskipun Allah
Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui keimanan yang dalam yang ada pada diri Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
859 Yakni agar bertambah keyakinannya.
860 Disebutkan bahwa Nabi Ibrahim 'alaihis salam hanya memegang potongan kepalanya, lalu Ibrahim
memanggil burung-burung yang telah terpotong-potong itu, sehingga bagian-bagian itu berterbangan
menyatu dengan bagiannya yang lain sehingga sempurna, kemudian terbang menuju kepalanya yang ada di
sisi Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
861 Yakni bukit yang dekat dengan Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
862 Dia memiliki kekuatan yang besar untuk menundukkan semua makhluk, dan tidak ada satu pun yang
dapat mengalahkan-Nya. Namun demikian, tindakan-Nya di atas kebijaksanaan.
863 Baik dalam perkataan-Nya, perbuatan-Nya, syari'at yang dibuat-Nya maupun taqdir-Nya. Oleh karena itu,
Dia tidaklah bertindak main-main atau kosong dari hikmah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
136
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
261. Perumpamaan orang yang meninfakkan hartanya di jalan Allah 864 seperti sebutir biji 865 yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala)
bagi siapa yang Dia kehendaki 866 , dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) 867 lagi Maha mengetahui 868 .
262. Orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah 869 , kemudian tidak mengiringi apa yang dia
infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya 870 dan menyakiti (perasaan si penerima) 871 , mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada mereka 872 dan mereka tidak
pula bersedih hati 873 .
(^^)JtJLs- AJoTj 1 g»;">j A3JLy£> 3 jLk^jiJijjX^ Jyj $
263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf 874 lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan
tindakan yang menyakiti. Allah Maha Kaya 875 lagi Maha Penyantun 876 .
Berinfak di jalan Allah meliputi infak untuk kepentingan jihad, pembangunan masjid, sekolah, rumah
sakit dan lain-lain.
865 Yang ditanam di tanah yang subur.
866 Tergantung niat yang ada dalam hati orang yang berinfak. Demikian juga tegantung keadaan harta yang
diinfakkan tersebut, kehalalannya, manfaatnya dan di mana diletakkan harta itu. Bahkan Allah bisa
melipatgandakan lebih dari yang disebutkan, sehingga Dia akan memberikan pahala tanpa tanggung-
tanggung.
867 Apa yang ada di sisi-Nya tidaklah berkurang karena banyak diminta. Oleh karena itu, orang yang berinfak
janganlah mengira bahwa pelipatgandaan tesebut merupakan bentuk berlebih-lebihan, karena tidak ada satu
pun yang berat bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan apa yang ada di sisi-Nya tidaklah berkurang karena
sering memberi.
868 Dia mengetahui siapa yang berhak mendapatkan balasan berlipatganda tersebut dan mengetahui niat
hamba-hamba-Nya.
869 Misalnya untuk jihad dan protek-proyek kebaikan lainnya.
870 Yakni menyebut-nyebut pemberiannya seperti mengatakan "Saya telah berbuat baik kepadamu dan telah
menutupi kekuranganmu" atau menghitung-hitung pemberiannya, atau meminta orang yang diberi sedekah
untuk menyebutkan pemberiannya atau bersikap sombong terhadap penerima karena pemberiannya.
871 Yakni terkesan bahwa orang yang diberi itu telah berhutang budi kepadanya. Menyebut-nyebut dilarang
bahkan merusak sedekah adalah karena sesungguhnya nikmat yang ada adalah pemberian Allah Ta'ala,
demikian juga ihsannya.
872 Terhadap hal yang akan datang di akhirat nanti.
873 Terhadap sesuatu yang telah luput di dunia.
874 Perkataan yang baik maksudnya menolak dengan cara yang baik, termasuk pula perkataan baik lainnya
seperti menggembirakan hati seorang muslim ataupun mendo'akannya. Sedangkan maksud "pemberian
maaf ialah memaafkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima seperti mendesak dalam meminta.
875 Dia tidak membutuhkan sedekah hamba-hamba-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala tidak membutuhkan
sama sekali makhluk-Nya, bahkan semua makhluk membutuhkan-Nya di setiap waktu dan keadaan. Oleh
karena itu, sedekah, infak dan ketaatan yang dilakukan seorang hamba maslahat dan manfaatnya kembalinya
kepada hamba itu sendiri, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala Maha Kaya.
876 Yakni tidak segera memberikan hukuman kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya meskipun Dia
mampu. Rahmat, ihsan dan sifat santun-Nya menjadikan-Nya tidak segera memberikan hukuman kepada
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^H 137
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
264. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) 877 , seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
akhir. Perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu batu itu menjadi licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari
apa yang mereka kerjakan 878 , dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
Ayat 265-266: Perumpamaan orang yang berinfak di jalan Allah dan tidak boleh sombong
terhadap orang lain
265. Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari keridhaan Allah dan
untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram
oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai) 879 . Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.
pelaku maksiat, bahkan Dia memberi tangguh mereka dan mengulang-ulang ayat-ayat-Nya agar hamba-
hamba-Nya mau kembali kepada-Nya. Jika telah jelas bahwa mereka tidak bisa diharap lagi, ayat-ayat yang
datang tidak berguna lagi dan perumpamaan-perumpamaan sudah tidak dihiraukan lagi, maka ketika itulah
Allah menurunkan siksa-Nya dan menghalangi mereka mendapatkan ganjaran-Nya besar.
877 Ayat ini menunjukkan batalnya pahala sedekah yang diiringi dengan menyebut-nyebut dan menyakiti hati
penerima. Dari ayat ini juga dapat disimpulkan bahwa amalan buruk dapat membatalkan amal shalih. Hal ini
sebagaimana firman Allah Ta'ala di surat Al Hujurat ayat 2, berikut (yang artinya):
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan
janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu
terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. "
Meninggikan suara lebih dari suara Nabi atau bicara keras terhadap Nabi adalah suatu perbuatan yang
menyakiti Nabi. karena itu dilarang melakukannya dan menyebabkan hapusnya amal shalih.
Oleh karena itu, sebagaimana amal yang baik dapat menghapuskan amal yang buruk, maka amal yang buruk
pun dapat menghapuskan amal yang baik.
Firman-Nya "Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu" terdapat anjuran menyempurnakan amal
dan menjaganya dari setiap yang merusaknya agar amal tidak sia-sia begitu saja.
878 Mereka tidak memperoleh manfaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapatkan pahala
di akhirat.
879 Seperti inilah infak yang dikeluarkan oleh orang-orang yang ikhlas, Allah menerimanya dan
melipatgandakannya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
-Hl'aS^ JLiJ^-ti jlS jL^3.pI L^jL^li fUL*^> tjp j^J) ^U^lj c^'^liit J-^=
266. Adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai 880 , di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian
datanglah masa tuanya 881 sedangkan dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil 882 . Lalu kebun
itu ditiup angin keras yang mengandung api, sehingga terbakar 883 . Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepada kamu agar kamu memikirkannya 884 .
Ayat 267-269: Peraturan sedekah, yaitu berinfak dari yang halal lagi baik, memilih yang
bagus dari harta tersebut, dan dengan menyembunyikannya
267. Wahai orang-orang yang beriman! infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu
yang baik-baik 886 dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. 887 Janganlah
Sehingga mudah menyiraminya atau tidak perlu disirami karena pohon-pohon itu sudah dapat menyerap
air dengan akarnya.
881 Dirinya menjadi lemah untuk menggarap tanahnya.
882 Yang membutuhkan kebun tersebut.
883 Orang yang tertimpa musibah seperti ini tentu sangat sedih sekali. Bagaimana tidak? Usianya sudah
lanjut, fisiknya sudah lemah sehingga berat untuk berusaha, di samping itu anak-anaknya banyak dan masih
kecil-kecil yang butuh diberi nafkah, tiba-tiba ada angin kencang yang membawa api, lalu membakar kebun
tersebut. Inilah perumpamaan orang yang beramal shalih karena Allah, lalu ia merusaknya dengan
kemaksiatan yang merusak amal tersebut. Amal yang merusak amal shalih ibarat angin yang mengandung
api, yang membakar kebun-kebun yang dibutuhkan dan diharapkan hasilnya tersebut. Dan seorang hamba
lebih butuh kepada amal daripada orang tersebut butuh kepada kebun tersebut, karena amal shalih dapat
menyelamatkan dirinya di akhirat dari neraka jahanam.
Inilah perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya karena riya, membangga-banggakan pemberiannya
kepada orang lain, dan menyakiti hati orang. Mereka akan datang pada hari kiamat tanpa membawa
kebaikan. Namun menurut Ibnu Abbas, bahwa perumpamaan di atas adalah untuk orang yang mengerjakan
ketaatan sekian lama, lalu setan mendatanginya, akhirnya ia terbawa oleh bujukan setan dan mengerjakan
maksat sehingga amal shalihnya habis oleh maksiatnya. Sedangkan menurut Syaikh As Sa'diy, perumpamaan
ini ditujukan kepada orang yang sebelumnya beramal shalih karena Allah baik berupa sedekah maupun
amalan lainnya, lalu ia mengerjakan amalan yang merusak amal shalih itu, wallahu a'lam.
884 Jika seseorang membayangkan perumpamaan tersebut, dan dirinya berakal, tentu dia tidak akan maju
untuk mengerjakan sesuatu yang merugikannya. Akan tetapi, karena lemahnya keimanan, akal dan
kurangnya bashirah (pandangan) menjadikan seseorang melakukan yang demikian. Oleh karena itu, dalam
ayat di atas, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk berpikir dan merenunginya.
885 Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Al Barra' ia berkata: Ayat tersebut turun berkenaan dengan kami kaum
Anshar, di mana kami adalah para pemilik kebun kurma. Terkadang seseorang datang dari kebunnya dengan
membawa kurma tergantung banyak kurma atau sedikitnya. Ada pula seseorang yang datang membawa satu
Abu Yahya Marwan bin Musa
139
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya 888 lagi
Maha Terpuji 889 .
268. Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat
jahat 891 , sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu 892 . Dan Allah
Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui 893 .
atau dua tangkai (berisi kurma), lalu ia menggantungkannya di masjid. Ketika itu penghuni Shuffah
(pelataran masjid) tidak memiliki makanan, salah seorang di antara mereka apabila datang (ke masjid),
mendatangi tangkai tersebut, lalu ia pukul dengan tongkatnya, kemudian jatuhlah kurma muda dan kurma
kering, lalu ia makan. Ada beberapa orang yang kurang peduli dengan kebaikan datang membawa tangkai
kurma berisi kurma yang kurang baik dan yang jelek, serta membawa tangkai yang sudah patah, lalu ia
gantungkan di masjid, maka Allah Tabaaraka wa Ta'aala menurunkan ayat, "Yaa ayyuhalladziina aamanuu
anfiquu min thayyibaati...dst. illaa an tughmidhuu fiih." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika salah seorang di antara kamu diberi hadiah sama seperti yang dia berikan, tentu dia tidak akan
mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata atau malu." Setelah itu, salah seorang di antara kami
datang dengan membawa kurma yang baik yang ada di sisinya. (Hadits ini hasan shahih gharib, Abu Malik
di sini adalah Al Ghifariy, ada yang mengatakan bahwa namanya Ghazwan. Hadits ini diriwayatkan pula
oleh Ibnu Majah no. 1822, Ibnu Jarir juz 3 hal. 82. Al Haafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyandarkan
hadits tersebut kepada Ibnu Abi Hatim. Hakim juga meriwayatkan di juz 2 hal. 285 dan berkata, "Shahih
sesuai syarat Muslim", dan hadits tersebut didiamkan oleh Adz Dzahabi).
886 Yang halal lagi baik.
887 Sebagai tanda syukur kepada Allah, penunaian sebagian hak saudaramu dan sebagai penyucian harta.
888 Dia tidak butuh kepada sedekah kamu.
889 Berhak mendapatkan pujian dan sanjungan dalam keadaan bagaimana pun.
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan:
- Dorongan untuk berinfak.
- Sebab-sebab yang menjadikannya wajib.
- Wajibnya zakat pada barang yang keluar dari bumi, seperti barang tambang, biji dan buah-buahan.
- Zakat diwajibkan bagi mereka yang memiliki tanaman dan buah-buahan, bukan pemilik tanah.
- Harta untuk dipakai sendiri, seperti rumah dan perabotnya tidak dikenakan zakat.
- Larangan mengeluarkan yang jelek dan tidak sah zakatnya.
890 Jika kamu berinfak. Sifat bakhil dan memilih yang jelek dalam bersedekah berasal dari setan yang
menakut-nakuti kita dengan kemiskinan. Inilah tipuannya yang terkesan menasehati, padahal ia mengajak ke
dalam neraka.
891 Yakni menyuruh berbuat maksiat dan melanggar perintah Allah, contohnya adalah bersikap kikir dan
enggan membayar zakat.
892 Yakni balasan yang lebih baik dari infak yang dikeluarkan baik di dunia maupun di akhirat, bisa berupa
ganti di dunia seperti rziki yang banyak, kelapangan dada, ketenangan hati, ketentraman jiwa, kenikmatan
sewaktu di kubur serta memperoleh pahalanya secara sempurna di akhirat, dan yang demikian tidaklah berat
bagi-Nya karena Allah Mahaluas karunia-Nya. Di samping itu, Allah memerintahkan untuk berinfak dengan
cara yang memudahkan dan tidak merugikan. Dia memerintahkan berinfak selebih keperluan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
140
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
269. Dia memberikan Al Hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah,
sesungguhnya dia telah diberi karunia yang banyak 895 . Dan tidak ada yang dapat mengambil
pelajaran selain orang-orang yang berakal 896 .
Ayat 270-271: Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui yang rahasia dan yang
tersembunyi; tidak ada sesuatu pun yang samar bagi-Nya
270. Apa saja yang kamu infakkan atau apa saja yang kamu nazarkan , maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya. Dan bagi orang-orang yang zalim tidak ada seorang penolong pun 899 .
893 Terhadap amal dan niat kamu. Demikian juga infak yang kamu keluarkan, besar-maupun kecil dan secara
sembunyi maupun terang-terangan, dan Dia akan memberikan balasan terhadapnya.
894 Hikmah ialah kemampuan untuk memahami rahasia syari'at agama. Ada pula yang menafsirkan
"pemahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah" dan ada yang menafsirkan "tepat dalam berkata
dan bertindak." Yang lain berpendapat bahwa hikmah adalah ilmu yang bermanfaat yang membuahkan amal
serta mengetahui rahasia-rahasia syari'at.
895 Karena hal itu dapat membawanya kepada kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, warisan
para nabi adalah ilmu, bukan harta atau lainnya. Seorang yang memiliki hikmah dapat menyempurnakan jati
dirinya, ia mengetahui yang hak dan mengetahui maksudnya. Dalam bertindak, ia mengerjakan yang baik
dan meninggalkan yang buruk. Dengan demikian, muncullah sikap tepat baik dalam berbicara maupun dalam
bertindak serta dapat memposisikan sesuatu pada tempatnya baik bagi dirinya maupun orang lain. Tanpa
yang demikian, seseorang tidak mungkin dapat sempurna.
896 Syaikh As Sa'diy berkata: "Allah Subhaanahu wa Ta'aala menciptakan hamba-hamba-Nya di atas fitrah
beribadah kepada-Nya, mencintai yang baik dan mencari yang hak. Allah mengutus para rasul untuk
mengingatkan mereka apa yang sebelumnya terpendam dalam fitrah dan akal mereka serta menerangkan apa
saja yang belum mereka ketahui. Ketika itu, manusia terbagi menjadi dua golongan; golongan yang
menyambut seruan mereka (para rasul) sehingga mereka ingat terhadap hal yang memberi mereka manfaat,
mereka pun mengerjakannya, dan terhadap hal yang memadharatkan mereka, maka mereka tinggalkan.
Mereka inilah orang-orang yang memiliki daya pikir dan akal yang sempurna. Sedangkan golongan yang
satu lagi tidak menyambut seruan mereka, bahkan mereka lebih memilih perkara rusak yang datang
menghampiri fitrah mereka, mereka pun meninggalkan ketaatan kepada Rabbu manusia, oleh karena itu
mereka bukanlah orang-orang yang berakal."
897 Baik zakat maupun sedekah.
898 Nazar yaitu janji untuk melakukan sesuatu ibadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk
mendekatkan diri kepada-Nya baik dengan syarat ataupun tidak.
899 Ayat di atas menerangkan bahwa apa saja yang kita infakkan baik harta atau pun lainnya, banyak atau
sedikit, demikian juga ibadah atau sedekah yang kita wajibkan kepada diri kita karena mencari ridha Allah,
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Dia melihat niat kita kemudan akan memberikan balasan
terhadapnya. Adapun orang yang tidak memenuhi hak Allah seperti orang yang enggan berzakat atau orang
yang mengeluarkan harta bukan pada tempatnya misalnya untuk maksiat, maka dia adalah orang yang
zhalim, sedangkan orang-orang yang zhalim tidak memiliki penolong pun yang menolong mereka dari azab
Allah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
141
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1
^ (=>. •■ p ^ ^-aJ JL>- ?T JlsS\ La jjJjj La j^>ej ^13 ^5* ^-*-*^ cuii-J-^aJt ij JLp o|
C§5 J*^" 0 L1j aJoTj ^ ^-ajlilu. ^
271. Jika kamu menampakkan sedekah(mu) 900 , maka itu baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya 901 dan memberikannya kepada orang-orang fakir 902 , maka hal itu lebih baik
bagimu, dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap
apa yang kamu kerjakan 903 .
Ayat 272-274: menerangkan bahwa hidayah dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai penyampai dari Allah, dan menerangkan tentang
menginfakkan harta kepada kaum fakir
L«j 1 ^-=i^Jlj ^3 JL>- I j 5 a ;1 La J s \jS ^^j* ^ I (jrr^^ ^» <j-"^ ^
j^lp ^ • j_^»ijaj ^olj ^ ^sCj\<^jj\j JL>- ^ ' J-a-fl-- 1 L«J AJOl f Lix3l 2 I ^ j j-S-fl-Ci
272. 904 Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk 905 , tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (taufiq) kepada siapa yang Dia kehendaki. Apa pun harta yang kamu infakkan (di
jalan Allah), maka manfaatnya untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu berinfak melainkan karena
mencari wajah Allah 906 . Apa pun harta yang kamu infakkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya
secara penuh dan kamu tidak akan dizalimi (dirugikan).
900 Menampakkan sedekah sunat karena Allah dengan tujuan supaya dicontoh orang lain.
901 Menyembunyikan sedekah itu lebih baik dari menampakkannya, karena Menampakkan itu dapat
menimbulkan riya pada diri si pemberi. Dan bersedekah dengan ikhlas itu dapat menghapuskan dosa-dosa.
Dalam Tafsir Al Jalaalain disebutkan bahwa sedekah wajib (seperti zakat) lebih utama ditampakkan agar
dapat dicontoh, dan agar tidak tertuduh.
902 Ayat ini menjelaskan, bahwa sepatutnya orang yang bersedekah memberikan sedekahnya kepada orang-
orang yang membutuhkan. Dia tidak memberikan orang yang butuh, padahal di sana masih ada yang lebih
butuh.
903 Allah mengetahui perkara-perkara kecil, tidak samar bagi-Nya keaadan kamu dan Allah akan memberikan
balasan kepada masing-masing kamu.
904 Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata, "Mereka (kaum muslimin) tidak memberikan sedikit
pun (sedekah) kepada kerabat mereka yang musyrik, maka turunlah ayat, "Alladziina yanqudhuuna 'ahdallah
mini ba'di miitsaaqih...dst (Al Baqarah: 27). Hadits ini para perawinya adalah para perawi kitab shahih,
Ibnu Katsir menyebutkan sanadnya dalam tafsirnya dari Nasa'i. Hakim juga meriwayatkan dan berkata,
"Hadits ini shahih isnadnya, namun Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya." Adz Dzahabi
mengisyaratkan dalam At Talkhish bahwa hadits tersebut sesuai syarat Bukhari -Muslim. Haitsami dalam
Majma'uz Zawaa'id juz 6 hal. 324 berkata, "Diriwayatkan oleh Thabrani dari gurunya Abdullah bin
Muhammad bin Sa'id bin Abi Maryam, namun ia dha'if. Al Bazzar meriwayatkan yang serupa, dan para
perawinya tsiqah."
905 Yaitu masuk ke dalam Islam. Tugas Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam hanyalah
menyampaikan. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa infak itu, tidak hanya kepada orang muslim, orang kafir
pun boleh diberikan meskipun tidak mendapatkan petunjuk, namun orang muslim tentu lebih didahulukan.
906 Yakni keridhaan-Nya, karena arti "mencari wajah" adalah mencari muka. Dalam ayat ini terdapat
penetapan sifat wajah bagi Allah sesuai yang layak bagi-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
142
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
(cJlpjoJ^ ^ 4I1I j li JL>-
27 3. 907 (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak
dapat (berusaha) di bumi; orang lain yang tidak tahu menyangka bahwa mereka adalah orang-orang
kaya karena menjaga did (dari meminta-minta). Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-
sifatnya 908 , mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang
kamu infakkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui 909 .
274. Orang-orang yang mennginfakkan hartanya 910 di malam dan siang hari secara sembunyi-
sembunyi maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak pula bersedih hati.
Ayat 275-276: Haramnya riba dan balasan bagi pelaku riba
liJJ'i ^j*u*S\ ^ja Q^.hS\ 4^l4elj . $ jjT ^jZj \SS ^1 0 3-*3M ^ Oj^=^ ^Lj~$
*'*\r> cr^ f^J £s^' <u>l J^'i W e£? (^H 1 '3^
275. Orang-orang yang memakan riba 911 tidak dapat berdiri 912 melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan karena (tekanan) penyakit gila 913 . Yang demikian itu karena mereka berkata
Ayat ini turun berkenaan dengan kaum muhajirin yang tinggal di shuffah (tempat berteduh) masjid, di
mana jumlah mereka sekitar 400 orang. Mereka biasa mengajarkan Al Qur'an dan ikut keluar bersama
sariyyah (pasukan kecil). Mereka tidak mampu berusaha di muka bumi karena kesibukan berjihad. Mereka
adalah orang yang lebih berhak mendapatkan infak, karena keadaan mereka sebagai orang-orang fakir dan
terikat pula oleh jihad atau ketaatan lainnya, di samping mereka tidak mampu mengadakan safar untuk
mencari rezeki.
908 Seperti sikap tawadhu' dan bekas-bekas kesusahan.
909 Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan secara penuh kepadanya pada hari kiamat.
910 Di jalan Allah, yakni di atas ketaatan dan mencari keridhaan Allah, bukan untuk yang haram, yang
makruh atau keinginan hawa nafsunya.
911 Riba itu ada dua macam: Nasi'ah dan Fadhl. Riba Nasiah adalah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh
orang yang meminjamkan. Riba Fadhl adalah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi
lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas
dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang umum
terjadi di masyarakat Arab zaman jahiliyah.
912 Dari kuburnya ketika dibangkitkan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
143
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
bahwa jual beli itu sama dengan riba 914 . Padahal Allah telah menghalalkan jual beli 915 dan
mengharamkan riba. Barang siapa mendapatkan peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka
apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya 916 , dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Barang siapa yang mengulangi (mengambil riba), maka mereka itu penghuni neraka 917 , mereka
kekal di dalamnya.
276. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah 918 . Allah tidak menyukai setiap orang
yang tetap dalam kekafiran 919 dan bergelimang dosa 920 .
Ayat 277-281: Larangan bagi orang-orang mukmin terhadap hal yang masih syubhat dari
usaha yang kotor, serta mengingatkan mereka dengan hari Kiamat
211. Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati.
278. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman 921 .
913 Mereka dibangkitkan dari kuburnya seperti orang-orang yang mabuk sebagaimana orang yang kemasukan
setan karena tekanan penyakit gila. Ada pula yang menafsirkan bahwa tindakan mereka di dunia mirip
dengan orang gila, tidak tertata dalam hidupnya dan hilang akal sehatnya.
914 Perkataan ini tidaklah keluar kecuali dari orang yang sangat bodoh atau pura-pura bodoh, maka Allah
membalas mereka dengan balasan yang sesuai. Oleh karena itu, keadaan mereka nanti seperti orang gila.
915 Karena maslahat jual beli yang merata baik bagi individu maupun masyarakat. Sedangkan dalam riba
terdapat penindasan dan kezaliman.
916 Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
917 Berdasarkan keterangan Al Qur'an, As Sunnah dan ijma bahwa tauhid dan iman dapat menghalangi
seseorang dari kekal di dalam neraka. Jika pada diri seseorang tidak ada tauhid, maka amal ini (memakan
riba) sudah mampu membuatnya kekal di neraka, belum lagi ditambah dengan tidak adanya tauhid dan iman.
918 Yang dimaksud dengan memusnahkan riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah mengembangkan harta yang telah
dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan pahalanya serta memberkahi harta itu.
919 Karena menghalalkan riba. Ada pula yang menafsirkan "kafir" di sini dengan kufur nikmat karena tidak
menunaikan kewajiban pada hartanya.
920 Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan riba dan tetap melakukannya.
921 Karena iman itu menghendaki untuk mengikuti perintah Allah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
144
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
279. Jika kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan Rasul-Nya.
Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok hartamu; Kamu tidak berbuat zalim
(merugikan) dan tidak dizalimi (dirugikan).
280. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia
memperoleh kelapangan 922 . Dan jika menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) 923 , itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.
Up hy&i ^ p*jc-l~^== & ^ aS ^ jj3 15 4)1 JJ aJ ^_j^=ry
281. 924 Dan takutlah pada hari ketika kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap
orang diberi balasan yang sempurna sesuai apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi
(dirugikan) 925 .
Ayat 282: Ayat ini menunjukkan perhatian Islam terhadap ekonomi, penjagaan terhadap
hak, perhatiannya terhadap maslahat hamba serta perhatiannya dalam masalah
bermu'amalah antara sesama mereka
4l jjxJjjsJI a~1p ^JJI JJUJ j C-x^=4is 4)1 <u!p I o ^i-JSo q!4^p ylj Vi Jjl*JL»
Yakni kamu wajib memberinya tangguh.
Di dalam hadits disebutkan:
^ »
"Barang siapa yang memberi tangguh orang yang susah atau membebaskannya, maka Allah akan
menaunginya dalam naungan-Nya." (HR. Muslim)
924 Ayat ini merupakan ayat terakhir yang turun dari ayat Al Qur'an. Ayat ini dijadikan penutup terhadap
hukum-hukum, perintah dan larangan yang disebutkan sebelumnya, karena di dalam ayat ini terdapat janji
terhadap kebaikan yang dilakukan seseorang dan terdapat ancaman bagi orang yang melakukan keburukan,
dan bahwa orang yang mengetahui dirinya akan kembali kepada Allah, di mana Allah akan membalas
amalannya yang kecil maupun yang besar, nampak maupun tersembunyi, dan bahwa Allah tidak akan
menzalimi meskipun seberat dzarrah (debu) pun, maka akan membuat seseorang bersemangat melakukan
kebaikan dan takut mengerjakan keburukan.
925 Misalnya kebaikannya dikurangi atau kejahatannya ditambah
Abu Yahya Marwan bin Musa
145
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
SJj^dJL) ^j3lj aJoT jl^p Ja^JI ^Ji-I jjj \"jy^-= j I [rt^' ajl^Ssj ol ij-li^o I >co L«
^-Ld- p-^»±J t&Jji^ 5jrv=^ 5y^J ^j_J3>^ 0> "Vj 'jJ^y ^ cP'i
282. Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bermu'amalah 926 tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya 927 . Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar 928 . Janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah telah mengajarkannya 929 , meka hendaklah dia menuliskan. Dan hendaklah orang
yang berhutang itu mengimlakkan (mendiktekan apa yang akan ditulis), dan hendaklah dia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikit pun daripadanya. jika yang
berhutang itu orang yang kurang akalnya 930 atau lemah (keadaannya) 931 , atau tidak mampu
mengimlakkan sendiri 932 , maka hendaklah walinya 933 mengimlakkan dengan benar. Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki (di antara kamu) 934 . Jika tidak ada dua oang lelaki,
maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan di antara saksi-saksi yang kamu ridhai 935 ,
agar jika yang seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya 936 . Janganlah saksi-saksi itu
enggan (memberi keterangan) apabila dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya 937 , baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayar. Yang demikian itu lebih adil di sisi Allah, lebih
dapat menguatkan persaksian, dan lebih mendekatkan kamu kepada ketidakraguan 938 . (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai 939 yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu jika kamu tidak menulisnya. Dan ambillah saksi apabila
Bermuamalah ialah seperti berjual beli, salam (jual beli yang barangnya ditunda dan bayaran
disegerakan), qardh (utang-piutang), atau sewa menyewa dan sebagainya.
927 Untuk menjaga harta dan menghilangkan pertengkaran.
928 Hendaknya yang menuliskannya adalah orang yang amanah (terpercaya) lagi teliti.
929 Yakni mengajarkan tulisan kepadanya. Oleh karena itu, janganlah ia bakhil (pelit).
930 Seperti orang yang mahjur (dicegah bertindak) karena borosnya.
931 Seperti anak-anak atau orang yang sudah tua renta.
932 Seperti orang yang tidak mampu berbicara karena bisu, tidak sanggup berbicara secara sempurna atau
orang yang tidak pandai mengerti bahasa tertentu.
933 Baik bapaknya, washiy (orang yang mendapat wasiat), qayyim (pengurus) atau penerjemah.
934 Yakni yang muslim, baligh dan berakal serta termasuk orang-orang yang adil.
935 Karena agama dan keadilannya.
936 Karena akal wanita setengah daripada akal laki-laki.
937 Karena sering dilakukan.
938 Baik tentang jenis barang yang dihutangkan, ukuran maupun waktu membayar.
939 Jual beli dengan barang dan pembayaran diserahkan pada saat itu juga.
Abu Yahya Marwan bin Musa
146
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kamu berjual beli 940 , dan janganlah penulis dan saksi dipersulitkan 941 . Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan 942 pada dirimu. Dan bertakwalah
kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu 943 , dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu. 944
940 Hukumnya adalah sunat.
941 Akan diterangkan nanti insya Allah.
942 Yakni tindakan menyalahi perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan akibatnya adalah menimpa kepada
dirimu.
943 Allah mengajarkan kepada kita sesuatu yang bermaslahat kepada kita baik di dunia maupun di akhirat.
944 Ayat di atas adalah ayat tentang hutang. Ia merupakan ayat terpanjang dalam Al Qur'an. Di dalam ayat ini
terdapat banyak hukum yang bennanfaat dan banyak muatannya. Di antaranya:
1. Bolehnya semua jenis mudayanah (utang-piutang), seperti 'aqad salam (jual beli yang barangnya
ditunda dan bayaran disegerakan) dan lainnya.
2. Aqad salam harus memakai tempo yang ditentukan kapan pembayarannya.
3. Barang dalam akad salam harus ditentukan dan diketahui.
4. Perintah mencatat semua bentuk mudayanah; bisa menunjukkan wajib atau sunat karena penting
untuk dicatat. Tanpa dicatat berpeluang besar terjadinya kekeliruan, lupa dan dapat menimbulkan
pertengkaran.
5. Perintah penulis untuk membuat tulisan.
6. Penulis harus adil terhadap dirinya, karena tulisannya dijadikan pegangan.
7. Ia wajib berlaku kepada kedua belah pihak, tidak memihak kepada salah satunya karena hubungan
kerabat atau persahabatan.
8. Penulis harus mengetahui penulisan dokumen dan yang harus dilakukan kedua belah pihak, serta hal
yang dapat dipakai sebagai dokumen, karena tidak ada cara untuk adil kecuali dengan cara seperti
itu.
9. Apabila didapatkan dokumen dengan tulisan orang yang terkenal keadilannya, maka dipakai
dokumen tersebut, meskipun dia dan para saksinya sudah meninggal.
10. Hendaknya orang yang pandai menulis berbuat ihsan kepada orang lain, yaitu dengan menuliskan
hutang orang lain yang butuh kepada penulisan dan tidak menolaknya, sebagaimana Allah
Subhaanahu wa Ta'aala telah berbuat ihsan kepadanya dengan mengajarkan baca-tulis.
1 1 . Perintah bagi penulis agar tidak mencatat selain yang diimla(dikte)kan kepadanya.
12. Orang yang mendiktekan adalah orang yang menanggung hak (yang berhutang).
13. Perintah untuk menjelaskan semua hak yang ditanggungnya dan tidak mengurangi.
14. Pengakuan seseorang terhadap dirinya adalah diterima, karena Allah memerintahkan orang yang
menanggung hak mengimlakan kepada pencatat. Apabila pengakuan itu telah dicatat, maka berlaku
pula konsekwensi dan isinya.
15. Orang yang menanggung hutang yang jelas ukuran dan sifatnya, seperti banyak atau sedikit, dibayar
segera atau lambat, bahwa perkataannya yang dipegang bukan perkataan orang yang memiliki hak.
Perkataannya yang dipegang jika terkait dengan jumlah ukuran dan sifatnya.
16. Diharamkan bagi orang yang menanggung hak mengurangi ukuran atau keadaannya yang baik atau
waktu pembayarannya serta hal-hal lain yang mengikutinya.
17. Bagi yang tidak mampu mengimla'kan hak tersebut karena usianya yang masih kecil, kurang akal,
bisu dsb. maka walinya menggantikan posisinya dalam melakukan imla' dan iqrar (pengakuan).
18. Wali harus melakukan keadilan sebagaimana orang yang menanggung hak, dan tidak mengurangi.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^B 147
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
19. Disyaratkan wali harus seorang yang adil.
20. Adanya kewalian (kepengurusan) bagi harta.
21. Hak itu ditanggung oleh anak kecil, orang dungu, orang gila dan kurang akal, tidak ditanggung oleh
wali.
22. Pengakuan anak kecil, orang dungu, orang gila dan kurang akal dsb. serta tindakan mereka (terhadap
harta) tidak sah. Hal itu, karena Allah menyerahkan imla' (dikte) kepada wali mereka.
23. Sahnya tindakan wali terhadap harta orang-orang tersebut (anak kecil, orang dungu,... dst).
24. Disyari'atkan mempelajari sesuatu yang bisa dipakai sebagai dokumen dan dipercayai oleh kedua
belah pihak yang berhutang, karena tujuan yang diinginkan adalah penguatan dan keadilan. Lagi
pula sesuatu yang menyempurnakan perkara yang disyari'atkan, maka disyari'atkan pula.
25. Belajar menulis adalah disyari'atkan, bahkan hukumnya fardhu kifayah, karena Allah
memerintahkan untuk mencatat hutang.
26. Perintah mengangkat saksi terhadap akad. Namun perintah ini adalah sunat, karena tujuannya adalah
untuk menjaga hak. Hal ini kembalinya kepada maslahat mukallaf. Namun jika yang bertindak
adalah wali anak yatim atau wali waqf dsb. di mana menjaga hak tersebut adalah wajib, maka
mengadakan saksi untuk menjaga hak tersebut adalah wajib.
27. Persaksian terhadap harta adalah dua orang lelaki atau satu laki-laki dan dua orang wanita. Dalam As
Sunnah juga dijelaskan, bahwa seorang saksi dengan sumpah dari pendakwa adalah diterima
Faedah: Ulama madzhab Hanafi berpendapat bahwa persaksian kaum wanita dengan kaum pria
adalah boleh baik dalam hal harta, nikah, rujuk, talak dan segala sesuatu selain hudud dan qishas,
pendapat ini dikuatkan oleh Ibnul Qayyim].
28. Persaksian anak kecil tidaklah diterima, karena lafaz di ayat tersebut adalah rajul (orang dewasa).
29. Persaksian kaum wanita saja (tanpa ada laki-lakinya) dalam hal harta dsb. adalah tidak diterima. Hal
itu, karena Allah tidak menerima mereka (kaum wanita) kecuali bersama laki-laki, namun bisa saja
dikatakan, bahwa Allah menjadikan dua wanita sama seperti seorang lelaki karena hikmah yang
disebutkan itu (agar tidak lupa), dan hikmah itu ada jika bersama laki-laki atau hanya wanita saja
(dalam jumlah yang sama seperti dua orang laki-laki), wallahu a'lam.
30. Persaksian budak yang baligh adalah diterima sebagaimana persaksian orang merdeka berdasarkan
keumuman ayat "was tasyhiduu syahiidaini mir rijaalikum".
31. Persaksian kaum kafir baik laki-laki saja maupun wanita tidaklah diterima, karena mereka bukan
termasuk golongan kita. Di samping itu, bahwa persaksian dibangun atas keadilan, sedangkan orang-
orang kafir tidak adil.
32. Kelebihan laki-laki di atas wanita, sehingga satu laki-laki sama dengan dua wanita karena kuatnya
hapalan laki-laki dan lemahnya hapalan kaum wanita.
33. Barang siapa yang lupa persaksiannya lalu diingatkan, kemudian ia pun ingat, maka persaksian
tersebut diterima.
34. Seorang saksi apabila khawatir lupa tentang persaksiannya dalam hak-hak yang wajib, maka ia wajib
menulisnya.
35. Saksi apabila dipanggil sedangkan dirinya tidak ada 'udzur, maka wajib memenuhi panggilan.
36. Barang siapa yang tidak memiliki sifat para saksi yang persaksiannya diterima, maka tidak wajib
memenuhi karena tidak ada faedahnya, di samping itu ia bukan tergolong para saksi.
37. Larangan merasa bosan menuliskan hutang baik besar maupun kecil, kapan waktu dibayar dan
segala yang dicakup akad itu baik syarat maupun batasan.
38. Hikmah disyari'atkan mencatat hutang dan mengadakan saksi. Persaksian yang dibarengi tulisan
adalah lebih adil, lebih sempurna, dan lebih jauh dari keraguan, pertengkaran dan perselisihan.
39. Orang yang masih ragu-ragu bersaksi tidak boleh maju sampai ia yakin.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^■H 148
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 283: Menerangkan tentang hukum-hukum persaksian dan gadai
jjT L^lJU jvSC^aJtJ ^ja\ (jli j-JL« ^LA ^3 litf ij«J->eJ jvlj JUiS' ♦
lL» aJjIj j^llS ^Jls 3<cji L^l^aj Sjll^jJI IjJLsSCj j4jj Jp-s-'j
283. Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang jaminan yang dipegang 945 (oleh yang
berpiutang) 946 . Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain 947 , maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
40. Adanya rukhshah (keringanan) untuk tidak dicatat apabila mu'amalah itu secara tunai, karena tidak
perlu untuk ditulis.
41. Meskipun diberi rukhshah untuk tidak dicatat, namun tetap disyari'atkan mengadakan saksi.
42. Larangan memadharatkan penulis, misalnya memanggilnya saat ia sedang sibuk atau sedang
kerepotan.
43. Larangan memadharatkan saksi, misalnya memanggilnya untuk bersaksi saat ia sedang sakit atau
sibuk berat.
44. Larangan bagi saksi maupun pencatat memadharatkan pemilik hak, misalnya enggan bersaksi atau
meminta upah yang besar. Hal ini, jika lafaz "yudhaaaru", fi'il majhul (k. kerja yang dihilangkan
fa'il/pelakunya).
45. Namun jika, lafaz "kaatib" dan "syahiid" sebagai fa'il, maka di sana terdapat larangan bagi saksi dan
penulis memadharratkan pemilik hak, baik dengan enggan bersaksi atau meminta upah besar
terhadapnya.
46. Menimpakan madharrat (bahaya) termasuk kefasikan.
47. Sifat fasik, iman, nifak, permusuhan dan persahabatan terbagi-bagi dalam diri seseorang, terkadang
dalam dirinya ada sifat fasik dan lainnya, demikian juga sifat iman dan kufur. Hal ini berdasarkan
ayat "Fa innahuu fusuuqun bikum", karena Allah tidak mengatakan "Fa antum faasiquun" atau
"fussaaq" (sebagai orang-orang fasik).
48. Disyaratkan saksi harus adil, berdasarkan kata-kata "mimman tardhauna minasy syuhadaa'".
49. Keadilan disesuaikan dengan uruf (kebiasaan yang berlaku) pada suatu tempat atau suatu masa,
berdasarkan ayat "mimman tardhauna minasy syuhada". Oleh karena itu setiap orang yang diridhai
dan memang dipandang oleh manusia, maka persaksiannya diterima.
50. Tidak diterimanya persaksian orang yang masih majhul (tidak diketahui keadaannya) sampai ada
rekomendasi.
Hukum-hukum di atas diringkas dari Tafsir Syaikh As Sa'diy.
945 Barang tanggungan (rahn/borg) itu diadakan ketika satu sama lain tidak saling mempercayai sampai orang
yang berhutang membayar hutangnya.
946 Dalam As Sunnah dibolehkan mengadakan rahn ketika tidak safar dan adanya orang yang siap menulis.
Jika terjadi perselisihan tentang barang yang digadaikan, misalnya tentang jumlah atau ukurannya, maka
perkataan yang dipegang adalah perkataan orang yang memegang rahn (yaitu orang yang berpiutang).
Tidak mengapa tanpa barang jaminan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^■H 149
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Tuhannya . Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan kesaksian , karena barang siapa
menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. 950
Ayat 284: Menerangkan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah
Subhaanahu wa Ta'aala, menerangkan 'aqidah kaum mukmin dan doa mereka
4ii\ Aj jvS^lwLffeJ 4 jjL>eJ j\ ^==l^JL)\ La ij Jllj ^j^JjVl (j C^i-ftJDl j Lo 4JJ
^jpjjJi ,^5» J^= 4jj|j f&sj* v^vij *^„cr°4
284. 951 Milik Allah- lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi 952 . Jika kamu
menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu 953 . Dia mengampuni siapa yang Dia
kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu 954 .
948 Sehingga dia tidak mengkhianati kawannya.
949 Jika orang yang berhutang mengingkari hutangnya, dan di sana terdapat orang yang hadir dan
menyaksikan, maka orang yang ikut hadir itu wajib menunjukkan persaksiannya.
950 Ayat 282 dan 283 menunjukkan bahwa manusia jika mau memakai petunjuk Allah, tentu dunia dan
agama mereka menjadi baik, karena petunjuk-Nya mengandung keadilan dan maslahat, menjaga hak dan
menghilangkan pertengkaran serta menertibkan jalan kehidupan.
951 Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Ketika turun ayat kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, "Lillahi maa fis samaawaati wa maa fil ardh...dst. sampai "wallahu 'alaa kulli
syai'in qadiir." Maka yang demikian membuat para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
keberatan, lalu mereka mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berlutut dan berkata,
"Wahai Rasulullah, kami dibebani dengan amal berat yang kami tidak sanggup melakukannya. (Sudan ada
beban) shalat, puasa, jihad dan sedekah. Sesungguhnya telah diturunkan kepadamu ayat ini (yakni ayat di
atas) dan kami tidak sanggup memikulnya," maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Apakah kamu ingin mengatakan seperti yang dikatakan dua Ahli Kitab sebelum kamu, yaitu, "Kami
mendengar, namun kami mendurhakai? Bahkan katakanlah, "Kami mendengar dan kami taat. Ampunan-Mu
wahai Tuhan kami, kami minta dan kepada-Mulah tempat kembali. " Mereka pun berkata, "Kami mendengar
dan kami taat. Ampunan-Mu yang Tuhan kami, kami minta dan kepada-Mulah tempat kembali." Ketika
mereka telah mengucapkannya, maka lisan mereka pun tunduk mengikuti. Setelah itu, Allah menurunkan
ayat, "Aamanar rasuulu bimaa unzila ilaihi mir rabbihii wal mu'minuun...dst." sampai "Wa ilaikal mashiir" .
Saat mereka telah melakukannya, Allah menasakhnya dan menurunkan ayat (yang artinya), "Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala (dari kebajikan)
yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), "Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. " Allah
berfirman, "Ya.". selanjutnya, "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau membebani Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami" Allah berfirman, "Ya." Selanjutnya, "Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. " Allah
berfirman, "Ya." Selanjutnya, "Ma'afkanlah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
penolong Kami. Maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir. " Allah berfinnan, "Ya."
952 Alah memilikinya, mengaturnya dan meliputinya, tidaklah samar sesuatu pun bagi-Nya.
953 Saat turun ayat di atas, kaum muslimin mengeluhkan was-was yang kadang menimpa hati mereka, dan
mereka keberatan dengan dihisabnya apa yang ada dalam hati mereka, maka turunlah ayat selanjutnya, yaitu
ayat 286. Dengan turunnya ayat tersebut, berarti Allah Subhaanahu wa Ta'aala memaafkan apa saja yang
terlintas dalam hati dan tidak sampai diucapkan atau dikerjakan. Demikian juga, Allah memaafkan perbuatan
dosa yang terjadi karena lupa dan tidak disengaja.
954 Termasuk di antaranya mampu menghisab dan memberikan balasan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
150
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), "Kami tidak membeda-bedakan seseorang pun dari
rasul-rasul-Nya 955 ." Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat." Dan mereka berkata 956 ,
"Ampunilah kami Ya Tuhan Kami, dan kepada-Mulah tempat kembali."
286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
diperbuatnya 958 . (Mereka berdoa), "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa
atau kami melakukan kesalahan 959 . Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau membebani Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami 960 . Ya Tuhan Kami,
955 Yakni kami beriman kepada semuanya.
956 Yakni karena seorang hamba pasti memiliki kekurangan dalam memenuhi hak Allah Subhaanahu wa
Ta'aala, oleh karenanya dia membutuhkan ampunan Allah secara terus-menerus.
957 Agama Allah adalah mudah, tidak ada kesulitan di dalamnya. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa
Ta'aala tidak membebani sesuatu yang mereka tidak sanggup memikulnya. Pada asalnya perintah dan
larangan tidaklah memberatkan seseorang, bahkan hal itu merupakan makanan bagi ruh dan obat bagi badan
serta menjaganya dari bahaya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya sebagai
rahmat dan ihsan-Nya. oleh karena itu, apabila ada udzur yang mengakibatkan berat melaksanakan perintah
itu, maka ada keringanan dan kemudahan, baik dengan digugurkan kewajiban itu atau digugurkan
sebagiannya sebagaimana pada keringanan-keringanan bagi musafir dan orang yang sakit.
958 Oleh karena itu, seseorang tidaklah dihukum karena dosa orang lain dan tidak dihukum karena was-was
yang menimpa hatinya selama tidak diucapkan atau dikerjakan. Demikian juga amal baik yang dilakukan
seseorang tidaklah diberikan kepada orang lain.
959 Yakni niatnya hendak melakukan perbuatan yang boleh dilakukan, namun ternyata malah terjatuh ke
dalam perbuatan yang dilarang, atau melakukan kesalahan tanpa disengaja. Kedua hal ini (lupa dan tersalah)
dimaafkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Berdasarkan ayat ini, maka barang siapa shalat memakai baju
bekas rampasan, memakai baju bernajis, ada najis yang menimpa badannya, berbicara ketika shalat dsb.
semua itu dilakukan karena lupa atau berbuka puasa karena lupa, mengerjakan larangan-larangan ihram yang
tidak termasuk perbuatan yang membinasakan karena lupa, maka dimaafkan. Demikian juga, jika seorang
yang bersumpah untuk tidak melakukan sesuatu, ternyata malah dikerjakan karena lupa, maka dimaafkan.
Termasuk juga jika seseorang melakukan sesuatu ternyata malah membinasakan jiwa atau harta orang lain,
maka dia tidak berdosa, akan tetapi wajib menanggung karena telah membinasakan. Demikian pula pada
tempat atau keadaan yang mewajibkan membaca basmalah, namun ia lupa membacanya, maka tidak
mengapa. Imam Abu Hanifah berkata: "Jika seseorang sengaja tidak membaca (basmalah ketika
menyembelih), maka haram dimakan. Namun jika tidak membacanya karena lupa, maka halal."
960 Seperti yang menimpa Bani Israil, di mana tobat mereka dengan membunuh dirinya, zakatnya dengan
mengeluarkan seperempat harta dan pakaian yang terkena najis harus dipotong.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Ma'afkanlah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami 961 , maka tolonglah kami 962
menghadapi orang-orang kafir 963 ."
961 Yakni Engkau-lah Tuhan kami, Penguasa kami, sesembahan Kami, Engkau mengurus kami sejak Engkau
ciptakan kami. Nikmat-Mu kepada kami begitu banyak, bergulir terus dengan berjalannya waktu. Engkau
pula yang melimpahkan kepada kami nikmat yang sangat besar, di mana semua nikmat mengikutinya, yaitu
nikmat Islam.
962 Dengan menegakkan hujjah dan memenangkan peperangan ketika melawan mereka.
963 Do'a yang dipanjatkan kaum mukminin ini diterima oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagaimana yang
diberitakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hubungan surat Al Fatihah, Al Baqarah dan Ali Imran
1. Dalam surat Al Fatihah, kita meminta kepada Allah agar ditunjukkan jalan yang lurus, bukan jalan
orang-orang yang dimurkai (yaitu orang-orang Yahudi dan yang serupa dengan mereka) dan bukan
jalan orang-orang yang sesat (yaitu orang-orang Nasrani dan yang serupa dengan mereka). Dalam
surat Al Baqarah disebutkan secara luas sifat-sifat orang Yahudi, sedangkan dalam surat Ali Imran
disebutkan keadaan orang-orang Nasrani.
2. Dalam surat Al Baqarah disebutkan Nabi Adam 'alaihis salam yang diciptakan tanpa bapak dan ibu,
sedangkan dalam surat Ali 'Imran disebutkan tentang kelahiran Nabi Isa 'alaihis salam dari seorang
ibu tanpa bapak, keduanya diciptakan Allah menyimpang dari kebiasaan untuk menunjukkan bahwa
yang demikian adalah mudah bagi Allah.
3. Dalam surat Al Baqarah sifat dan perbuatan orang-orang Yahudi dibentangkan secara luas, disertai
dengan hujjah untuk mematahkan alasan-alasan mereka yang membela kesesatan, sedangkan dalam
surat Ali 'Imran dibentangkan hal-hal yang serupa namun yang berhubungan dengan orang Nasrani.
4. Surat Al Baqarah dimulai dengan menyebutkan tiga golongan manusia, ialah orang-orang mukmin,
orang-orang kafir dan orang-orang munafik, sedangkan surat Ali 'Imran dimulai dengan
menyebutkan orang-orang yang suka menta'wilkan ayat yang mutasyabihaat dengan ta'wil yang
salah untuk menimbulkan fitnah, dan menyebutkan orang yang mempunyai keahlian dalam
menta'wilkannya, yaitu para ulama yang dalam ilmunya.
5. Surat Al Baqarah disudahi dengan permohonan kepada Allah agar diampuni kesalahan-kesalahan
dan kealpaan dalam melaksanakan taat, sedangkan surat Ali 'Imran diakhiri dengan permohonan
kepada Allah agar Dia memberi pahala atas amal kebaikan hamba-Nya.
6. Didahulukan surat Al Baqarah sebelum Ali Imran, karena dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam setelah hijrah ditujukan kepada orang-orang Yahudi, baru kemudian kepada orang-orang
Nasrani.
7. Di awal surat Al Baqarah diterangkan bahwa Al Qur'an ini tidak ada keraguan padanya, sedangkan
di awal surat Ali Imran disebutkan yang menguatkan pernyataan itu.
8. Dalam surat Al Baqarah diterangkan tentang keutamaan umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam, namun secara isyarat (lihat ayat: 139 dan 143), sedangkan di surat Ali Imran disebutkan
secara tegas (lih. ayat: 1 1 0).
Selesai tafsir surat Al Baqarah dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, dan semoga Allah melimpahkan
shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
152
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Surah Ali Imran (Keluarga Imran)
Surah ke-3. Terdiri dari 200 ayat. Madaniyyah
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1-6: Menetapkan keesaan dan kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, menetapkan
kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan menetapkan kebenaran Al Qur'an
1. Aliflaam miim 965 .
2. Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Yang hidup kekal 966 , Yang terus
menerus mengurus makhluk-Nya 967 .
3. Dia menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu yang mengandung kebenaran; membenarkan (kitab-
kitab) sebelumnya 968 , dan menurunkan Taurat dan Injil,
964 Surat ini turun setelah surat Al Anfal. Ayat pertama sampai 80-an ayat turun untuk membantah orang-
orang Nasrani, membantah keyakinan mereka dan mengajak mereka ke dalam agama yang benar, yaitu
Islam, sebagaimana awal-awal surat Al Baqarah turun untuk membantah orang-orang Yahudi.
965 Sudah dibahas di surat Al Baqarah, lihatlah.
966 Sifat ini menghendaki semua sifat-sifat lain yang menyempurnakarmya, seperti sifat mendengar, melihat,
berkuasa, lcuat, agung, kekal, perkasa dsb.
967 Maksudnya: Allah berdiri sendiri tanpa memerlukan bantuan makhluk-Nya, Dia mengatur dan mengurus
makhluk-Nya sehingga semua makhluk membutuhkannya. Temasuk mengurus makhluk-Nya juga adalah
menurunkan kitab agar menjadi pedoman bagi manusia dalam meniti hidup ini.
968 Oleh karena itu, Al Qur'an adalah pentazkiyah (yang merekomendasi) kitab-kitab sebelumnya, apa saja
berita yang dibenarkannya maka berita itu diterima dan apa saja berita yang ditolaknya, maka berita itu
tertolak. Kitab tersebut sejalan dengan kitab-kitab sebelumnya dalam semua tuntutan yang disepakati para
rasul. Oleh karena itu, orang-orang Ahlul kitab tidak dapat membenarkan kitab-kitab mereka jika mereka
tidak beriman kepada kitab Al Qur'an. Hal itu, karena kafir kepada kitab tersebut membatalkan keimanan
mereka kepada kitab-kitab mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
153
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
4. Sebelum (Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia 969 , dan Dia menurunkan Al Furqaan 970 .
Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat.
Allah Mahaperkasa lagi mempunyai hukuman 971 .
5. Bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit 972 .
6. Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki 973 . Tidak ada Tuhan
Ayat 7-9: Menerangkan ayat-ayat yang muhkamat dan mutasyabihat dalam Al Qur'an,
pentingnya doa, dan wajibnya bertadharru' (merendahkan diri dan berdoa) kepada Allah
Subhaanahu wa Ta'aala
<0l)T Sfl j*-i*J ^^Jjli flixjTj AjJl&M sIAxjT 4jw« <Ul£u L« ^jlJIs £jj
7. Dialah yang menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat
yang muhkamaat 975 , itulah pokok-pokok isi Al Qur'an 976 dan yang lain (ayat-ayat)
969 Agar urusan agama dan dunia mereka menjadi baik. Zhahirnya bahwa firman-Nya " menjadi petunjuk
bagi manusia " kembali kepada kitab-kitab yang disebutkan, baik Taurat dan Injil yang masih murni dan
kitab Al Qur'an. Dengan demikian, barang siapa yang tidak mau menerima kitab yang diturunkan-Nya, maka
dia berada dalam kesesatan.
970 Al Furqaan ialah kitab yang membedakan antara yang benar dan yang salah. Ada pula yang mengartikan
furqan di sini dengan hujjah, bukti dan keterangan yang jelas, serta perincian segala yang dibutuhkan
manusia berupa hukum-hukum yang jelas sehingga tidak ada lagi udzur bagi mereka yang tidak beriman
kepadanya.
971 Bagi orang-orang yang mendurhakainya.
972 Disebutkan hanya bumi dan langit, karena penglihatan manusia tidak dapat melebihinya.
973 Misalnya dibentuk laki-laki atau perempuan, berkulit putih atau berkulit hitam.
974 Ayat-ayat di atas mengandung taqrir (pernyataan) terhadap keesaan Allah dan keberhakan-Nya untuk
diibadati tidak selain-Nya, membatalkan sesembahan-sesembahan yang disembah selain-Nya, membantah
keyakinan orang-orang Nasrani yang menyangka bahwa Nabi Isa 'alaihis salam berhak disembah. Demikian
juga menunjukkan bahwa Allah Maha Hidup dan Maha Mengurus (Qayyumiyyah Tammah) yang mencakup
semua sifat suci bagi-Nya, menerangkan syari'at-syari'at yang besar dan bahwa syari'at tersebut merupakan
rahmat dan hidayah bagi manusia, menerangkan hukuman bagi mereka yang tidak mau mengambil syari'at
yang diturunkan-Nya dan menyatakan luasnya ilmu Allah, terlaksananya apa yang Dia kehendaki dan
menerangkan pula tentang hikmah(kebijaksanaan)-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
154
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
mutasyaabihaat . Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, mereka
mengikuti yang mutasyaabihaat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya 978 ,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah 979 . Dan orang-orang yang ilmunya
975 Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang jelas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah.
976 Yang dirujuk ketika terjadi kesamaran dan mengembalikan kepadanya paham yang menyelisihinya, atau
maksudnya bisa juga "Yang dijadikan pegangan dalam hukum".
977 Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian
dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali setelah diteliti secara mendalam atau dipadukan
dengan ayat yang muhkamat; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-
ayat yang berhubungan dengan yang ghaib misalnya ayat-ayat mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-
lain. Ada pula yang menggolongan beberapa huruf di awal surat sebagai mutasyabihat, seperti alif laam
miim, dsb. wallahu a'lam.
Adapun Syaikh As Sa'diy, ia menafsirkan ayat di atas sebagai berikut:
Al Qur'anul 'Azhim semuanya adalah muhkam (jelas maksudnya), sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayat-Nya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang
diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Mahatahu, " (Terj. Huud: 1)
Al Qur'an tersusun rapi, mengandung keadilan dan ihsan,
"Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (Terj. Al
Maa'idah: 50)
Semuanya mengandung mutasyabih (kemiripan) dalam hal indah, kefasihan, saling membenarkan yang satu
dengan lainnya, lafaz dan maknanya sesuai.
Adapun muhkamat dan mutasyabihat yang disebutkan di ayat ini, maka Al Qur'an itu sebagaimana
disebutkan Allah, ada ayat-ayat yang muhkamat, yakni jelas maksudnya, tidak ada kesamaran dan sesuatu
yang belum jelas. Inilah pokok-pokok isi kitab, yakni pokok yang dikembalikan kepadanya segala yang
masih samar, dan ayat-ayat muhkamat inilah yang paling banyak (dalam Al Qur'an). Ada pula ayat-ayat yang
mutasyabihat, yakni maknanya masih samar di pikiran, karena kandungannya yang masih ijmal (global) atau
mengarah kepada pemahaman tertentu, padahal bukan itu maksudnya. Al hasil, di antara ayat-ayat Al Qur'an
ada ayat-ayat yang jelas bagi setiap orang, dan inilah ayat yang paling banyak, dan dipakai rujukan. Di
antaranya ada pula ayat-ayat yang masih musykil bagi sebagian manusia, maka yang wajib dalam masalah
ini adalah mengembalikan yang mutasyabihat kepada yang muhkamat, yang masih samar kepada yang jelas.
Dengan cara seperti ini, satu sama lain saling membenarkan dan tidak terjadi pertentangan. Akan tetapi,
orang-orang (dalam hal ini) terbagi menjadi dua golongan: orang-orang yang dalam hatinya ada
penyimpangan, yakni menyimpang dari jalan istiqamah, di mana niat mereka rusak, bahkan yang mereka cari
adalah kesesatan, dan hati mereka menyimpang dari jalan yang lurus dan dari petunjuk, mereka mencari
yang mutasyabihat, mereka meninggalkan yang jelas dan beralih kepada yang mutasyabihat, bahkan mereka
berbuat sebaliknya, yang muhkam mereka bawa kepada yang yang mutasyabihat.... dst." (lihat Tafsir As
Sa'diy)
978 Orang-orang yang berpenyakit hati karena niatnya yang buruk berusaha mencari ayat-ayat yang
mutasyabihat untuk menimbulkan syubhat di tengah manusia agar dapat menyesatkan mereka, di samping
itu, mereka menta'wil ayat-ayat mutasyabihat untuk menguatkan pemahaman mereka yang batil.
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pemah
membacakan ayat di atas, Dan bersabda,
"Apabila kalian melihat orang-orang yang mencari ayat-ayat mutasyabihat, mereka itulah orang-orang yang
disebut Allah, maka berhati-hatilah. "
979 Jumhur (mayoritas) mufassir mewaqfkan (memberhentikan) sampai ayat ini, namun yang lain
menyambung dengan kata-kata "wa raasikhuun...dst." Kedua-duanya masih mengandung kemungkinan
benar, jika maksud "ta'wil" di sini adalah mengetahui hakikatnya, maka yang benar adalah waqf sampai
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
mendalam berkata: "Kami beriman kepadanya (Al Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan kami
Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (daripadanya) kecuali orang-orang yang berakal 981 .
8. (Mereka berdoa), "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat
dari sisi-Mu, Sesungguhnya Engkau Maha pemberi (karunia)".
9. "Ya Tuhan Kami, Engkau-lah yang mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada)
hari yang tidak ada keraguan padanya" 982 . Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
Ayat 10-13: Menerangkan tentang Sunnatullah (berupa azab-Nya) terhadap orang-orang
kafir yang disebabkan dosa mereka sekaligus sebagai ancaman-Nya kepada mereka, serta
kerugian mereka di dunia dan akhirat
"illallah", karena yang mengetahui hakikatnya adalah Allah saja. Misalnya hakikat sifat Allah, hakikat sifat-
sifat yang terjadi pada hari akhir dsb. Hal ini, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah, tidak boleh bagi
seseorang memberanikan diri mengkaifiyatkannya. Oleh karena itu, Imam Malik rahimahullah pernah
ditanya tentang firman Alllah "Ar Rahmaanu 'alal 'arsyis tawaa" (Allah bersemayam di atas 'Arsy)
bagaimana bersemayam-Nya?" Maka ia menjawab, "Bersemayam adalah kata yang sudah diketahui,
bagaimananya adalah majhul (tidak diketahui), mengimaninya wajib dan menanyakannya bid'ah."
Demikianlah yang harus dikatakan dalam ayat-ayat sifat, yakni bahwa sifat tersebut diketahui, namun
kaifiyatnya majhul. Orang-orang yang ilmunya mendalam, mengimaninya dan menyerahkan hakikatnya
kepada Allah.
Adapun jika arti "ta'wil" di ayat ini adalah tafsir, penjelasan lebih dalam, maka yang benar adalah
menyambung kata-kata Ar Raasikhuun (orang-orang yang ilmunya mendalam) dengan Allah; tidak
diwaqfkan. Sehingga tafsir ayat-ayat yang mutasyabihat, pengembalian kepada ayat-ayat yang muhkamat
serta penyingkiran kesamaran yang ada dalam ayat-ayat mutasyabihat, tidak ada yang mengetahuinya selain
Allah Ta'ala dan orang-orang yang ilmunya mendalam.
980 Oleh karena semua ayat tersebut berasal dari sisi Allah, maka tidak akan terjadi pertentangan, bahkan
isinya sama, yang satu dengan yang lain saling membenarkan dan menguatkan.
981 Hanya orang-orang yang berakal saja yang dapat memahami dan mengerti maknanya secara benar.
982 Tujuan dari do'a ini adalah menjelaskan bahwa hati mereka tertuju kepada akhirat. Oleh karena itu,
mereka meminta keteguhan di atas hidayah agar memperoleh pahalanya. Pada beberapa ayat di atas, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memuji orang-orang yang ilmunya mendalam dengan tujuh sifat yang merupakan
tanda kebahagiaan:
1 . Ilmu, sebagai sarana yang menyampaikan mereka kepada Allah.
2. Ilmunya yang mendalam.
3. Beriman kepada semua kitab dan mengembalikan ayat yang mutasyabihat kepada ayat yang muhkamat.
4. Meminta kepada Allah ampunan dan keselamatan dari musibah yang menimpa orang-orang yang
tersesat.
5. Mereka mengakui nikmat hidayah yang diberikan Allah.
6. Mereka meminta kepada Allah rahmat-Nya yang mengandung keberhasilan memperoleh kebaikan dan
terhindar dari keburukan. Mereka bertawassul dengan nama-Nya Al Wahhab.
7. Keimanan dan keyakinan mereka yang mendalam kepada hari kiamat dan rasa takut mereka kepada hari
itu sehingga membuahkan amal.
Abu Yahya Marwan bin Musa
156
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
10. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikit pun tidak
dapat menolak (siksa) Allah dari mereka 983 . dan mereka itu (menjadi) bahan bakar api neraka.
11. (Keadaan mereka) adalah seperti keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang sebelum mereka.
Mereka mendustakan ayat-ayat kami; maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya.
Allah sangat keras siksa-Nya 984 .
12. Katakanlah kepada orang-orang yang kafir 985 : "Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) 986 dan
akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal".
13. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang berhadap-hadapan .
Satu golongan berperang di jalan Allah 990 dan yang lain golongan kafir yang melihat dengan mata
kepala (seakan-akan) orang-orang muslim dua kali lipat jumlah mereka. Allah menguatkan dengan
bantuan-Nya siapa yang Dia kehendaki 991 . Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati).
983 Anak dan harta tidaklah bermanfaat bagi seorang hamba, yang bermanfaat hanyalah iman dan amal
shalih.
984 Bagi orang yang mendatangi sebab-sebab mendapat siksa, yaitu kekafiran dan kemaksiatan.
985 Ayat ini turun ketika Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan orang-orang Yahudi
masuk Islam sepulang Beliau dari peperangan Badar, lalu mereka mengatakan, "Janganlah sekali-kali
membuat anda terpedaya karena berhasil membunuh beberapa orang Quraisy yang tidak ahli dan tidak
mengenal taktik perang".
986 Baik dengan dibunuh, ditawan maupun dengan ditetapkan membayar jizyah (pajak), dan hal itu telah
terjadi.
987 Yakni pelajaran yang dalam.
988 Kamu di sini adalah "Orang-orang Yahudi yang sombong".
989 Pertemuan dua golongan itu antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin terjadi dalam perang Badar.
Badar nama suatu tempat yang terletak di selatan Madinah.
990 Yaitu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
991 Jika melihat kepada sebab yang nampak, seperti jumlah dan perlengkapan, maka kaum muslimin
nampaknya akan kalah. Jumlah mereka hanya tiga ratus orang lebih, sedangkan jumlah musuh sekitar seribu
orang. Terlebih dengan perlengkapan mereka yang kurang, yang menaiki kuda hanya dua orang, sedangkan
selebihnya berjalan kaki. Namun di balik semua ini ada sebab terbesar yang menjadikan mereka menang,
yaitu pertolongan Allah Azza wa Jalla.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 14-17: Menerangkan pendidkan yang ditanamkan Al Qur'an kepada jiwa manusia,
penjelasan tentang sebab datangnya penyimpangan, serta peringatan dan pengarahan
kepada kaum mukmin
14. Dijadikan indah dalam (pandangan) manusia cinta kepada apa-apa yang diinginkan, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak 992 dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia (yang sementara), dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga) 993 .
15. Katakanlah: "Maukah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?".
Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga yang mengalir dibawahnya
sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang suci 994 serta
keridhaan Allah. Allah Maha melihat hamba-hamba-Nya 995 .
992 Hewan-hewan yang termasuk jenis unta, sapi, kambing dan biri-biri.
993 Manusia dalam menyikapi hal-hal di atas terbagi menjadi dua golongan:
Golongan pertama, golongan yang menjadikan semua itu sebagai tujuan. Oleh karena itu, pikiran, hati dan
perbuatan mereka tertuju kepadanya sehingga membuat mereka lupa terhadap sesuatu yang karenanya
mereka diciptakan, yaitu ibadah. Mereka tidak ubahnya seperti binatang yang hanya mengejar kesenangan.
Mereka tidak peduli bagaimana cara memperoleh kesenangan itu, ke arah mana mereka salurkan dan
keluarkan. Semua yang mereka kejar ini sesungguhnya bekal mereka ke negeri tempat kesengsaraan.
Golongan kedua, mereka mengetahui maksud dari semua itu, dan bahwa Allah menjadikannya sebaga ujian
dan cobaan bagi hamba-hamba-Nya agar diketahui siapa yang lebih mendahulukan ketaatan dan keridhaan
Allah daripada kesenangan itu, oleh karenanya mereka menjadikan semua itu sebagai sarana menuju akhirat.
Mereka gunakan kesenangan itu untuk dapat membantu memperoleh keridhaan-Nya. Memang mereka
memegang semua itu, namun hati mereka tidak memegangnya, dan mereka tahu bahwa semua itu merupakan
kesenangan kehidupan dunia.
Dalam ayat ini terdapat hiburan bagi kaum fakir yang tidak memperoleh kesenangan itu, ancaman bagi
orang-orang yang terpedaya oleh kesenangan tesebut dan membuat zuhud orang-orang yang berakal.
994 Baik dari haidh, nifas dan akhlak yang buruk.
995 Sehingga Dia akan memberikan balasan terhadap amal mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
158
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
16. (Yaitu) orang-orang yang berdoa, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman , maka
ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari siksa neraka,"
0j[^Z,% ^JkkzStij <^M^T\j CLflfe^^J CL^j^'j 04^1
17. (Juga sebagai) orang yang sabar 997 , yang benar, yang tetap taat, yang meninfakkan hartanya (di
jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur 998 .
Ayat 18-22: Menyebutkan persaksian terhadap keesaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan
bahwa agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam, serta akibat yang akan diterima
orang-orang yang kafir kepada Allah lagi menganiaya para nabi-Nya
j^'T > •}] *J) ^ c _k3^IL Jj\ i j'Jj *&JsJ\j > "3) *J] ^ "iii j^i
18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia; yang
menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu 999 (juga menyatakan yang
demikian).Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana 1000 .
996 Baik kepada Engkau maupun kepada Rasul-Mu. Hal ini termasuk tawassul (memakai sarana) yang
disyari'atkan dalam berdo'a, yaitu dengan menyebutkan iman dan amal shalih. Termasuk tawassul yang
disyari'atkan adalah bertawassul dengan menyebut Asmaa'ul Husna, misalnya "Yaa Ghaffaar (Maha
Pengampun), ampunilah kami".
997 Yakni sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar dalam menjauhi kemaksiatan dan sabar terhadap taqdir
Allah yang menyakitkan.
998 Sahur: waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh. Waktu sahur adalah waktu dikabulkannya
do'a. Keadaan mereka yang berada dalam sifat-sifat mulia, dari mulai sifat sabar, benar, taat dan suka
berinfak, namun tetap merasakan kekurangan sehingga mereka meminta ampunan kepada Allah di waktu
sahur, dan hal ini merupakan tanda kebahagiaan. Ayat di atas (dari ayat 14-17) menerangkan kepada kita
beberapa hal:
Keadaan manusia di dunia dan bahwa kesenangan dunia hanya sementara.
Keadaan surga dan kenikmatan yang ada di dalamnya, serta kelebihan surga di atas kenikmatan
dunia untuk mengingatkan kita agar lebih mengedepankannya dan beramal untuknya.
Sifat penghuni surga, yakni orang-orang yang bertakwa.
Perincian perkara-perkara takwa, seperti sabar, benar, taat, suka berinfak dan beristighfar di waktu
sahur. Dengan perkara-perkara ini, seorang hamba dapat menimbang dirinya, apakah dia termasuk
penghuni surga ataukah tidak?
999 Ayat ini menunjukkan keutamaan orang-orang yang berilmu. Mereka adalah para nabi dan orang-orang
berilmu lainnya dari kalangan orang-orang mukmin. Pengangkatan saksi dari kalangan orang-orang berilmu
menngandung tazkiyah (rekomendasi) dan ta'dil (penyebutan sebagai orang adil) dari Allah Subhaanahu wa
Ta'aala, dan bahwa mereka merupakan orang-orang yang terpercaya.
1000 Perlu diketahui, bahwa kebenaran tauhid dan batilnya syirk didukung oleh dalil-dalil naqli (wahyu)
maupun 'aqli (akal), sehingga kebenarannya bagi orang-orang yang memiliki mata hati lebih jelas dan terang
daripada matahari. Adapun dalil-dalil naqlinya adalah seluruh isi Al Qur'an dan As Sunnah terdapat perintah
mentauhidkan Allah dan menguatkannya, mencintai orang-orang yang bertauhid, mencela syirk dan
membenci orang-orang yang berbuat syirk. Sedangkan dalil 'aqli di antaranya:
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^■H 159
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
19. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam 1001 . Tidaklah berselisih 1002
orang-orang yang telah diberi Al Kitab 1003 kecuali setelah datang pengetahuan kepada mereka 1004 ,
karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah,
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
20. Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam dan tauhid), maka katakanlah:
"Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku 1005 ".
Pengakuan manusia terhadap rububiyyah Allah, yakni Allah adalah Pencipta, Penguasa dan Pengatur
alam semesta. Hal ini menghendaki agar hanya Allah saja yang disembah.
Semua nikmat yang diperoleh seorang hamba berasal dari Allah, demikian juga dengan
perlindungan-Nya dari bahaya. Karena semua nikmat berasal dari Allah, maka hanya Dia saja yang
berhak disembah.
Keadaan sesembahan yang disembah selain Allah sangat lemah, tidak bisa memberi manfaat dan
menghindarkan bahaya, dan keadaannya yang tidak bisa mendengar, melihat, menolong yang lain
dsb. Menolong dirinya sendiri ketika ada bahaya yang menghampirinya tidak bisa, lalu bagaimana
mungkin ia dapat menolong yang lain, seperti inilah keadaan yang kita saksikan pada berhala-
berhala dan patung-patung. Berbeda dengan Allah, yang memiliki sifat-sifat sempurna, Al Hayyu
dan Al Qayyum (Maha Hidup dan mampu mengurus makhluk-Nya), Maha Perkasa, Maha Kuasa,
Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan sifat-sifat sempurna lainnya.
Kemenangan ahli tauhid dan binasanya orang-orang musyrik, seperti pada kisah-kisah para rasul
terdahulu bersama umatnya, di mana orang-orang yang bertauhid diselamatkan Allah, sedangkan
orang-orang yang berbuat syirk dibinasakan, setelah itu diakhiri dengan ayat "Inna fii dzaalika
la'ibrah" (sesungguhnya pada yang demikian itu ada pelajaran).
Dan dalil-dalil lainnya yang menunjukkan kebenaran tauhid dan batilnya syirk.
Di samping itu, yang menyatakan tauhid adalah Allah Rabbul 'alamin, malaikat dan orang-orang yang
berilmu, di mana pernyataan masing-masingnya diterima, lalu bagaimana jika semuanya menyatakan
demikian, maka lebih diterima lagi.
1001 Yaitu agama yang memerintahkan untuk menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya,
tunduk kepada-Nya dengan mentaati-Nya, berlepas dari syirk dan pelakunya serta mengikuti rasul yang
diutus Allah Subhaanahu wa Ta'aala, yang diakhiri oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada
pula yang mengartikan Islam dengan "syari'at yang dibawa para rasul, yang dasarnya adalah tauhid". Orang
yang mencari agama selain agama yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam (agama
Islam), maka agama itu tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.
1002 Sebagiannya beriman dan sebagian lagi kafir.
1003 Maksudnya ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran, seperti orang-orang Yahudi dan
Nasrani.
1004 Yakni setelah tegak hujjah.
1005 Dalam kata-kata ini terdapat ta'yis (menjadikan putus asa) orang-orang yang coba-coba memurtadkan
kita dari agama Islam dengan perdebatan yang dilakukannya dan menguatkan agama ketika datang syubhat.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al kitab serta kepada orang-orang yang
ummi 1006 : "Apakah kamu (mau) masuk Islam?". Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah
mendapat petunjuk, tetapi jika mereka berpaling, maka kewajibanmu hanyalah menyampaikan. Dan
Allah Maha melihat hamba-hamba-Nya.
21. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang
memang tidak dibenarkan 1007 serta membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat
adil 1008 , sampaikanlah kepada mereka kabar gembira yaitu siksa yang pedih.
22. Mereka itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya 1009 di dunia dan di akhirat, dan mereka
sekali-kali tidak memperoleh penolong 1010 .
Ayat 23-25: Menerangkan keadaan Ahli Kitab, berpalingnya mereka dari hukum Allah dan
berpalingnya mereka dari kebenaran
23. 1011 Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian al kitab (Taurat),
mereka diajak (berpegang) kepada kitab Allah untuk memutuskan (perkara) di antara mereka.
Kemudian sebagian dari mereka berpaling seraya menolak (kebenaran).
1006 Ummi artinya ialah orang yang tidak tahu tubs baca. Menurut sebagian ahli tafsir yang dimaksud dengan
Ummi ialah orang musyrik Arab yang tidak tahu tulis baca. Sedangkan menurut sebagian yang lain ialah
orang-orang yang tidak diberi Al Kitab.
1007 Seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi.
1008 Yakni orang-orang yang beramr ma'ruf dan bernahi munkar, yang pada hakikatnya adalah berbuat ihsan
kepada orang itu serta menasehatinya. Namun malah dibalas dengan perbuatan buruk
1009 Pekerjaannya yang baik menjadi sia-sia, seperti sedekah dan silaturrahim.
1010 Yang menolong mereka dari azab.
1011 Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengabarkan tentang keadaan ahlul kitab yang telah mendapatkan nikmat-
Nya berupa kitab-Nya, di mana hal tersebut mengharuskan mereka menjadi manusia yang paling lurus dan
lebih mudah tunduk kepada hukum-hukum-Nya, namun kenyataannya saat mereka diajak mengikuti hukum
yang ada dalam kitab Allah, mereka malah berpaling badannya dan berpaling pula hatinya. Dalam ayat ini,
terdapat peringatan agar kita tidak berbuat seperti yang mereka lakukan sehingga kita mendapat celaan
seperti halnya mereka dan mendapatkan siksa seperti mereka. Bahkan yang wajib dilakukan oleh setiap
orang saat dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya adalah mendengar, taat dan tunduk atau "sami'naa wa
atha'naa". Kemudian pada ayat setelahnya diterangkan sebab yang membuat mereka seperti itu.
Abu Yahya Marwan bin Musa
161
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
24. Hal itu 1012 adalah karena mereka berkata, "Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali
beberapa had yang dapat dihitung". mereka terperdaya dalam agama mereka oleh apa yang mereka
ada-adakan.
25. Bagaimana jika nanti mereka Kami kumpulkan pada hari (kiamat) yang tidak diragukan
terjadinya dan kepada setiap jiwa diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah
dikerjakannya dan mereka tidak dizalimi (dirugikan) 1013 ? 1014
Ayat 26-27: Bukti-bukti kekuasaan dan kebenaran Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan
berhaknya Dia diibadahi
26. 1015 Katakanlah, "Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang
yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki 1016 dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki 1017 . Di tangan Engkaulah 1018 segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas
segala sesuatu 1019 .
1012 Sebab mereka berpaling dari kebenaran, berani menentang Allah dan meremehkan agama-Nya adalah
karena perkataan mereka yang disebutkan di atas.
1013 Yakni tidak dikurangi kebaikannya dan tidak ditambah keburukannya.
1014 Ketika mereka dikumpulkan oleh Allah dan diberi balasan, maka mereka akan menyadari salahnya
persangkaan mereka selama ini, yakni bahwa mereka hanya masuk ke dalam neraka beberapa hari saja.
1015 Di dalam ayat ini terdapat isyarat bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala akan mencabut kekuasaan para
kisra dan kaisar serta kekuasaan orang-orang yang mengikuti jejak mereka, dan akan memberikan kekuasaan
itu kepada umat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan hal itu telah terjadi falillahil hamd. Oleh karena
itu, memperoleh kekuasaan atau tercabutnya kekuasaan mengikuti kehendak Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
Namun yang demikian, tidaklah menafikan sunnatullah, berupa sebab-sebab kauniyyah (di alam semesta)
dan diniyyah (agama) yang menjadi sebab tetapnya kerajaan, memperolehnya kerajaan atau sebab hilangnya
kerajaan. Semua itu terjadi dengan kehendak Allah, sebab tidaklah mewujudkan apa-apa secara sendiri,
bahkan semua sebab mengikuti qadha' dan qadar Allah. Di antara sebab yang dijadikan Allah sebagai sebab
memperoleh kekuasaan adalah iman dan amal shalih, bersatunya kaum muslimin, mereka memiliki persiapan
yang mereka sanggupi, sabar dan tidak bertengkar (lihat surat An Nur: 55, Al Anfal: 45-46 dan 62-63). Oleh
karena itu, sebab utama runtuhnya negara Islam adalah meninggalkan agamanya dan berpecah belah.
1016 Karena mentaati-Mu.
1017 Karena bermaksiat kepada-Mu.
1018 Di dalam ayat ini menetapkan sifat Tangan sesuai yang layak bagi Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
1019 Di antara bukti kekuasaan-Nya adalah apa yang disebutkan pada ayat setelahnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
162
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati 1020 , dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup 1021 . Dan
Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".
Ayat 28-30: Menerangkan tentang larangan berwala' (memberikan loyalitas) dan berpihak
kepada orang-orang kafir baik lahir maupun batin, serta menerangkan tentang pembalasan
terhadap amal pada hari Kiamat
li i$ ^Lj? — LJ-*^ Cf3 C$&?J^ Oj^ <y» Cf-j^^ Oj-r? }^ ^
28. Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai wali 1022 dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari
mereka 1023 . Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya 1024 , dan hanya kepada Allah
tempat kembali 1025 .
29. Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu 1026 atau kamu nyatakan,
Allah pasti mengetahuinya". Dia mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Allah Mahakuasa atas segala sesuatu 1027 .
1020 Seperti keluarnya tumbuhan dari biji, munculnya manusia dari mani atau keluarnya anak ayam dari telur.
1021 Misalnya keluarnya telur dari ayam. Ada pula yang mengartikan bahwa pergiliran kekuasaan di antara
bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.
1022 Wali jamaknya auliyaa, yang berarti teman yang akrab, pemimpin, pelindung atau penolong. Termasuk
juga mencintai dan membela orang-orang kafir meninggalkan kaum mukmin. Semua ini dilarang.
Dalam ayat ini terdapat larangan mengadakan pendekatan dengan orang-orang kafir, berteman akrab dengan
mereka, cenderung kepada mereka, memberikan mereka jabatan serta meminta bantuan mereka untuk
perkara yang terdapat maslahat bagi kaum muslimin.
1023 Misalnya dengan mengadakan hudnah (genjatan senjata), atau menampakkan seakan-akan berwala'
dengan mereka di lisan, namun hati tidak setuju. Hal ini dilakukan sebelum Islam berjaya, dan diperuntukkan
bagi orang yang tinggal di sebuah negeri sedangkan dia tidak memiliki kekuatan di sana.
1024 Oleh karena itu, janganlah mengerjakan perbuatan yang mendatangkan kemurkaan-Nya seperti dengan
bermaksiat dan berwala' kepada orang-orang kafir tanpa alasan menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti.
1025
Semua makhluk akan kembali kepada Allah untuk dihisab dan diberi pembalasan.
Seperti berwala' kepada mereka.
1027 Termasuk di antaranya berkuasa menyiksa orang-orang yang berwala' kepada orang-orang kafir.
Dalam ayat ini terdapat petunjuk untuk membersihkan hati dan menghadirkan pengetahuan Allah di setiap
waktu, sehingga seorang hamba malu kepada Tuhannya jika sampai hatinya dipenuhi pikiran rusak, bahkan
seharusnya ia menyibukkan pikirannya untuk hal-hal yang mendekatkan diri kepada Allah seperti
mentadabburi ayat-ayat-Nya, mentadabburi hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mengkaji suatu
ilmu yang bermanfaat, memikirkan makhluk ciptaan Allah atau menasehati hamba-hamba Allah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
163
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
30. Pada hari ketika setiap diri mendapatkan semua kebajikan dihadapkan (di depannya), begitu
(juga) kejahatan yang telah dikerjakannya 1029 . Dia berharap sekiranya ada jarak yang jauh antara dia
dengan hari itu 1030 . Dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksa-Nya 1031 . Allah sangat
Penyayang kepada hamba-hamba-Nya.
Ayat 31-32: Bukti cinta kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan bahwa kecintaan Allah
akan diperoleh dengan mengikuti Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam
31. 1032 Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku 1033 , niscaya Allah
mencintaimu 1034 dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
1028 Kebajikan atau dalam bahasa Arab disebut Al Khair, adalah nama untuk semua perbuatan yang
mendekatkan diri kepada Allah, berupa amal-amal shalih baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
besar maupun yang kecil.
1029 Untuk diberikan balasan.
1030 Hal ini disebabkan penyesalan dan kesedihan yang mendalam. Ayat ini sama seperti ayat-ayat berikut:
"Supaya tidak ada ada orang yang mengatakan, "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam
(menunaikan kewajiban) terhadap Allah. ...dst. " (Terj. Az Zumar: 56)
"Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka
disamaratakan dengan tanah. " (Terj. An Nisaa': 42)
Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "Aduhai
kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul". — Kecelakaan besarlah bagiku; sekiranya aku (dulu)
tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). (Terj. Al Furqan: 27-28)
"Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat) dia berkata:
"Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat ". (Terj. Az Zukhruf: 38)
Jika seseorang mengetahui hal seperti ini, tentu ia akan meninggalkan syahwat dan hawa nafsunya di dunia
ini meskipun berat meninggalkannya daripada merasakan kesukaran-kesukaran dan menanggung penderitaan
yang sangat berat dipikul pada hari itu. Akan tetapi, karena kezaliman dan kebodohan dalam dirinya, ia tidak
melihat selain perkara yang dilihatnya langsung, ia tidak memiliki akal yang sempurna untuk memperhatikan
akibat di belakang, sehingga dirinya berani berani berbuat maksiat dan meninggalkan perintah.
Ya Allah, bimbinglah kami dalam meniti hidup ini agar tetap istiqamah di atas jalan-Mu.
1031 Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengulangi lagi peringatan ini karena sayang kepada kita, agar masa yang
panjang tidak membuat hati kita keras dan agar kita memiliki rasa raja' (berharap) dengan beramal shalih
serta khauf (takut) sehingga meninggalkan maksiat. Kita meminta kepada Allah agar Dia mengaruniakan
kepada kita rasa takut kepada siksa-Nya terus menerus, agar kita tidak melakukan perbuatan yang
mendatangkan murka-Nya dan meminta kepada-Nya agar mengaruniakan kepada kita rasa raja' agar kita
tidak berputus asas dari rahmat-Nya.
1032 Dalam tafsir Al Jalalain diterangkan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang
menyembah berhala, ketika mereka mengatakan "Kami tidak menyembah berhala kecuali karena cinta
kepada Allah, agar mereka (berhala-berhala) itu mendekatkan kami kepada-Nya", maka Allah
memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan kepada mereka apa yang
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
32. Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul 1035 . Jika kamu berpaling 1036 , ketahuilah
bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir 1037 ".
Ayat 33-37: Kisah Maryam, pemeliharaan Zakariyya terhadapnya, dan bahwa Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memberikan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa hisab
33. Sesungguhnya Allah telah memilih Adam 1038 , Nuh 1039 , keluarga Ibrahim 1040 dan keluarga
'Imran 1041 melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing) 1042 ,
disebutkan di atas, yakni perintah mengikuti Beliau; dengan mentauhidkan Allah (hanya beribadah kepada
Allah Subhaanahu wa Ta'aala) dan meninggalkan sesembahan-sesembahan selain Allah.
1033 Ayat ini merupakan hakim bagi setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala
namun tidak mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak mentaati perintahnya dan tidak
menjauhi larangannya, bahwa pengakuan cintanya adalah dusta sampai dia mengikuti Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam. Dengan ayat ini ditimbang semua makhluk, iman dan kecintaan mereka kepada
Allah tergantung sejauh mana ittiba' (mengikutinya) mereka kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Seperti melaksanakan perintahnya, yaitu mentauhidkan Allah.
1036 Jika mereka berpaling, maka tidak ada yang mereka ikuti selain kekufuran dan mentaati setan. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfmnan:
"Telah ditetapkan terhadap setan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengannya, tentu dia akan
menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka. " (Terj. A I Hajj: 4)
memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadanya, menempatkannya di surga, memberinya ilmu
pengetahuan, sifat santun dan keutamaan yang melebihi makhluk-makhluk yang lain.
1039 Allah menjadikannya sebagai rasul pertama, memberinya taufiq untuk bersabar dan siap memikul beban
berat, rasa syukur yang tinggi dan menyebut baik namanya di setiap waktu dan zaman.
1040 Nabi Ibrahim 'alaihis salam adalah kekasih Allah, seorang yang rela mengorbankan dirinya ke dalam api,
mengorbankan anaknya sebagai kurban, mengorbankan hartanya untuk para tamu, seorang yang berdakwah
kepada Allah di malam dan siang, secara sembunyi maupun terang-terangan. Allah menjadikannya sebagai
teladan yang diikuti oleh generasi setelahnya. Keturunannya banyak yang diangkat Allah menjadi nabi dan
diberi kitab. Termasuk ke dalam "Keluarga Ibrahim" adalah para nabi yang diutus setelahnya, karena
mereka termasuk keturunannya, demikian juga Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghimpunkan kesempurnaan yang terpisah-pisah, Beliau melebihi generasi
terdahulu dan generasi kemudian, Beliau adalah Sayyidul Mursalin (tokoh para rasul).
1041 Imran adalah bapak Maryam atau bapak Musa 'alaihis salam.
1042 Di antara faedah dan hikmah disebutkan kepada kita kisah mereka adalah agar kita mencintai mereka,
mengikuti jejak mereka dan agar kita tidak terus-menerus mencela diri kita karena keterlambatan kita dan
karena tidak ada pada diri kita sifat-sifat mulia yang ada pada mereka. Hal ini pun termasuk kelembutan
Allah kepada mereka, ditampakkan pujian untuk mereka baik di hadapan generasi terdahulu maupun
generasi setelahnya serta dijunjung kemuliaan mereka. Sungguh demikian besar kepemurahan Allah dan
besarnya faedah bermu'amalah dengan-Nya. Anadi saja keutamaan mereka hanya disebut-sebut saja terus-
menerus, maka hal itu pun sudah cukup sebagai keutamaan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
165
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
34. (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya adalah (keturunan) dari yang lain 1043 . Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui 1044 .
35. (Ingatlah), ketika istri 'Imran berkata 1045 , "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu
anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu) 1046 . maka terimalah
(nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui 1047 ".
36. Maka ketika istri 'Imran melahirkan anaknya, dia berkata, "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku
melahirkan anak perempuan ." Padahal Allah lebih mengetahui apa yang dia lahirkan 1049 . "Dan
laki-laki tidak sama dengan perempuan 1050 . Sesungguhnya aku memberi nama Maryam 1051 , dan aku
mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk 1052 ."
Di mana antara yang satu dengan yang lain memiliki kemiripan baik dari sisi fisik maupun akhlak.
1044 Yakni Allah Maha Mengetahui siapa yang berhak dipilih-Nya dan siapa yang tidak berhak dipilih. Hal
ini menunjukkan bahwa mereka dipilih Allah karena keadaan mereka yang diketahui Allah sehingga berhak
mendapat pilihan-Nya sebagai karunia dan pemberian-Nya.
L045
Maksudnya: Ingatlah wahai Rasul! Tentang perkara Maryam, ibunya dan anaknya Isa 'alaihis salam
untuk membantah orang-orang yang menuhankan Isa atau mengatakan sebagai anak Allah -Maha Suci
Allah-.
Tidak disibukkan dengan urusan dunia, bahkan sibuk beribadah kepada Allah dan berkhidmat di Baitul
|(I4(.
Maqdis.
1047 Apa yang ada dalam hati.
1048 Dari perkataan ini diketahui bahwa istri Imran ingin melahirkan anak laki-laki karena lebih mampu
berkhidmat.
1049 Allah lebih mengetahui terhadap anak yang dilahirkan istri Imran, dan kelak Allah akan mengadakan
perkara penting terhadapnya.
1050 Menurut istri Imran, anak perempuan tidak cocok berkhidmat di baitul Maqdis, karena keadaan
perempuan yang lemah dibanding laki-laki dalam berkhidmat, auratnya lebih tertutup, terkena haidh dsb.
1051 Dalam ayat ini terdapat dalil kelebihan laki-laki dibanding wanita, dalil memberi nama saat anak lahir
dan bahwa ibu boleh menamai anak ketika bapaknya tidak suka.
1052 Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan,
"Tidak ada bayi yang lahir pun kecuali disentuh oleh setan saat lahirnya, sehingga ia menangis dan berteriak
selain Maryam dan anaknya (Isa 'alaihis salam)."
Terkutuk artinya dijauhkan dari rahmat Allah Azza wa Jalla.
Abu Yahya Marwan bin Musa
166
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
37. Maka Tuhannya menerimanya dengan penerimaan yang baik 1053 , membesarkannya dengan
pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakariya 1054 . Setiap kali
Zakariya masuk menemui Maryam di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di
sisinya 1055 . Zakariya berkata: "Wahai Maryam! Dari mana (makanan) ini kamu peroleh?" Maryam
menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang
Dia kehendaki tanpa hisab.
Ayat 38-41: Kabar gembira kepada Zakariyya 'alaihis salam dengan kelahiran Yahya
'alaihis salam
38. Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya 1056 , dia berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku
keturunan yang baik 1057 dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa".
39. Kemudian malaikat memanggil Zakariya, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di mihrab
(katanya), "Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran)
Yahya, yang membenarkan kalimat 1058 (yang datang) dari Allah, menjadi panutan 1059 , menahan diri
1053 Allah mengabulkan do'anya dan menerima nadzarnya dengan penerimaan yang baik.
1054 Hal ini termasuk kelembutan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, Dia membesarkan Maryam dalam keadaan
yang sempurna, tumbuh beribadah kepada Allah dan mengungguli semua wanita, menyibukkan dirinya
dengan beribadah serta menetapi mihrab (tempat shalatnya).
1055 Dalam ayat ini terdapat dalil adanya karamah para wali.
1056 Saat Zakariyya melihat keistimewaan yang diberikan Allah kepada Maryam dengan diberikan rezeki dan
karunia-Nya.
1057 Yang baik akhlak dan adabnya.
1058 Maksudnya: Membenarkan kedatangan seorang Nabi yang diciptakan dengan kalimat kun (jadilah) tanpa
bapak, yaitu Nabi Isa 'alaihis salam.
1059 la memiliki sifat-sifat mulia yang menjadikannya sebagai tokoh atau panutan masyarakat yang dimintai
pendapatnya.
1060 Dalam hatinya tidak ada rasa tertarik dengan wanita dan sibuk beribadah kepada Allah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
40. Zakariya berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedang aku sudah sangat
tua dan istriku pun mandul?". Allah berfirman, "Demikianlah, Allah berbuat apa yang Dia
kehendaki. "
QlL> 1£j fl"\j i£j %^€\ v& ill I Jii £\; J yj 'Jii
41. Zakariya berkata, "Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)". Allah berfirman:
"Tandanya bagimu, adalah bahwa kamu tidak dapat berbicara dengan manusia selama tiga hari,
kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah 1061 di
waktu petang dan pagi hari". 1062
Ayat 42-44: Ucapan malaikat kepada Maryam, serta bukti kebenaran wahyu yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
42. Dan (ingatlah) ketika malaikat berkata: "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah telah
memilihmu 1063 , menyucikan kamu 1064 dan melebihkan kamu di atas segala wanita di dunia 1065 .
anmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang ya
„ * , " 3. -jft
43. Wahai Maryam! Taatilah selalu Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang
1 ,1066
ruku
1061 Yakni kerjakalah shalat.
1062 Di ayat 40 dengan 41 terdapat munasabah (keterkaitan), yaitu sebagaimana Allah menahan berlakunya
sebab meskipun sebab itu ada, seperti tidak mampu Zakariya berbicara dengan orang lain, padahal ada
sebabnya, Allah juga berkuasa mengadakan sesuatu tanpa sebab, seperti lahirnya Yahya, padahal Zakariya
sudah tua, ditambah dengan istrinya yang mandul. Hal ini menunjukkan, bahwa sebab semuanya di bawah
qadha dan qadar Allah Azza wa Jalla.
1063 Untuk mentaati-Nya.
1064 Yaitu dari akhlak yang buruk.
1065 Bisa pada masa itu dan bisa juga secara mutlak di setiap masa. Di dalam hadits, Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
"Cukuplah bagimu mengenali wanita terbaik di dunia, yaitu: Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid,
Fatimah binti Muhammad dan Asiyah istri Fir'aun." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 3143)
1066 Dengan melaksanakan shalat secara berjama'ah. Hal ini sebagai tanda syukur atas nikmat yang
dikaruniakan Allah kepadanya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
168
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
44. Itulah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); padahal
kamu tidak hadir bersama mereka, ketika mereka melemparkan anak panah mereka (untuk
mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam 1067 . dan kamu tidak hadir
bersama mereka ketika mereka bertengkar.
Ayat 45-51: Penciptaan Isa putera Maryam 'alaihis salam, kenabiannya dan mukjizatnya
45. (Ingatlah), ketika para malaikat berkata: "Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan
kabar gembira kepadamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat 1068
(yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam 1069 , seorang terkemuka 1070 di
dunia dan di akhirat dan Termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada) Allah,
46. Dan dia berbicara kepada manusia (sewaktu) dalam buaian 1071 dan ketika sudah dewasa, dan dia
termasuk orang-orang yang saleh. "
47. Maryam berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana mungkin 1072 aku akan mempunyai anak, padahal
tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku." Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril).
1067 Saat ibu Maryam pergi membawa Maryam ke para pelayan Baitul Maqdis, maka orang-orang yang
berada di sana bertengkar, siapa di antara mereka yang akan mengurus Maryam. Mereka pun mengadakan
undian dengan melempar pena mereka ke sungai. Bagi pena yang tidak terbawa air, maka dialah yang
mengurusnya, dan ternyata pena yang tidak terbawa air adalah pena Zakariya; nabi mereka dan orang yang
utama di antara mereka.
1068 Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang Nabi yang diciptakan dengan kalimat kun (jadilah) tanpa
bapak yaitu Nabi Isa 'alaihis salam. Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus Jibril kepada Maryam, lalu Jibril
meniupkan ruh dari leher baju Maryam, maka tiupan itu masuk ke dalam diri Maryam, kemudian Allah
mengembangkan ruh itu, sehingga ia menjadi manusia dari materi ruh. Oleh karena itulah, ia disebut
Ruuhullah, yakni ruh ciptaan Allah.
1069 Dinisbatkan kepada Maryam untuk mengingatkan bahwa Isa lahir tanpa bapak. Yang demikian tidaklah
mustahil bagi Allah, bukankah Nabi Adam 'alaihis salam lahir tanpa bapak dan ibu, sedangkan Hawa' lahir
dari laki-laki, yaitu dari tulang rusuk Nabi Adam 'alaihis salam.
1070 Yakni memiliki kedudukan tinggi baik di dunia dan di akhirat. Allah menjadikannya termasuk rasul ulul
'azmi pemilik syari'at yang besar dan pengikut yang banyak. Allah menyebarkan pujian untuknya di timur
dan barat. Di akhirat, ia termasuk orang-orang yang didekatkan dengan Allah, bahkan termasuk pemuka
orang-orang yang dekat dengan Allah.
1071 Berbicara untuk berdakwah dan mengarahkan manusia, bukan berbicara biasa, tetapi berbicara dengan
pembicaraan para rasul. Berbicaranya Nabi Isa di masa buaian merupakan mukjizat besar dari Allah, di mana
kaum mukmin dapat mengambil manfaat, menjadi hujjah terhadap orang-orang yang menentang,
menunjukkan bahwa Beliau utusan Allah Rabbbul 'alamin, dan bahwa Beliau adalah hamba Allah sekaligus
sebagai nikmat dan pembelaan terhadap ibunya dari tuduhan yang diarahkan kepadanya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
169
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia hendak menetapkan
sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah", maka jadilah sesuatu itu 1073 .
48. Dan Allah mengajarkan kepadanya kitab 1074 , hikmah 1075 , Taurat dan Injil.
o^ 1 ^L*? t3^' ^ Jit r jf*l JJ ^j-jj
49. Dan sebagai Rasul kepada Bani Israil 1076 (yang berkata kepada mereka), "Sesungguhnya aku
telah datang kepadamu dengan membawa sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhanmu 1077 , yaitu aku
membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah berbentuk burung, lalu aku meniupnya, maka ia menjadi
seekor burung dengan izin Allah 1078 . Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan
orang yang berpenyakit sopak 1079 . Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah 1080 , dan
aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan 1081 dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Perkataan ini merupakan istighrab (ungkapan aneh) dari Maryam, bukan berarti ia ragu-ragu tehadap
kemahakuasaan Allah.
1073 Barang siapa yang meyakini hal ini, maka hilanglah anggapan aneh tersebut. Dan termasuk hikmah Allah
Subhaanahu wa Ta'aala adalah memberitakan kepada hamba-hamba-Nya perkara asing atau aneh kepada
yang lebih aneh lagi secara bertahap. Disebutkan tentang kelahiran Yahya bin Zakaria dari kedua orang tua
yang satu sudah tua dan yang satu lagi mandul, kemudian disebutkan lagi hal yang lebih aneh lagi, yaitu
lahirnya Isa putera Maryam 'alaihis salam tanpa bapak, hal ini untuk menunjukkan hamba-hamba-Nya bahwa
Allah berbuat sesuai kehendak-Nya, dan bahwa apa yang Dia kehendaki pasti terjadi, sedangkan yang tidak
Dia kehendaki, maka tidak akan terjadi.
1074 Kitab di sini ada yang mengartikan dengan "menulis", hal itu, karena menulis merupakan nikmat besar
yang dikaruniakan Allah kepada hamba-hamba-Nya, oleh karena itu Allah memberi nikmat kepada mereka
dengan mengajarkan dengan pena sebagaimana yang disebutkan dalam surat yang pertama turun, yaitu surat
Al Alaq, "Alladziy 'allama bil qalam" (Yang mengajarkan (manusia) dengan pena). Ada pula yang
mengartikannya dengan kitab-kitab yang diturunkan Allah sebelumnya selain Taurat dan Injil.
1075 Hikmah artinya mengetahui rahasia syara' dan mampu memposisikan sesuiatu pada tempatnya. Hal ini
merupakan nikmat Allah kepada Nabi Isa 'alaihis salam dengan diajarakan-Nya menulis, ilmu dan hikmah, di
mana semua ini merupakan kesempurnaan pada diri seseorang. Pada ayat selanjutnya disebutkan lagi
kelebihan lainnya yang diberikan Allah kepadanya.
1076 Baik di waktu kecil atau setelah baligh.
1077 Yang menunjukkan kebenaran kerasulanku.
1078 Nabi Isa 'alaihis salam kemudian membuatkan untuk mereka dari tanah sesuatu berbentuk burung, maka
burung itu terbang, dan mereka menyaksikannya. Setelah burung itu hilang dari pandangan mereka, maka
burung itu pun jatuh dan mati untuk membedakan antara buatan makhluk dengan buatan Al Khaliq
(Pencipta) yaitu Allah dan agar diketahui bahwa kesempurnaan semuanya milik Allah.
1079 Disebutkan kedua penyakit ini, karena keduanya merupakan penyakit berat. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala mengutus Nabi Isa di waktu pengobatan sedang terkenal, Beliau mengobati manusia pada waktu
dengan berdo'a kepada Allah dengan syarat mereka mau beriman.
1080 Disebutkan kata-kata "dengan izin Allah" untuk menghilangkan anggapan dirinya sebagai tuhan.
1081 Baik yang telah dimakan maupun yang akan dimakan nanti.
Abu Yahya Marwan bin Musa
170
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu 1082 ,
jika kamu orang beriman.
jf^^j ^j>- <_£jjl ^^xsu (%-^=lI J^^j W ^^W^j
50. Dan sebagai seorang yang membenarkan Taurat yang datang sebelumku 1083 , dan agar aku
menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu 1084 . Dan aku datang kepadamu
dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu. Karena itu, bertakwalah kepada Allah 1085
dan taatlah kepadaku 1086 .
@ JLil^l i^p llii oj dipt* J^aujj ^Jj 'ill Oj
51. Sesungguhnya Allah Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia 1087 . Inilah 1088 jalan yang
lurus" 1089 .
Ayat 52-53: Kafirnya Bani Israil kepada Isa putera Maryam, dan mengikutinya para
hawariyin (pengikuti setia Nabi Isa) kepada Nabi Isa 'alaihis salam
52. Maka ketika Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) 1090 , dia berkata: "Siapakah yang
akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" Para hawariyyun (sahabat setianya)
menjawab: "Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa
kami adalah orang-orang muslim.
Semua itu merupakan tanda yang besar, yaitu menjadikan benda mati menjadi hidup, menyembuhkan
penyakit yang tidak sanggup disembuhkan oleh para dokter, menghidupkan yang mati dan memberitahukan
hal-hal ghaib. Semua itu mengharuskan mereka beriman kepada kerasulannya.
1083 Hal ini pun sama sebagai bukti kerasulannya.
1084 Nabi Isa 'alaihis salam memberitakan bahwa syari'at Injil adalah syari'at yang mudah, di mana Beliau
menghalalkan sebagian yang sebelumnya haram, hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan hukum-hukum
yang ada dalam taurat tidak dimansukh oleh Injil, bahkan disempurnakan dan diperkuat.
1085 Dengan mengerjakan apa yang aku perintahkan kepada kalian berupa mentauhidkan (mengesakan) Allah
dan mentaati-Nya.
1086 Hal itu, karena taat kepada rasul sama saja taat kepada Allah.
1087 Inilah dakwah Nabi Isa 'alaihis salam, yakni sama seperti para nabi dan rasul lainnya, sama-sama
mengajak manusia mentauhidkan Allah. Namun kaumnya mendustakan Beliau dan tidak mau beriman.
Dalam ayat ini terdapat bantahan terhadap orang-orang Nasrani yang meyakini trinitas -Maha Suci Allah-,
dan bahwa yang demikian bukanlah ajaran Nabi Isa 'alaihis salam.
1088 Yaitu beribadah kepada Allah, bertakwa kepada-Nya dan mentaati Rasul-Nya.
1089 Yakni jalan yang menghubungkan kepada Allah, menghubungkan kepada surga-Nya, sedangkan jalan
selain ini menghubungkan ke neraka.
1090 Yakni mereka tetap saja ingkar, bahkan mereka bermaksud membunuh Beliau.
Abu Yahya Marwan bin Musa
171
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
53. Ya Tuhan Kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan Kami telah
mengikuti rasul, karena itu masukanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi
(tentang keesaan-Mu dan kebenaran rasul-Mu) 1091 ".
Ayat 54-58: Allah 'Azza wa Jalla menyelamatkan Nabi Isa 'alaihis salam dari musuh-
musuhnya, yaitu orang-orang Yahudi
is
54. Dan mereka (orang-orang kafrr) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya
mereka 1092 . dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
I] jjT U- j \jJl£= \ ^ji&j til 'jj Jj Is^^i ^jji Jii ii
55. (Ingatlah), ketika Allah berfirman, "Wahai Isa! Sesungguhnya aku akan mengambilmu dan
mengangkatmu kepada-Ku 1093 serta menyucikanmu 1094 dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan
orang-orang yang mengikutimu di atas 1095 orang-orang yang kafir 1096 hingga hari kiamat. Kemudian
hanya kepada-Ku kembalimu, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan 1097 ."
1091 Ada yang menafsirkan bahwa maksud "menjadi saksi" di sini adalah sama seperti umat Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam yang akan menjadi saksi untuk para rasul, bahwa mereka telah menyampaikan
risalahnya kepada kaumnya.
1092 Orang-orang kafir Bani Israil membuat makar terhadap Nabi Isa 'alaihis salam dengan menyerahkan
Beliau kepada orang yang akan membunuhnya secara tiba-tiba, maka Allah menjadikan orang yang
memberitahukan keberadaan Nabi Isa 'alaihis salam rupanya mirip Nabi Isa 'alaihis salam, akhirnya orang itu
ditangkap, dibunuh dan disalib. Mereka menyangka bahwa orang yang mereka bunuh dan mereka salib
adalah Nabi Isa 'alaihis salam, padahal bukan, bahkan Nabi Isa 'alaihis salam telah diangkat Allah ke langit.
1093 Baik badan maupun ruhnya dari dunia ini tanpa mengalami mati. Nabi Isa 'alaihis salam diangkat ke
langit ketika orang-orang kafir hendak membunuh Beliau, saat itu usia Beliau 33 tahun. Imam Bukhari dan
Muslim meriwayatkan hadits bahwa Nabi Isa 'alaihis salam nanti akan turun menjelang hari kiamat, Beliau
akan berhukum menggunakan syari'at Nabi kita Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, membunuh Dajjal,
mematahkan salib dan meniadakan jizyah. Sedangkan dalam hadits riwayat Muslim disebutkan, bahwa nabi
Isa 'alaihis salam akan tinggal selama tujuh tahun setelah turun ke bumi. Setelah itu Beliau wafat dan
dishalatkan oleh kaum muslimin.
1094 Yakni menjauhkanmu atau menyelamatkanmu.
1095 Allah Subhaanahu wa Ta'aala memenangkan orang-orang mukmin terhadap orang-orang kafir. Orang-
orang Nasrani pada waktu itu yang beriman kepada Nabi Isa 'alaihis salam, senantiasa mampu mengalahkan
orang-orang Yahudi, karena orang-orang Nasrani lebih mengikuti Nabi Isa daripada orang-orang yahudi,
sampai Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengutus Nabi kita Muhamad shallallahu 'alaihi wa sallam. Kaum
muslimin pengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam inilah yang sesungguhnya mengikuti Nabi
Isa 'alaihis salam, maka Allah menguatkan mereka sehingga mampu mengalahkan orang-orang Yahudi dan
orang-orang kafir lainnya, termasuk orang-orang Nasrani yang tidak mau mengikuti Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun terkadang orang-orang kafir baik dari kalangan Nasrani maupun
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^H 172
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
56. Adapun orang-orang yang kafir 1098 , maka akan Aku azab mereka dengan azab yang sangat keras
di dunia 1099 dan di akhirat, sedang mereka tidak memperoleh penolong.
57. Dan adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih 1100 , maka Allah akan
memberikan pahala kepada mereka dengan sempurna 1101 . Dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang zalim.
58. Demikianlah (kisah 'Isa), Kami membacakannya kepada kamu sebagaian dari bukti-bukti
(kerasulannya) dan membacakan Al Quran yang penuh hikmah.
Ayat 59-61: Nabi Isa 'alaihis salam adalah manusia sebagaimana para nabi yang lain, serta
penjelasan bahwa agama yang diterima di sisi Allah hanyalah satu, yaitu agama Islam
59. Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam 1102 .
Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang manusia),
makajadilahdia 1103 .
lainnya dapat mengalahkan orang-orang muslim, hal tersebut merupakan hikmah/kebijaksanaan dari Allah
dan sebagai hukuman karena mereka meninggalkan mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
1096 Baik mengalahkan hujjah mereka maupun mengalahkan mereka dalam peperangan.
1097 Baik tentang perkara Nabi Isa 'alaihis salam maupun perkara agama. Masing-masing pihak mengaku
bahwa dirinya yang benar, sedangkan yang lain adalah salah, pada hari kiamat nanti Allah Subhaanahu wa
Ta'aala akan menyelesaikan semua masalah yang mereka perselisihkan itu.
1098 Yakni orang-orang yang kafir kepada Nabi Isa 'alaihis salam seperti orang-orang Yahudi dan orang-
orang yang bersikap ghuluw (berlebihan) kepada Beliau sampai menuhankan.
1099 Baik dengan musibah, diperangi, ditawan, dirampas harta dan kepemilikan maupun dikenakan jizyah
(pajak).
1100 Baik amal shalih yang terkait dengan hati, lisan maupun anggota badan yang diajarkan rasul, dan mereka
melakukannya dengan niat mencari ridha Allah Rabbul 'alamin.
1101 Ayat ini pun menunjukkan bahwa di dunia mereka akan mendapatkan pahala terhadap amal mereka, baik
dengan dimuliakan, ditolong dan mendapatkan kehidupan yang bahagia, hanya saja pahala secara sempurna
akan diberikan pada hari kiamat, di mana mereka akan mendapatkan kebaikan yang mereka kerjakan
semuanya ada di hadapan, lalu diberikan balasannya dan diberikan tambahan oleh Allah dari karunia dan
kepemurahan-Nya.
1 102 Adam 'alaihis salam diciptakan tanpa bapak dan ibu.
1103 Oleh karena itu, dakwaan bahwa Nabi Isa adalah tuhan karena diciptakan tanpa bapak merupakan
dakwaan yang batil. Nabi Adam 'alaihis salam diciptakan tanpa bapak dan ibu, dan semua sepakat bahwa dia
adalah hamba Allah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
173
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
60. Kebenaran itu datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang
ragu." 04
61. Siapa yang membantahmu 1105 tentang Isa 1106 setelah datang ilmu kepadamu 1107 , maka
katakanlah, "Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri
kamu, diri kami dan diri kamu 1108 , kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah
ditimpakan kepada orang-orang yang dusta 1109 .
Ayat 62-68: Ajakan kepada tauhid, hakikat agama Nabi Ibrahim 'alaihi salam dan penafian
penisbatan orang-orang Yahudi dan Nasrani kepadanya
62. Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Allah; dan sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana .
63. Kemudian jika mereka berpaling, maka (ketahuilah) bahwa Allah Maha Mengetahui orang-
orang yang berbuat kerusakan 11 10 .
1104 Dalam ayat ini terdapat peneguhan dan penenteraman hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dari
ayat ini diambil sebuah prinsip, bahwa perkara yang ditegaskan oleh dalil-dalil bahwa hal itu adalah hak
(benar) dan meyakinkan hamba baik terkait dengan masalah 'aqidah maupun lainnya, maka wajib diyakini
bahwa selain itu adalah batil, dan bahwa semua syubhat yang datang kepadanya adalah fasid (rusak), baik
hamba tersebut sanggup menolak syubhat itu maupun tidak. Dengan prinsip ini, semua kemusykilan yang
dilontarkan oleh ahli kalam dan ahli mantiq dapat tersingkirkan, kalau pun seseorang hendak membantah,
maka hal itu merupakan kerelaan menambah amalan. Kalau pun tidak membantah, maka tugasnya adalah
menerangkan kebenaran dengan dalil-dalilnya dan berdakwah kepadanya.
1105 Yakni setelah kamu menyampaikan bukti-bukti yang jelas yang menerangkan bahwa Isa adalah hamba
Allah, bukan tuhan, namun ternyata ia tetap membantahmu, maka mendebatnya lagi tidak ada faedah. Oleh
karena itu, ajaklah mereka bermubahalah (saling berdo'a menimpakan laknat kepada yang berdusta).
1106 Misalnya menyangka bahwa kedudukannya mencapai posisi tuhan.
1 107 Yakni bahwa Isa adalah hamba Allah, bukan tuhan, dan bahwa ia adalah utusan Allah.
1108 Saat itu, keluar bersama Beliau Al Hasan dan Al Husain, Fathimah dan Ali, Beliau memerintahkan
mereka mengamini do'a Beliau, namun ternyata utusan Nasrani Najran tidak berani dan berdamai dengan
membayar jizyah (pajak).
1109 Mubahalah ialah masing-masing pihak di antara orang-orang yang berbeda pendapat berdoa kepada
Allah dengan sungguh-sungguh, agar Allah menjatuhkan laknat kepada pihak yang berdusta. Nabi mengajak
utusan Nasrani Najran bermubahalah tetapi mereka tidak berani dan ini menjadi bukti kebenaran Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
1110 Sehingga nanti Allah akan memberikan hukuman kepada mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
174
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
64. Katakanlah (Muhammad), "Wahai ahli Kitab! marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) 1111 yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah
selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun 1112 dan bahwa kita tidak
menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah" 1113 . Jika mereka berpaling maka katakanlah
(kepada mereka) "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim". 1 " 4
^Ul leJbu ^ Sfj J—^j^lj SijjUl C-Jj^ (3 ^.UJ'?-^ f-j. y>ll^=J 1 Jill)
65. Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu berbantah-bantahan 1115 tentang Ibrahim, padahal Taurat dan
Injil tidak diturunkan melainkan setelah Ibrahim. Apakah kamu tidak mengerti?
1111 Kalimat ini merupakan kalimat yang disepakati oleh para nabi dan rasul, dan tidak ada yang
menyelisihinya selain orang yang keras kepala dan sesat. Kalimat tersebut bukanlah kalimat yang khusus
bagi pihak tertentu, bahkan semua juga harus memilikinya. Hal ini merupakan sikap adil dalam berbicara dan
inshaf dalam berdebat. Kalimat tersebut adalah kalimat Laailaahaillallah sebagaimana yang diterangkan pada
kalimat selanjutnya.
1112 Baik dengan nabi, malaikat, patung, berhala, salib, hewan maupun benda mati.
1113 Seperti menjadikan rahib dan orang alim mereka sebagai tuhan, dengan mentaati apa yang mereka
perintahkan meskipun menyalahi perintah Allah, misalnya ketika mereka menghalalkan apa yang Allah
haramkan, mereka mengikutinya, dan ketika mereka mengharamkan apa yang Allah halalkan, mereka pun
mengikutinya. Dalam ayat ini terdapat perintah agar kita hanya taat mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya dan
tidak taat kepada makhluk saat mereka bermaksiat kepada Allah.
1114 Faedah mengatakan kata-kata ini kepada mereka (ahlul kitab) untuk menegakkan hujjah kepada mereka.
Di samping itu, jika kita telah tunduk dan beriman, maka Allah tidak peduli dengan orang-orang yang tidak
mau masuk Islam karena memang niat mereka yang buruk, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (Al Israa': 107)
Demikian juga menunjukkan, bahwa ketika datang syubhat kepada seorang muslim, hendaknya mereka
memperbaharui imannya dan menampakkan keislamannya sebagai pemberitahuan terhadap keimanannya
dan tanda syukur terhadap nikmat Tuhannya.
1115 Ayat ini turun ketika orang-orang Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Yahudi, sedangkan
orang-orang Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Nasrani. Maka Allah membantah mereka
dengan tiga alasan:
Pertama, perdebatan mereka tentang Nabi Ibrahim 'alaihis salam merupakan perdebatan yang tidak memiliki
ilmu tentangnya.
Kedua, Taurat dan Injil tidaklah diturunkan kecuali setelah Nabi Ibrahim 'alaihis salam, sehingga bagaimana
mungkin Nabi Ibrahim menisbatkan diri kepada mereka, sedangkan Beliau datang sebelum mereka.
Ketiga, Allah Ta'ala menyucikan Beliau dari orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik serta
menjadikan Beliau sebagai seorang yang hanif lagi muslim.
Di samping itu, agama Yahudi dan Nasrani muncul jauh setelah Beliau.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
jvLu 4JJ|J ^lc^ tS*^ ■^_J | (*^^ ^^ : > t: > tJ - s »- J^J 3 -*
66. Begitulah kamu! Kamu ini (sewajarnya) berbantah-bantahan tentang hal yang kamu ketahui 1116 ,
Tetapi mengapa kamu berbantah-bantahan juga tentang apa yang tidak kamu ketahui 1117 ? Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
67. Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang
yang lurus 1118 , muslim dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.
68. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim 1119 ialah orang-orang yang
mengikutinya, dan Nabi ini (Muhammad) 1120 , serta orang-orang yang beriman (kepada Nabi
Muhammad) 1121 . Allah adalah pelindung semua orang yang beriman. 1122 .
Ayat 69-74: Sikap Ahli Kitab terhadap kaum muslimin dan tipu daya mereka kepada kaum
muslimin dengan melakukan penipuan, pemalsuan, penyesatan dsb.
(tjp J \-*3 ^» ^ .** 6'»1 *S?I j L^j^^L^^'v^SOT Jil ^ Majlis oOj
69. Segolongan Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu 1123 , padahal mereka (sebenarnya) tidak
menyesatkan melainkan diri mereka sendiri 1124 , tetapi mereka tidak menyadari.
1116 Yakni tentang Nabi Musa 'alaihis salam, Nabi Isa 'alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam.
1117 Yakni tentang Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
1118 Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
1119 Maksudnya: Paling berhak dengan Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
1120 Karena kebanyakan syari'at Beliau sama dengan syari'at Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
1121 Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman inilah yang lebih cocok mengatakan
bahwa mereka di atas agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Adapun orang-orang yang membuang agamanya
ke belakang punggungnya seperti orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik, bukanlah di atas
agama Nabi Ibrahim 'alaihis salam, dan Beliau berlepas diri dari mereka.
1122 Dari ayat 65-68 dapat diambil beberapa kesimpulan, di antaranya:
Larangan berdebat dalam hal yang kita tidak memiliki ilmu tentangnya.
Anjuran untuk mengetahui tarikh (sejarah), dan bahwa mengetahui tarikh dapat digunakan untuk
membantah perkataan-perkataan yang batil dan dakwaan yang menyalahi sejarah.
1123 Ayat ini sama seperti finnan Allah Ta'ala:
"Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah
kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka
kebenaran...dst." (Terj. Al Baqarah: 109)
1124 Usaha mereka menyesatkan kaum mukmin, tidaklah menimpa selain kepada diri mereka sendiri,
membuat mereka semakin sesat dan bertambah azabnya. Allah Ta'ala berfirman:
Abu Yahya Marwan bin Musa
176
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
^^LjjM^ f^J ^LjsJ^ pl'y^fi J-*^
70. Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah 1125 , padahal kamu mengetahui
(kebenarannya)? 1126
71. Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan 1127 , dan
kamu menyembunyikan kebenaran 1128 , padahal kamu mengetahui?
72. Segolongan Ahli Kitab 1129 berkata (kepada sesamanya), "Perlihatkanlah (seolah-olah) kamu
beriman kepada apa yang diturunkan kepada orang-orang beriman (sahabat-sahabat Rasul) pada
awal siang dan ingkarilah di akhirnya, agar mereka kembali (kepada kekafiran) 1130 .
^J>-l>4j\ kojl Xa JJu jl=4 jjjj ol Csm^ o| Ij^lf^r 1 £H cr*4 ^! 'j^jJ 2
73. Dan janganlah kamu percaya selain kepada orang yang mengikuti agamamu 1131 ."
Katakanlah 1132 , "Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) hanyalah petunjuk Allah 1133 ",
"Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka
siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan. " (Terj. An Nahl: 88)
1125 Yakni ayat-ayat Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
1126 Maksudnya: Apa yang menyebabkan kamu wahai Ahli Kitab, berbuat kafir kepada ayat-ayat Allah
padahal kamu mengetahui bahwa pendirian kamu adalah batil, dan yang dibawa oleh Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam itulah yang benar?. Ayat ini merupakan larangan kepada mereka untuk
menyesatkan diri mereka sendiri, dan pada ayat selanjutnya tedapat larangan bagi mereka menyesatkan
orang lain.
1127 Yaitu menutupi firman-firman Allah yang tertulis dalam Taurat dan Injil dan mengganti dengan
perkataan yang dibuat-buat mereka (Ahli Kitab). Orang-orang berilmu yang mencampuradukkan yang hak
dengan yang batil dan menyembunyikan kebenaran membuat kebenaran menjadi samar dan kebatilan
menjadi dianggap benar, akibatnya orang-orang awam tidak dapat mengambil petunjuk. Padahal yang
diinginkan dari ahli ilmu adalah menerangkan kebenaran kepada manusia, memilah mana yang hak dan
mana yang batil, mana yang halal dan mana yang haram, mana aqidah yang benar dan mana aqidah yang
salah agar manusia dapat mengambil petunjuk dan hujjah menjadi tegak bagi orang-orang yang tetap
mengingkari. Oleh karena itu, mereka yang menyembunyikan yang hak memperoleh laknat dari Allah,
malaikat dan manusia semuanya sebagaimana disebutkan dalam surat Al Baqarah: 159. Di samping itu,
Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga telah mengambil perjanjian dari mereka agar mereka menyampaikan
kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya sebagaimana dalam surat Ali Imran: 187.
1128 Maksudnya: kebenaran tentang kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam atau sifat-sifat Beliau
yang disebutkan dalam Taurat dan Injil.
1129 Yakni orang-orang Yahudi.
1130 Yakni agar kaum mukmin meragukan kebenaran agama mereka, sehingga mereka mengatakan "Jika
memang agama ini benar, tentu mereka tidak akan murtad daripadanya", akhirnya mereka mau kembali kafir.
Abu Yahya Marwan bin Musa
177
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
nantinya seseorang 1134 akan diberi seperti apa yang diberikan kepada kamu 1135 , atau bahwa mereka
akan mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu." Katakanlah, "Sesungguhnya karunia itu di
tangan Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang dikehendaki. Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui 1136 ."
74. Allah menentukan rahmat-Nya 1137 kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah memiliki
karunia yang besar.
Ayat 75-77: Akhlak dan keburukan Ahli Kitab dalam bermu'amalah dan dalam melakukan
akad; sebagian mereka ada yang dapat dipercaya, dan sebagian lagi tidak
vLUl 2 J^i^-i o| >«-f^?j ^^yi j\y>:a s 4j^»Lj q \ qa t_-ix5pl Jjh! ♦
75. 1138 Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu percayakan kepadanya harta yang banyak,
niscaya dia mengembalikannya kepadamu 1139 . Tetapi ada pula di antara mereka yang jika kamu
1131 Maksudnya: Jangan kamu percayakan dan menyampaikan rahasia selain kepada orang yang seagama
dengan kamu (Yahudi/Nasrani) agar orang lain tidak jadi masuk Islam. Hal ini karena jika mereka
menyampaikan pengetahuan yang sebenarnya kepada selain mereka, nantinya orang lain memiliki ilmu
tentang kebenaran risalah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana yang dimiliki mereka
sehingga masuk Islam, orang itu pun akan mengalahkan hujjah mereka di hadapan Allah pada hari kiamat,
bersaksi bahwa hujjah telah tegak kepada mereka di dunia dan petunjuk telah jelas, namun mereka tidak mau
mengikuti.
1132 Sebagai jawaban terhadap anggapan mereka bahwa pengetahuan tentang kebenaran hanya dimiliki
mereka saja.
1133 Petunjuk itu berasal dari Allah. Petunjuk itu bisa berupa mengetahui kebenaran maupun mengamalkan
kebenaran itu (memperoleh taufiq), dan tidak ada yang memperoleh taufiq selain orang yang diberi taufiq
oleh Allah. Orang-orang Ahli Kitab tidaklah diberi pengetahuan kecuali sedikit, sedangkan taufiq untuk
beramal, maka telah hilang dari mereka karena busuknya niat dan buruknya tujuan mereka. Adapun umat ini,
maka mereka memperoleh hidayah dan taufiq (yakni ilmu dan amal), sehingga wal hamdulillah umat ini
karena hidayah dari Allah memperoleh berbagai cabang ilmu dan pengetahuan dengan dibarengi amal,
mereka pun memperoleh ketinggian, menjadi orang-orang yang menunjukkan jalan yang lurus dengan
perintah Allah. Hal ini merupakan karunia Allah dan ihsan-Nya yang besar kepada mereka.
1 134 Yakni orang selain kamu.
1135 Berupa pengetahuan tentang kebenaran.
1136 Yakni mengetahui siapa yang berhak memperoleh karunia itu dan siapa yang tidak.
1137 Maksudnya: Kenabian dan hidayah.
1138 Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam ayat ini menerangkan keadaan Ahli Kitab dalam hal amanah dan
khianat pada harta, setelah menyebutkan khianatnya mereka dalam agama, makar yang mereka lakukan dan
sikap mereka menyembunyikan kebenaran.
1139 Dengan tidak berkhianat sebagaimana yang dilakukan Abdullah bin Salam dan kawan-kawannya. Jika
mereka tidak berkhianat terhadap harta yang banyak, maka terhadap harta yang sedikit tentu lebih tidak
berkhianat lagi.
Abu Yahya Marwan bin Musa
178
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
percayakan kepadanya satu dinar, dia tidak mengembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu
menagihnya 11 . Yang demikian itu disebabkan mereka berkata 141 , "Tidak ada dosa bagi kami
terhadap orang-orang ummi (buta huruf) 1142 ." Mereka mengatakan hal yang dusta terhadap Allah,
padahal mereka mengetahui.
76. Sebenarnya tidak demikian 1143 , barang siapa menepati janjinya 1144 dan bertakwa 1145 , maka
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.
77. 1146 Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan
harga yang murah 1147 , mereka itu tidak memperoleh bagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan
1140 Yakni karena sifat khianatnya sebagaimana yang dilakukan Ka'ab bin Al Asyraf dan kawan-kawannya.
Jika terhadap harta yang sedikit saja berani berkhianat apalagi terhadap harta yang banyak.
1141 Pernyataan ini merupakan anggapan halal dari mereka terhadap harta orang-orang Arab atau anggapan
halal dari mereka berbuat zhalim kepada orang-orang yang tidak seagama dengan mereka. Mereka melihat
rendah kepada orang-orang selain mereka, dan memandang besar diri mereka, oleh karena itu mereka
menganggap bahwa orang-orang ummi tidak perlu dihargai dan dihormati. Mereka menggabung antara
memakan harta yang haram dan meyakini sebagai sesuatu yang halal, mereka menyandarkan anggapan itu
kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, padahal berdusta terhadap Allah lebih besar dosanya dibanding
berkata tentang Allah tanpa ilmu.
1142 Yang mereka maksud dengan orang-orang Ummi dalam ayat ini adalah orang-orang Arab.
1143 Yakni anggapan tidak ada dosa bagi kalian mengambil harta orang-orang ummi adalah salah, bahkan
kalian mendapatkan dosa yang besar karena anggapan dan perbuatan itu.
1144 Yakni janji yang telah dibuat seseorang baik terhadap Allah maupun sesama manusia, seperti
menunaikan amanah dsb.
1145 Maksud bertakwa di sini adalah menjauhi maksiat yang terjadi antara dirinya dengan Allah maupun
antara dirinya dengan orang lain.
1146 Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi ketika mereka merubah sifat Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam dan pesan Allah kepada mereka dalam Taurat. Demikian juga berkenaan dengan
orang-orang yang bersumpah dusta baik dalam berdakwa maupun dalam menjual barang dagangan.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Barang siapa bersumpah untuk mengambil harta seseorang, padahal sumpahnya dusta, maka ia akan
menghadap kepada Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya." Maka Allah menurunkan ayat,
"Innalladziina yasytaruuna bi'ahdillah...dst. "
Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu 'anhu bahwa ada seorang yang
menjajakkan barang dagangan di pasar, ia bersumpah bahwa barang dagangannya telah dihargai sekian
namun ia menolak untuk, dengan maksud agar dibeli oleh seseorang dari kaum muslimin, maka turunlah
ayat, "Innalladziina yasytaruuna bi 'ahdillah . . . dst.
1147 Termasuk ke dalamnya orang yang mengambil upah terhadap hak Allah yang ditinggalkannya maupun
hak manusia yang tidak dipenuhinya. Demikian juga orang yang bersumpah untuk mengambil harta orang
yang terpelihara hartanya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
179
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
berkata-kata dengan mereka, tidak akan memperhatikan mereka pada hari kiamat 1148 dan tidak akan
menyucikan mereka. Bagi mereka azab yangpedih 1149 .
Ayat 78-80: Contoh kesesatan Ahli Kitab dan kedustaan mereka dalam urusan agama, dan
penjelasan bahwa seorang nabi tidak akan menyuruh manusia menyembah dirinya
{jf^j QjjAju Laj j60 I AJOl jJlP Q jJjJLj 4Jdl JL^P ^ "^A Loj JLlP ^ ^ j jJjJLj
78. Sesungguhnya di antara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al
Kitab 1150 , agar kamu menyangka yang (mereka baca) itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan
dari Al kitab dan mereka berkata, "Itu dari sisi Allah", padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka
berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.
aJjT QjZ J ISLLp I y £ <j-"LtiJ Jj-aj j^J o^JS\j j^j>jtj <^d^S\ 4JoT 0' j^4l 0^ ^
79. 1151 Tidak wajar bagi seorang yang diberi kitab oleh Allah, hikmah 1152 dan kenabian, kemudian
dia berkata kepada manusia, "Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah." tetapi (dia
berkata), "Jadilah kamu rabbani 1153 , karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu
mempelajarinya ! "
80. Dan (tidak mungkin pula baginya) menyuruh kamu menjadikan para malaikat dan para nabi
sebagai t
muslim? 1
1148 Karena murka dan marah kepada mereka yang mendahulukan hawa nafsu daripada keridhaan Tuhannya.
1149 Baik pedih bagi hati maupun badan, yaitu mendapatkan kemurkaan Allah dan dihijab (ditutupi) dari-Nya
serta mendapat azab neraka jahannam, nas'alullahal 'aafiyah.
1150 Merubah lafaz maupun maknanya seperti mengalihkan dari maksudnya. Mereka menghilangkan makna
yang hak dan menetapkannya dengan makna yang batil, serta membawa lafaz yang menunjukkan yang hak
kepada makna yang rusak padahal mereka mengetahuinya.
1151 Ayat ini turun ketika orang-orang Nasrani Najran mengatakan bahwa Nabi Isa memerintahkan mereka
untuk menjadikan Beliau sebagai tuhan dan ketika sebagian kaum muslimin meminta kepada Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam agar diizinkan sujud kepada Beliau. Ada pula yang mengatakan,
bahwa ayat ini turun sebagai bantahan kepada orang-orang Ahli Kitab yang berkata kepada Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam saat Beliau memerintahkan mereka beriman kepadanya dan mengajak mereka untuk
mentaatinya, "Apakah kamu wahai Muhammad menginginkan agar kami menyembahmu?"
1152 Yakni kepahaman terhadap syari'at.
1153 Rabbani ialah orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Ada pula
yang mengartikan sebagai ulama, hukama' (orang-orang bijak), dan hulama' (orang-orang yang sabar) yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia dari mulai ilmu yang kecil hingga besar sambil mengamalkannya.
1154 Sebagaimana orang-orang shabi'in menjadikan malaikat sebagai tuhan, orang-orang Yahudi menjadikan
Uzair sebagai tuhan dan orang-orang Nasrani menjadikan Isa sebagai tuhan.
1155 Yakni tidak patut bagi seorang nabi menyuruh demikian.
Abu Yahya Marwan bin Musa
180
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 81-83: Pengambilan perjanjian dari para nabi agar mereka beriman kepada Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan pengakuan bahwa ibadah itu hanya untuk
Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja
81. Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Manakala Aku memberikan
kitab dan hikmah lalu datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu,
niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." 1156 Allah berfirman,
"Apakah kamu setuju dan menerima perjanjian-Ku atas yang demikian itu?" Mereka menjawab,
"Kami setuju". Allah berfirman: "Kalau begitu bersaksilah (wahai para nabi) dan Aku menjadi saksi
(pula) bersama kamu".
83. Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah 1158 , padahal apa yang di
langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, baik dengan suka 1159 maupun terpaksa 1160 , dan hanya
kepada-Nya mereka dikembalikan 1161 .
Ayat 84-85: Wajibnya beriman kepada para nabi dan rasul 'alaihimus salam, dan bahwa
agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam
1156 Para nabi berjanji kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala bahwa apabila datang seorang Rasul bernama
Muhammad, maka mereka akan beriman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian nabi-nabi ini mengikat
pula para umatnya. Ayat ini termasuk dalil tingginya kedudukan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam, dan bahwa Beliau adalah nabi yang paling utama dan pemimpin mereka.
1157 Fasik ialah orang yang tidak memperhatikan perintah Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Berdasarkan ayat
ini, barang siapa mengaku sebagai pengikut para nabi -seperti halnya orang-orang Yahudi dan Nasrani-
namun tidak mau mengikuti Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, maka sesungguhnya mereka
telah berpaling dari perjanjian tersebut, mereka adalah orang-orang fasik dan akan masuk neraka dengan
kekal.
1158 Hal ini sangat tidak patut sekali, karena tidak ada agama yang paling baik selain agama Allah.
1159 Sebagaimana orang-orang mukmin yang tunduk beribadah kepada Allah.
1160 Yaitu seluruh makhluk, termasuk orang-orang kafir, mereka mengikuti qadha dan qadar Allah
Subhaanahu wa Ta'aala dan tidak bisa keluar dari ketetapan-Nya.
1161 Semua makhluk akan kembali kepada-Nya, nanti Dia akan memutuskan masalah mereka dan
memberikan balasan dengan hukum-Nya yang berjalan antara memberikan karunia dan berbuat adil.
Abu Yahya Marwan bin Musa
181
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
uj iLJu^lj ^__j>ji*jj i jL>^\j J_jLLft_3jjj ji_jb^3l ^J-p Jjjl uj HJ-P Jji! aJjL LLoU Ji
84. Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan
yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yakub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan
kepada Musa, Isa dan para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di
antara mereka 1162 dan hanya kepada-Nya kami menyerahkan diri 1163 ." 1164
g^^-kjl s^-Sfl (Jj^j^ SM(J^ ^^V 1
85. 1165 Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu)
daripadanya 1166 , dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi 1167 .
Ayat 86-91: Hidayah hanya di Tangan Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan bahwa Allah
Subhaanahu wa Ta'aala tidak akan menerima orang yang menunda tobat sampai matinya,
dan bahwa amal orang kafir tidaklah bermanfaat baginya pada hari Kiamat
@ ^J4iJ l>3iJT (ja^j
86. 1168 Bagaimana 1169 Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang kafir setelah mereka
beriman, serta telah mengakui bahwa Rasul itu (Muhammad) benar-benar rasul, dan bukti-bukti
yang jelas telah sampai kepada mereka? Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim 1170 .
1162 Dengan beriman kepada sebagian dan mendustakan sebagian yang lain.
1163 Mengikhlaskan beribadah kepada-Nya.
1164 j a f s j r a y at jjjj ig)-,^ nncinya sudah disebutkan dalam surat Al Baqarah: 136.
1165 Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang murtad dan bergabung dengan orang-orang kafir.
1166 Amal shalihnya tertolak; tidak diterima.
1167 Karena kembalinya ke neraka.
1168 Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata: Ada seorang Anshar yang masuk Islam, lalu murtad
dan melakukan kemusyrikan lagi, kemudian ia menyesal, maka ia mengirim seseorang kepada kaumnya
yang isinya menyuruh kaumnya mengirimkan seseorang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam,
memberitahukan apakah masih diterima tobatnya? Maka turunlah ayat, "Kaifa yahdillahu qauman....dst.
sampai ayat 89. (Hadits ini para perawinya adalah para perawi kitab shahih, Ibnu Jarir menyebutkan hadits
tersebut secara mursal dan maushul, dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahihnya, Thahawi dalam
Musykilul Atsar, dan Hakim. Hakim berkata, "Shahih isnadnya, namun keduanya (Bukhari dan Muslim)
tidak meriwayatkan," dan didiamkan oleh Adz Dzahabi.)
1169 Yakni termasuk hal yang ba'id G au h), tidak mungkin dsb.
1170 Mereka adalah orang-orang zhalim, meninggalkan yang hak setelah mengetahuinya, mengikuti yang batil
padahal mereka mengetahui kebatilannya karena zhalim dan mengikuti hawa nafsu. Mereka ini, tidak
mungkin diberi taufiq untuk mengikuti hidayah. Hal itu, karena orang yang diharapkan mendapat petunjuk
adalah orang yang tidak mengetahui yang hak, namun dia ingin mencariinya. Terhadap orang ini, Allah akan
memudahkan sebab-sebab memperoleh hidayah dan menjaganya dari sebab-sebab kesesatan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
182
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
87. Mereka itu, balasannya ialah ditimpa laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya,
88. Mereka kekal di dalamnya 1171 , tidak akan diringankan azabnya 1172 , dan mereka tidak diberi
penangguhan 1173 .
89. Kecuali orang-orang yang bertobat setelah itu dan melakukan perbaikan 1174 . Maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
90. 11 75 Sesungguhnya orang-orang yang kafir 1176 setelah beriman 1177 , kemudian bertambah
kekafrrannya 1178 , tidak akan diterima tobatnya 1179 ; dan mereka itulah orang-orang yang sesat.
l^j & uist jjj ^__j^jVt <S? Cr^ ' Oi
ex? ^ ' ^ j*-^ ^^j'
91. Sesungguhnya orang-orang yang kafrr dan mati dalam kekafiran, maka tidak akan diterima
(tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun berupa emas sepenuh bumi, sekalipun dia
hendak menebus diri dengannya 1180 . Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang pedih
dan mereka tidak memperoleh penolong.
1171 Di dalam laknat atau neraka.
1172 Baik dengan dihilangkan sejenak azab itu, maupun dihilangkan sebagian azab itu.
1173 Hal itu, karena masa penangguhan sudah berlalu, yaitu dunia. Allah telah memberikan udzur mereka dan
memanjangkan umurnya di mana seharusnya orang yang berpikir sadar. Jika seandainya dalam diri mereka
terdapat kebaikan, tentu akan ditemukan. Dan sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, niscaya mereka
akan mengulangi perbuatan yang dilarang itu.
1174 Melakukkan perbaikan berarti mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik untuk menghilangkan akibat-
akibat yang jelek dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.
1175 Menurut pengarang Tafsir Al Jalaalain, ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi. Namun
menurut riwayat Al Bazzar dari Ibnu Abbas, bahwa ayat ini turun berkenaan beberapa orang yang masuk
Islam, kemudian murtad, lalu masuk Islam lagi, kemudian murtad lagi (riwayat ini isnadnya jayyid).
1176 Yakni kafir kepada Nabi Isa 'alaihis salam.
1177 Setelah beriman kepada Nabi Musa 'alaihis salam.
1178 Yakni kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
1179 Yakni ketika ajal telah di kerongkongan atau ketika mereka meninggal dalam keadaan kafir. Ada pula
yang mengartikan bahwa Allah tidak memberi taufiq kepada mereka untuk bertobat. Hal ini disebabkan
mereka tidak beriman ketika bukti kebenaran telah datang, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti pertama kali mereka tidak
beriman kepadanya (Al Quran), dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan. (terj. Al An'aam: 110)
1180 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
Abu Yahya Marwan bin Musa
183
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Juz 4
Ayat 92-94: Menerangkan tentang fiqh infak, dan bantahan terhadap larangan orang
Yahudi tentang makanan
92. 1181 Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai 1182 . Dan apa pun yang kamu infakkan 1183 , maka
sesungguhnya Allah mengetahuinya 1184 .
93. 11 85 Semua makanan itu halal bagi Bani Israil, kecuali makanan yang diharamkan oleh Israil
(Yakub) untuk dirinya sendiri 1186 sebelum Taurat dimrunkan 1187 . Katakanlah (Muhammad), "(Jika
Allah akan berkata kepada penghuni neraka yang paling ringan siksanya, "Bagaimana jika sekiranya kamu
memiliki segala sesuatu yang ada di bumi, maukah kamu menebus dirimu denganya?" Ia menjawab, "Ya",
Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah menawarkan kepadamu yang lebih ringan dari itu ketika kamu
dalam tulang shulbi Adam, yaitu agar kamu tidak menyekutukan Aku, namun kamu menolaknya dan malah
berbuat syirk." (HR. Bukhari)
1181 Ayat ini merupakan dorongan Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk menginfakkan harta pada jalan-
jalan kebaikan.
1182 Orang yang lebih mencintai Allah akan rela mengorbankan harta yang dicintainya dengan
menginfakkannya di jalan-jalan yang diridhai-Nya. Termasuk ke dalam menginfakkan harta yang dicintainya
adalah berinfak ketika orang yang berinfak membutuhkannya dan berinfak ketika kondisi sehat dan berat
mengeluarkannya; dalam kondisi di mana ia khawatir miskin dan mengharap kaya. Ayat ini menunjukkan
bahwa tingkat kebajikan seorang hamba tergantung sejauh mana kerelaan menginfakkan harta yang
dicintainya.
1183 Agar tidak ada kesan bahwa menginfakkan harta jika tidak seperti yang disebutkan berarti tidak
bermanfaat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa apa saja yang kita infakkan, besar
maupun kecil, dicintai atau tidak harta itu, maka Allah akan membalasnya sesuai niat dan manfaat barang
yang diinfakkan.
1 184 Sehingga Dia pun akan memberikan balasan.
1185 Dalam tafsir Al Jalalain diterangkan, bahwa ayat ini turun ketika orang-orang Yahudi berkata,
"Sesungguhnya kamu mengaku berada di atas agama Nabi Ibrahim, padahal ia tidak memakan daging unta
dan susunya." Syaikh As Sa'diy dalam Tafsirnya menerangkan, bahwa ayat ini merupakan bantahan terhadap
orang-orang Yahudi yang menyangka bahwa penghapusan hukum tidak boleh terjadi, oleh karenanya mereka
kafir kepada Nabi Isa 'alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, di mana keduanya
datang dengan membawa hukum yang sebagiannya berbeda dengan hukum yang ada pada Taurat dalam hal
yang halal dan yang haram.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^B 184
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun Taurat), maka bawalah Taurat itu,
lalu bacalah, jika kamu orang-orang yang benar".
94. Barang siapa mengadakan kedustaan terhadap Allah 1188 setelah itu 1189 , maka mereka itulah
orang-orang yang zalim 1190 .
Ayat 95-97: Menerangkan tentang Nabi Ibrahim 'alaihis salam, pembangunannya terhadap
Ka'bah, bantahan terhadap pengakuan Ahli Kitab tentang rumah ibadah yang pertama dan
menetapkan kewajiban haji dalam Islam
95. Katakanlah (Muhammad), "Benarlah (segala yang difrrmankan) Allah." Maka ikutilah agama
Ibrahim yang lurus 1191 , dan dia tidaklah termasuk orang yang musyrik.
96. 1192 Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia, ialah (Baitullah) yang
di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjukbagi seluruh alam 1193 .
„ , , s ^ S ' ' '
1186 Yaitu daging unta dan susunya karena nadzarnya ketika ia menderita sakit 'irqun nasaa (semacam encok),
di mana apabila ia sembuh, niscaya ia tidak akan memakan makanan yang paling disukainya, yaitu daging
unta, demikian pula susunya. Kemudian keturunan Nabi Ya'qub pun mengikutinya, dan hal itu terjadi
sebelum Taurat diturunkan.
1187 Yakni setelah Nabi Ibrahim 'alaihis salam, namun pada masa Beliau makanan tersebut tidak diharamkan.
Setelah Taurat diturunkan, ada beberapa makanan yang diharamkan bagi mereka sebagai hukuman. Nama-
nama makanan itu disebut di dalamnya. Selanjutnya lihat surat An Nisa' ayat 160 dan surat Al An'aam ayat
146.
1188 Dusta terhadap Allah ialah dengan mengatakan bahwa sebelum Taurat diturunkan, Allah telah
mengharamkan beberapa makanan kepada Bani Israil.
1189 Yakni setelah jelas hujjah, bahwa pengharaman tersebut hanya dari diri Nabi Ya'qub 'alaihis salam saja,
tidak dari masa Nabi Ibrahim 'alaihis salam.
1190 Kezaliman apa yang lebih besar daripada kezaliman orang yang diajak untuk menggunakan kitabnya,
lalu menolaknya dengan sombong dan bersikeras di atas pendiriannya. Ayat ini termasuk bukti kebenaran
kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
1191 Di mana Beliau (Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) berada di atasnya. Yang lurus' di sini
maksudnya menyelisihi semua agama selain Islam. Agama Nabi Ibrahim adalah Islam, karena Beliau di atas
tauhid dan tidak berada di atas syirk.
1192 Ayat ini turun ketika Ahli Kitab mengatakan, bahwa kiblat mereka lebih dulu dibangun sebelum kiblat
kaum muslimin. Maka Allah membantahnya, yakni bahwa rumah ibadah yang pertama kali dibangun adalah
Ka'bah, baru kemudian Al Aqsha. larak antara keduanya sebagaimana dalam hadits adalah 40 tahun.
1193 Yakni kiblat mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
185
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
97. Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) maqam Ibrahim 1194 . Barang siapa
memasukinya (Baitullah) amanlah dia 11 5 . Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah 1196 , yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan
perjalanan ke sana 1197 . Barang siapa mengingkari (kewajiban) haji, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam 1198 .
Ayat 98-101: Peringatan terhadap umat Islam agar tidak menaati dan tidak berwala' kepada
Ahli Kitab, serta keharusan menjaga persatuan
1194 Maqam Ibrahim Ialah tempat Nabi Ibrahim 'alaihis salam berdiri membangun Ka'bah, yaitu Hijr.
Sebelumnya, hijr tersebut menempel dengan dinding Ka'bah, namun pada zaman Umar radhiyallahu 'anhu,
diletakkan di tempat yang ada sekarang. Ada yang mengatakan, bahwa tanda yang terdapat di sana adalah
bekas injakan kedua kaki Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang membekas di batu, dan hal itu masih terlihat
sampai di masa-masa pertama umat Islam. Ada pula yang mengatakan, bahwa tanda di dalamnya adalah apa
yang Allah tanamkan ke dalam hati manusia berupa rasa ta'zhim (penghormatan) kepada Baitullah. Ada pula
yang berpendapat, bahwa yang dimaksud maqam Ibrahim di sini adalah maqam-maqam (posisi-posisi)
Beliau di semua tempat manasik, sehingga termasuk di dalamnya semua bagian haji, di mana masing-
masingnya terdapat tanda yang jelas seperti thawaf, sa'i dan tempatnya, wuquf di 'Arafah dan Muzdalifah,
melempar jamrah dan syi'ar-syi'ar lainnya. Sedangkan maksud tanda di sana adalah apa yang Allah tanamkan
dalam hati manusia berupa rasa hormat dan ta'zhim kepadanya, mereka rela mengorbankan jiwa dan harta
untuk dapat sampai ke sana serta siap memikul beban-beban perat untuknya, di samping itu di dalamnya juga
terdapat rahasia dan makna yang tinggi. Bahkan dalam pekerjaan haji pun terdapat hikmah dan maslahat
yang sangat banyak.
1195 Termasuk tanda yang jelas juga adalah bahwa orang yang memasukinya akan aman baik secara syara'
maupun taqdir. Secara syara' adalah, bahwa Allah memerintahkan rasul-Nya untuk menghormatinya dan
mengamankan orang yang memasukinya serta tidak boleh diserang, bahkan sampai mengena pula kepada
hewan buruannya, pepohonan dan tumbuh-tumbuhan. Sebagian ulama ada yang berpendapat berdasarkan
ayat ini, bahwa barang siapa yang melakukan tindak pidana di luar tanah haram, lalu ia berlindung ke
baitullah, maka ia akan aman dan tidak ditegakkan had sampai ia keluar daripadanya. Adapun aman secara
taqdir adalah, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala dengan taqdir-Nya menetapkan dalam diri manusia,
termasuk orang-orang kafir dan musyrik untuk menghormatinya. Lebih dari itu, orang yang berniat jahat
terhadap Baitullah, Allah memberikan hukuman segera kepadanya sebagaimana yang terjadi pada As-habul
Fiil (tentara bergajah yang hendak menghancurkan ka'bah).
1196 Sebelum menyebutkan kewajiban haji, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan kelebihan-kelebihan
Baitullah yang menjadikan hati manusia berkeinginan untuk pergi ke sana, kelebihan itu adalah:
Pertama, sebagai rumah ibadah pertama di dunia.
Kedua, mendapatkan keberkahan, di mana tidak ada rumah yang paling banyak berkahnya dan paling banyak
manfaatnya bagi manusia dibanding Baitullah.
Ketiga, sebagai petunjuk bagi manusia
Keempat, terdapat tanda-tanda.
Kelima, orang yang memasukinya akan aman.
Kalau pun kelebihan di atas tidak disebutkan, tetapi hanya cukup dengan penyandaran kepada-Nya, yakni
sebagai "rumah-Nya", maka hal itu pun sudah cukup.
1197 Yaitu: orang yang sanggup mendapatkan perbekalan, alat-alat pengangkutan, sehat jasmani dan
perjalanan pun aman serta kleluarga yang ditinggalkannya terjamin kehidupannya.
1198 Allah Maha Kaya, tidak memerlukan manusia, jin, malaikat dan ibadah mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
186
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
98. Katakanlah (Muhammad), "Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah (Al
Qur'an), padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?"
@ Oji^ lip
99. Katakanlah (Muhammad), "Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang
yang beriman dari jalan Allah 1199 , kamu menghendakinya (jalan Allah) menjadi bengkok, padahal
kamu menyaksikan?" 1200 . Allah tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan 1201 .
100. 1202 Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu mengikuti sebagian dari orang yang diberi Al
Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir setelah beriman.
101. Bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan
Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? 1203 Barang siapa berpegang teguh
kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Ayat 102-109: Perintah bertakwa, beramr ma'ruf dan nahi munkar, berpegang dengan
agama Allah serta tidak berpecah belah
1199 Yakni dari agama-Nya, dengan mendustakan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan
menyembunyikan nikmat yang diberikan kepadanya.
1200 Menyaksikan maksudnya mengetahui bahwa agama yang diridhai Allah adalah agama Islam
sebagaimana yang ada dalam kitab mereka.
1201 Bahkan Allah meliputi amal mereka, niat mereka dan rencana jahat mereka dan akan memberikan
balasan terhadap pekerjaan mereka. Pekerjaan mereka misalnya kafir, mendustakan dan menghalangi
manusia dari jalan Allah. Di ayat 98-99, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mencela orang-orang Yahudi dan
Nasrani karena kekafiran mereka kepada ayat-ayat-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya, padahal ayat
tersebut Allah jadikan sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Nya agar mereka dapat mengambilnya sebagai
petunjuk. Namun mereka (Ahli Kitab) malah mengingkarinya, bahkan tidak hanya itu, mereka juga
menghalangi manusia dari jalan Allah dan menginginkannya menjadi bengkok.
1202 Ayat ini turun ketika sebagian orang-orang Yahudi melewati kabilah Aus dan Khazraj. Bersatunya
mereka membuat orang-orang Yahudi menjadi jengkel, maka mereka pun mengingatkan masa lalu kabilah
Aus dan Khazraj di zaman jahiliyyah. Akibatnya, dua kabilah itu saling bertengkar dan hampir saja terjadi
peperangan. Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengingatkan hamba-hamba-Nya agar tidak termakan
oleh tipu daya mereka.
1203 Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan sebab terbesar yang menjadikan kaum
mukmin dapat tetap kokoh di atas keimanan mereka dan tidak goyah, yaitu dengan seringnya dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya sebagaimana yang biasa mereka dengarkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam ketika shalat maupun pada beberapa kesempatan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^^B 187
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
102. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya 1204 ; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.
103. Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai 1205 . Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah)
bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi
bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka 1206 , lalu Allah menyelamatkan
kamu dari sana 1207 . Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk 1208 .
1204 Dalam tafsir Al Jalaalain disebutkan, bahwa ketika turun ayat ini, ada yang merasa keberatan, maka
dimansukhlah dengan ayat "fattaqullah mas tatha'tum" (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu)
surat At Taghabun: 1 6, wallahu a'lam.
Di dalam hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
^jLII! Jit- ^l5l— U j^sJls ^j-Ul dilit CJls li 51* I J\j jj °^£S J*\ to^iSrls Zs- ^S^J ^
"Apa yang aku larang, hendaklah kalian menjauhinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian
melaksanakannya semampu kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena
mereka banyak bertanya dan karena penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka." (HR. Bukhari dan
Muslim)
Syaikh As Sa'diy berkata tentang tafsir ayat ini, "Ini merupakan perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya
yang mukmin agar mereka bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, tetap berada di atasnya dan
istiqamah hingga akhir hayat. Hal itu, karena orang yang terbiasa hidup di atas sesuatu, niscaya ia akan
meninggal di atasnya. Barang siapa di saat sehat, semangat dan berkemampuan tetap menjaga ketakwaan
kepada Tuhannya dan mentaati-Nya serta senantiasa kembali kepada-Nya, maka Allah akan meneguhkannya
ketika wafat serta mengaruniakan husnul khatimah. Bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
sebagaimana dikatakan Ibnu Mas'ud adalah, "Dengan ditaati tidak dimaksiati, disyukuri tidak dikufuri dan
diingat tidak dilupakan." Ayat ini merupakan penjelasan terhadap hak Allah Ta'ala dalam takwa, adapun
yang diwajibkan bagi hamba dari ketakwaan itu adalah sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala,
"fattaqullah mas tatha'tum" (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu). Rincian ketakwaan yang
terkait dengan hati dan anggota badan sangat banyak sekali, namun terhimpun dalam "mengerjakan semua
yang diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya". Kemudian Allah Ta'ala
memerintahkan mereka melakukan hal yang membantu ketakwaan, yaitu bersatu dan berpegang teguh
dengan agama Allah, di samping itu perkataan kaum mukmin adalah sama sambil bersatu tidak berpecah
belah. Bersatunya kaum muslimin di atas agama mereka serta bersamanya hati dapat memperbaiki agama
dan dunia mereka. Dengan bersatu, mereka bisa melakukan perkara apa pun, demikian juga mereka akan
memperoleh maslahat yang banyak yang hanya bisa dilakukan secara bersama, seperti tolong-menolong di
atas kebaikan dan takwa, sebagaimana dalam berpecah dan bermusuhan menjadikan kesatuannya retak,
ikatannya terputus, dan masing-masing hanya bekerja dan berusaha untuk kepentingan pribadinya meskipun
mengakibatkan bahaya yang merata."
1205 Setelah menjadi muslim.
1206 Di mana ketika itu tidak ada penghalang antara kalian dengan neraka selain kematian.
1207 Dengan beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
1208 Yakni dapat mengetahui yang hak serta dapat mengamalkannya. Ayat ini menunjukkan, bahwa Allah
menyukai hamba-hamba-Nya yang mengingat nikmat-Nya baik dengan hati maupun lisan agar bertambah
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
104. Dan hendaklah di antara kamu ada 1209 segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan 1210 ,
menyuruh (berbuat) yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar 1211 . Mereka itulah orang-orang
yang beruntung. 1212
105. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah
sampai kepada mereka keterangan yang jelas 1213 . Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa
yang berat,
syukur dan cinta mereka kepada-Nya dan agar Dia mengaruniakan kepada mereka karunia dan ihsan-Nya.
Demikian juga menunjukkan bahwa nikmat besar yang layak sekali diingat adalah nikmat beragama Islam,
mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta bersatunya kaum muslimin dan tidak berpecah belah.
1209 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Demi Allah yang jiwaku berada di Tangan-Nya. Kamu harus melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar, atau
jika tidak, Allah bisa segera menimpakan azab dari sisi-Nya dan ketika kamu berdo'a tidak dikabulkan-Nya."
(HR. Ahmad dan Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 7070)
1210 Kebajikan (al khair) adalah segala sesuatu yang mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya
dari kemurkaan-Nya.
1211 Ma'ruf: segala perintah Allah atau yang dianggap baik oleh syara' dan akal, sedangkan munkar adalah
segala yang dilarang Allah atau yang dianggap buruk oleh syara' dan akal.
1212 Ayat ini merupakan petunjuk dari Allah kepada kaum mukmin, yakni hendaknya di antara mereka ada
segolongan orang yang mau berdakwah dan mengajak manusia ke dalam agama-Nya. Termasuk ke
dalamnya adalah para ulama yang mengajarkan agama, para penasehat yang mengajak orang-orang non
muslim ke dalam Islam, orang yang mengajak orang-orang yang menyimpang agar dapat beristiqamah,
orang-orang yang berjihad fi sabilillah, dewan hisbah (lembaga amr ma'ruf dan nahi munkar) yang ditunjuk
pemerintah untuk memperhatikan keadaan manusia dan mengajak manusia mengikuti syara' seperti
mengajak mereka mendirikan shalat lima waktu, berzakat, berpuasa, berhaji bagi yang mampu dan mengajak
kepada syari'at Islam lainnya, demikian juga memperhatikan pasar, bagaimana timbangan dan takaran yang
mereka gunakan apakah terjadi pengurangan atau tidak, serta melarang mereka melakukan kecurangan dalam
bermu'amalah. Semua ini hukumnya fardhu kifayah. Bahkan tidak hanya itu, segala sarana yang menjadikan
sempurna amr ma'ruf dan nahi munkar, sama diperintahkan, misalnya menyediakan perlengkapan jihad
untuk dapat mengalahkan musuh, mempelajari ilmu agar dapat mengajak manusia kepada kebajikan,
menuliskan buku-buku yang berisikan ajaran Islam, membangun madrasah untuk mengajarkan agama,
membantu pihak berwenang (dewan hisbah) mewujudkan syari'at, dsb. Mereka inilah orang-orang yang
beruntung, yakni memperoleh apa yang mereka inginkan dan selamat dari hal yang mereka khawatirkan.
Pada ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang mereka bertasyabbuh (menyerupai) Ahli
Kitab yang berpecah belah dalam beragama, terlebih perpecahan mereka terjadi setelah datang keterangan
yang jelas.
1213 Yakni seterah mengetahui bahwa sikap mereka menyelisihi perintah Allah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
106. 1214 Pada hari itu 1215 ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram.
Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram 1216 (kepada mereka dikatakan) 1217 , "Mengapa
kamu kafir setelah beriman? 1218 Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu."
107. Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri 1219 , mereka berada dalam rahmat Allah
(surga); mereka kekal di dalamnya.
108. Itulah ayat-ayat Allah yang Kami bacakan kepada kamu dengan benar, dan Allah Tidaklah
berkehendak menzalimi (siapa pun) di seluruh alam 1220 .
109. Milik Allah-lah 1221 segala yang ada di langit dan di bumi, dan hanya kepada Allah segala
urusan dikembalikan.
Ayat 110-115: Keutamaan umat Islam di atas umat yang lain, akhir keadaan orang-orang
kafir adalah kehinaan dan penyesalan serta menjelaskan keadaan Ahli Kitab
110. Kamu adalah umat yang terbaik 1222 yang ditampilkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh
berbuat yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
1214 Dalam ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitakan tentang keadaan pada hari kiamat dan atsar
(pengaruh) dari balasan yang adil atau lebih baik, di mana di dalamnya terdapat targhib (dorongan) dan
tarhib (ancaman) agar seseorang memiliki rasa takut dan harap.
1215 Yakni hari kiamat.
1216 Mereka adalah orang-orang kafir.
1217 Ketika mereka dilemparkan ke dalam neraka.
1218 Maksudnya: "Bagaimana kamu lebih mengutamakan kekafiran dan kesesatan daripada keimanan dan
petunjuk?"
1219 Mereka adalah orang-orang mukmin.
1220 Misalnya menyiksa mereka tanpa ada kesalahan atau dosa dan mengurangi kebaikan yang mereka
lakukan.
1221 Yakni milik-Nya, ciptaan-Nya dan hamba-Nya. Allah-lah yang memiliki segala yang ada di langit dan di
bumi, Dia-lah yang menciptakan mereka, memberi rezki kepada mereka dan mengatur mereka dengan qadar-
Nya, syari'at-Nya dan perintah-Nya. Semua akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat, dan Dia akan
memberikan balasan amal mereka yang baik maupun yang buruk.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Kitab beriman 1223 , tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
111. Mereka 1224 tidak akan membahayakan kamu, kecuali gangguan-gangguan kecil saja 1225 , dan
jika mereka memerangi kamu, niscaya mereka mundur berbalik ke belakang (kalah). Selanjutnya
mereka tidak mendapat pertolongan.
■> , * * - - 6* * , * ~ , *
112. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang pada tali
(agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia 1226 . Mereka mendapat murka dari Allah dan
selalu diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu 1227 karena mereka kafrr kepada ayat-ayat Allah dan
membunuh para nabi tanpa alasan yang benar 1228 . Yang demikian itu 1229 disebabkan mereka
durhaka dan melampaui batas 1230 .
1222 Mereka dianggap umat terbaik, karena mereka menyempurnakan diri mereka dengan iman yang
menghendaki untuk melaksanakan segala perintah Allah, dan karena mereka menyempurnakan pula orang
lain dengan menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah yang munkar, atau dengan kata lain mengajak manusia
kepada Allah, berjihad dan mengerahkan kemampuan untuk mengembalikan mereka dari kesesatan dan
kemaksiatan. Ayat ini merupakan dalil keutamaan umat Nabi Muhammad disbanding umat-umat yang lain.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya kalian yang menyempurnakan menjadi tujuh puluh umat. Kalianlah umat yang terbaik dan
paling mulia di sisi Allah." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahihul Jami' no. 2301).
1223 Dalam ayat ini terdapat seruan halus dari Allah kepada Ahli Kitab untuk mengajak mereka beriman
(masuk Islam), namun sayang kebanyakan mereka menolak. Bahkan lebih dari itu, mereka pun memusuhi
orang-orang yang beriman dengan berbagai bentuk permusuhan, tetapi semua itu tidaklah membahayakan
kaum mukmin selain gangguan kecil saja.
1224 Maksudnya: orang-orang Yahudi.
1225 Maksudnya: sebatas gangguan di lisan saja, seperti mecaci, mengancam dsb.
1226 Berpegang dengan "Tali Allah" maksudnya perlindungan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran, yaitu
akad dzimmah yang menghendaki mereka membayar jizyah (pajak) kepada pemerintah Islam dan mau
mengikuti hukum-hukum agama. Sedangkan "tali perjanjian dengan manusia" yakni kemananan dari mereka,
misalnya dengan adanya hudnah (genjatan senjata), mengadakan perjanjian (mu'ahad), maupun sebagai
tawanan yang diamankan oleh seorang kaum muslimin meskipun wanita maupun budak -budak pun boleh
mengamankan menurut sebagian ulama-.
1227 Yakni: ditimpa kehinaan, kerendahan, dan kemurkaan dari Allah.
1228 Mereka membalas kebaikan para nabi dengan keburukan, bagai air susu dibalas dengan air tuba.
1229 Yakni: kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi.
1230 Dari yang halal beralih kepada yang haram.
Abu Yahya Marwan bin Musa
191
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
113. 1231 Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur 1232 ,
mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat) 1233 .
114. Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir 1234 , menyuruh berbuat yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan 1235 . Mereka itu 1236
termasuk orang-orang yang saleh.
115. Dan kebajikan apa pun yang mereka kerjakan 1237 , maka sekali-kali tidak akan diingkari
(pahala)nya. Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.
1231 Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
menunda shalat Isya, lalu keluar ke masjid, ternyata para sahabat sedang menunggu shalat, maka Beliau
bersabda, "Adapun, tidak ada seorang pun penganut agama ini yang mengingat Allah di waktu ini selain
kamu." Maka Allah menurunkan beberapa ayat", yakni dari ayat 113 s/d 115. Hadits ini hasan sebagaimana
dikatakan Imam Syaukani menukil dari As Suyuthi, karena Ashim terdapat sesuatu dalam hapalannya. Al
Haitsami dalam Majma'uz Zawa'id berkata, "Para perawi Ahmad adalah tsiqah selain Ashim bin Abinnujud,
ia diperselisihkan dalam hal berhujjah dengannya. "
Haitsami dalam Majma'uz Zawa'id menyebutkan hadits lain tentang sebab turunnya ayat di atas, dari Ibnu
Abbas, ia berkata: Ketika Abdullah bin Salam, Tsa'labah bin Sa'yah, Asad bin Ubaid serta beberapa orang
Yahudi yang masuk Islam lainnya beriman, membenarkan dan semakin cinta dengan Islam. Para ulama
yahudi yang kafir berkata, "Tidak ada yang beriman kepada Muhammad dan mengikutinya selain orang-
orang buruk di antara kami. Jika mereka termasuk orang-orang yang baik, tentu mereka tidak akan
meninggalkan agama nenek moyang mereka," maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, "Laisuu
sawaa'aa...dst. sampai "Minash shaalihiin". (HR. Thabrani, namun dalam sanadnya terdapat Muhammad bin
Abu Muhammad seorang yang majhul, dengan demikian hhadits ini dha'if).
Oleh karena itu, Ibnu Jarir memilih hadits pertama sebagai sebab turunnya ayat, ia berkata, "Hanya saja
yang lebih tepat dalam menafsirkan ayat tersebut adalah pendapat yang mengatakan bahwa maksudnya
bacaan Al Qur'an di shalat Isya, karena ia adalah shalat yang tidak dilakukan seorang pun di antara Ahli
Kitab, maka Allah menyifati umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa mereka melakukan
shalat pada waktu itu, tidak Ahli Kitab yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. "
1232 Yakni: golongan ahli kitab yang telah memeluk agama Islam.
1233 Ayat ini menerangkan tentang ibadah mereka di malam hari, lamanya tahajjud mereka dan membaca
kitab Allah serta perhatian mereka yang tinggi untuk tunduk, ruku' dan sujud kepada-Nya.
1234 Sebagaimana kaum mukmin beriman, mereka beriman kepada semua nabi yang diutus dan semua kitab
yang diturunkan, termasuk beriman kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan kitab yang
diberikan kepada-Nya, yaitu Al Qur'an. Sering sekali disebutkan "beriman kepada hari akhir", karena
beriman kepadanya dapat mendorong orang mukmin untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengharap
pahala di hari itu dan menjauhkan diri dari segala yang mendatangkan siksa di hari itu.
1235 Mereka memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menambah kebaikan dan melakukannya segera,
misalnya di awal waktu. Hal ini tidak lain karena rasa cintanya mereka kepada kebaikan dan mengetahui
manfaat-manfaatnya.
1236 Yakni yang memiliki sifat-sifat itu.
Abu Yahya Marwan bin Musa
192
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 116-117: Hukuman bagi orang-orang kafir dan hasil amal mereka di dunia dan akhirat
116. Sesungguhnya orang-orang yang kafir, baik harta maupun anak-anak mereka 1238 , sedikit pun
tidak dapat menolak azab Allah. Mereka itu penghuni neraka, (dan) mereka kekal di dalamnya.
117. Perumpamaan harta yang mereka 1239 infakkan 1240 di dalam kehidupan dunia ini, ibarat angin
yang mengandung hawa sangat dingin, yang menimpa tanaman milik suatu kaum yang menzalimi
diri sendiri 1241 , lalu angin itu merusaknya 1242 . Allah tidak menzalimi mereka 1243 , tetapi merekalah
yang menzalimi diri sendiri 1244 .
Ayat 118-120: Peringatan untuk umat Islam agar tidak berwala' dan mengambil teman
kepercayaan kepada orang-orang kafir dan orang-orang munafik
118. Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar
kalanganmu 1245 sebagai teman kepercayaanmu 1246 , (karena) mereka tidak henti-hentinya
1237 Banyak maupun sedikit. Hanya saja pahala terhadap amal mengikuti apa yang ada dalam hati, berupa
keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, lanjutan ayatnya adalah, " Allah Maha Mengetahui orang-orang
yang bertakwa. "
1238 Disebutkan "harta dan anak", karena biasanya manusia menebus dirinya dengan harta dan terkadang
dengan meminta bantuan kepada anak.
1239 Yakni orang-orang kafir.
1240 Untuk menghalangi manusia dari jalan Allah dan memadamkan cahaya Allah .
1241 Dengan kekafiran dan kemaksiatan.
1242 Sehingga tanaman itu tidak dapat diambil manfaatnya. Demikian juga harta yang mereka keluarkan
tersebut akan sia-sia tidak ada manfaatnya. Mereka hanya memperoleh kelelahan, kerugian dan kekecewaan.
1243 Dengan menjadikan infak mereka sia-sia.
1244 Dengan kekafiran yang menjadikannya sia-sia.
1245 Seperti orang-orang Yahudi, Nasrani dan kaum munafik.
1246 Demikian juga dilarang memberikan jabatan kepada mereka dalam urusan kaum muslimin. Pernah
dikatakan kepada Umar bin Khaththab, "Sesungguhnya di sini ada seorang pemuda dari penduduk Hirah
yang sanggup menjaga dan mampu menulis", maka Umar berkata, "Kalau demikian, maka saya sama saja
telah mengambil teman kepercayaan selain orang mukmin."
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari
mulut mereka 1247 , dan apa yang disembunyikan dalam hati 1248 mereka lebih besar lagi. Sungguh,
telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami) 1249 , jika kamu mengerti.
119. Beginilah kamu! kamu menyukai mereka 1250 , padahal mereka tidak menyukaimu 1251 , dan kamu
beriman kepada semua kitab 1252 . Apabila mereka berjumpa dengan kamu, mereka berkata, "Kami
beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci
kepadamu 1253 . Katakanlah, "Matilah kamu karena kemarahanmu itu!". Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui segala isi hati 1254 .
120. Jika kamu memperoleh kebaikan 1255 , niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa
bencana 1256 , mereka bergembira karenanya 1257 . Jika kamu bersabar dan bertakwa 1258 , tipu daya
mereka tidak akan mennyusahkan kamu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi segala apa
yang mereka kerjakan.
Ayat 121-122: Keluarnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum mukmin
bersama Beliau ke perang Uhud
9 ^ !> ^ jtf <* * " y ' s S ^ 5> ( S * S " '
Dengan membicarakan mereka dan menyampaikan rahasia mereka kepada kaum musyrikin.
Berupa permusuhan.
Yang di sana terdapat hal yang bermaslahat bagi kamu baik bagi agama maupun dunia kamu.
Karena hubungan kerabat dan kawan.
Karena mereka menyelisihi agama kamu.
Sedangkan mereka tidak beriman kepada kitabmu.
Karena melihat persatuan kamu.
Dalam ayat ini terdapat berita gembira bagi kaum mukmin, bahwa mereka yang hendak menimpakan
bahaya kepada kaum mukmin sebenarnya hanya menimpakan bahaya kepada diri mereka sendiri, kemarahan
mereka tidak dapat mereka wujudklan, bahkan mereka senantiasa tertekan karena kemarahan tersebut yang
dapat membawa mereka kepada kematian, sehingga mereka berpindah dari kesengsaraan dunia menuju
kesengsaraan akhirat.
1255 Seperti kemenangan dan harta rampasan perang (ghanimah).
1256 Seperti kekalahan dan musibah.
1257 Hal ini menunjukkan bahwa mereka senantiasa memusuhi kita dan tidak memberikan kesetiaan kepada
kita. Oleh karena itu, janganlah kita berwala' kepada mereka.
1258 Inilah sebab kemenangan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
194
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
121. Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berangkat meninggalkan keluargamu untuk
mengatur orang-orang beriman 1260 pada pos-pos pertempuran 26 Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.
122. 1262 Ketika dua golongan dari pihak kamu 1263 ingin (mundur) karena takut, padahal Allah
adalah penolong mereka 1264 . Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin
bertawakkal 1265 .
1259 Hikmah disebutkan kisah perang Uhud dan perang Badar adalah karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala
telah menjanjikan kemenangan kepada kaum mukminin jika mereka bersabar dan bertakwa serta akan
menghindarkan tipu daya musuh. Hal ini adalah janji yang uinum, di mana janji tersebut tidak akan meleset
jika kaum mukmin mengerjakan syaratnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberikan contoh dengan perang
Badar, saat mereka bersabar dan bertakwa, Allah memberikan kemenangan, namun ketika mereka kurang
memperhatikan kesabaran dan ketakwaan, mereka pun kalah. Di antara hikmah disebutkan bersamaan kisah
perang Badar dan Uhud adalah bahwa Allah menyukai hamba-Nya apabila mereka tertimpa musibah yang
tidak mereka sukai segera mengingat hal yang mereka cintai, sehingga musibah menjadi ringan dan membuat
mereka bersyukur kepada Allah atas nikmat yang besar itu.
1260 Hal ini menunjukkan kecemerlangan pendapat Beliau dan menunjukkan keberaniannya, di mana Beliau
yang langsung mengatur posisi kaum mukmin dalam peperangan.
1261 Peristiwa ini terjadi pada perang Uhud yang menurut ahli sejarah terjadi pada tahun ke 3 H. Pada waktu
itu, Beliau keluar membawa 1.000 orang pasukan atau kurang lima puluh (950 pasukan), sedangkan kaum
musyrikin berjumlah 3.000 orang. Tetapi baru saja Beliau berangkat, keluarlah dari barisan segolongan kaum
munafik yang dipimpin Abdullah bin Ubay, jumlahnya 300 orang. Laskar yang masih setia kepada Nabi
Muhammad shallalllahu 'alaihi wa sallam terus berangkat bersama Beliau shallalllahu 'alaihi wa sallam,
jumlahnya 700 orang. Beliau menempati kaki gunung, dan menjadikan gunung Uhud di belakang Beliau,
saat itu Beliau mengatur barisan dan menempatkan pasukan pemanah di perbukitan yang dipimpin Abdullah
bin Jubair dan berpesan kepada mereka agar tidak meninggalkan posisinya, baik Beliau menang atau kalah.
Awalnya kaum muslimin menguasai jalan pertempuran itu, akan tetapi karena ada di antara mereka yang
tidak disiplin, maka berubahlah keadaannya; regu pemanah banyak yang turun dari bukit meninggalkan
posisinya, karena melihat ghanimah sudah di depan mata. Ketika regu pemanah sudah turun, pasukan
musyrikin kembali berputar dari arah lain dipimpin oleh Khalid bin Walid yang ketika itu masih kafir,
akibatnya kaum muslimin terkepung dari depan maupun belakang, pasukan kaum muslimin pun terpecah
belah. Di akhirnya, kaum muslimin berkumpul kembali ke hadapan Nabi Muhammad shallalllahu 'alaihi wa
sallam setelah terpecah belah, lalu Beliau menarik pasukan ke celah bukit.
1262 Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir, ia berkata: Ayat ini, "Idz hammat thaa'ifataani...dst." turun
berkenaan dengan kami Bani Salamah dan Bani Haritsah, saya ingin ayat tersebut tidak turun, tetapi Allah
berfirman, "Padahal Allah penolong mereka. "
Maksud kata-kata Jabir, "Saya ingin ayat tersebut tidak turun, tetapi Allah berfirman, "Padahal Allah
penolong mereka" adalah bahwa zhahirnya ayat tersebut merendahkan mereka, tetapi di akhir ayat
sebenarnya terdapat kemuliaan bagi mereka.
1263 Yakni: Bani Salamah dari sulcu Khazraj dan Bani Haritsah dari suku Aus, keduanya dari barisan kaum
muslimin. Kedua kabilah itu ingin mundur melihat Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya mundur, lalu
Allah meneguhkan pendirian mereka sehingga tidak jadi mundur.
1264 Dia memberikan taufiq hamba-hamba-Nya kepada hal yang terbaik bagi mereka dan melindungi mereka
dari hal yang membahayakan mereka. Di antaranya adalah dengan meneguhkan pendirian mereka, ketika
mereka hampir mundur dan meninggalkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam karena iman yang ada
dalam hati mereka.
1265 Terlebih dalam keadaan mencekam atau dalam peperangan, mereka butuh bertawakkal, meminta
pertolongan dan bantuan Kepada Tuhannya, serta berlepas dari kemampuan mereka dan bersandar kepada
kekuatan Allah Azza wa Jalla. Dengan itulah, mereka bisa menang dan dapat mengatasi berbagai cobaan dan
ujian.
Abu Yahya Marwan bin Musa
^^^^^H 195
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 123-129: Renungan dan nasihat dalam perang Uhud dan Badar, dan bahwa sabar dan
tawakkal kepada Allah adalah pangkal kemenangan
123. 1266 Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar 1267 , padahal kamu
dalam keadaan lemah 1268 . Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya 1269 .
Oil/^ ^CiLjT^ villi i Aiikj p5i_3 j^JU-j o' ^^$\j&-> ^L^?J-*-^ c) M
124. (ingatlah), ketika kamu (Muhammad) mengatakan kepada orang-orang mukmin 1270 , "Apakah
tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari
langit)?"
125. "Ya" (cukup) 1271 , jika kamu bersabar 1272 dan bertakwa ketika mereka datang menyerang kamu
dengan tiba-tiba, niscaya Allah menolongmu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda.
^p^Syi-T jj^jLlT S\ JLiP ^l^allT Loj ^ ^ j& yJ>$a~Jj ^53 "3 1 4JdT ^J>~ LTaJ
126. Dan Allah tidak menjadikannya (pemberian bala bantuan itu) melainkan sebagai kabar
gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar hatimu tenang karenanya 1273 . Dan tidak ada kemenangan
itu, selain dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana 1274 .
1266 Ayat ini turun ketika kaum muslimin mengalami kekalahan dalam perang Uhud untuk mengingatkan
mereka nikmat-Nya di perang Badar.
1267 Perang Badar terjadi pada tahun ke-2 hijriah. Ketika itu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keluar
bersama tiga ratus orang pasukan dengan maksud mengejar kafdah Quraisy yang pulang dari Syam. Namun
berita ini didengar oleh kaum musyrik, maka mereka segera bersiap-siap untuk mengadakan perlawanan
demi menyelamatkan kafdah mereka. Saat itu, kaum kafir Quraisy keluar dengan pasukan berjumlah 1.000
orang lengkap dengan peralatan perang, senjata dan kuda yang banyak. Maka bertempurlah kaum muslim
dengan kaum musyrik di mata air yang bernama "Badar" yang terletak antara Makkah dan Madinah. Saat itu,
Allah memenangkan kaum muslimin, tujuh puluh orang kaum musyrik terbunuh dan tujuh puluh lagi
tertawan.
1268 Keadaan kaum muslimin lemah karena jumlah mereka sedikit dan perlengkapan mereka kurang
mencukupi.
1269 Ayat ini menunjukkan bahwa barang siapa yang tidak bertakwa kepada Allah, maka sama saja ia tidak
bersyukur kepada Tuhannya.
1270 Untuk menenteramkan hati mereka.
1271 Dalam surat Al Anfal disebutkan, bahwa Allah memberikan bantuan dengan 1.000 malaikat. Bantuan
dengan 1.000 malaikat adalah bantuan yang pertama, kemudian bertambah menjadi 3.000 malaikat.
1272 Saat bertempur dengan musuh.
1273 Sehingga kamu tidak khawatir dengan jumlah musuh yang banyak dan sedikitnya jumlah kamu.
1274 Yakni yang menempatkan sesuatu pada tempatnya dan bertindak tepat.
Allah memiliki hikmah mengapa orang-orang kafir terkadang memperoleh kemenangan. Allah berfirman:
Abu Yahya Marwan bin Musa
196
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
127. (Allah menolong kamu dalam perang Badar dan memberi bantuan) adalah untuk
membinasakan segolongan orang kafir 1275 , atau untuk menjadikan mereka hina 1276 , sehingga mereka
kembali tanpa memperoleh apa-apa 1277 .
128. 1278 Itu bukan menjadi urusanmu (Muhammad) 1279 , apakah Allah menerima tobat mereka, atau
mengazabnya, karena sesungguhnya mereka orang-orang zalim 1280 .
"Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat
pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang
zalim, " (Terj. AH Imran: 140)
"Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka tetapi Allah hendak
menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain. Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, maka
Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. " (Terj. Muhammad: 4)
1275 Dengan dibunuh atau ditawan.
1276 Yakni kalah.
1277 Syaikh As Sa'diy berkata, "Jika anda memperhatikan kenyataan, niscaya anda akan melihat bahwa
pertolongan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin antara dua macam ini; tidak lepas daripadanya,
yaitu memberikan kemenangan ataumembuat kecewa usaha mereka (orang-orang kafir)."
1278 Ayat ini turun ketika perang Uhud Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terluka, gigi Beliau
pecah dan wajah Beliau terluka, maka Beliau berkata, "Bagaimana suatu kaum yang melukai wajah nabi
mereka dan memecahkan giginya akan beruntung?" (sebagaimana dalam Shahih Muslim). Beliau kemudian
mendoakan kebinasaan kepada tokoh-tokoh orang musyrik seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin
Umayyah, Suhail bin 'Amr dan Harits bin Hisyam, maka turunlah ayat ini yang melarang Beliau mendoakan
laknat kepada mereka dan dijauhkan dari rahmat Allah.
Menurut hadits Anas yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
mendoakan keburukan selama tiga puluh hari di waktu Subuh kepada mereka yang membunuh beberapa
orang di Bi'ruma'unah. Beliau mendoakan keburukan kepada suku Ri'il, Dzakwan, Lihyan, dan 'Ushayyah
yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Anas berkata, "Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat yang
kami baca berkenaan mereka yang membunuh beberapa orang di Bi'ruma'unah, kemudian dimansukh
setelahnya. Mereka (yang mati syahid) menyampaikan, "Sampaikanlah kepada kaum kami, bahwa kami
telah bertemu Tuhan kami, Dia ridha kepada kami dan kami pun ridha kepada-Nya. "
Ayat di atas bisa turun berkenaan semua itu karena mungkin turunnya tidak segera, dan antara masing-
masing kisah tidak berjauhan terjadinya sehingga mencakup semua itu.
1279 Kewajibanmu hanyalah menyampaikan, membimbing manusia dan memberitahukan hal yang
bermaslahat bagi mereka. Adapun yang demikian adalah urusan Allah, oleh karena itu bersabarlah. Jika
hikmah (kebijaksanaan) Allah dan rahmat -Nya menghendaki, bisa saja Dia menerima tobat mereka dan
menjadikan mereka masuk Islam, dan jika hikmah-Nya menghendaki, bisa saja membiarkan mereka di atas
kekafiran sehingga mereka akan mendapat siksa.
1280 Hal ini menunjukkan keadilan Allah dan kebijaksanaan-Nya, di mana Dia meletakkan hukuman pada
tempatnya, Dia tidak menzalimi hamba-Nya, tetapi hamba itulah yang menzalimi dirinya sendiri.
Abu Yahya Marwan bin Musa
197
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
129. 1281 Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dia mengampuni
siapa yang Dia kehendaki, dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Ayat 130-132: Bertahap dalam penetapan syariat haramnya riba, ajakan Allah Subhaanahu
wa Ta'aala kepada hamba-hamba-Nya untuk bertobat serta bertakwa
130. 1282 Wahai orang-orang yang beriman! 1283 Janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda 1284 dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
131. Peliharalah dirimu dari api neraka 1285 , yang disediakan untuk orang-orang kafir.
132. Dan taatlah kepada Allah dan rasul, agar kamu diberi rahmat.
1281 Setelah disebutkan di ayat sebelumnya bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak memiliki hak
campur tangan dalam urusan mereka, Allah menetapkan bahwa yang demikian adalah urusan Allah, milik-
Nya dan ciptaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika demikian, maka makhluk-Nya
itu bisa diampuni-Nya dan bisa diberi-Nya azab. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dengan
memberinya hidayah Islam sehingga dosa syirknya diampuni dan mengaruniakan kepadanya meninggalkan
maksiat sehingga dosanya diampuni. Dia juga mengazab siapa yang Dia kehendaki, dengan menyerahkan
urusannya kepada dirinya yang jahil (bodoh) dan zalim sehingga mengerjakan perbuatan buruk dan akan
memperoleh azab-Nya. Di akhir ayat, Allah menutup dengan dua nama-Nya yang mulia "Al Ghafur & Ar
Rahim" yang menunjukkan luasnya rahmat, ampunan dan ihsan (kebaikan)-Nya. Diakhirinya dengan dua
nama itu menunjukkan bahwa rahmat-Nya mengalahkan kemurkaan-Nya dan ampunan-Nya mengalahkan
siksa-Nya.
1282 Menurut Syaikh As Sa'diy, bahwa hikhmah -dan Allah yang lebih mengetahui- dimasukkan ayat ini di
sela-sela kisah perang Uhud adalah karena sebelumnya Allah telah menjanjikan, jika mereka bersabar dan
bertakwa, maka Dia akan memenangkan mereka dan mengalahkan musuh mereka, dan nampaknya jiwa
menjadi rindu untuk mengetahui lebih dalam tentang perkara-perkara takwa yang menjadi sebab
kemenangan, keberuntungan dan kebahagiaan, maka disebutkanlah lafaz takwa tiga kali, yaitu di ayat 130,
131danl33.
1283 Ditujukan kepada orang-orang yang beriman, karena hanya orang-orang yang beriman yang dapat
melakukan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, di mana iman itu adalah pembenaran yang
sempurna terhadap sesuatu yang wajib dibenarkan dan menghendaki adanya amal dari anggota badan. Hal
ini menunjukkan bahwa iman, tidak hanya ucapan saja, bahkan disertai amal. Oleh karena itu, para ulama
mengatakan bahwa "Al Iman qaul wa 'amal" (Iman adalah ucapan yang didukung oleh hati dan adanya
amal).
1284 Menurut sebagian besar ulama adalah bahwa riba itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda.
Riba yang dimaksud dalam ayat ini adalah Riba nasiah yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman
jahiliyah, yaitu ketika orang yang berhutang sudah jatuh tempo harus membayar, namun ia belum mampu,
orang yang memberi pinjaman berkata, "Kamu mau membayar hutangmu atau saya tambah lagi waktunya
namun hutangmu juga bertambah".
1285 Yakni dengan meninggalkan segala perbuatan yang menyebabkan kita masuk neraka berupa kekufuran
dan kemaksiatan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
198
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 133-136: Menerangkan tentang sifat orang-orang yang bertakwa, segera bertobat,
menyesali dosa dan bahwa balasan untuknya adalah diampuni dosa dan masuk surga
133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit 1286 , dan orang-orang
yang menahan amarahnya 1287 dan mema'afkan (kesalahan) orang lain 1288 . Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebaikan 1289 .
1286 Yakni ketika mereka lapang, mereka banyak berinfak, namun ketika susah mereka tidak meremehkan
perkara ma'ruf meskipun kecil.
1287 Padahal mampu melampiaskan amarahnya dan bersabar dari membalas orang yang berbuat buruk kepada
mereka.
1288 Dengan tidak membalas.
1289 Untuk dapat memahami ayat ini kami bawakan kisah berikut -terlepas apakah kisah ini sahih atau tidak-
hanya saja kita dapat mengambilnya sebagai pelajaran. Kisah ini disebutkan dalam kitab Minhajul Muslim
ketika menerangkan tentang ihsan:
Dahulu seorang majikan pernah dibuat marah oleh budaknya, majikannya pun marah dan hendak
menghukumnya, maka budaknya membacakan ayat, "Wal kaazhimiinal ghaizh" (Dan orang-orang yang
menahan marahnya), maka majikannya berkata, "Ya, saya tahan marah saya." Budaknya membacakan ayat
lagi, "Wal 'aafiina 'anin naas" (serta memaafkan orang lain), maka majikannya berkata, 'Ya, kamu saya
maafkan." Budaknya lalu membacakan lagi, "Wallahu yuhibbul muhsininiin" (Dan Allah mencintai orang-
orang yang berbuat ihsan), maka majikannya berkata, "Sudah pergi sana, kamu merdeka karena Allah
Ta'ala."
Inilah contoh menahan marah, memaafkan orang lain dan berbuat ihsan.
Ihsan terbagi menjadi dua:
1 . Ihsan dalam beribadah.
Ihsan dalam beribadah ditafsirkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya, yaitu, "Kamu
beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa melihat-Nya, maka
sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim)
2 . Ihsan kepada makhluk
Sedangkan ihsan kepada makhluk adalah memberikan manfaat baik yang bersifat agama maupun dunia
kepada makhluk serta menghindarkan keburukan dari mereka. Termasuk ke dalamnya beramr ma'ruf dan
bernahi munkar, mengajarkan orang yang tidak tahu, menasehati orang yang lalai, memberikan sikap nasihat
(tulus) kepada manusia secara umum maupun khusus, berusaha menyatukan mereka, memberikan sedekah
dan nafkah yang wajib maupun sunat sesuai keadaan mereka dan sifatnya, memberikan kedermawanan,
menghindarkan gangguan dan siap memikul gangguan yang menyakitkan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri
sendiri 1290 , segera mengingat Allah 1291 , lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya 1292 , dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan
dosa itu, sedang mereka mengetahui.
136. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang
yang beramal.
Ayat 137-141: Sunnatullah 'Azza wa Jalla dalam memberikan cobaan, penghapusan dosa
dan bergulirnya hari dan peristiwa
137. 1293 Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah 1294 ; karena itu berjalanlah
kamu ke (segenap penjuru) bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan
(rasul-rasul).
138. (Al Quran) ini 1295 adalah keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk
serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
1290 Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri
sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menzalimi diri sendiri ialah melakukan dosa yang akibatnya
hanya menimpa diri sendiri baik besar atau kecil. Adapula yang mengartikan perbuatan keji di sini dengan
dosa besar, sedangkan maksud "menzalimi diri sendiri" adalah dosa kecil.
1291 Yakni mengingat siksa-Nya dan mengingat janji-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang bertakwa.
1292 Mereka segera beristighfar dan bertobat, berhenti melakukannya dan merasa menyesal.
1293 Ayat ini turun setelah perang Uhud untuk menghibur kaum mukmin. Di dalamnya terdapat perintah bagi
kaum mukmin agar memperhatikan kesudahan yang dialami oleh orang-orang yang mendustakan rasul agar
mereka tidak bersedih karena kekalahan mereka di perang Uhud dan bahwa kesudahan yang baik (seperti
kemenangan) akan didapatkan oleh orang-orang yang bertakwa.
1294 Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka,
bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul.
1295 Ada yang menafsirkan kata "ini" di ayat ini dengan kebinasaan yang dialami oleh orang-orang yang
mendustakan para rasul. Maksudnya, bahwa binasanya orang-orang yang menentang rasul itu terdapat dalil
yang jelas siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang beruntung dan siapa yang sengsara sekaligus
sebagai penegakkan hujjah bagi manusia. Demikian juga di dalamnya terdapat petunjuk dan pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa, di mana semua itu menjadikan mereka menempuh jalan yang lurus dan
menghindari jalan yang sesat setelah menyaksikan perstiwa yang dialami oleh mereka yang menentang rasul.
Abu Yahya Marwan bin Musa
200
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
139. 1296 Janganlah kamu merasa lemah 1297 , dan jangan (pula) bersedih hati 1298 , sebab kamu paling
tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
^ ajoI jJ-Iji^Jj ^LJI oh ^j'^- 1 c^^' j< ^? f>^-" (*^~^-*^
140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa 1299 . Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran) 1300 , dan agar Allah membedakan orang-orang yang
beriman (dengan orang-orang kafrr) 1301 dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai)
syuhada' 1302 . Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim 1303 ,
141. Demikian juga agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) 1304 dan
membinasakan orang-orang yang kafir 1305 .
1296 Di ayat ini, Allah membangkitkan semangat kaum mukmin.
1297 Dalam berjihad melawan orang-orang kafir.
1298 Karena kekalahanmu di perang Uhud. Hal itu, padahal merasa lemah dan bersedih akan menambah
musibah bagi kamu.
1299 Lihat pula surat An Nisaa': 104.
1300 Di antara hikmahnya pula adalah karena dunia ini diberikan Allah untuk orang mukmin dan orang kafir,
orang baik dan orang jahat. Berbeda dengan di akhirat, maka kebahagiaan hanya diperuntukkan kepada
orang-orang mukmin.
1301 Ini pun termasuk hikmah Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan kekalahan, yakni agar diketahui
siapa yang mukmin dan siapa yang munafik. Hal itu, karena jika kemenangan selalu didapatkan oleh kaum
mukmin, tentu saja akan masuk Islam orang-orang yang sebenarnya tidak menginginkannya. Berbeda, jika
terkadang menang dan terkadang kalah, maka akan diketahui dengan jelas orang yang mukmin, orang yang
memang menginginkan Islam baik pada saat sempit maupun lapang, saat susah maupun mudah, saat senang
maupun tidak.
1302 Syuhada' di sini ialah orang-orang Islam yang gugur di dalam peperangan untuk menegakkan agama
Allah. Sebagian ahli tafsir ada yang mengartikannya dengan menjadi saksi atas manusia sebagaimana
tersebut dalam ayat 143 surat Al Baqarah. Mati sebagai syuhada' merupakan derajat yang sangat tinggi di sisi
Allah, dan dengan adanya kekalahan itu orang-orang akan memperoleh derajat yang tinggi tersebut serta
kenikmatan yang kekal. Shadaqallah (Maha Benar Allah).
1303 Nampaknya kata-kata ini tertuju kepada kaum munafik sebagai celaan bagi mereka dan bahwa mereka
dibenci Allah, oleh karenanya Allah menjadikan mereka mundur. Allah berfirman:
"Dan jika mereka man berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi
Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, Maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan
kepada mereka: "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu. " (Terj. At Taubah: 46)
1304 Ayat ini menunjukkan bahwa gugur sebagai syahid dan berperang di jalan Allah merupakan sebab
terhapusnya dosa.
1305 Yakni sebagai sebab dibinasakan orang-orang kafir. Kalau pun mereka menang, lalu bertambah
kekafirannya, maka mereka berhak mendapatkan hukuman yang disegerakan karena sayangnya Allah kepada
kaum mukmin.
Abu Yahya Marwan bin Musa
201
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 142-143: Teguran Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada sebagian sahabat yang hadir
perang Uhud
142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga 1306 , padahal belum nyata bagi Allah
orang-orang yang berjihad 1307 di antara kamu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
143. Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya 1308 ; maka
(sekarang) kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya 1309 .
Ayat 144-148: Sifat manusia pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, berlanjutnya
dakwah setelah Beliau wafat sampai hari Kiamat
144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul. Sungguh, telah berlalu sebelumnya beberapa
orang rasul 1310 . Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang
1306 Yakni janganlah kamu mengira bawa seseorang masuk surga bisa dilakukan dengan santai tanpa ada rasa
masyaqqah (kesulitan) sama sekali dan tanpa memikul beban-beban berat di jalan Allah, karena
sesungguhnya surga yang penuh kenikmatan adalah cita-cita yang paling tinggi. Semakin tinggi sesuatu yang
diharapkan, maka semakin berat pula sarana untuk mencapai ke arah sana. Tidak mungkin kenikmatan yang
begitu besar diraih dengan santai dan berleha-leha. Namun demikian, beban-beban berat itu akan menjadi
ringan di sisi orang-orang yang memiliki bashirah (mata hati) dan beban-beban itu menjadi nikmat. Yang
demikian merupakan karunia Allah yang diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
1307 Jihad dapat berarti: a. Berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; b.
Memerangi hawa nafsu; c. Mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; d. Memberantas
kejahatan dan menegakkan kebenaran.
1308 Maksudnya: sebelum perang Uhud banyak para sahabat terutama yang tidak ikut perang Badar
menganjurkan agar Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dari kota Madinah memerangi
orang-orang kafir.
1309 Yakni mengapa kalian kemudian tidak bersabar ketika menghadapinya. Dalam ayat ini terdapat dalil
bahwa tidak makruh menginginkan mati syahid, hal ini diketahui karena Allah mengakui sikap mereka dan
tidak mengingkarinya, yang Allah ingkari hanyalah ketika mereka tidak mengamalkan konsekwensinya,
wallahu a'lam.
1310 Nabi Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah seorang manusia yang diangkat Allah
menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat karena terbunuh dan ada pula yang
karena sakit biasa. Karena itu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam juga akan wafat seperti halnya
rasul-rasul yang terdahulu itu. Di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam mati terbunuh. Berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga
ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu
orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan
mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah
kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar radhiyallahu 'anhu iuga
membacakan ayat ini ketika terjadi kegelisahan di kalangan para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun 1311 . Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur 1312 .
(c||p Qi^CiiiJ ! (_£j>t-L*,j tjL« ^-^j^ V*'>* ^ji
145. Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah 1313 , sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya 1314 . Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala (dunia) itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula)
kepadanya pahala (akhirat) itu. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur 1315 .
I jj ISCLZu I L«j I jJucjs L«j I J^-wu jj j^L^j 1 L*J ! j£f 0 j^ij ->4*-« {j*
146. 1316 Dan betapa banyak Nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(nya)
yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
tidak patah semangat dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang
sabar.
147. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan
tindakan-tindakan Kami yang berlebihan (dalam) urusan kami 1317 , tetapkanlah pendirian kami, dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafrr" 1318 .
shallallahu 'alaihi wa sallam untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu 'anhu. dan sahabat-
sahabat yang tidak percaya tentang wafatnya Nabi itu. (Sahih Bukhari bab Ketakwaan Sahabat). Di dalam
kisah ini terdapat dalil keutamaan Abu Bakr Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu.
1311 Bahkan hanya merugikan dirinya sendiri. Hal itu, karena Allah tidak butuh kepadanya dan akan tetap
menegakkan agama-Nya serta menguatkan hamba-hamba-Nya yang mukmin.
1312 Yakni orang-orang yang tetap teguh pendirian.
1313 Yakni dengan qadhaa'-Nya.
1314 Tidak maju dan tidak mundur. Oleh karena itu, mengapa kalian malah mundur? Padahal mundur tidak
menolak kematian dan tetapnya kalian (bersabar) pun tidak mengakhiri kehidupan. Dengan demikian, kalau
seseorang ditaqdirkan akan mati, maka ia akan mati walau pun tanpa sebab dan kalau pun seseorang diancam
mati atau ada usaha dari orang lain untuk membunuhnya, maka dia tidak akan mati sampai tiba ajalnya.
1315 Tidak disebutkan balasannya karena banyak dan besarnya balasan, dan bahwa balasan akan diberikan
sesuai tingkat syukur seseorang; sedikit atau banyak.
1316 Dalam ayat ini terdapat dorongan kepada kaum mukmin agar mengikuti jejak generasi sebelumnya yang
bersabar dan agar mereka berbuat seperti yang mereka lakukan.
1317 Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Mereka
mengetahui bahwa dosa-dosa dan sikap melampaui batas merupakan penyebab kekalahan dan bahwa
melepaskan diri dari dosa-dosa merupakan sebab kemenangan, maka mereka meminta kepada Allah agar
dosa-dosa itu diampuni.
Abu Yahya Marwan bin Musa
203
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
148. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia 1319 dan pahala yang baik di
akhirat 1320 . Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan 1321 .
Ayat 149-151: Peringatan bagi kaum mukmin agar waspada terhadap ajakan orang-orang
kafir
149. Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menaati orang-orang yang kafir 1322 , niscaya
mereka akan mengembalikan kamu ke belakang (murtad), lalu kamu menjadi orang-orang yang
rugi.
150. Tetapi (ikutilah Allah), Allah-lah Pelindungmu, dan Dia sebaik-baik penolong 1323 .
151. Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir 1324 , karena mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang
itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang
yang zalim.
Ayat 151-155: Menerangkan tentang hal yang menimpa kaum muslimin dalam perang Uhud,
sebab-sebab kekalahan umat Islam dalam perang Uhud, dan menerangkan bahwa kesusahan
dapat membersihkan hati
1318 Mereka tidak bersandar dengan kemampuan mereka, bahkan mereka bersandar dan bertawakkal kepada
Allah. Mereka meminta kepada-Nya agar diberi keteguhan saat menghadapi musuh. Mereka menggabung
antara sabar, tobat, istighfar dan meminta pertolongan kepada Allah, sudah pasti Allah akan menolong
mereka dan menjadikan kesudahan yang baik untuk mereka di dunia dan akhirat.
1319 Pahala dunia dapat berupa kemenangan, memperoleh harta rampasan, pujian-pujian dan lain-lain.
1320 Berupa mendapatkan surga dan keridhaan Allah.
1321 Baik dalam beribadah kepada Allah maupun dalam bermu'amalah kepada sesama manusia. Termasuk
ihsan pula adalah melakukan hal yang serupa dengan generasi sebelum mereka dalam berjihad melawan
musuh.
1322 Hal itu, karena tidak ada yang mereka inginkan terhadap kita selain keburukan.
1323 Dalam ayat ini terdapat berita gembira bagi kaum mukmin bawa Allah-lah Pelindung mereka, Dia yang
mengatur urusan mereka dengan kelembutan-Nya dan memelihara mereka dari segala keburukan. Di
dalamnya juga terdapat dorongan agar mereka menjadikan Allah sebagai wali dan Penolong mereka satu-
satunya. Pada ayat selanjutnya disebutkan contoh perlindungan-Nya kepada kaum mukmin, yaitu dengan
menimpakan rasa takut dalam hati musuh-musuh mereka.
1324 Oleh karena itu, sepulangnya mereka dari perang Uhud dan berkeinginan untuk kembali menghabiskan
kaum muslimin, maka mereka tidak jadi karena takut.
Abu Yahya Marwan bin Musa
204
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
152. Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh
mereka dengan izin-Nya sampai pada saat kamu lemah 1325 dan berselisih dalam urusan itu 1326 dan
mengabaikan perintah Rasul 1327 setelah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai 1328 .
Di antara kamu ada orang yang menghendaki dunia 1329 dan diantara kamu ada pula orang yang
menghendaki akhirat 1330 . Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka 1331 untuk mengujimu,
tetapi Dia benar-benar telah memaafkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang diberikan)
kepada orang orang mukmin 1332 .
153. (Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedang Rasul yang berada di
antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu 1333 , karena itu Allah menimpakan kepadamu
kesedihan demi kesedihan 1334 , agar kamu tidak bersedih hati 1335 lagi terhadap apa yang luput dari
kamu 1336 dan terhadap apa yang menimpamu 1337 . Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
1325 Takut untuk berperang.
1326 Yakni urusan pelaksanaan perintah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam agar regu pemanah
tetap bertahan pada tempat yang telah ditunjukkan oleh beliau dalam keadaan bagaimanapun.
1327 Agar tetap berada di tempat yang ditetapkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
1328 Yaitu kemenangan dan harta rampasan.
1329 Meninggalkan posisinya dan lebih mengutamakan ghanimah.
1330 Tetap di tempat, seperti Abdullah bin Jubair dan kawan-kawannya.
1331 Kaum muslimin tidak berhasil mengalahkan mereka.
1332 Yaitu dengan memberikan nikmat beragama Islam kepada mereka, menunjukkan mereka kepada syari'at-
Nya, memaafkan kesalahan mereka dan memberi pahala terhadap musibah yang menimpa mereka.
1333 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersama beberapa orang sahabat berada dekat dengan musuh dan
memanggil para sahabat yang lari, "Kemarilah wahai hamba-hamba Allah!".
1334 Kesedihan kaum muslimin disebabkan mereka tidak menaati perintah Rasul yang mengakibatkan
kekalahan bagi mereka. Kesedihan tersebut adalah tidak memperoleh kemenangan, tidak memperoleh
ghanimah, mengalami kekalahan dan kesedihan mendengar suara bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam mati terbunuh, padahal tidak.
1335 Allah menjadikan semua itu baik bagi mereka. Firman-Nya " agar kamu tidak bersedih hati lagi
terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu" bisa juga maksudnya agar kalian
terlatih untuk bersabar dan segala beban dan kesulitan menjadi ringan.
1336 Seperti harta rampasan perang.
1337 Seperti terbunuh dan mengalami kekalahan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
205
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
^ j^^. VT o i ^Ji * ^ j* VT ^ ill Ja ali^jT J^Ji j^p 4i) L
J^^ij Ji-^=jj^ j ^ ^ Lfei3 f^r 1 -^ Jj (*-^ 0^ i/P 4
154. 1338 Kemudian setelah kamu ditimpa kesedihan, Allah menurunkan rasa aman kepadamu
(berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari kamu 1339 , sedangkan segolongan lagi 1340 telah
dicemaskan oleh diri mereka sendiri; mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti
sangkaan jahiliyah 1341 . Mereka berkata, "Apakah ada bagi kita hak campur tangan dalam urusan
ini?" Katakanlah, "Sesungguhnya segala urusan 1342 itu di tangan Allah". Mereka menyembunyikan
dalam hatinya apa yang tidak mereka terangkan kepadamu. Mereka berkata, "Sekiranya ada hak
campur tangan bagi kita dalam urusan ini 1343 , niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini".
Katakanlah (Muhammad): "Meskipun kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah
1338 Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Anas bin Abi Thalhah ia berkata: Aku berusaha mengangkat kepalaku
(setelah selesai perang) pada peperangan Uhud, maka aku melihat tidak ada seorang pun ketika itu kecuali
terkulai lemas di bawah perisainya karena ngantuk. Itulah maksud firman Allah, ta'ala, "Tsumma anzala
'alakum mini ba'dil ghammi amanatan nu'aasaa. " (Hadits ini hasan shahih)
Ibnu Rahawaih meriwayatkan dari Zubair, ia berkata, "Sungguh, kamu melihat aku bersama Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pada peperangan Uhud ketika kami merasakan ketakutan yang sangat, maka
Allah membuat kami tertidur. Ketika itu, tidak ada seorang pun di antara kami kecuali dagunya menempel ke
dadanya. Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar pendengar ucapan Mu'tab bin Qusyair seperti mimpi,
"Sekiranya ada hak campur tangan bagi kita dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan)
di sini," dan aku mengingatnya, kemudian Allah Tabaaraka wa Ta'aala menurunkan ayat tentang itu,
"Tsumma anzala 'alaikum mini ba'dil ghammi amanatan nu'aasaa... sampai firman Allah, "Maa qutilnaa
haahunaa. " Terhadap kata-kata Mu'tab bin Qusyair. Allah berfirman, "Law quntum fii buyuutikum. . . sampai
ayat, 'Aliimum bidzaatish shuduur." Habiburrahman Al A'zhamiy berkata, "Al Buwshiri mendiamkan, namun
isnadnya jayyid. "
1339 Orang-orang Islam yang kuat keyakinannya. Mereka adalah kaum mukmin, di mana tidak ada yang
mereka inginkan selain tegaknya agama Allah, mencari ridha Allah serta dapat memberikan sesuatu yang
bermaslahat bagi saudara mereka kaum muslimin.
1340 Orang-orang Islam yang masih ragu-ragu. Ada pula yang mengatakan bahwa mereka ini adalah orang-
orang munafik.
1341 Sangkaan bahwa kalau Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam itu benar-benar Nabi dan Rasul Allah,
tentu dia tidak akan dikalahkan dalam peperangan. Atau sangkaan bawa Allah tidak menyempurnakan
agama-Nya dan bahwa kekalahan itu merupakan kesempatan terakhir bagi agama-Nya.
1342 Mencakup urusan taqdir dan urusan syari'at-Nya. Semuanya mengikuti qadha' Allah dan qadar-Nya, dan
bahwa kesudahan yang baik akan diperoleh wali-wali-Nya meskipun terkadang mereka mengalami
kekalahan.
1343 Yakni diberikan kesempatan berpendapat dan memberikan usulan. Hal ini merupakan penolakan mereka
terhadap qadar Allah, menganggap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya kurang
pintar dan menganggap diri mereka lebih pandai.
Abu Yahya Marwan bin Musa
206
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh 1344 ." Allah (berbuat
demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu 13 5 dan untuk membersihkan apa yang ada
dalam hatimu 1346 . Allah Maha mengetahui isi hati 1347 .
AJOl JLSJj I j^-IS' Lo ^j^a-V-i J ' Wi "J I ^1 0^-*-*-^"' (_s^' 'j-^ Oj
$ / ^ ^ »» ^ A
155. Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antara kamu 1348 ketika terjadi pertemuan
(pertempuran) antara dua pasukan itu 1349 , sesungguhnya mereka digelincirkan oleh setan 1350 ,
disebabkan sebagian kesalahan (dosa) yang telah mereka perbuat (pada masa lampau) 1351 , tetapi
Allah benar-benar telah memaafkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun 1352 lagi Maha
Penyantun 1353 .
Ayat 156-158: Menanamkan jiwa berkorban dan berjihad, larangan menyerupai orang-
orang munaflk, menerima syubhat mereka, dan bantahan terhadap syubhat mereka
1344 Oleh karena itu, semua sebab meskipun telah diusahakan, maka hanyalah bermanfaat jika tidak
berbenturan dengan qadar Allah. Jika berbenturan, maka tidak akan bermanfaat, bahkan yang berlaku
hanyalah ketetapan Allah dalam Al Lauhul Mahfuzh.
1345 Menguji apakah ada nifak atau lebih dominan keimanan atau bahkan imannya lemah.
1346 Berupa bisikan dari setan dan sifat-sifat tercela yang timbul daripadanya.
1347 Oleh karena itu, ujian yang dilakukan-Nya untuk memperlihatkan secara jelas apa yang disembunyikan
dalam hatinya. Ilmu dan hikmah (kebijaksanaan)-Nya menghendaki untuk mengadakan sebab yang dapat
menampakkan.apa yang disembunyikan dalam hati.
1348 Dari peperangan.
1349 Dua pasukan itu ialah pasukan kaum muslimin dan pasukan kaum musyrikin dalam perang Uhud.
1350 Dengan bisikannya.
1351 Yakni sikap-sikap menyelisihi perintah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena sebab inilah setan
berhasil menguasai mereka. Kalau sekiranya mereka menaati Allah dan rasul-Nya, tentu setan tidak akan
dapat menguasai hati mereka. Allah berfirman,
"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang
mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Terj. Al Hijr: 42)
1352 Dengan memberikan taufiq kepada mereka untuk beristighfar dan bertobat, serta dengan musibah-
musibah yang menghapuskan dosa.
1353 Dia tidak segera menghukum para pelaku maksiat, bahkan menundanya dan mengajak untuk kembali
kepada-Nya. Jika ia mau bertobat dan kembali, maka Dia menerimanya dan menjadikannya seolah-olah tidak
pernah berbuat dosa, maka segala puji bagi Allah atas ihsan-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
207
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
156. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang kafir 1354 (orang -orane
munafik) yang mengatakan kepada saudara-saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di
bumi 1355 atau mereka berperang 1356 , "Sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak
mati dan tidak terbunuh." Dengan (perkataan dan keyakinan) yang demikian itu, Allah
menimbulkan rasa penyesalan yang dalam di dalam hati mereka 1357 . Allah yang menghidupkan dan
mematikan 1358 . Allah melihat apa yang kamu kerjakan.
157. 1359 Dan sungguh, sekiranya kamu gugur di jalan Allah atau meninggal 1360 , tentulah ampunan
Allah dan rahmat-Nya lebih baik (bagimu) dari apa yang mereka kumpulkan 1361 .
158. Dan sungguh, sekiranya kamu meninggal atau gugur, tentu kepada Allah saja kamu
dikumpulkan.
Ayat 159-164: Beberapa ayat ini menerangkan tentang hakikat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, kepemimpinannya yang bijaksana, sayangnya, akhlaknya dan jasanya shallallahu
'alaihi wa sallam terhadap umatnya
159. Maka berkat rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu 1362 . Karena itu
maafkanlah mereka 1363 , mohonkanlah ampunan bagi mereka 1364 , dan bermusyawarahlah dengan
1354 Yang tidak beriman kepada qadha' dan qadar-Nya.
1355 Lalu meninggal.
1356 Lalu terbunuh.
1357 Sehingga bertambahlah musibah mereka. Adapun orang-orang mukmin, mereka mengetahui bahwa hal
itu terjadi dengan taqdir Allah, sehingga Allah memberikan hidayah dan meneguhkan hati mereka serta
meringankan musibah tersebut.
1358 Oleh karena itu, diam di tempat tidaklah dapat menolak kematian.
1359 Dalam ayat ini dan ayat setelahnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitakan bahwa terbunuh dalam
jihad atau di jalan Allah lainnya bukanlah merupakan kekurangan dan sesuatu yang ditakuti, karena hal itu
menjadi sebab yang menyampaikan seseorang kepada ampunan Allah dan rahmat-Nya, dan yang demikian
lebih baik dari harta yang dikejar-kejar dan dikumpulkan oleh manusia pada umumnya. Demikian juga
bahwa manusia apabila mereka mati atau terbunuh, maka ia akan dikembalikan kepada Allah bagaimana pun
keadaannya, lalu Dia akan memberikan balasan kepada mereka. Oleh karena itu, tidak ada jalan keluar selain
kepada Allah, dan tidak ada perlindungan bagi makhluk kecuali perlindungan Allah Azza wa Jalla.
1360 Maksudnya: meninggal di jalan Allah bukan karena peperangan.
1361 Yakni harta dunia.
1362 Berdasarkan ayat ini, maka di antara sarana dakwah yang ampuh, yang dapat menarik manusia ke dalam
agama Allah adalah akhlak mulia, di samping adanya pujian dan pahala yang istimewa bagi pelakunya.
1363 Karena tidak sempurna memenuhi hak Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
208
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
mereka dalam urusan itu . Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad , maka
bertawakkallah kepada Allah 1367 . Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal.
160. Jika Allah menolong kamu 1368 , maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu 1369 , tetapi jika
Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan) 1370 , maka siapa yang dapat menolongmu
setelah itu? 1371 Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
SI ^-Aj L. ^^aj J£j p 5*45J| ^jj Jp Uj C^Lj ^J1*j Jxj J I /^J 0^ L.j
161. 1372 Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang) 1373 . Barang
siapa berkhianat, niscaya pada hari Kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya
1364 Hal ini merupakan sikap ihsan. Oleh karena itu, Beliau menggabung antara sikap memaafkan dan sikap
ihsan.
1365 Maksudnya: dalam urusan yang butuh adanya musyawarah, pemikiran yang matang dan pandangan yang
tajam. Misalnya dalam urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan politik, ekonomi,
kemasyarakatan dan lain-lain. Musyawarah memiliki banyak faedah dan maslahat duniawi maupun agama,
antara lain:
Musyawarah termasuk ibadah yang mendekatkan diri seseorang kepada Allah.
Di dalamnya terdapat sikap menghargai pendapat orang lain, sehingga mereka menjadi senang
kepada kita.
Dapat menyatukan visi dan misi.
Menerangi akal-fikiran.
Menutupi kekurangan yang ada pada orang lain.
Membuahkan keputusan yang bijak, tepat dan benar. Hal itu, karena hampir tidak ditemukan ada
keputusan yang salah dalam musyawarah.
1366 Setelah bermusyawarah.
1367 Bersandarlah dengan kemampuan dan kekuatan Allah; tidak mengandalkan kemampuan kamu.
1368 Ketika menghadapi musuhmu, seperti dalam Perang Badar.
1369 Meskipun semua musuh berkumpul dengan jumlah yang besar lengkap dengan persenjataan.
1370 Menyerahkan kamu kepada dirimu sendiri.
1371 Yakni tidak ada lagi penolong bagimu. Dalam ayat ini terdapat perintah meminta pertolongan kepada
Allah, bersandar kepada-Nya dan berlepas diri dari kekuatan dan kemampuan dirinya.
1372 Al Bazzar meriwayatkan dari Ibnu Abbas, tentang ayat di atas, ia berkata, "Tidak pantos bagi para
sahabat menuduh Beliau begitu (yakni berbuat ghulul). " (Hadits ini dalam sanadnya Harun bin Musa Al
Azdiy seorang ahli qira'at, ia ditsiqahkan oleh Ibnu Ma'in dan lainnya sebagaimana dalam Tahdzibuttahdzib).
1373 Karena khianat dalam urusan harta rampasan perang adalah haram, bahkan termasuk dosa besar. Tidak
mungkinnya seorang nabi berbuat itu adalah karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menjaga para nabi-
Nya dari segala cacat yang menodai kepribadiannya, menjadikan mereka manusia yang paling utama
akhlaknya, paling bersih jiwanya. Oleh karenanya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengangkatnya sebagai
rasul-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
209
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
itu 1374 . Kemudian setiap orang akan diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang
dilakukannya 1375 , dan mereka tidak dizalimi 1376 .
162. Maka apakah orang yang mengikuti keridaan Allah 1377 sama dengan orang yang kembali
membawa kemurkaan dari Allah 1378 dan tempatnya di neraka Jahannam? 1379 Itulah seburuk-buruk
tempat kembali.
163. (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah 1380 , dan Allah Maha melihat apa yang
mereka kerjakan.
164. Sungguh, Allah telah memberi karunia 1381 kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus
seorang Rasul (Muhammad) di tengah-tengah mereka dari kalangan mereka sendiri 1382 , yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka 1383 , dan mengajarkan
kepada mereka Kitab (Al Qur'an) dan Hikmah (As Sunnah) 1384 . Sesungguhnya sebelum itu, mereka
benar-benar dalam kesesatan yang nyata 1385 .
Di atas punggungnya.
1375 Baik orang yang berkhianat maupun lainnya akan diberi pahala atau dosa sesuai amal yang
dikerjakannya.
1376 Keburukannya tidak ditambah dan kebaikannya tidak dikurangi.
1377 Orang yang niatnya mencari keridaan Allah dan mengerjakan amalan yang mendatangkan keridaan-Nya.
1378 Karena maksiat dan berkhianat.
1379 Tentu tidak sama baik menurut hukum Allah, hikmah (kebijaksanaan) Allah maupun fitrah yang ada
dalam diri manusia.
1380 Sesuai amal yang mereka kerjakan. Orang yang mencari keridaan Allah berusaha menggapai derajat dan
kedudukan yang tinggi, sehingga Allah memberikannya kepada mereka karena karunia dan kepemurahan-
Nya sesuai amal yang mereka kerjakan. Adapun orang-orang yang mengerjakan amalan yang mendatangkan
kemurkaan Allah, maka sesungguhnya mereka berlomba-lomba untuk turun ke bawah sampai ke bagian
yang paling bawah sesuai amalnya.
1381 Karunia ini merupakan karunia yang paling besar, bahkan asasnya. Karunia ini merupakan karunia yang
menyelamatkan mereka dari kesesatan dan dari jurang kebinasaan (neraka).
1382 Yakni orang Arab seperti mereka agar mereka dapat memahami perkataannya, bukan dari kalangan
malaikat dan bukan pula orang asing (non Arab). Mereka mengenali nasab Beliau, keadaannya, bahasanya
dan sifatnya yang tulus dan sayang kepada mereka, ia membacakan ayat-ayat Allah, mengajarkan lafaz dan
maknanya.
1383
I3VI
Dari dosa-dosa seperti dosa syirk, maksiat, perbuatan-perbuatan rendah dan semua akhlak buruk lainnya..
Adapula yang mengartikan hikmah dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya dan mengetahui
rahasia syari'at.
I 3X5
Mereka tidak mengetahui jalan yang dapat mengantarkan mereka kepada Tuhan mereka serta tidak
mengetahui sesuatu yang dapat membersihkan jiwa dan menyucikannya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
210
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 165-168: Peristiwa pada perang Uhud, hikmahnya, dan petunjuk bagi kaum mukmin
tentang penyakit hati serta obatnya, dan beberapa sifat orang-orang munafik
165. 1386 Dan mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud) 1387 ,
padahal kamu telah menimpakan musibah dua kali lipat (kepada musuh-musuhmu pada Perang
1386 Ayat ini merupakan hiburan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, ketika mereka tertimpa
musibah kekalahan dalam Perang Uhud. Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu
'anhu ia berkata, "Ketika akan terjadi perang Badar, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperhatikan para
sahabatnya yang jumlahnya tiga ratus orang lebih, dan memperhatikan kaum musyrik yang jumlahnya seribu
orang lebih. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghadap ke kiblat dan mengangkat tangannya yang
ketika itu selendang dan kain berada di pundaknya, Beliau berdoa, "Ya Allah, manakah janji yang Engkau
janjikan. Ya Allah, penuhilah janji Engkau kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya jika Engkau membinasakan
rombongan kaum muslimin ini, maka Engkau tidak akan disembah lagi di burnt" Beliau senantiasa
memohon kepada Tuhannya Azza wa Jalla dan berdoa sampai selendangnya jatuh, lalu Abu Bakar datang
dan mengambilkan selendangnya kemudian menaruh kembali, lalu memeluknya dari belakang. Kemudian
Abu Bakar berkata, "Wahai Nabi Allah, cukuplah permohonanmu kepada Tuhanmu, Dia akan memenuhi
janji-Nya kepadamu." Ketika itulah Allah menurunkan ayat, "(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan
kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut. " (Al Anfaal: 9) Ketika pasukan bertemu,
maka Allah mengalahkan kaum musyrik. Tujuh puluh orang di antara mereka terbunuh, sedangkan tujuh
puluh orang lagi tertawan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bermusyawarah dengan Abu Bakar,
Ali dan Umar radhiyallahu 'annum, lalu Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, mereka adalah putera-putera
pamanmu, keluarga dan saudara. Menurutku, Engkau ambil saja tebusan dari mereka, sehingga apa yang
kita ambil dapat memperkuat kita melawan orang-orang kafir, dan mudah-mudahan Allah memberi mereka
hidayah sehingga mereka menjadi penolong kita." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata,
"Apa pendapatmu wahai Ibnul Khaththab, " Aku (Umar) menjawab, "Demi Allah, pendapatku tidak seperti
pendapat Abu Bakar. Menurutku, Engkau serahkan fulan yang menjadi kerabat Umar, lalu aku penggal
lehernya. Engkau serahkan kepada Ali si 'Uqail, agar Ali memenggal lehernya, dan Engkau serahkan fulan
yang menjadi saudara Hamzah kepada Hamzah agar ia memenggal lehernya, agar Allah mengetahui bahwa
tidak ada lagi dalam hati kita sikap lembut kepada kaum musyrik. Mereka adalah pahlawan, tokoh dan
pemimpin mereka (kaum musyrik). " Nampaknya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lebih suka pendapat
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu dan tidak suka pendapatku, maka Beliau mengambil tebusan dari mereka.
Pada esok harinya, Umar berkata, "Aku pergi mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ternyata
Beliau sedang duduk, demikian pula Abu Bakar radhiyallahu 'anhu, dan ternyata keduanya menangis. Aku
pun berkata, "Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku apa yang membuat Engkau dan kawanmu
menangis. Jika aku menemukan sebab menangis, maka aku akan menangis, tetapi jika aku tidak temukan,
maka aku akan memaksakan diri menangis karena engkau berdua menangis." Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, "Orang yang menawarkan tebusan kepada tawananmu, sesungguhnya telah menawarkan
untuk diazab yang lebih dekat dari pohon ini kepada pehon terdekatnya. " Allah Azza wa Jalla menurunkan
ayat, "Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di
muka bumi. ...sampai ayat, "Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya
kamu ditimpa siksaan yang besar karena apa yang kamu ambil." (Terj. Al Anfaal: 67-68) Yakni berupa
tebusan. Setelah itu, Allah menghalalkan ghanimah kepada mereka. Di tahun depan, yaitu pada peperangan
Uhud, mereka mendapat hukuman karena perbuatannya pada peperangan Badar, yaitu karena mengambil
tebusan. Oleh karena itu, tujuh puluh di antara mereka terbunuh, dan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam melarikan diri dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan gigi Beliau pecah, demikian pula
penutup kepala Beliau, serta mengalir darah pada wajah Beliau, maka Allah menurunkan ayat, "Dan
mengapa kamu (heran) ketika ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud), padahal kamu telah
menimpakan musibah dua kali lipat " Yakni dengan mengambil pula tebusan. (Hadits ini para perawinya
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Badar) 1388 , kamu berkata, "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah, "Itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu 1389 .
166. Dan apa yang menimpa kamu 1390 ketika terjadi pertemuan (pertempuran) antara dua
pasukan 1391 itu adalah dengan izin (takdir) Allah 1392 , dan agar Allah mengetahui secara jelas siapa
orang-orang yang beriman.
167. Dan agar Allah mengetahui secara jelas siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka
dikatakan 1393 , "Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (dirimu) 1394 ". Mereka berkata,
"Sekiranya kami mengetahui bagaimana cara berperang, tentulah kami mengikuti kamu" 1395 .
Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran daripada keimanan 1396 . Mereka mengatakan
adalah para perawi kitab shahih, Ibnu Katsir dan As Suyuthi menyandarkannya kepada Ibnu Abi Hatim,
namun menyebutkan secara secara ringkas.")
1387 Dengan terbunuhnya 70 orang di kalangan kamu.
1388 Dengan membunuh 70 orang dan menawan 70 orang dari kalangan mereka. Di samping itu, orang-orang
yang terbunuh dari kalangan tempatnya di surga, sedangkan orang-orang yang terbunuh dari kalangan
mereka tempatnya di neraka.
1389 Oleh karena itu, jauhilah bersangka buruk kepada Allah, karena Dia sesungguhnya mampu menolong
kamu, akan tetapi Dia memiliki hikmah mengapa menguji kamu dan menimpakan musibah.
1390 Berupa kekalahan dan terbunuh.
1391 Yakni pada Perang Uhud.
1392 Taqdir jika berjalan, maka tidak ada yang dapat menolaknya, sikap yang harus dilakukan adalah tunduk
dan menerima. Apalagi, Allah tidaklah menaqdirkan sesuatu kecuali karena hikmah dan faedah yang besar.
Di antara hikmahnya adalah dengan ketetapan itu, nampak jelaslah siapa orang mukmin dan siapa orang
munafik.
1393 Ketika mereka pulang tidak jadi berperang. Mereka ini adalah kaum munafik yang dipimpin Abdullah
bin Ubay.
1394 Yakni jagalah kampung halamanmu. Dari perkataan ini muncul kaidah, "
"Mengerjakan mafsadat yang paling ringan untuk menolak mafsadat yang lebih besar dan melakukan
maslahat ringan karena tidak sanggup mengambil maslahat besar. "
Hal itu, karena kaum munafik diajak berperang, namun mereka menolaknya, maka mereka diajak kepada
perkara yang ringan, yaitu melindungi keluarga dan kampung halaman.
1395 Ucapan ini ditujukan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya sebagai ejekan,
karena mereka memandang bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak tahu taktik berperang, sebab
beliau melakukan peperangan ketika jumlah kaum muslimin sedikit. Ucapan ini digunakan untuk
mengelakkan celaan yang ditujukan kepada diri orang-orang munafik sendiri.
1396 Karena memperlihatkan sikap membiarkan kaum mukmin, tidak menolong mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
dengan mulutnya apa yang tidak sesuai dengan isi hatinya 1397 . Allah lebih mengetahui apa yanj;
mereka sembunyikan 13 8 .
168. (Mereka itu) adalah orang-orang yang berkata kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak
turut pergi berperang 1399 , "Sekiranya mereka 1400 mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh."
Katakanlah, "Cegahlah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar."
Ayat 169-175: Keutamaan syahid di jalan Allah, pahala orang-orang yang mati syahid,
membicarakan tentang perang Hamra'ul Asad dan sikap kaum mukmin dalam perang
tersebut
169. 1401 Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah 1402 itu mati 1403 ;
sebenarnya mereka itu hidup 1404 di sisi Tuhannya 1405 dengan mendapat rezeki.
Kalau pun mereka mengetahui bagaimana cara berperang, mereka juga tidak akan mengikuti kamu.
1398 Berupa kemunafikan. Oleh karena itu, Allah menampakkannya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin
dan menghukum mereka (kaum munafik) karenanya.
1399 Mereka menggabung antara sikap tidak ikut berperang dengan sikap protes dan mendustakan qadha'
Allah dan qadar-Nya. Dari ayat di atas kita mengetahui, bahwa seseorang kadang terdapat perkara kufiir dan
perkara iman, dan terkadang ia lebih cenderung ke salah satunya.
1400 Para syuhada' Uhud.
1401 Ayat ini turun tentang keadaan para syuhada'. Di dalamnya terdapat keutamaan para syuhada' dan
keistimewaan mereka serta karunia dan ihsan Allah yang diberikan kepada mereka. Dalam ayat ini, terdapat
hiburan bagi orang-orang yang masih hidup agar tidak bersedih terhadap kawan-kawan mereka yang telah
meninggal, dan menyemangatkan mereka untuk berperang di jalan Allah serta siap untuk syahid. Imam
Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketika
saudara kamu tertimpa musibah di perang Uhud, Allah Azza wa Jalla menjadikan ruh mereka dalam
tembolok burung hijau yang mendatangi sungai-sungai surga yang memakan buahnya, dan pergi menuju
beberapa lampu emas yang berada di bawah naungan 'Arsy. Ketika mereka mendapatkan nikmatnya
minuman, makanan dan nikmatnya tempat pulang mereka, mereka berkata, "Seandainya saudara-saudara
kita mengetahui apa yang diberikan Allah kepada kita agar mereka tidak benci kepada jihad dan tidak
mundur dari peperangan. " Allah Azza wa Jalla berfirman, "Aku akan menyampaikan kepada mereka perihal
kalian." Maka Allah menurunkan beberapa ayat kepada Rasul-Nya, "Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, sebenarnya mereka itu hidup." Hakim meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, "Bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan Hamzah dan kawan-kawannya." Hakim berkata,
"Shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, namun keduanya tidak menyebutkan, dan didiamkan oleh Adz
Dzahabi."
Thabari meriwayatkan dari Anas bin Malik tentang para sahabat yang dikirim Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam ke penduduk Bi'ruma'unah (sumur Ma'unah), ia berkata, "Saya tidak mengetahui apakah jumlah
mereka 40 atau 70 orang. Di dekat sumur tersebut ada 'Amir bin Thufail Al Ja'fariy, maka datanglah
beberapa orang sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke gua yang mengarah kepada sumur tersebut, lalu
mereka duduk di sana dan sebagian mereka bertanya kepada yang lain, "Siapakah di antara kamu yang mau
menyampaikan risalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kepada penduduk sumur ini?" Di antara
mereka ada yang mengusulkan, "Menurut saya adalah Abu Milhaan Al Anshaariy." (Ia berkata), "Saya akan
menyampaikan risalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Maka Abu Milhan keluar dan mendatangi
Abu Yahya Marwan bin Musa
213
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
170. Mereka bergembira dengan karunia yang diberikan Allah kepadanya 1406 , dan bergirang hati
terhadap orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka 1407 , bahwa tidak ada
kekhawatiran bagi mereka dan mereka tidak bersedih hati.
^gjs ^L^j-jT j>- 1 ^-^j ^ o'j J-^i ^ot? *
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat 1408 dan karunia 1409 dari Allah, dan bahwa Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman 1410 .
salah satu suku mereka lalu mendekati rumah-rumah mereka dan berkata, "Wahai penduduk Bi'ruma'unah!
Sesungguhnya aku adalah utusan Rasulallah shallallahu 'alaihi wa sallam, aku bersaksi bahwa tidak ada
tuhan yang berhak disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, maka
berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya." Lalu keluarlah seorang laki-laki dari pinggir rumah dengan
membawa tombaknya, kemudian ia tusukkan tombak itu ke pinggir badannya hingga menembus ke
pinggirnya lagi. Ia (Abu Milhan) berkata, "Allahu akbarl Aku beruntung, demi Tuhan pemilik ka'bah." Maka
penduduk Bi'ruma'unah mengikuti jejaknya sehingga bertemu dengan para sahabat Abu Milhan, lalu 'Amir
bin Thufail membunuh mereka semua. Ishaq (perawi hadits ini) berkata, "Telah menceritakan kepadaku
Anas bin Malik, bahwa Allah Ta'ala menurunkan Al Qur'an berkenaaan dengan mereka yang diangkat
setelah kami baca beberapa waktu, dan Allah menurunkan ayat, "Wa laa tahsabannalladziina qutiluu fii
sabilillahi amwaataa bal ahyaaa 'un 'inda rabbihim yurzaquun. " (Hadits ini disebutkan Ibnu Jarir dalam At
Tarikh juz 3 hal. 36, dalam hadits tersebut diterangkan bahwa sebab turunnya ayat tersebut adalah berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh di Bi'ruma'unah.) Imam Syaukani berkata, "Bagaimana pun keadaannya,
ayat tersebut berdasarkan keumumannya mengena kepada setiap orang yang mati syahid."
1402 Dengan maksud meninggikan kalimatullah.
1403 Yakni janganlah ada anggapan dalam hatimu bahwa mereka itu mati, hilang kenikmatan hidup di dunia,
bahkan mereka mendapatkan kenikmatan yang lebih besar lagi daripada kenikmatan hidup di dunia.
1404 Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-
kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu. Di dalam
hadits disebutkan bahwa ruh para syuhada berada dalam tembolok burung hijau yang berterbangan di surga
sesuai yang mereka inginkan dan memakan buah-buahan surga.
1405 Dalam kata-kata "di sisi Tuhannya" menunjukkan tingginya derajat mereka dan dekatnya mereka dengan
Allah.
1406 Mereka memperoleh kenikmatan yang sempurna, baik bagi badan mereka berupa rezeki, maupun bagi
hati dan ruh mereka berupa kegembiraan.
1407 Maksudnya ialah kawan-kawannya yang masih hidup dan tetap berjihad di jalan Allah Subhaanahu wa
Ta'aala. Kawan-kawan mereka akan memperoleh seperti yang mereka peroleh.
1408 Yakni pahala.
1409 Tambahan terhadap pahala.
1410 Bahkan akan memberinya pahala dan menambahnya. Dalam ayat ini terdapat penetapan adanya nikmat
di alam barzakh, dan bahwa para syuhada berada di tempat yang sangat tinggi di sisi Tuhan mereka, di sana
ruh-ruh orang-orang yang berbuat kebaikan saling bertemu, saling menziarahi dan menyampaikan berita
gembira.
Abu Yahya Marwan bin Musa
214
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
172. (yaitu) orang-orang yang menaati perintah Allah dan Rasul-Nya setelah mereka mendapat luka
(dalam Perang Uhud). Orang-orang yang berbuat kebaikan dan bertakwa di antara mereka
mendapat pahala yang besar 1411 .
173. (yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang 1412 telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang
kamu, karena itu takutlah kepada mereka", ternyata ucapan itu menambah (kuat) iman mereka dan
mereka menjawab, "Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami dan Dia adalah sebaik-baik
Pelindung".
174. Maka mereka pulang dengan membawa nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka
tidak mendapat bencana apa-apa dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Allah mempunyai karunia
yang besar 1413 .
(<J|^ l ^J^_^ A^Ol O^^J ^-A^sl^eJ "^i J6e lljj I ."J I jrSJ'i Ujl
175. Sesungguhnya mereka hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman-teman
setianya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku 1414 , jika kamu orang-orang yang beriman.
Ayat 176-180: Hiburan bagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya,
ancaman bagi orang-orang kafir dan seruan untuk berinfak di jalan Allah, serta
menerangkan tentang kikir dan balasannya
1411 Yaitu surga.
1412 Maksudnya: orang-orang Quraisy.
1413 Ayat 172, 173, dan 174, di atas membicarakan tentang Peristiwa perang Badar Shughra (Badar kecil)
yang terjadi setahun setelah Perang Uhud. Sewaktu meninggalkan perang Uhud itu, Abu Sufyan pemimpin
orang Quraisy menantang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya bahwa dia bersedia
bertemu kembali dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar. Tetapi karena tahun itu (4 H)
musim paceklik dan Abu Sufyan sendiri merasa takut, maka dia beserta tentaranya tidak jadi meneruskan
perjalanan ke Badar, lalu dia menyuruh Nu'aim bin Mas'ud dan kawan-kawan pergi ke Madinah untuk
menakut-nakuti kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong, seperti yang disebutkan dalam ayat
173. Namun demikian, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam beserta para sahabat tetap maju ke Badar. Oleh
karena tidak terjadi perang, dan pada waktu itu di Badar sedang musim pasar, maka kaum muslimin
melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang besar. Keuntungan ini mereka bawa pulang ke Madinah
seperti yang disebutkan pada ayat 174.
1414 Dalam ayat ini terdapat perintah untuk takut hanya kepada-Nya saja dan bahwa hal itu termasuk
konsekwensi keimanan. Takutnya seorang hamba kepada Allah sejauh mana keimanannya dan takut yang
terpuji adalah takut yang menghalangi hamba dari berbuat maksiat kepada Allah Azza wa Jalla.
Abu Yahya Marwan bin Musa
215
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
176. 1415 Janganlah kamu (Muhammad) dirisaukan oleh orang-orang yang dengan mudah kembali
menjadi kafir 1416 , sesungguhnya sedikit pun mereka tidak merugikan Allah 1417 . Allah tidak akan
memberi bagian kepada mereka di akhirat 1418 , dan mereka akan mendapat azab yang besar.
jlj I ^ J^3 d 'ill ! jji^ ^1 ^ylj y u jiSOl rj£lT # jji o i
177. Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sedikit pun tidak merugikan
Allah; dan mereka akan mendapat azab yang pedih.
178. Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami
kepada mereka 1419 adalah lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan
kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; mereka akan mendapat azab yang
menghinakan 1420 .
^5C»iJai 4JoT Uj <>,«jMT £ja c-o^Tj^o-j j^- aJLp lid U (|Jp ^^jj^J-IjT j jlJ 4JoT u"
179. Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman sebagaimana dalam keadaan kamu
sekarang ini 1421 , sehingga Dia membedakan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin) 1422 .
1415 Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam sangat perhatian kepada manusia, Beliau bersungguh-
sungguh agar mereka mendapatkan hidayah dan bersedih jika mereka tidak memperolehnya.
1416 Orang-orang kafir Mekah atau orang-orang munafik yang selalu merongrong agama Islam.
1417 Allah akan tetap memenangkan agama-Nya, membela rasul-Nya dan mewujudkan ketetapan-Nya tanpa
membutuhkan mereka. Bahkan mereka hanyalah merugikan diri mereka sendiri.
1418 Yakni surga. Oleh karena itu, Allah membiarkan mereka; tidak memberi mereka taufiq sebagaimana
wali-wali-Nya yang diberi taufiq sebagai keadilan dan hikmah-Nya, karena Dia mengetahui bahwa mereka
tidak mau menerima petunjuk disebabkan akhlak dan niat mereka yang buruk.
1419 Dengan memperpanjang umur mereka dan membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya.
1420 Oleh karena itu, hendaknya orang yang zalim waspada dengan diberikan tenggang waktu dan janganlah
ia mengira bahwa dirinya lolos dari pantauan Allah Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi.
1421 Keadaan di mana kaum muslimin bercampur baur dengan kaum munafik.
1422 Yakni dengan adanya beban-beban berat atau ujian yang dapat memperlihatkan keadaan hatinya. Seperti
yang terjadi pada Perang Uhud, di mana hampir sepertiga pasukan memisahkan diri pulang ke Madinah.
Mereka adalah orang-orang munafik.
Abu Yahya Marwan bin Musa
216
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Allah tidak akan memperlihatkan kepadamu hal-hal yang ghaib 1423 , tetapi Allah memilih siapa yang
Dia kehendaki di antara rasul-rasul-Nya 1424 . Karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-
Nya. Jika kamu beriman dan bertakwa 1425 , maka kamu akan mendapat pahala yang besar.
180. Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada
mereka dari karunia-Nya 1426 , mengira bahwa kikir itu baik bagi mereka, padahal kikir itu buruk bagi
mereka 1427 . Harta yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat 1428 .
Milik Allah-lah warisan (yang ada) di langit dan di bumi 1429 . Allah Mahateliti apa yang kamu
kerjakan 1430 .
1423 Sehingga kamu dapat menentukan siapa orang munafik dan siapa orang mukmin. Akan tetapi, setelah
dibedakan oleh Allah, kamu pun dapat mengetahuinya.
1424 Di antara rasul-rasul, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dipilih oleh Allah dengan memberi
keistimewaan kepada beliau berupa pengetahuan untuk menanggapi isi hati manusia, sehingga beliau dapat
menentukan siapa di antara mereka yang betul-betul beriman dan siapa pula yang munafik atau kafir.
1425 Ada yang mengartikan dengan "takut terhadap nifak".
1426 Baik berupa harta, kedudukan, ilmu maupun lainnya.
1427 Baik bagi agama maupun dunia mereka. Mereka mengira bahwa kekikiran mereka memberi manfaat dan
kemuliaan bagi mereka, namun ternyata tidak, bahkan menjadi penyebab ruginya mereka dan mendapatkan
siksa.
1428 Untuk menyiksa mereka. Di dalam hadits disebutkan:
Ujl? Ij'iijIS' III : Sj* 'vj4 °J O^rij % \^ ipllsil "fy_ fa &\ jtj fa Sl5*j [fi% N| ^jJl 01
"Sesungguhnya orang yang tidak menunaikan zakat, maka hartanya pada hari kiamat akan dibuat seperti ular
yang kuat yang memiliki dua titik hitam, lalu melilitnya atau akan dilkalungkan kepadanya sambil berkata,
"Saya adalah harta simpananmu, saya adalah harta simpananmu." (HR. Ahmad dan Nasa'i, dishahihkan oleh
Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami' no. 1690)
1429 Semuanya dikembalikan kepada Allah, dan manusia dikembalikan tanpa membawa sepeser harta pun.
Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada
Kamilah mereka dikembalikan. " (Terj. Maryam: 40)
Perhatikanlah ayat di atas, bagaimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan beberapa sebab, di mana
sebab-sebab itu menghendaki agar manusia tidak kikir terhadap pemberian Allah.
Sebab pertama, adalah bahwa apa yang ada di tangan manusia merupakan karunia dan nikmat Allah, kalau
sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia dan ihsan-Nya tentu tidak akan sampai kepadanya nikmat itu.
Hal ini menghendaki agar dia berbuat ihsan kepada hamba-hamba Allah lainnya, sebagaimana finnan Allah:
"Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. " (Terj. Al
Qashas: 77)
Barang siapa yang yakin bahwa apa yang ada di tangannya sekarang adalah karunia Allah, tentu dia tidak
akan menahan kelebihan hartanya itu yang sebenarnya tidak merugikannya, bahkan memberinya manfaat
baik bagi hatinya, hartanya, menambah keimanannya dan menjaganya dari musibah.
Sebab kedua, bahwa apa yang ada di tangan hamba sekarang ini semuanya akan kembali kepada Allah dan
Dia yang mewarisinya. Oleh karena itu, tidak ada gunanya berbuat kikir terhadap sesuatu yang akan hilang
berpindah kepada yang lain.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 181-184: Membicarakan tentang tipu daya orang-orang Yahudi, langkah mereka yang
buruk dalam memerangi dakwah Islam, kedustaan orang-orang Yahudi dan buruknya adab
mereka terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aala
181. Sungguh, Allah telah mendengar perkatan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan,
"Sesunguhnya Allah itu miskin dan kami kaya." 1431 Kami akan mencatat perkataan mereka 1432 dan
perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan
(kepada mereka), "Rasakanlah olehmu azab yang membakar 1433 ."
182. 1434 Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri 1435 , dan sesungguhnya Allah
tidak menzalimi hamba-hamba-Nya 1436 .
183. (Yaitu) orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah telah memerintahkan
kepada kami, agar kami tidak beriman kepada seorang rasul, sebelum Dia mendatangkan kepada
Kami kurban yang dimakan api 1437 ." Katakanlah (Muhammad), "Sungguh, beberapa orang rasul
Sebab ketiga, yakni sebab jaza'i (adanya balasan), yaitu firman-Nya, "Allah Mahateliti apa yang kamu
kerjakan "
Jika Dia mengetahui amal yang kamu kerjakan, di mana hal ini menghendaki adanya balasan yang baik
terhadap kebaikan dan balasan berupa siksa terhadap keburukan, maka tidak ada seorang pun yang memiliki
iman -meskipun sseberat dzarrah (debu halus)- enggan berinfak padahal akan diberikan pahala, serta tidak
akan ridha dengan sikap kikir yang mendatangkan siksa.
1430 Sehingga Dia akan memberikan balasan.
1431 Mereka mengatakan kata-kata keji itu saat turun ayat,
"Barang siapa yang meminjami Allah pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka
Allah akan melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak ...dst. " (Terj. Al Baqarah: 245)
Mereka mengatakan, "Jika sekiranya Allah kaya, tentu Dia tidak akan meminta pinjaman kepada kita."
1432 Dalam catatan amal untuk diberikan balasan beserta perbuatan mereka membunuh para nabi.
1433 Yang membakar badan dan menembus sampai ke hati.
1434 Perkataan ini diucapkan kepada mereka ketika mereka telah dimasukkan ke dalam neraka.
1435 Dipakai kata "tangan", karena kebanyakan tindakan manusia menggunakan tangannya.
1436 Tidak akan menyiksa mereka tanpa dosa.
1437 Yakni kenikmatan atau lainnya yang dikurbankan. Jika kurban itu diterima, maka akan datang api putih
dari langit yang membakarnya, namun jika tidak diterima, maka kurban itu tetap seperti sedia kala, dan hal
ini telah disampaikan kepada Bani Israil selain pada Nabi Isa 'alaihis salam dan Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam, maka tidak disyaratkan seperti itu.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
sebelumku telah datang kepadamu, (dengan) membawa bukti-bukti yang nyata 1438 dan membawa
apa yang kamu sebutkan 143 , tetapi mengapa kamu membunuhnya 144 jika kamu orang-orang yang
benar 1441 ".
&bji&if\ v^SOTj J>jf\j cJ±±AL jf U» dills "jLj cJ'JZ lii Jiji i£=>
184. Jika mereka mendustakan kamu (Muhammad), maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu
pun telah didustakan (pula) 1442 , mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zubur 1443 dan
Kitab yang memberi penjelasan yang sempurna 1444 .
Ayat 185-186: Kematian adalah tempat kembali semua makhluk, yang dijadikan patokan
adalah sukses di akhirat, yaitu masuk surga
185. 1445 Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan
dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga,
maka sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang
memperdaya 1446 .
6*3 'j^ 1 6^' 6? ^>-^Jj (UM'>i a ♦
186. Kamu pasti akan diuji dengan hartamu 1447 dan dirimu 1448 . Dan pasti kamu akan mendengar
banyak hal yang sangat menyakitkan hati 1449 dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan
Yang menunjukkan kebenaran mereka, yaitu berupa mukjizat.
1439 Seperti Nabi Zakariyya dan Nabi Yahya 'alaihimas salam lalu kalian malah membunuhnya.
1440 jQjj^hab (pembicaraan) ini ditujukan kepada mereka (orang-orang Yahudi di zaman Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam), meskipun yang melakukan adalah nenek moyang mereka, namun mereka
meridhainya.
1441 Yakni betul-betul mengikuti yang hak dan taat kepada para rasul.
1442 Oleh karena itu, janganlah kamu bersedih atau dibuat risau oleh mereka.
1443 Zubur ialah lembaran-lembaran yang berisi wahyu yang diberikan kepada nabi-nabi sebelum Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang isinya mengandung hikmah-hikmah.
1444 yakni: Kitab-Kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi yang berisi hukum syari'at seperti Taurat, Injil dan
Zabur.
1445 Dalam ayat yang mulia ini terdapat dorongan untuk bersikap zuhud terhadap dunia, di mana ia tidak
kekal dan akan fana, dunia juga merupakan kesenangan yang memperdaya; nampak indah dan menyilaukan,
namun sesungguhnya ia akan binasa dan berpindah ke negeri yang kekal, negeri di mana amal manusia akan
diberi balasan secara sempurna.
1446 Kesenangan yang sebentar kemudian akan binasa.
1447 Dengan adanya nafkah wajib dan sunat, dengan adanya musibah atau dengan siap habis di jalan Allah .
Abu Yahya Marwan bin Musa
219
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
dari orang-orang musyrik 1450 . 1451 Jika kamu bersabar dan bertakwa 1452 , maka sesungguhnya yang
demikian itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan.
Ayat 187-189: Menerangkan tentang pengambilan perjanjian dari Ahli Kitab, dan
bagaimana mereka melempar janji itu ke belakang punggung mereka
1448 Dengan ibadah, bala' (cobaan) atau beban-beban berat, seperti berjihad fii sabilillah, siap mendapatkan
kelelahan, terbunuh, tertawan dan terluka, atau terkena penyakit yang menimpa dirinya atau menimpa orang
yang dicintainya.
1449 Seperti celaan dan cercaan.
1450 Ada beberapa faedah mengapa diberitakan hal seperti ini, di antaranya:
Hikmah (kebijaksanaan) Allah Ta'ala menghendaki demikian, untuk membedakan siapa orang
mukinin yang sebenarnya dan siapa yang tidak.
Allah menaqdirkan seperti itu karena keinginan-Nya memberikan kebaikan kepada mereka, berupa
meninggikan derajat mereka, menghapuskan kesalahan, menambahkan keimanan, dan
menyempurnakan keyakinan mereka. Hal itu, karena jika mereka diberitakan akan terjadi seperti itu
dan kemudian terjadi, maka orang-orang mukmin akan menghadapinya dengan sikap yang
menunjukkan keimanan mereka, seperti yang terjadi dalam perang Azab, di mana kaum mukmin
mengatakan, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kami, dan benarlah Allah dan
Rasul-Nya." Yang demikian tidaklah menambah kepada mereka selain keimanan dan ketundukan.
(lihat surat Al Ahzab: 22).
Allah mengabarkan demikian agar jiwa merasa siap dan mampu bersabar. Sehingga hal itu menjadi
mudah dipikul, bebannya menjadi ringan dan mereka bisa menghadapinya dengan sikap sabar dan
takwa.
1451 Abu Dawud meriwayatkan dari Abdurrahman bin Abdullah bin Ka'ab bin Malik dari bapaknya, bahwa
Ka'ab bin Al Asyraf mencela Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan diberi dukungan oleh orang-orang kafir
Quraisy. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, sedangkan penduduknya beraneka
ragam; ada yang muslim, musyrik yang menyembah berhala dan ada orang-orang Yahudi. Mereka menyakiti
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya, maka Allah Azza wa Jalla memerintahkan Nabi-Nya
bersabar dan memaafkan. Tentang mereka turunlah ayat, "Dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang
sangat menyakitkan hati...dst,"(lih. ayat di atas). Ketika Ka'ab bin Al Asyraf enggan berhenti menyakiti Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan Sa'ad bin Mu'adz
mengirimkan beberapa orang untuk membunuhnya, maka dikirimlah Muhammad bin Maslamah, dan
disebutkan di sana kisah pembunuhannya. Setelah mereka berhasil membunuhnya, orang-orang Yahudi dan
musyrik kaget, mereka pun mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Di malam hari
kawan kami didatangi seseorang lalu dibunuh." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan
kepada mereka ucapan Ka'ab Al Asyraf, dan Beliau mengajak mereka untuk membuat tulisan berisi aturan
yang harus dipenuhi. Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membuat tulisan antara Beliau beserta kaum
muslimin dengan mereka sebuah lembaran...dst." (Al Mundziri berkata, "Kata-katanya 'dari bapaknya' perlu
ditinjau ulang, karena bapaknya, yakni Abdullah bin Ka'ab bukan sahabat dan bukan salah satu dari tiga
orang yang diterima tobatnya (ketika tidak berangkat jihad), dengan demikian hadits ini menjadi mursal.
Namun masih mengandung kemungkinan bahwa bapaknya di sini adalah kakeknya, yaitu Ka'ab bin Malik
sehingga hadits ini bersambung sanadnya, karena bisa saja Abdurrahman mendengar dari kakeknya, yaitu
Ka'ab bin Malik, sedangkan Ka'ab adalah salah satu dari tiga orang yang diterima tobatnya, dan telah terjadi
seperti ini di beberapa sanad, dan tidak pada satu tempat")
1452 Yakni jika kamu bersabar terhadap cobaan yang menimpa harta dan diri kamu atau terhadap gangguan
orang-orang zalim, dan kamu bertakwa, yakni mengharapkan keridaan Allah dan menjadikannya sebagai
sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
220
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
187. Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu),
"Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu
menyembunyikannya 1453 ," lalu mereka me lemparkan janji itu ke belakang punggung mereka 1454 dan
menukarnya dengan harga yang murah 1455 . Amat buruk tukaran yang mereka terima.
188. 1456 Janganlah sekali-kali kamu mengira hahwa orang yang gembira dengan apa yang telah
mereka kerjakan 1457 dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan 1458 , jangan
sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari siksa. Mereka akan mendapat siksa yang
1453 Di antara keterangan yang disembunyikan itu ialah tentang kedatangan Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam.
1454 Yakni tidak mengamalkannya.
1455 Yakni dengan kesenangan dunia, seperti menginginkan kedudukannya diangkat atau memperoleh harta.
Sehingga mereka berani menyembunyikan ilmu yang mereka ketahui.
1456 Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa beberapa orang
munafik di zaman Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
keluar berperang, mereka tidak ikut dan merasa senang tidak berangkat meninggalkan Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam. Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pulang, mereka mengemukakan alasan dan
mereka senang jika dipuji terhadap hal yang tidak mereka lakukan, maka turunlah ayat, "Laa
tahsabannalladziina yafrahuuna ...dst. "
Imam Bukhari meriwayatkan dari Alqamah bin Waqqas, bahwa Marwan berkata kepada penjaga pintunya,
"Pergilah wahai Raafi' kepada Ibnu Abbas, katakan kepadanya, "Jika setiap orang senang dengan apa yang
diberikan dan senang dipuji dalam hal yang tidak dilakukannya akan diazab, tentu kita semua akan diazab."
Ibnu Abbas berkata, "Apa hubungan kamu dengan ayat ini! Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
pernah mengajak orang-orang Yahudi dan menanyakan kepada mereka tentang sesuatu, lalu mereka
menyembunyikannya, dan mereka memberitakan dengan yang selainnya, lalu saya melihat mereka ingin
dipuji terhadap berita yang mereka sampaikan dan mereka senang dengan sikap mereka menyembunyikan."
Lalu Ibnu Abbas membacakan ayat, "Wa idz akhadzallahu miitsaaqalladziina utul kitaab...." Sampai
"Yafrahuuna bimaa atau wa yuliibbuuuiia ay yuhmaduu bimaa lamyafaluu..." (Ali Imran: 187-188)
1457 Berupa menyesatkan manusia, atau mengerjakan perbuatan dan perkataan buruk.
1458 Padahal mereka tidak mengerjakan kebaikan dan tidak menegakkan kebenaran. Dengan demikian,
mereka menggabung antara mengerjakan keburukan, senang terhadapnya dan suka dipuji terhadap sesuatu
yang mereka tidak melakukannya.
1459 Termasuk ke dalam ayat ini adalah Ahli Kitab yang bergembira dengan ilmu yang ada pada mereka,
namun mereka tidak mengikuti rasul dan menyangka bahwa sikap mereka benar. Demikian juga orang yang
mengadakan bid' ah baik berupa ucapan maupun perbuatan, lalu ia bergembira dengannya dan mengajak
manusia kepada perbuatan bid'ah itu serta menyangka bahwa diri mereka benar, sedangkan yang lain salah.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa orang yang senang mendapat pujian karena kebaikannya dan
mengikuti yang hak, jika maksudnya bukan riya' dan sum' ah, maka tidaldah tercela. Oleh karena itu, Nabi
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
189. Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu 1460 .
Ayat 190-194: Sekilas atsar (bekas atau pengaruh) dari kekuasaan Allah Subhaanahu wa
Ta'aala dan keagungan-Nya pada penciptaan langit dan bumi, serta perintah memperbanyak
dzikrullah dan berdoa kepada-Nya, dan perintah merenungi ciptaan-Nya
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi 1461 , dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadan
berbaring 1462 , dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi 1463 (seraya berkata), "Ya
Tuhan kami, Tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia 1464 ; Mahasuci Engkau 1465 , maka
lindungilah kami dari azab neraka 1466 .
Ibrahim 'alaihis salam pernah berdoa, "Dan Jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang
datang) kemudian. " (Terj. Asy Syu'araa: 84)
1460 Dia bertindak terhadap semua yang ada di langit dan di bumi dengan kuasa-Nya yang sempurna,
sehingga tidak ada satu pun makhluk yang dapat menolak ketetapan-Nya dan tidak ada satu pun makhluk
yang dapat melemahkan-Nya. Di antara kekuasaan-Nya juga adalah dengan menyiksa orang-orang kafir dan
menyelamatkan orang-orang mukmin.
1461 Demikian juga keajaiban-keajaiban yang ada pada keduanya, seperti besarnya, luasnya, teraturnya
peredaran benda yang beredar dan lain sebagainya. Semua ini menunjukkan keagungan Allah, keagungan
kerajaan-Nya dan menyeluruhnya kekuasaan-Nya. Tertib dan teraturnya ciptaan Allah, demikian juga rapi
dan indahnya menunjukkan kebijaksanaan Allah dan tepat-Nya serta luas ilmu-Nya. Terlebih dengan
manfaat bagi makhluk yang ada di dalamnya terdapat dalil yang menunjukkan keluasan rahmat-Nya,
meratanya karunia dan kebaikan-Nya, dan semua itu menghendaki untuk disyukuri. Semua itu juga
menunjukkan butuhnya makhluk kepada khaliqnya dan tidak pantas Penciptanya disekutukan.
Di dalam ayat ini terdapat anjuran untuk memikirkan alam semesta, memperhatikan ayat-ayat-Nya dan
merenungkan ciptaan-Nya.
1462 Yakni dalam setiap keadaan. Menurut Ibnu Abbas, bahwa maksudnya mereka melakukan shalat sesuai
kemampuan, yakni jika tidak sanggup berdiri, maka sambil duduk dst. Namun demikian, ayat ini mencakup
semua dzikr lainnya dengan lisan maupun hati.
1463 Memikirkan kekuasaan Penciptanya atau memikirkan maksudnya. Ayat ini menunjukkan bawa berpikir
merupakan ibadah dan termasuk sifat wali-wali Allah yang mengenal-Nya. Setelah mereka memikirkannya,
mereka pun tahu bawa Allah tidak menciptakannya sia-sia.
1464 Bahkan di sana terdapat dalil sempurnanya kekuasaan-Mu.
1465 Yakni dari menciptakan sesuatu secara main-main.
1466 Termasuk juga di dalamnya meminta surga, karena ketika mereka meminta dilindungi dari neraka, maka
secara langsung mereka juga meminta surga, akan tetapi karena besarnya rasa takut dalam hati mereka, maka
mereka menyebut sesuatu yang paling merisaukan mereka.
Abu Yahya Marwan bin Musa
222
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
192. Ya Tuhan Kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh, Engkau telah menghinakannya 1467 , dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang
yang zalim 1468 .
Hp 3-5-^= j "4>>i Hl^f^Li Hjj LL» Lis j*5yj^ Iji*'* o' cr^V4 <-£^tL Lo^« lli] HjJ
193. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman 1469 , (yaitu),
"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kami pun beriman. Ya Tuhan Kami 1470 , ampunilah
dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-
orang yang berbakti 1471 .
194. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-
Mu 1472 . Dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah
mengingkari janj i. "
Ayat 195-198: Agama Islam menyamakan balasan antara laki-laki dan perempuan, asas
diterima amal adalah takwa, bukan harta dan kedudukan, dan menerangkan bahwa orang-
orang kafir hanya memperoleh kesenangan sementara sedangkan yang memperoleh
kesenangan yang kekal adalah orang-orang mukmin
1467 Karena ia mendapatkan kemurkaan dari Allah, malaikat-Nya, wali-wali-Nya dan mendapatkan aib yang
tidak dapat lolos daripadanya.
1468 Yang menolong mereka dari azab. Ayat ini menunjukkan bahwa mereka masuk ke dalam neraka karena
kezaliman mereka.
1469 Yaitu Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
1470 Dalam ayat ini terdapat dalil bagi tawassul yang disyari'atkan, yaitu tawassul dengan iman atau amal
salih yang dikerjakan.
1471 Dalam doa ini terdapat permintaan taufiq agar dapat menjalankan kebaikan dan meninggalkan
keburukan, di mana yang demikian dapat menjadikannya tergolong sebagai orang-orang yang berbakti dan
beristiqamah di atasnya sampai wafat.
1472 Permintaan mereka agar diberikan janji Allah yang disampaikan oleh para rasul meskipun Allah tidak
pernah mengingkari janji-Nya adalah agar mereka digolongkan ke dalam orang-orang yang berhak
menerimanya, karena mereka belum yakin termasuk orang-orang yang menerimanya, dan diulanginya kata
"Ya Tuhan kami" berkali-kali menunjukkan sikap tadharru' (perendahan diri yang dalam) mereka.
Janji Allah kepada Rasul-Nya di antaranya adalah mendapatkan kemenangan di dunia dan mendapatkan
keridaan Allah dan surga-Nya di akhirat.
Abu Yahya Marwan bin Musa
223
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
p4"?°V3 ff* 'j^j J=T" <-l '-J^j'j Ot IjLtf-L*
^glyl^iJl ^jJ- jdJLif 4J0lj 41)1 JL^f^ IjIjjJl^VI ^"Cr? <-£ j^"^ 1 ^
195. Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman), "Sesungguhnya
Aku tidak menyia-nyiakan amal orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki maupun
perempuan 1473 , (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain 1474 . Maka orane-
orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang
berperang dan yang terbunuh 1475 , pasti akan Aku hapus kesalahan mereka dan pasti Aku masukkan
mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sebagai pahala dari Allah 1476 . Di
sisi Allah ada pahala yang baik 1477 ."
@ juDi ^ 1 3 *j£ #jff 4Jj6 S
196. 1478 Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di seluruh
negeri.
197. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat kembali mereka ialah neraka Jahannam.
Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat tinggal.
£j &\ oip ^1 S$ t^J ^>„aki- Kt^- & <^?~ r?J oiOfT ^jSCJ
198. Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka akan mendapat surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal 1479 dari sisi
Allah 1480 . Dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti 1481 .
1473 Yakni semuanya akan mendapatkan pahala secara sempurna.
1474 Maksudnya sebagaimana laki-laki berasal dari laki-laki dan perempuan, maka demikian pula halnya
perempuan berasal dari laki-laki dan perempuan. Kedua-duanya sama-sama manusia, tidak ada kelebihan
yang satu dari yang lain tentang penilaian iman dan amalnya.
1475 Mereka beriman, berhijrah, meninggalkan segala yang mereka cintai seperti tempat tinggal dan harta
demi mencari ridha Allah serta berjihad di jalan-Nya.
1476 Yang memberikan balasan yang banyak terdapat amal yang sedikit.
1477 Berupa surga yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah
terlintas di hati manusia. Oleh karena itu, barang siapa yang menginginkannya, maka mintalah kepada Allah
dengan mentaati-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya semampunya.
1478 Dalam tafsir Al Jalaalain disebutkan, bahwa ayat ini turun ketika kaum muslimin mengatakan, "Musuh-
musuh Allah sepengetahuan kami berada dalam kenikmatan, sedangkan kami berada dalam kesulitan."
Maksud ayat ini adalah menghibur kaum mukmin agar tidak terpedaya oleh kesenangan dunia yang
diperoleh orang-orang kafir dan bebasnya mereka bergerak di seluruh negeri melakukan berbagai
perdagangan, lancarnya usaha mereka, dapat bersenang-senang dan menikmati berbagai kesenangan. Semua
ini sebagaimana disebutkan pada ayat selanjutnya adalah kesenangan sementara, mereka hanya menikmati
sebentar dan akan dilanjutkan dengan azab yang lama.
Abu Yahya Marwan bin Musa
224
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 199-200: Berimannya sebagian Ahli Kitab dengan masuk Islam, serta seruan kepada
kaum mukmin untuk bersabar
199. 1482 Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah 1483 , dan kepada apa
yang diturunkan kepada kamu 1484 dan yang diturunkan kepada mereka 1485 , karena mereka berendah
hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah 1486 dengan harga yang murah 1487 .
Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya 1488 . Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Yakni tempat tinggal beserta perlengkapan-perlengkapannya seperti makanan, minuman dan lain-lain.
1480 Kalau pun orang-orang mukmin di dunia ini ditaqdirkan mengalami kesengsaraan, kesusahan dan
kesulitan, namun jika dibandingkan dengan kenikmatan surga yang kekal, maka kesusahan itu sangat ringan
sekali. Dunia memang menjadi surga bagi orang kafir, namun surga mereka (dunia ini) adalah surga yang
sementara, terbatas dan tidak sempurna. Di dunia ada hidup dan ada mati, ada senang dan ada sedih, ada
masa muda dan ada masa tua, ada sehat dan ada sakit serta keterbatasan lainnya.
1481 Maksudnya ialah penghargaan dari Allah disamping tempat tinggal beserta perlengkapan-
perlengkapannya itu, adalah lebih baik daripada kesenangan duniawi yang dinikmati orang-orang kafir itu.
1482 Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah
menyalatkan raja Najasyi ketika diberitakan bahwa ia telah wafat, lalu ada yang mengatakan, "Wahai
Rasulullah, apakah Engkau akan menyalatkan seorang budak Habasyah?" Maka Allah Azza wa Jalla
menurunkan ayat, "Wa inna min ahlil kitaab...dst." (Hadits ini memiliki banyak jalur yang menjadikannya
shahih).
1483 Seperti Abdullah bin Salam, kawan-kawannya dan Raja Najasyi.
1484 Yaitu Al Qur'an.
1485 Yaitu Taurat dan Injil. Inilah iman yang bermanfaat, yakni mengimani semua rasul dan semua kitab.
Adapun jika hanya beriman kepada sebagian rasul atau sebagian kitab, maka iman tersebut tidak bermanfaat.
Mereka inilah Ahli Kitab dan ahli ilmu yang sesungguhnya, di mana hanya orang-orang yang berilmu sajalah
yang takut kepada Allah. Kepada mereka diberikan rasa takut kepada Allah, tunduk kepada keagungan-Nya
yang menjadikan mereka mengerjakan perintah dan menjauhi larangan serta berjalan di atas batasan-Nya. Di
antara sempurnanya rasa takut mereka adalah mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang
murah.
1486 Yang ada pada mereka di dalam Taurat dan Injil seperti tentang diutusnya Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa sallam.
1487 Yaitu dunia, dengan menyembunyikan ayat itu karena mengkhawatirkan kedudukannya di tengah-tengah
kaumnya seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi. Mereka tidak mengedepankan dunia di atas agama,
mereka mengetahui bahwa kerugian yang sesungguhnya adalah ketika lebih ridha dengan kehinaan daripada
kemuliaan, meengedepankan kepentingan pribadi dan meninggalkan kebenaran yang merupakan
kemenangan di dunia dan di akhirat.
dua kali karena beriman kepada Taurat, Injil dan Al Qur'an (lihat Al
Qashash: 54).
Abu Yahya Marwan bin Musa
225
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
200. 1489 Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu 1490 dan kuatkanlah kesabaranmu serta
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) 1491 dan bertakwalah kepada Allah 1492 agar kamu
beruntung 1493 .
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Ayat 1: Perintah bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dan mengingatkan
manusia dengan nenek moyang mereka, yaitu Adam 'alaihis salam
1489 Dalam ayat ini, Allah mendorong kaum mukmin kepada sesuatu yang menyampaikan mereka kepada
keberuntungan, yaitu sabar; sikap menahan diri memikul hal yang tidak mengenakkan.
1490 Di atas ketaatan, ketika tertimpa musibah dan dalam menjauhi maksiat.
1491 Yakni berjihadlah.
1492 Dalam semua keadaan kamu.
1493 Mendapatkan surga dan terhindar dari neraka.
Hubungan surat Ali Imran dengan surat An Nisaa':
1 . Surat Ali 'Imran diakhiri dengan perintah bertakwa, sesuai dengan permulaan surat An Nisaa'.
2. Dalam surat Ali Imran terdapat kisah penciptaan Nabi Isa 'alaihis salam tanpa bapak dan agar hilang
syubhat, maka disebutkan penciptaan Nabi Adam 'alaihis salam. Dalam kisah tersebut terdapat
pembelaan terhadap ibu Nabi Isa 'alaihis salam dari tuduhan zina oleh orang-orang Yahudi dan
penetapan bahwa Nabi Isa "alaihis salam adalah seorang hamba sebagai bantahan terhadap orang-
orang Nasrani. Sedangkan dalam surat An Nisaa' disebutkan bantahan terhadap kedua belah pihak;
Yahudi (lihat ayat 156) dan Nasrani (171-172).
3. Dalam surat Ali Imran disebutkan, bahwa Nabi Isa 'alaihis salam diangkat ke langit, dan dalam surat
An Nisaa' disebutkan bantahan terhadap anggapan orang-orang Yahudi yang mengaku telah
membunuhnya.
4. Dalam surat Ali Imran disebutkan sikap orang-orang yang dalam ilmunya tentang ayat-ayat
mutasyabihat (lihat ayat 7), sedangkan di dalam surat An Nisaa' disebutkan lebih lanjut keadaan
orang-orang yang dalam ilmunya (lihat ayat 1 62).
5. Dalam surat Ali 'Imran disebutkan peperangan Badar dan Uhud secara lengkap, dan sebagiannya
diulangi lagi dalam surat An Nisaa'.
6. Dalam surat Ali 'Imran disebutkan bahwa banyak yang gugur di kalangan kaum muslimin sebagai
Syuhada', yang berarti mereka meninggalkan anak-anak dan isteri-isteri mereka, maka pada bagian
awal surat An Nisaa' disebutkan perintah memelihara anak yatim serta pembagian harta pusaka.
Selesai tafsir surat Ali Imran dengan pertolongan Allah dan taufiq-Nya, wal hamdulillah 'alaa ni'matih wa
nas'aluhu tamaaman ni'mah.
Surat An Nisaa' (Wanita)
Surah ke-4. 176 ayat. Madaniyyah
Abu Yahya Marwan bin Musa
226
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
1. Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang
diri (Adam) 1495 , dan daripadanya 1496 Allah menciptakan istrinya 1497 ; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak Bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta 1498 , dan (peliharalah) hubungan
kekeluargaan (silaturrahim). Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Ayat 2-6: Batasan poligami dan hikmahnya dalam Islam, wasiat berbuat baik kepada anak-
anak yatim dan memelihara harta mereka, dan menerangkan kewajiban para washi (orang
yang mendapat wasiat) terhadap asuhannya dan kewajiban para wali terhadap orang yang
berada di bawah perwaliannya
1494 Allah Subhaanahu wa Ta'aala memulai surat ini dengan perintah bertakwa kepada-Nya, mendorong
mereka beribadah kepada-Nya dan menyuruh menjaga tali silaturrahim. Allah Ta'ala menerangkan sebab
yang mengharuskan semua itu, yaitu karena Dia adalah Tuhan kamu yang menciptakan kamu. Demikian
juga karena kamu biasa menggunakan nama-Nya untuk meminta antara yang satu dengan yang lain. Di
samping itu, Dia pun selalu mengawasi kamu. Ini semua menghendaki kita untuk memiliki sikap muraqabah,
rasa malu dan tetap menjaga ketakwaan kepada-Nya. Di awal surat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala
memerintahkan secara umum bertakwa kepada-Nya dan menyambung tali silaturrahim, dan akan disebutkan
secara rincinya ketakwaan itu pada ayat-ayat selanjutnya. Nampaknya ayat-ayat selanjutnya berpangkal
kepada masalah tersebut, menerangkan apa yang masih samar dalam masalah di atas.
1495 Disebutkan bahwa manusia berasal dari seorang diri adalah agar manusia menyadari bahwa bapak
mereka adalah sama (Adam 'alaihis salam), di mana hal ini menghendaki mereka untuk saling menyayangi
antara satu dengan lainnya. Oleh karenanya, disebutkan pula perintah memelihara hubungan silaturrahim dan
tidak memutuskannya untuk memperkuat masalah ini. Disebutkan sebelumnya perintah bertakwa kepada
Allah adalah agar manusia semuanya sama-sama menyembah kepada Allah dan bersatu di atasnya.
1496 Maksud daripadanya menurut jumhur (mayoritas) mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk)
Adam 'alaihis salam. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Namun ada pula yang menafsirkan
daripadanya di sini adalah dari unsur yang serupa, yakni tanah yang daripadanya Adam 'alaihis salam
diciptakan.
1498 Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain
mereka mengucapkan nama Allah seperti As-aluka billah artinya "saya bertanya atau meminta kepadamu
dengan nama Allah." Digunakannya nama Allah adalah karena orang yang meminta mengetahui bahwa
orang yang diminta tentu mengagungkan Allah Tuhannya, oleh karenanya ia tentu akan memenuhi
permintaannya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
1447
Yaitu Hawa'.
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
2. Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, janganlah kamu
menukar yang baik dengan yang buruk 50 °, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama
hartamu 1501 . Sesungguhnya tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar 1502 .
3. 1503 Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim
(apabila kamu menikahinya) 1504 , maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi 1505 : dua, tiga
atau empat 1506 . Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil 1507 , maka (nikahilah)
seorang saja 1508 , atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki 1509 . Yang demikian itu 1510 lebih
dekat agar kamu tidak berbuat zalim.
1499 Ayat ini turun berkenaan dengan seorang anak yatim yang meminta harta kepada walinya, namun
walinya enggan memberikan. Ayat ini merupakan wasiat pertama yang terkait dengan hak orang lain,
terutama anak yatim yang ditinggal wafat bapaknya saat mereka masih kecil, lemah dan tidak ada orang yang
menanggung mereka, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
memerintahkan hamba-hamba-Nya berbuat ihsan kepada mereka, tidak mendekati harta mereka kecuali
dengan cara yang baik serta memberikan harta mereka secara sempurna saat mereka telah baligh dan cerdas.
1500 Misalnya menukar harta anak yatim yang bagus dengan harta milik wali yang jelek atau si wali
mengambil harta anak yatim yang berharga lalu menukarnya dengan hartanya yang murah.
1501 Yakni mencampurnya dengan maksud agar dapat memakan harta mereka. Hal ini merupakan helat (cari-
cari jalan untuk menghalalkan yang haram).
1502 Dalam ayat ini terdapat dalil adanya kewalian terhadap anak yatim. Di dalamnya juga terdapat perintah
mengurus hartanya dengan baik, memeliharanya, mengembangkannya dan menjaganya dari bahaya.
1503 Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa ada seseorang yang memiliki
seorang anak yatim perempuan, lalu laki-laki itu menikahinya, dan ia memiliki seranting kurma, sehingga ia
menahan wanita itu karenanya, sedangkan dalam dirinya tidak ada rasa suka terhadap si wanita, maka
turunlah ayat, "Wa in khiftum allaa tuqsithuu fil yataamaa." Saya kira (yakni menurut Hisyam bin Yusuf
seorang rawi), "Si yatim ini adalah sekutunya dalam ranting kurma itu dan dalam hartanya."
1504 Misalnya tidak memberikan mereka mahar seperti halnya wanita-wanita yang lain.
1505 Yang sesuai dengan pilihanmu, misalnya baik dalam beragama, berharta, cantik, berkedudukan dan
bernasab serta sifat-sifat lain yang mendorong untuk menikahinya, namun yang utama adalah mencari yang
baik agamanya (shalihah) sebagaimana yang disarankan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa sepatutnya seseorang memilih calon istri yang tepat sebelum menikah,
bahkan syari' (penetap syari'at) membolehkannya untuk melihat wanita yang hendak dinikahi agar ia betul-
betul matang dalam memilih.
1506 Jangan lebih dari empat.
1507 Berlaku adil di sini adalah perlakuan yang adil dalam memenuhi kebutuhan istri seperti dalam hal
pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriyah.
1508 Islam memperbolehkan poligami dengan syarat dirinya bisa berlaku adil dan sanggup memenuhi hak istri
yang lain, sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Dalam ayat ini diterangkan bahwa batas poligami hanya
sampai empat wanita saja.
1509 Karena mereka tidak memiliki hak yang sama dengan istri sehingga tid:
ik wajib adil, seperti dalam hal
giliran.
1510 Menikahi wanita sampai empat (tidak lebih), atau satu saja atau dengan budak wanita.
Abu Yahya Marwan bin Musa
228
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
(cfji) (l>J* ll~_A fi^JSo Lliii q& y>^> c& ^^(j^^> f LJ^pT I jjIsj
4. 1511 Berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu nikahi) sebagai pemberian
yang penuh kerelaan 1512 . Kemudian, jika mereka 1513 menyerahkan kepada kamu sebagian dari
(maskawin) itu dengan senang hati 1514 , maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang
hati 1515 .
i ji j$j p-» tpS ju* yjjtj tils *jfs Jjl>- jJT ^s0'3-«i f L^LliT i jjjj
5. Dan janganlah kamu 1516 serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya 1517 , harta (mereka
yang ada dalam kekuasaan) kamu 1518 yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah
mereka belanja 1519 dan pakaian (dari hasil harta itu) serta ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang baik 1520 .
1511 Karena biasanya kaum lelaki menzalimi wanita dalam hal mahar, mereka mengurangi maharnya, terlebih
jika nilainya besar dan langsung diberikan, hatinya merasa berat memberikannya, maka di ayat ini Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk memberikan mahar mereka, jangan sengaja menundanya atau
menguranginya. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa mahar diberikan kepada wanita apabila mukallaf (sudah
dewasa), dan bahwa si wanita yang memilikinya. Demikian juga bahwa wali tidak berhak apa-apa terhadap
maskawin itu selain pemberian yang direlakannya.
1512 Pemberian itu ialah maskawin yang besar kecilnya ditetapkan menurut persetujuan kedua pihak, karena
pemberian itu harus dilakukan dengan ikhlas.
1513 Yakni wanita. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa si wanita berhak bertindak terhadap hartanya jika ia
cerdas.
1514 Yakni dengan keridaan dan menjadi pilihannya menggugurkan sebagiannya atau menundanya atau
bahkan menggantinya.
1515 Kata-kata ini "Maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati" untuk menghiangkan
rasa tidak enak dalam hati ketika menerima pemberian tersebut.
1516 Yakni para wali.
1517 Orang yang belum sempurna akalnya ialah anak yatim yang belum balig atau orang dewasa yang tidak
dapat mengatur harta bendanya baik karena hilang akal seperti orang gila, maupun karena belum cerdas
seperti orang yang biasa boros. Dalam ayat ini, Allah melarang para wali menmyerahkan harta mereka yang
belum sempurna akalnya agar harta itu tidak habis atau binasa. Hal itu, karena Allah menjadikan harta
sebagai penopang hamba-hamba-Nya untuk maslahat dunia mereka maupun agama, mereka yang belum
sempurna akalnya tidak dapat mengatur hartanya dan menjaganya. Oleh karena itu, wali mereka yang
bertindak, yaitu dengan mengeluarkan harta untuk makan dan pakaian mereka, serta mengeluarkan untuk
sesuatu yang dharuri (penting) atau dibutuhkan mereka baik terkait dengan agama maupun dunia.
1518 Disandarkannya harta kepada para wali sebagai isyarat wajibnya bagi para wali memberlakukan harta
anak yatim sebagaimana mereka memberlakukan harta mereka dengan menjaganya, bertindak tepat dan tidak
membawa kepada hal-hal yang berbahaya.
1519 Yakni berikanlah mereka makanan dari harta itu. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa nafkah orang gila,
anak kecil, orang yang kurang akalnya diambil dari harta mereka jika mereka memiliki harta. Demikian juga
menunjukkan bahwa perkataan wali adalah diterima dalam hal dakwaannya berupa nafkah yang memang
mungkin dan pakaian, karena Allah menjadikan mereka sebagai orang yang diberi amanat (dipercaya)
terhadap harta orang-orang yang belum sempurna akalnya itu, sehingga perkataan orang yang diberi amanat
adalah diterima.
1520 Misalnya dengan menerangkan kepada mereka -saat mereka meminta harta- bahwa harta akan
diserahkan kepada mereka nanti setelah mereka sudah pandai mengaturnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
229
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
6. Dan ujilah 1521 anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah 1522 . Kemudian jika
menurut pendapatmu mereka telah cerdas 1523 , maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah
kamu memakan harta anak yatim melebihi batas yang patut 1524 dan (janganlah kamu) tergesa-gesa
(membelanjakannya) sebelum mereka dewasa 1525 . Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu,
maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa yang
miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut 1526 1527 . Kemudian, apabila
kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi 1528 . Dan
cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).
Ayat 7-10: Menerangkan pokok-pokok pembagian warisan laki-laki dan perempuan, dan
ancaman memakan harta anak yatim
1521 Yakni mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan
dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercaya. Contoh cara mengetahui apakah mereka
sudah mampu mengatur harta atau belum adalah dengan memberikan sedikit harta, kemudian diperhatikan
apakah ia akan menghabiskan semua itu tanpa menyisakan untuk kebutuhannya yang akan datang atau
menyisakannya. Jika ternyata ia tidak menyisakannya, maka tandanya ia belum bisa mengatur harta, maka
hartanya belum bisa diserahkan kepadanya, bahkan ia masih tetap dianggap belum sempurna akalnya
meskipun usianya sudah dewasa.
1522 Yakni usia baligh, baik dengan bermimpi atau sudah berusia 15 tahun.
1523 Keadaan agamanya baik dan sudah pandai memelihara harta.
1524 Melebihi batas yang dihalalkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala.
1525 Yakni jangan memakan harta mereka saat mereka masih kecil, di mana ketika itu mereka tidak bisa
mengambilnya dari kamu dan tidak bisa mencegah kamu memakannya. Hal ini adalah perkara yang sering
dilakukan oleh para wali yang tidak memiliki rasa takut kepada Allah, di mana mereka menjadikan kewalian
terhadap anak yatim sebagai kesempatan, bukan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah,
mereka pun menghabiskan harta itu sebelum anak-anak yatim dewasa.
1526 Imam Bukhari meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha tentang firman Allah Ta'ala, "Barang siapa
(di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu)
dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. " Bahwa ayat
tersebut turun berkenaan dengan harta anak yatim, jika pengurusnya seorang yang fakir, maka ia boleh
memakan sebagai ganti kepengurusannya terhadapnya, namun secara wajar.
1527 Misalnya sesuai kepengurusannya. Contoh lain memakan harta anak yatim secara ma'ruf (wajar) adalah:
1. Ia mengambilnya, namun sifatnya hanya sebagai pinjaman.
2. Ia memakannya sesuai kebutuhan tanpa berlebihan.
3. Ia mengambilnya ketika melakukan sesuatu untuk anak yatim.
4. Ia mengambilnya ketika terpaksa, jika ia sudah mampu, nanti akan dibayarnya, namun jika ia tidak
mampu, maka menjadi halal.
1528 Bahwa mereka telah menerimanya dan beban kalian telah lepas agar tidak timbul pertengkaran. Perintah
ini merupakan saran.
Abu Yahya Marwan bin Musa
230
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
7. 1529 Bagi laki-laki 1530 ada hakbagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya (yang
meninggal), dan bagi perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan
kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut 1531 bagian yang telah ditetapkan.
8. 1532 Dan apabila sewaktu pembagian (warisan) itu hadir beberapa kerabat 1533 , anak-anak yatim dan
orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu 1534 (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik 1535 .
^35 ijJjiilj *S»l iyi*. Uil^ c^? 1/5 >J ^L^^ 1
f©) IjujlI
9. 1536 Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh
Ayat ini turun untuk menolak kebiasaan Jahiliyyah yang tidak memberikan warisan kepada kaum wanita
dan anak-anak.
1530 Anak-anak maupun kerabat.
1531 Nampaknya ada masalah yang mengganjal di hati, apakah bagiannya menurut adat yang berlaku atau
kesepakatan atau ada ketentuannya, maka disebutkan bahwa bagian tersebut ada ketentuannya dari Allah
Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
1532 Ayat ini merupakan salah satu di antara sekian hukum yang bijaksana dan menenangkan hati. Dari ayat
ini dapat kita ambil kesimpulan, bahwa siapa saja yang dalam hatinya menginginkan sesuatu yang ada di
tangan kita hendaknya kita memberikan sesuatu daripadanya sekedarnya, sebagaimana disabdakan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam:
jt SIS'! iljllis <xj> ilJiJ jls iii ilistti* ijli-J J ii-lip sliS' JlS ^Liiij iiili- IS'ii-f J\ \i\
"Apabila salah seorang di antara kamu didatangi pelayannya dengan membawa makanan, sedangkan
pelayannya sudah menyelesaikan tugasnya di dapur, maka ikutkanlah dia duduk bersamanya. Jika tidak
diikutkan bersamanya, maka berikanlah sesuap atau dua suap makanan." (HR. Bukhari, Muslim, Abu
Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah, Shahihul Jami' no. 264).
1533 Kerabat di sini maksudnya kerabat yang tidak mempunyai hak warisan dari harta peninggalan.
1534 Pemberian sekedarnya itu tidak boleh melebihi sepertiga harta warisan, dan pemberian ini dilakukan
sebelum dibagikan. Pemberian ini hukumnya sunat, sedangkan menurut Ibnu Abbas pemberian ini
hukumnya wajib.
1535 Yakni jika ternyata tidak mungkin karena hal-hal tertentu, maka berbicaralah dengan mereka dengan
kata-kata yang lembut.
1536 Ada yang mengatakan, bahwa ayat ini ditujukan kepada mereka yang menghadiri seorang yang akan
meninggal, namun ia (yang akan meninggal) menetapkan wasiat yang zalim, agar mengingatkannya;
menyuruh berlaku adil dalam berwasiat, menyuruhnya jika hendak bersedekah agar di bawah sepertiga harta,
menyisakan untuk ahli waris dan tidak meninggalkan ahli waris dalam keadaan miskin. Inilah maksud
mengatakan perkataan yang benar (lihat akhir ayat tersebut). Ada pula yang mengatakan, bahwa ayat ini
ditujukan kepada para wali terhadap orang-orang yang kurang akalnya baik orang gila, anak-anak maupun
Abu Yahya Marwan bin Musa
231
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah 1537 , dan hendaklah mereka berbicara dengan
tutur kata yang benar.
10. Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim 1538 , sebenarnya
mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala
(neraka) 1539 .
Ayat 11-12: Menerangkan ukuran yang diperoleh ahli waris dari harta warisan
(jli Jjj jaJ o ^ o! >^P (j-" ' -if 'j (J5sj 4j^j J I LgJi 3 ji>- 'J c-j & o\j
ll. 1540 1541 Allah mensyari'atkan kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu
yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan 1543 . Dan jika
orang-orang yang lemah agar mereka menyikapi orang-orang yang lemah itu seperti sikap mereka terhadap
anak-anak mereka sendiri.
Menurut Ibnu Abbas, bahwa ayat ini berkenaan dengan seorang yang akan meninggal, lalu orang yang hadir
mendengar orang yang akan meninggal itu berwasiat yang isinya memadharatkan ahli waris, maka Allah
Ta'ala memerintahkan orang yang mendengarnya itu menyuruhnya bertakwa kepada Allah, mengarahkan
dan meluruskannya kepada yang benar. Ia pun hendaknya memperhatikan ahli warisnya sebagaimana dirinya
senang menyikapi ahli warisnya dengan sikap yang menunjukkan kekhawatiran akan terbengkalainya
mereka (ahli waris).
1537 Yakni dalam mengurus orang lain, dengan cara mengurusnya sejalan dengan ketakwaan kepada Allah,
tidak merendahkan mereka, tidak membiarkan mereka dan menyuruh mereka bertakwa.
1538 Maksudnya tanpa hak. Namun tidak termasuk di dalamnya jika pengurusnya fakir, lalu ia memakan harta
itu secara ma'ruf, misalnya sesuai ukuran kepengurusannya terhadapnya. Demikian juga tidak termasuk ke
dalamnya mencampur makanan anak yatim dengan makanan mereka.
1539 Ayat ini menunjukkan besarnya dosa memakan harta anak yatim secara zalim, dan bahwa hal itu
termasuk sebab yang menjadikan seseorang masuk ke dalam neraka. Nas'alulllahas salaamah wal 'aafiyah.
1540 Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir radhiyallahu 'anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dan Abu Bakar menjengukku di Bani Salamah dengan berjalan kaki. Ketika itu, Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam mendapatkanku dalam keadaan tidak sadar. Maka Beliau meminta dibawakan air, lalu
berwudhu' daripadanya dan memercikkan air ke mulutku, kemudian aku sadar. Lantas aku berkata, "Apa
perintahmu kepadaku tentang hartaku (ini), wahai Rasulullah." Maka turunlah ayat, "Yuushiikumulla.hu fii
awlaadikum . . . dst. "
1541 Ayat di atas (yakni ayat 11 dan 12) serta ayat terakhir surat An Nisa' adalah ayat-ayat tentang warisan,
ditambah dengan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
Abu Yahya Marwan bin Musa
232
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian mereka dua pertiga 1544
dari harta yang ditinggalkan 154 . Jika anak perempuan itu seorang saja 546 , maka dia memperoleh
"Berikanlah bagian ashabul furudh, sisanya untuk laki-laki yang terdekat. " (HR. Bukhari dan Muslim)
sudah mencakup sebagian besar hukum-hukum faraa'idh, bahkan menerangkan semuanya sebagaimana yang
akan kita lihat selain warisan nenek shahih; yang tidak disebutkan di sana. Namun telah tsabit (tetap) dalam
As Sunnah, dari Mughirah bin Syu'bah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan 1/6 kepada
nenek, dan para ulama pun telah sepakat seperti itu.
1542 Ada yang menafsirkan lebih luas lagi kata-kata "Yuushiikumullahu fii awlaadikum", yakni wahai para
orang tua, di sisi kalian ada titipan yang Allah wasiatkan terhadapnya, yaitu agar kamu memperhatikan
maslahat anak-anakmu baik terkait dengan agama maupun dunia, kamu membimbing mereka dan
mengajarkan adab serta menghindarkan dari mafsadat, kamu menyuruh mereka menaati Allah dan agar
senantiasa bertakwa sebagaimana firman-Nya "Quu anfusakum wa ahliikum naaraa" (Jagalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka). Oleh karena itu, orang tua mendapatkan wasiat terhadap anak-anaknya; yakni
apakah orang tua akan memenuhi wasiat itu atau mengabaikannya sehingga mereka memperoleh ancaman
dan siksa. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Ta'ala lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada
sayangnya orang tua mereka, di mana Allah Ta'ala mewasiatkan para orang tua untuk memperhatikan
anaknya meskipun orang tua memiliki rasa sayang yang dalam kepada anaknya.
1543 Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari
perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
Anak laki-laki di ayat ini adalah anak kandung, anaknya anak (cucu) dst. ke bawah, jika tidak ada orang yang
mendapat bagian tertentu (shahib fardh) atau bagian telah diberikan kemudian ada sisa, maka anak-anak
menghabisinya dengan ketentuan seorang anak laki-laki mendapat dua bagian dua anak perempuan. Jika
masih ada anak kandung, maka anaknya anak (cucu) tidak mendapatkan bagian. Keadaan di atas adalah
ketika berkumpul anak laki-laki dengan anak perempuan.
1544 "Lebih dari dua" maksudnya dua atau lebih. Hal ini sebagaimana ditunjukkan dalam hadits shahih bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan kepada dua puteri Sa'ad 2/3. Baik anak perempuan tersebut
adalah anak kandung atau puteri dari anak laki-laki. Faedah disebutkan "lebih dari dua" adalah untuk
memberitahukan bahwa bagian 2/3 itu tidaklah bertambah meskipun jumlah anak perempuan itu banyak.
Ayat yang mulia ini juga menunjukkan bahwa jika ada anak perempuan kandung seorang saja dan ada
seorang atau lebih puteri dari anak laki-laki, maka anak perempuan kandung mendapatkan 1/2, sisanya dari
2/3 yaitu 1/6 diberikan kepada seorang puteri dari anak laki-laki atau lebih, inilah yang dimaksud dengan
menyempurnakan menjadi 2/3. Termasuk ke dalam contoh ini adalah puteri dari anak laki-laki bersama
dengan puteri dari anak laki-laki yang di bawahnya.
1545 Kata-kata "dari harta yang ditinggalkan" menunjukkan bahwa ahli waris mewarisi semua yang
ditinggalkan si mati, baik 'aqaar (benda tidak bergerak/tidak bisa dipindahkan), perabot, emas, perak dsb.
bahkan termasuk pula diyat yang tidak wajib kecuali setelah meninggalnya dan piutang yang ada pada orang
lain.
Berdasarkan keterangan ini, maka bahwa harta warisan itu terbagi dua:
- Harta warisan yang dapat dibagi. Misalnya uang, tanah yang harga dan isinya sama, dsb.
- Harta yang tidak bisa dibagi sama rata. Misalnya bangunan, tanah yang berbeda isinya, barang perkakas,
kendaraan, dan lainnya.
Harta yang dapat dibagi, bisa langsung diberikan berdasarkan bagiannya masing-masing. Akan tetapi, harta
yang tidak bisa dibagi, harus diuangkan terlebih dahulu. Kalau tidak, maka hanya akan diperoleh angka
bagian di atas kertas dalam bentuk nisbah (persentase). Artinya masing-masing ahli waris yang sudah
ditetapkan bagiannya, memiliki saham atas harta tersebut.
Misalnya seorang wafat meninggalkan dua buah rumah yang sama besar, tetapi beda harganya. Ia memiliki
dua orang anak laki-laki, maka harta ini tidak dapat dibagi Kecuali jika mereka mau berdamai, atau saling
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
setengah (harta yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam
dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak 15 1 . Jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja), maka ibunya
mendapat sepertiga 1548 . Jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara 1549 , maka ibunya
mengikhlaskan, itu pun setelah mengetahui bagian yang seharusnya mereka terima] tetapi hanya bisa
diberikan nisbah (persentase) bagian sebagaimana yang sudah diatur dalam ilmu Faraa'id.
Menurut sebagian ulama termasuk juga ke dalam tarikah adalah segala sesuatu yang ditinggalkan oleh si
mayyit, berupa harta yang ia peroleh selama hidupnya, atau hak dia yang ada pada orang lain seperti barang
yang dihutang, atau gajinya, atau yang akan diwasiatkan, atau amanatnya, atau barang yang digadaikan atau
barang baru yang diperoleh karena terbunuhnya dia, atau kecelakaan yang berupa santunan ganti rugi.
Adapun barang yang tidak berhak diwarisi di antaranya adalah:
a. Peralatan tidur untuk istri dan peralatan yang khusus bagi dirinya, atau pemberian suaini kepada
istrinya semasa hidupnya.
b. Harta yang diwaqatkan oleh si mati, seperti kitab dan lainnya.
c. Barang yang diperoleh dengan cara haram, seperti barang curian, hendaknya diserahkan kepada
pemiliknya atau diserahkan kepada pihak yang berwajib.
Perlu diketahui bahwa tidak termasuk tarikah hibah dan wasiat.
Adapun hibah adalah pemberian yang dilakukan ketika si mati masih hidup, sedangkan wasiat adalah
pemberian yang dilakukan ketika si mati sudah meninggal.
Faedah:
- Jika istri ikut mengusahakan (bekerja membeli) sebuah rumah (misalnya separuh dia yang
membayarkan), maka rumah tersebut yang berhak diwariskan hanya separuh.
- Jika istri ikut bekerja dengan suami atau modal dari pihak isteri dan suami sama banyak, maka kedua-
duanya memiliki hak mendapat separuh. Dalam usaha mendapatkan kekayaan itu, jika suami bekerja
lebih, maka ia boleh mengambil hartanya secara ma'ruf (pantas), begitu juga isteri. Semua yang
disebutkan ini, jika tidak ada perjanjian antara mereka berdua lebih dahulu. Apabila ada perjanjian,
maka perjanjian itu harus diikuti, hal ini disebut juga syarikatul abdaan, yakni berserikat dengan badan
untuk menghasilkan harta.
1546 Yakni seorang anak perempuan kandung atau puteri dari anak laki-laki.
1547 Baik anak laki-laki atau anak perempuan. Demikian juga baik anak itu adalah anak kandung atau
anaknya anak (cucu), baik seorang saja atau lebih. Bagi ibu jatahnya tidak lebih dari 1/6 ketika ada anak,
adapun bapak jika bersama anak laki-laki, maka jatahnya tidak lebih dari 1/6 (tanpa ditambah sisa), namun
jika anaknya seorang wanita atau beberapa orang wanita dan tidak ada sisa -seperti halnya jika ahli waris
hanya ibu-bapak dan dua orang puteri yang totalnya 6/6 (dari 1/6 (bapak) + 1/6 (ibu) + 2/3 (2 puteri)
sehingga tidak bersisa)- maka bapak tidak mendapatkan sisa. Tetapi jika masih ada sisa setelah diberikan
bagian seorang puteri atau beberapa orang puteri, maka bapak disamping mengambil jatahnya 1/6, ia pun
mengambil sisanya sebagai 'ashabah. Inilah yang dimaksud hadits, "Berikanlah bagian ashabul furudh,
sisanya untuk laki-laki yang terdekat. " (HR. Bukhari dan Muslim) dan dalam hal ini bapak lebih dekat
dengan si mati daripada saudara, paman dan lainnya. Oleh karenanya, urutan terdekat adalah bunuwwah
(anak dst. ke bawah), ubuwwah (bapak dst. ke atas), ukhuwwah (saudara dan anak-anaknya) dan umuumah
(paman dan anak-anaknya).
1548 Sedangkan sisanya untuk bapak, hal ini karena sebelumnya harta disandarkan kepada ibu dan bapak, lalu
disebutkan bagian ibu yaitu 1/3, berarti sisanya untuk bapak. Dari sini diketahui, bahwa seorang bapak jika
tidak ada anak, maka ia tidak ada fardh (bagian tertentu), bahkan mewarisi semua harta atau mewarisi
sisanya setelah diberikan jatah (fardh) yang memiliki jatah. Tetapi, jika bersama ibu dan bapak ada salah satu
suami atau istri -hal ini biasa disebut masalah 'Umariyyatain-, maka suami atau istri setelah mengambil
bagiannya, lalu ibu mengambil 1/3 dari sisa dan sisanya untuk bapak.
Contoh masalah umariyyatain adalah:
Abu Yahya Marwan bin Musa
234
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
mendapat seperenam 1550 . (Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah dipenuhi wasiat yang
dibuatnya atau (dan) setelah dibayar hutangnya 1551 . (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu
tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu 1552 . Ini adalah
ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
(Si mati meninggalkan) suami, ibu dan ayah, masalahnya adalah 6 (KPK antara 2 (dari l A) dan 3
(dari 1/3)), sehingga untuk suami l A dari 6 yaitu 3, untuk ibu 1/3 dari sisa yaitu 1, dan untuk ayah
sisanya yaitu 2.
Istri, ibu dan ayah, masalahnya adalah 4, untuk istri 1/4 yaitu 1, untuk ibu 1/3 dari sisanya yaitu 1,
dan untuk ayah sisanya yaitu 2.
1549 Dua orang atau lebih, baik mereka laki-laki saja, atau laki-laki bersama wanita atau wanita saja, juga
sama saja baik sekandung, seayah atau seibu; laki-laki atau perempuan, menjadi ahli waris (misalnya ketika
bapak tidak ada) atau terhalang dengan bapak (karena ada bapak) atau kakek. Namun ada yang berpendapat
bahwa zhahir ayat " Jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara " tidak mencakup kepada yang
bukan ahli waris. Oleh karena itu, yang bisa menghalangi ibu mendapatkan 1/3 hanyalah saudara yang
menjadi ahli waris (seperti ketika bapak tidak ada). Jika saudara-saudara bukan ahli waris (misalnya karena
ada bapak), maka mereka tidak menghalangi ibu mendapat 1/3. Namun demikian, hal ini dengan syarat
jumlah saudara itu dua atau lebih.
Berdasarkan keterangan di atas, maka bagian ibu ketika ada saudara:
Pertama, mendapat 1/6 jika ada beberapa orang saudara yang menjadi ahli waris (seperti ketika tidak ada
bapak).
Kedua, mendapat 1/3 jika ada beberapa orang saudara yang bukan menjadi ahli waris (seperti ketika ada
Namun ada pula yang berpendapat bahwa jika ada beberapa saudara, baik ia menjadi ahli waris atau tidak,
maka ibu tetap mendapat 1/6, wallahu a'lam.
1550 Sisanya untuk bapak, dan saudara tidak mendapat apa-apa karena mahjub (terhalang).
1551 Urutannya adalah dibayarkan hutang terlebih dahulu, baru kemudian dipenuhi wasiatnya. Didahulukan
kata wasiat pada ayat di atas adalah agar kita memperhatikannya, karena biasanya ahli waris berat
mengeluarkannya. Hutang di ayat ini pun mencakup hutang kepada Allah maupun hutang kepada manusia.
Dengan demikian, urutan yang harus dikeluarkan dari tarikah adalah sbb:
Hutang yang berkaitan dengan 'ain (benda) tarikah, misalnya ada benda milik orang lain pada harta
si mati.
Biaya pengurusan j enazah
Hutang lepas, yakni yang tidak berkaitan dengan 'ain tarikah. Dalam hal ini menurut sebagian ulama
didahulukan hutang kepada Allah, baru kemudian hutang kepada manusia.
Wasiat.
Setelah itu dilakukan pembagian warisan.
1552 Jika sekiranya ukuran warisan diserahkan kepada akal dan pikiran kamu tentu akan timbul madharat
(bahaya) yang hanya Allah yang mengetahuinya, karena keterbatasan akalmu dan tidak mengetahui hal yang
lebih tepat, cocok dan dapat digunakan di setiap waktu dan setiap tempat. Kamu tidak mengetahui apakan
anak atau kedua orang tua yang lebih besar manfaatnya dan lebih dekat kepada tujuan agama dan dunia.
Abu Yahya Marwan bin Musa
bapak).
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
12. Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
jika mereka tidak mempunyai anak Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah dipenuhi wasiat yang mereka buat
atau (dan) setelah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak 1553 . Jika kamu mempunyai anak, maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan setelah dipenuhi wasiat yang kamu buat
atau (dan) setelah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah 1554 dan tidak meninggalkan anak 1555 , tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-
masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari
seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu 1556 , setelah dipenuhi wasiat
1553 Yakni anak kandung atau anak dari anak laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan, seorang atau lebih,
baik lahir dari suami atau dari laki-laki lain. Namun tidak mengurangi jatah suami (1/2) atau istri (1/4) anak
dari puterinya berdasarkan ijma'.
1554 Dan kakek dst. ke atas .
1555 Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki-
laki dst. ke bawah.
Ahli waris yang tidak meninggalkan bapak/kakek dan anak/cucu disebut dengan kalalah. Berdasarkan ayat
ini, maka bapak/kakek dan anak/cucu ketika ada menghalangi saudara/i seibu mendapatkan bagian 1/6 atau
1/3.
1556 Yakni mereka tidak lebih dari 1/3 meskipun jumlahnya lebih dari dua. Ayat ini juga menunjukkan bahwa
yang laki-laki dan yang wanitanya mendapatkan bagian yang sama, karena lafaz "syurakaa" di ayat tersebut
menunjukkan sama. Kata-kata "Fahum syurakaa' fits tsuluts" menunjukkan bahwa saudara sekandung
menjadi gugur (tidak mendapat warisan) dalam masalah yang biasa disebut sebagai masalah Himaariyyah
(dinamakan himariyyah menurut riwayat adalah karena dalam kasus seperti ini, seorang hakim pernah
memutuskan bahwa saudara sekandung tidak mendapatkan bagian, sehingga yang tidak mendapatkan
bagian ini berkata, "Katakanlah ayah kami himar (keledai) atau batu yang dicampakkan ke laut, namun
bukankah ibu kami satu? Mengapa saudara seibu dapat pusaka, padahal kami juga seibu dengan mereka,
tetapi mengapa tidak dapat?") ,yaitu ketika si mati meninggalkan suami, ibu, saudara/i seibu dan saudara
kandung. Suami mendapatkan 1/2, ibu mendapatkan 1/6, saudara/i seibu mendapatkan 1/3, sedangkan
saudara-saudara sekandung gugur (karena harta habis). Hal itu, karena Allah menyandarkan 1/3 kepada
saudara/i seibu, jika sekiranya saudara-saudara sekandung ikut mengambil bagian, tentu hal ini sama saja
menyatukan masalah yang Allah memisahkannya. Di samping itu, saudara/i seibu tergolong as-habul furudh
(orang-orang yang berhak mendapat bagian tertentu), sedangkan saudara sekandung tergolong 'ashabah. Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ""Berikanlah bagian ashabul furudh, sisanya untuk laki-laki yang
terdekat." (lafaznya sudah disebutkan sebelumnya). Dalam masalah himariyyah ini, tidak ada sisa, karena
bagiannya telah habis diambil oleh as-habul furudh sehingga saudara sekandung tidak mendapatkannya
(gugur).
Adapun bagian saudara/i sekandung atau sebapak, maka sudah disebutkan di akhir surat An Nisaa',
"Yastaftuunaka fil kalaalah...dst." Berdasarkan ayat tersebut seorang saudari sekandung atau sebapak
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
mendapatkan 1/2, jika ada dua maka mendapatkan 2/3 (yakni ketika tidak ada anak/cucu, ayah/kakek dan
tidak ada saudara sekandung atau sebapak).
Namun seorang saudari sekandung jika bersama seorang saudari sebapak atau beberapa orang saudari
sebapak mengambil 1/2, sedangkan sisanya dari 2/3 yaitu 1/6 untuk seorang saudari atau beberapa orang
saudari sebapak menyempurnakan 2/3. Contoh: seorang wafat meninggalkan saudari sekandung, saudari
seayah dan paman sekandung, maka saudari sekandung mendapatkan l A, saudari seayah mendapatkan 1/6
menyempurnakan 2/3 dan sisanya untuk paman.
Saudari kandung mewarisi sebagai 'ashabah ma'al ghair apabila si mati meninggalkan wanita yang
termasuk far' (anak, cucu, dst. ke bawah) yang mendapatkan warisan sebagai as-habul furuudh, sehingga
saudari kandung menduduki saudara sekandung. Contoh saudari kandung mewarisi sebagai 'ashabah ma 'al
ghair adalah seorang wafat meninggalkan puterinya, puteri anaknya yang laki-laki, saudari sekandung dan
saudara seayah, maka untuk puteri adalah l A, untuk puteri dari anaknya yang laki-laki adalah 1/6 untuk
menyempurnakan 2/3, saudari kandung mendapatkan sisanya, sedangkan saudara seayah tidak mendapatkan
apa-apa.
Jika beberapa orang-orang saudari sekandung menghabiskan 2/3, maka saudari-saudari sebapak gugur (tidak
mendapatkan apa-apa) kecuali jika bersama mereka saudara sebapak yang berada sama dengan derajat
mereka, maka mereka di'ashabahkan, sehingga sisanya untuk laki-laki dua orang bagian perempuan. Contoh:
si mati meninggalkan dua orang saudari sekandung, saudari-saudari seayah dan seorang saudara seayah,
maka dua orang saudari sekandung itu mendapat 2/3, dan sisanya dibagi antara saudara-saudara perempuan
seayah dan saudara laki-laki seayah dengan pembagian bagian laki-laki dua kali bagian perempuan.
Jika beberapa orang saudara itu terdiri dari laki-laki dan perempuan (yakni jika bersama saudari kandung ada
saudara laki-laki sekandung), maka saudari kandung menempati posisi 'ashabah bil ghair, sehingga
bagiannya adalah seorang saudara laki-laki adalah dua bagian perempuan. Wallahu a'lam bish shawab.
Kesimpulan
Kesimpulan As-habul Furuudh
As-habul Furuudh dari pihak laki-laki
No.
Nama As-habul Furuudh
Fardh
Syarat
1.
Ayah
1/6
Jika bersama far'/keturunan yang
laki-laki (anak laki-laki atau cucu
laki-laki dari anak laki-laki)
1/6 dan
'ashabah
Jika bersama anak perempuan atau
cucu perempuan dari anak laki-laki
Ashabah
Jika tidak ada far'/keturunan laki-
laki atau perempuan (anak/cucu
dari anak laki-laki)
2.
Suami
Jika bersama anak atau cucu dari
anak laki-laki, baik laki-laki
maupun perempuan. Jika far'nya
bukan termasuk ahli waris seperti
puteri dari puteri, maka ia tidaklah
mengurangi bagian suami atau
isteri.
Abu Yahya Marwan bin Musa
237
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Vz
Jika tidak ada anak atau cucu, baik
laki-laki maupun perempuan, baik
dari dirinya maupun suaini lain
3.
Kakek shahih (ayahnya
ayah dst. ke atas)
1/6
Jika ada anak/cucu laki-laki
1/6 + sisa
Jika ada seorang anak
perempuan/cucu perempuan, dan
tidak ada anak/cucu laki-laki
'Ashabah
Jika tidak ada ayah dan keturunan
(anak/cucu)
Tertutup
Jika ada ayah
4.
Bagian saudara seibu (lain
bapak)
1/6
Jika sendiri, dan tidak ada
anak/cucu/ayah/kakek
1/3
Jika dua orang atau lebih, dan
tidak ada anak/cucu/ayah/kakek
Tertutup
(mahjub)
Jika ada anak/cucu/ayah/kakek
As-habul Furuudh dari pihak perempuan
No.
Nama As-
habul furuudh
Fardh
Syarat
1.
Isteri Jika
isteri lebih
dari satu,
maka mereka
membagi rata
dari 1/4 atau
1/8.]
1/4
Jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-
laki, baik dari dirinya maupun isteri lain
1/8
Jika bersama anak atau cucu dari anak laki-
laki
2.
Ibu
1/3
Jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-
laki dan sejumlah (lebih dari satu) orang
saudara
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
1/6
- Jika bersama anak atau cucu dari anak
laki-laki, atau
- Sejumlah (lebih dari satu) saudara, baik
pria maupun wanita Baik mereka laki-
laki saja, atau laki-laki bersama wanita
atau wanita saja, juga sama saja baik
sekandung, seayah atau seibu.]
1/3 dari sisa
harta
peninggalan
Jika bersama ayah dan suami atau isteri
3.
Nenek
1/6 (baik
sendiri
maupun
banyak)
Jika tidak ada ibu.
Tetutup
Jika ada ibu atau nenek yang lebih dekat
kepada si mati.
4.
Anak
perempuan
1/2
Jika seorang diri dan tidak ada anak laki-laki
2/3
Jika dua orang atau lebih dan tidak ada anak
laki-laki
'Ashabah
Jika bersama anak laki-laki, yakni bagian
seorang laki-laki dua bagian wanita
5.
Cucu
perempuan
dari anak laki-
laki
1/2
Jika seorang diri dan tidak ada anak laki-laki
atau anak perempuan
2/3 (dibagi
rata)
Jika dua orang atau lebih dan tidak ada
anak/cucu laki-laki
1/6
Jika bersama seorang anak perempuan (tidak
meninggalkan anak laki-laki atau cucu laki-
laki) menyempurnakan 2/3
'Ashabah
Jika bersama dengan cucu laki-laki
Tertutup
- Jika ada anak laki-laki,
- Jika ada dua puteri atau lebih, kecuali jika
bersama mereka ada cucu laki-laki dari anak
laki-laki yang sederajat atau di bawah
mereka sehingga mereka menjadi 'ashabah
6.
Saudari
kandung
1/2
Jika seorang diri dan tidak ada anak/cucu,
ayah/kakek dan tidak ada saudara sekandung
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
2/3
Jika 2 orang atau lebih dan tidak ada
anak/cucu, ayah/kakek dan tidak ada
saudara sekandung
'Ashabah
bil ghair
Jika bersama saudara laki-laki sekandung
dan tidak ada orang-orang di atas, bagian
seorang laki-laki adalah dua bagian
perempuan.
'Ashabah
ma'al ghair
Jika bersama anak perempuan/cucu
perempuan dari anak laki-laki, ia mengambil
sisanya setelah anak perempuan atau cucu
perempuan mengambil bagian sebagai as-
habul furudh
Tertutup
Ketika ada ahli waris far' yang laki-laki
seperti anak/cucu dan ketika ada ahli waris
ushul seperti bapak, adapun oleh kakek
masih ada khilaf
7.
Saudari
seayah
1/2
Jika sendiri dan tidak ada anak atau cucu,
saudara sebapak, saudari sekandung dan
ayah/kakek.
2/3
Jika ada 2 orang atau lebih dan tidak ada
anak atau cucu, saudara dan ayah/kakek.
1/6
Jika bersama-sama dengan seorang saudari
kandung, tanpa saudara laki-laki.
'Ashabah
bighairih
Jika ada saudara laki-laki sebapak, seorang
laki-laki mendapatkan dua bagian
perempuan.
'Ashabah
ma'a ghairih
Jika bersama dengan anak perempuan atau
cucu perempuan, ia mengambil sisanya
setelah anak perempuan atau cucu
perempuan mengambil bagian sebagai as-
habul furudh.
8.
Saudari seibu
(lain bapak)
1/6
Jika sendiri, dan tidak ada
anak/cucu/ayah/kakek
1/3
Jika dua orang atau lebih, dan tidak ada
anak/cucu/ayah/kakek
Tetutup
Jika ada anak/cucu/ayah/kakek
Faedah:
Jika ada pertanyaan, "Apakah hukum warisan pembunuh, budak, orang yang berbeda agama, muba'adh
(budak yang separuh dirinya merdeka), khunta (band), kakek bersama saudara-saudara bukan seibu, 'aul,
radd, dzawul arham, 'ashabah lainnya, saudari-saudari tidak seibu beserta anak perempuan atau puteri dari
Abu Yahya Marwan bin Musa
240
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
anak laki-laki bisa diambil dari Al Qur'an?" Jawab: "Ya, di dalam Al Qur'an terdapat isyarat yang halus yang
memang agak sulit dipahami bagi orang yang kurang cermat. Tetapi di sana ada yang menunjukkan
demikian.
Tentang pembunuh dan orang yang berlainan agama, keduanya tidak mendapatkan warisan
berdasarkan penjelasan hikmah ilahi yang membagikan harta kepada ahli waris sesuai kedekatan
mereka dan manfaat bagi mereka baik manfaat agama maupun dunia. Hikmah ini diisyaratkan oleh
firman Allah, "Laa tadruuna ayyuhum aqrabu lakum nafaa" (kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu). Kita mengetaui bahwa seorang pembunuh berusaha
menimpakan bahaya, sehingga tidak ada dalam dirinya sesuatu yang mendorong untuk diberi
warisan, di samping itu, dalam pembunuhan memutuskan tali silaturrahim, dan lagi ada kaidah
"Manis ta'jala qabla awaanihi 'uuqiba bihirmaanih" (Barang siapa yang terburu-buru sebelum tiba
waktunya, maka ia diberi hukuman dengan tidak memperolehnya). Adapun tentang berlainan
agama, Ibnul Qayyim berkata dalam Jalaa'ul Afhaam, "Perhatikanlah makna ini dalam ayat tentang
warisan dan pengkaitan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala terhadap waris-mewarisi dengan lafaz
zaujah (istri), tidak dengan lafaz mar'ah (wanita) sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala, "Wa
lakum nishfu maa taraka azwaajukum " (untuk kamu separuh dari harta yang ditinggalkan istri-
istrimu) sebagai pemberitahuan bahwa waris-mewarisi hanyalah terjadi jika terjalin hubungan
pernikahan yang menghendaki kesamaan dan keserasian. Orang mukmin dan orang kafir tidaklah
sama dan tidak serasi, sehingga tidak mungkin terjadi antara keduanya saling waris-mewarisi.
Rahasia satuan kata dalam Al Qur'an dan gabungannya dengan kata yang lain memang berada di atas
akal seluruh makhluk."
Adapun budak, maka ia tidaklah mewarisi dan tidak pula diwarisi. Keadaannya tidak diwarisi adalah
jelas, karena memang ia tidak memiliki harta untuk diwarisi, bahkan apa yang ada padanya
semuanya untuk tuannya. Adapun keadaannya tidak mewarisi adalah karena ia tidak memiliki, kalau
pun memiliki, maka itu untuk tuannya. Dengan demikian, budak adalah orang ajnabiy (asing) bagi si
mati. Ayat "Wa lakum nishfu maa taraka azwaajukum" (dan untuk kamu separuh dari hharta yang
ditinggalkan istrimu) diperuntukkan bagi orang yang siap memiliki, adapun budak tidak demikian.
Dari sini diketahui, bahwa budak tidak mewarisi.
Adapun orang yang dalam dirinya terdapat separuh budak dan separuh merdeka (muba'adh), maka
hukumnya terbagi dua. Bagian dirinya yang merdeka berhak mendapatkan warisan, sedangkan
bagiannya yang masih budak, tidak mendapatkan warisan. Dengan demikian, hartanya dibagi dua, ia
mewarisi dan diwarisi, namun dihalangi sesuai kebudakan yang ada dalam dirinya.
Adapun khuntsa (band), maka tidak lepas dari kemungkinan diketahui apakah ia laki-laki atau
wanita atau kemungkinan musykjil (samar). Jika diketahui laki-laki atau perempuan, maka
masalahnya beres, namun jika musykil (misalnya memiliki kelamin ganda), maka jika bagian
warisannya tidak berubah baik ia sebagai laki-laki atau perempuan -seperti halnya saudara seibu-,
maka masalahnya jelas. Namun jika bagiannya berbeda jika ditentukan sebagai laki-laki atau
perempuan, di antara ulama ada yang berpendapat dengan memperhatikan dari mana air kencingnya
keluar. Jika tidak bisa, maka dengan memperhatikan tanda kedewasaannya (tanda bagi laki-laki
misalnya tumbuh janggut dan kumis, suara besar dsb. sedangkan tanda bagi perempuan misalnya
tumbuh buah dada, haidh, hamil, dsb.), namun jika tidak berhasil juga dan tidak ada cara untuk
mengetahuinya, maka kita tidak memberikannya bagian yang terbesar dari dua kemungkinan (laki-
laki atau perempuan) dan tidak memberikan sedikit, bahkan sisanya ditunda sampai keadaannya
jelas. Atau jika terus menerus tidak jelas, maka dengan jalan tengah, yakni memberikan bagian
pertengahan di antara dua kemungkinan, berdasarkan ayat, "I'diluu huwa aqrabu lit taqwa" (berbuat
adillah, karena ia lebih dekat kepada takwa), dan Allah tidak membebani kecuali sesuai dengan
kesanggupan kita.
Adapun bagian kakek bersama bersama beberapa saudara sekandung atau sebapak, yakni apakah
saudara tersebut mewarisi bersamanya atau tidak, maka Al Qur'an lebih menunjukkan kepada
pendapat Abu Bakar Ash Shiddiq, yakni bahwa kakek menghalangi saudara sekandung atau sebapak
atau pun saudara seibu sebagaimana bapak menghalangi mereka. Hal ini, karena kakek dianggap
sebagai bapak dalam beberapa ayat Al Qur'an, seperti di surat Al Baqarah: 133 dan surat Yusuf ayat
38. Jika cucu saja dianggap sebagai anak, maka kakek pun sama dianggap bapak. Para ulama juga
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
sepakat bahwa jika kakek bagi bapak bersama putera dari saudara, maka kakek menghalangi putera
dari saudara tersebut.
Adapun tentang 'aul, maka hukumnya juga diambil dari Al Qur'an, yaitu karena Allah Ta'ala juga
menetapkan untuk para ahli waris bagiannya, dan mereka itu berada di antara dua kemungkinan:
a. Bisa berupa saling menghalangi antara satu dengan yang lain. Jika seperti ini, maka yang
dihalangi gugur, tidak dapat mendesak dan memperoleh apa-apa.
b. Namun jika tidak menghalangi satu sama lain, maka bisa berupa orang-orang yang mendapat
bagian tertentu tidak menghabisi tarikah (harta peninggalan) dan masih ada sisa untuk 'ashabah,
atau menghabisi tanpa ditambah dan dikurang atau bagiannya dinaikkan terhadap tarikah.
Dalam dua keadaan yang pertama, masing-masing mengambil jatahnya secara sempurna,
sedangkan untuk keadaan yang terakhir, yakni ketika bagiannya terhadap tarikah dinaikkan,
maka keadaan ini pun tidak lepas dari dua keadaan:
- Kita mengurangi bagian sebagian ahli waris dan kita sempurnakan yang lain bagiannya, namun
hal ini tidak tepat, karena sebagian mereka tidak lebih berhak daripada yang lain. Atau,
- Kita berikan bagian masing-masing semampunya, yaitu menaikkan bagian atau fardhnya.
Contoh: harta peninggalan si mati senilai 840.000,00, ahli waris terdiri dari suami, saudari kandung
dan saudari seibu, maka:
Ahli waris
Fardh
AM = 6 (KPK dari 2,2 &
6)
Suami
'Ax 6
3
Saudari kandung
'Ax 6
3
Saudari seibu
1/6x6
1
Anda dapat melihat jumlah 3 + 3+1=7 melebihi asal masalah, maka cara pembagiannya tidak 3/6,
3/6 dan 1/6, tetapi menjadi 3/7, 3/7 dan 1/7. dengan ini selesailah masalahnya:
3/7 x 84.000 = 36.000
3/7 x 84.000 = 36.000
1/7 x 84.000 = 12.000
Lihat! 36.000 + 36.000 + 12.000 = 84.000
Habis bukan harta tersebut dan dapat dibagi secara adil. Inilah yang disebut dengan 'Aul. Jika tidak
di'aul tentu masih ada sisa.
Kebalikan dari 'aul adalah radd, yakni ketika orang yang mendapat bagian tertentu tidak menghabisi
tarikah, dan masih ada sisa, di samping itu tidak ada 'ashabah yang dekat maupun jauh. Jika sisa
tersebut diberikan kepada yang bukan kerabat si mati, maka hal tersebut merupakan kezaliman serta
bertentang dengan ayat "Wa ulul arhaami ba'dhuhum awlaa biba'dhin fii kitaabillah" (surat Al
Anfal: 75), maka tidak ada jalan lain selain mengembalikan kepada pemilik bagian (as-habul
furudh). Kebanyakan ulama yang memegang radd berpendapat bahwa suami atau istri tidak berhak
mendapatkan radd, namun yang lain berpendapat bahwa suami atau istri juga berhak mendapatkan
radd.
Contoh radd:
Contoh: Harta peninggalan Rp. 36.000,00 , ahli waris: saudari sekandung, saudari seayah dan ibu.
Maka:
Ahli waris
Fardh
AM = 6 menjadi 5
Dari 36.000,00
Abu Yahya Marwan bin Musa
242
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
yang dibuatnya 1557 atau (dan) setelah dibayar hutangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli
waris) 1558 . Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.
Ayat 13-14: Menerangkan bahwa yang menetapkan perintah dan larangan adalah Allah
Subhaanahu wa Ta'aala saja, dan ancaman menyelisihi perintah-Nya
i f - „ ' 4 " y * E ^ ^
S2 j i^\^>~ y^j^l <L ^ x - > cyi s_jj^c^> ^l^--^ wj^jj ^ /ill ij.a-*- "flh
Saudari kandung
Vi
3/5 x 36.000
21.600
Saudari seayah
1/6
1/5 x 36.000
7.200
Ibu
1/6
1/5 x 36.000
7.200
Menjadi 5, karena jumlah 3 + 1 + 1=5.
Dari sini diketahui pula masalah Dzawul arham, yakni ketika si mati tidak meninggalkan as-habul
furudh, demikian pula tidak meninggalkan 'ashabah, maka harta itu bisa diserahkan kepada Baitul
Maal untuk manfaat orang lain atau diberikan kepada kerabat yang disebut dzawul arham. Hal ini
berdasarkan ayat, "Wa ulul arhaam ba'dhuhum awlaa biba'dhin...dst." Oleh karenanya memberikan
kepada orang lain padahal masih ada yang lebih dekat kepada si mati (yaitu Dzawul arham) sama
saja memberikan kepada orang yang kurang berhak. Karena pembagian mereka tidak ada
ketentuannya dalam kitab Allah, namun antara mereka dengan si mati ada perantara yang karenanya
mereka tergolong kerabat, maka diposisikanlah mereka sesuai perantara yang menjadi perantara
kepada si mati, inilah yang disebut dengan tanzil. Misalnya bibi dari pihak ayah dianggap sebagai
pengganti ayah. Ia mewarisi sesuai bagian yang didapatkan ayah. Demikian pula bibi dari pihak ibu,
ia mewarisi bagian ibu, dan diperlakukan layaknya ibu dalam warisan.
Adapun tentang warisan 'ashabah, seperti bunuwwah (anak), ubuwwah (bapak), ukhuwwah (saudara
dan anak-anaknya) dan umumah (paman dan anak-anaknya), maka hal ini ditunjukkan oleh hadits
"Berikanlah bagian ashabul furudh, sisanya untuk laki-laki yang lebih dekat." Sehingga jika ada
sisa, maka diberikan kepada mereka sesuai urutan tersebut, dan yang terakhir setelah paman dan
anak-anaknya jika tidak ada, maka yang mewarisinya adalah yang memerdekakan atau disebut wala'.
Jika 'ashabah tersebut dalam posisi yang sama, maka didahulukan yang lebih kuat, misalnya saudara
sekandung dengan saudara seayah, maka saudara sekandung lebih didahulukan daripada saudara
seayah. Jika sama kuatnya, maka mereka mengambil secara bersama-sama.
Adapun tentang beberapa saudari tidak seibu (yakni saudari sekandung atau sebapak) bersama
dengan beberapa orang anak perempuan atau beberapa orang puteri dari anak laki-laki sebagai
'ashabah ma'a gharih yang mengambil sisanya, maka karena di dalam Al Qur'an tidak ada ayat yang
menunjukkan bahwa saudari-saudari tersebut gugur karena puteri. Dengan demikian, setelah anak
perempuan mengambil bagiannya, maka sisanya diberikan kepada para saudari, tidak kepada
'ashabah yang lebih jauh yaitu anak dari saudara laki-laki dan paman atau 'ashabah lainnya lebih
jauh, wallahu a'lam.
1557 Yakni yang kurang dari 1/3. Wasiat ini diperuntukkan kepada selain ahli waris, adapun selain itu maka
tidak diberlakukan kecuali dengan izin ahli waris.
1558 Menyusahkan ahli waris ialah melakukan tindakan-tindakan seperti: a. Mewasiatkan lebih dari sepertiga
harta pusaka. b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Meskpun kurang dari sepertiga bila
ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
243
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
13. Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya 1559 , niscaya
Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka
kekal di dalamnya. Dan Itulah kemenangan yang besar.
14. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya 1560 dan melanggar batas-batas
hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia
akan mendapat azab yang menghinakan.
Ayat 15-16: Dasar-dasar untuk menetapkan perbuatan-perbuatan keji dan Hukum Islam
terhadap wanita yang telah jelas berzina, dan hukum ini merupakan hukum pada permulaan
Islam
jg) ^Ljl ^yk l&T J^jl 0>3-Jl J^J^ <j^" 9^"''' 4 ^^-AjSLwoti
15. Terhadap para perempuan yang melakukan perbuatan keji 1561 di antara perempuan-perempuan
kamu, hendaklah ada empat orang saksi 1562 di antara kamu (yang menyaksikannya). Apabila mereka
telah memberi persaksian, maka kurunglah mereka (perempuan itu) dalam rumah 1563 sampai mereka
menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi (jalan yang lain) kepadanya 1564 .
1559 Yakni dalam masalah pembagian warisan dan masalah lainnya.
1560 Termasuk ke dalam mendurhakai Allah dan rasul-Nya adalah kekafiran dan maksiat di bawahnya, oleh
karenanya tidak ada alasan di ayat tersebut untuk mendukung pendapat khawarij yang mengkafirkan pelaku
maksiat, karena Allah Ta'ala menjanjikan surga bagi orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
mengancam neraka bagi orang yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, barang siapa yang
taat kepada Allah dan Rasul-Nya secara sempurna; dengan melakukan tauhid dan amal shalih di bawahnya,
maka ia akan masuk ke dalam surga tanpa azab. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya
secara sempurna; dengan berbuat syirk dan maksiat di bawahnya, maka ia akan masuk neraka dan akan kekal
di dalamnya. Namun barang siapa yang berkumpul bersamanya ketaatan dan kemaksiatan; ketaatan tidak
sempurna dan kemaksiatan tidak sempurna, maka ia berhak mendapat pahala dan siksa tergantung sejauh
mana ketaatan dan kemaksiatan. Nash-nash yang mutawatir menunjukkan bahwa orang-orang yang
bertauhid meskipun melakukan maksiat, maka ia tidak kekal di neraka.
1561 Perbuatan keji menurut jumhur mufassirin ialah perbuatan zina, sedangkan menurut pendapat yang lain
ialah segala perbuatan mesum, seperti: zina, homoseks dan yang sejenisnya. menurut Pendapat Muslim dan
Mujahid yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah (lesbian).
1562 Yakni saksi yang adil. Dari ayat ini diambil kesimpulan bahwa jika terdiri dari beberapa orang wanita
saja, maka tidak diterima, demikian juga jika wanita dengan laki-laki atau jumlah para saksi kurang dari
empat orang, bahkan harus laki-laki mukmin yang adil yang jumlahnya empat orang di samping harus secara
tegas menyebutkan persaksian; tidak secara sindiran atau kinayah (tidak tegas).
1563 Dan cegahlah mereka dari bergaul dengan orang lain.
1564 Menurut jumhur mufassirin jalan yang lain itu itu ialah dengan turunnya ayat 2 surat An Nuur. Mereka
(wanita yang melakukan perbuatan keji) dihukumi seperti itu di awal-awal Islam, kemudian Allah
mengadakan jalan yang lain untuk mereka, yaitu dengan mendera orang yang belum menikah seratus kali
dan mengasingkannya selama setahun, sedangkan bagi yang sudah menikah lantas berzina, maka dirajam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
244
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
16. Dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji 1565 di antara kamu, maka berilah
hukuman kepada keduanya 1566 . Jika keduanya bertobat 1567 dan memperbaiki diri, maka biarkanlah
mereka. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang 1568 .
Ayat 17-18: Menerangkan tentang syarat tobat dan adabnya
17. Sesungguhnya tobat 1569 di sisi Allah hanyalah bagi mereka yang melakukan kejahatan karena
tidak mengerti 1570 , kemudian segera bertobat 1571 . Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Allah
Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
1565 Zina atau homoseks.
1566 Seperti dengan dicela, dicerca dan dipukuli sandal atau disabet.
1567 Yakni dari dosa yang dilakukannya, menyesalinya dan berniat keras untuk tidak mengulangi lagi.
1568 Berdasarkan ayat ini dan ayat sebelumnya, bahwa di awal-awal Islam laki-laki yang melakukan
perbuatan keji disakiti sampai mau bertobat dan memperbaiki diri, sedangkan wanita dikurung dalam rumah
sampai tiba ajalnya. Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa menghukum dengan menyakiti baik lewat
lisan dan tindakan serta menghukum dengan cara mengurung dalam rumah termasuk cara ta'zir terhadap
maksiat yang dapat membuat pelakunya jera.
1569 Tobat dari Allah kepada hamba-hamba-Nya terbagi dua: berupa taufiq dari Allah untuk bertobat dan
menerimanya.
1570 Termasuk "tidak mengerti" adalah: 1. Orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa
perbuatan itu adalah maksiat kecuali setelah dipikirkan lebih dahulu. 2. Orang yang durhaka kepada Allah
baik dengan sengaja atau tidak. 3. Orang yang melakukan kejahatan karena kurang kesadaran disebabkan
karena sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu. 4. Karena tidak mengerti akibatnya dan bahwa
perbuatan tersebut dapat mendatangkan kemurkaan Allah serta siksa-Nya, 5. Karena tidak mengerti bahwa
Allah menyaksikan dan melihatnya, 6. Karena tidak mengerti bahwa perbuatan terebut akan mengakibatkan
imannya lemah atau bahkan hilang. Dengan demikian, setiap orang berbuat maksiat adalah orang yang jahil
(tidak mengerti) berdasarkan pertimbangan tersebut meskipun mengetahui keharamannya. Bahkan
mengetahui suatu hal haram merupakan syarat perbuatan tersebut disebut maksiat yang dikenakan siksa.
1571 Yakni sebelum ajal di kerongkongan atau sebelum menyaksikan maut dan sebelum menyaksikan azab.
Bisa juga arti "kemudian segera bertobat" yakni segera bertobat setelah melakukan dosa tersebut, sehingga
maksud ayat tersebut adalah, "Barang siapa yang segera berhenti ketika melakukan dosa, lalu kembali
kepada Allah dan menyesalinya, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya." Berbeda dengan orang
yang terus-menerus berbuat dosa dan berada di atas cacatnya sehingga sifat itu menancap dalam dirinya,
maka sulit baginya mewujudkan tobat yang sempurna, bahkan biasanya ia tidak diberi taufiq untuk bertobat
dan tidak dipermudah sebab-sebabnya, misalnya orang yang mengerjakan keburukan atas dasar pengetahuan
yang yakin dan meremehkan perhatian Allah, maka sesungguhnya ia sama saja menutup pintu rahmat bagi
dirinya. Namun terkadang Allah memberikan taufiq untuk bertobat kepada orang yang selalu berbuat dosa
atas dasar kesengajaan, di mana dengan tobat itu perbuatan jahatnya yang telah lalu terhapus, tetapi rahmat
dan taufiq lebih dekat kepada yang pertama tadi, oleh karenanya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala
mengakhirinya ayat dengan firman-Nya, "Wa kaanallahu 'aliiman hakiimaa" (Allah Maha Mengetahui lagi
Abu Yahya Marwan bin Musa
245
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
^ £ ^ , „ » ,„( , - tf > -» . * ^ „
18. Dan tobat itu tidaklah diterima Allah dari mereka yang melakukan kejahatan (yang) hingga
apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka 1572 , (barulah) dia mengatakan, "Saya benar-
benar bertobat sekarang 1573 ." Dan tidak (pula diterima tobat) dari orang-orang yang meninggal
sedang mereka di dalam kekafiran 1574 . Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan azab yang pedih.
Ayat 19-12: Syariat untuk bersikap adil terhadap wanita dalam hal warisan, mahar, dsb. dan
menerangkan cara bergaul dengan istri
@ f*i^= Ui- 5J S ill
19. 1575 Wahai orang-orang yang beriman! Tidak halal bagi kamu mewarisi perempuan dengan jalan
paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka 1576 karena hendak mengambil kembali sebagian
Mahabijaksana). Termasuk ilmu-Nya adalah Dia mengetahui orang yang benar-benar bertobat dengan yang
dusta, sehingga Dia membalas masing-masingnya sesuai kebijksanaan-Nya. Termasuk kebijaksanaan-Nya
adalah Dia memberi taufiq untuk bertobat orang yang dikehendaki oleh kebijaksanaan dan rahmat-Nya.
1572 Saat hendak dicabut nyawanya (sekarat).
1573 Hal itu, karena tobat dalam kondisi seperti ini merupakan tobat karena terpaksa.
1574 Yakni ketika mereka bertobat di akhirat saat menyaksikan azab. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman,
" Maka iman mereka tidak berguna bagi mereka ketika mereka telah melihat siksa kami. Itulah sunnah Allah
yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir. " (Al
Mu'min: 85)
1575 Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang ayat, "Yaa ayyuhalladziina aamanuu laa yahillu
lakum an taritsun nisaa' karhaa...", ia berkata, "Dahulu apabila ada seorang yang wafat, maka walinya (ahli
waris) lebih berhak terhadap istrinya, jika sebagian mereka mau, maka ia menikahinya dan jika mereka mau,
maka ia menikahkan dengan orang lain dan jika mereka mau, mereka tidak menikahkannya. Mereka lebih
berhak terhadap wanita itu darpada keluarga wanita itu, maka turunlah ayat tentang hal itu.
Ibnu Katsir berkata, "Waki' meriwayatkan dari Sufyan dari Ali bin Badziimah dari Muqsim dari Ibnu Abbas,
bahwa dahulu seorang wanita di zaman Jahiliyah apabila suaminya wafat, maka ada seorang yang datang
lalu meletakkan pakaian ke atasnya, di mana hal itu menunjukkan bahwa orang itu lebih berhak dengannnya,
maka turunlah ayat di atas. (Ali bin Badziimah dipakai oleh para pemilik kitab sunan, dan dia adalah tsiqah,
sedangkan para perawi yang lain adalah para perawi kitab shahih).
1576 Menurut adat sebagian bangsa Arab Jahiliyah apabila seorang wafat meninggalkan istrinya, maka
anggota keluarga atau kerabatnya seperti saudaranya, putera pamannya dsb. lebih berhak terhadap wanita
janda tersebut daripada yang lain. Oleh karena itu, dia menghalangi si wanita itu dari orang lain, baik wanita
tersebut senang atau tidak. Jika kerabat tersebut suka kepadanya, maka ia boleh menikahinya tanpa mahar
meskipun si wanita tidak suka. Tetapi, jika kerabat tersebut tidak suka, maka ia menghalanginya dari
menikah sehingga si wanita tidak menikah kecuali kepada orang yang dipilih oleh si kerabat. Terkadang si
kerabat enggan menikahkan kepada orang lain sampai si wanita mau memberikan harta warisan yang
dimilikinya atau mau memberikan mahamya kepada si kerabat. Demikian juga suami terkadang menahan
Abu Yahya Marwan bin Musa
246
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan pekerjaan keji
yang nyata 15 1 . Dan bergaullah dengan mereka menurut cara yang patut 1578 . Jika kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) 1579 karena boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.
20. Dan jika kamu ingin mengganti istrimu dengan istri yang lain 1580 , sedang kamu telah
memberikan kepada seorang di antara mereka 1581 harta yang banyak 1582 , maka janganlah kamu
mengambil kembali sedikit pun darinya 1583 . Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan
jalan tuduhan yang dusta (zalim) dan dengan (menanggung) dosa yang nyata? 1584
istri yang tidak disukainya agar suami dapat kembali memiliki mahar yang pernah diberikan kepada istrinya.
Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang dua keadaan tersebut kecuali jika istri ridha dan memilih
sendiri tanpa paksaan.
1577 Maksudnya: berzina atau membangkang perintah, maka kamu boleh menyusahkan mereka agar mereka
menebus dengan mahar yang telah diberikan dan si istri melakukan khulu'.
1578 Yakni dengan berlaku baik dalam berkata-kata dan dalam berakhlak dengan istri. Oleh karena itu, suami
wajib bergaul dengan istri secara ma'ruf, menghindarkan bahaya, memberikan ihsan, bermuamalah secara
baik, termasuk di dalamnya memberi nafkah, pakaian dsb. tentunya hal ini disesuaikan dengan waktu dan
temp at (daerah) atau uruf.
1579 Yakni sepatutnya bagi kamu para suami menahan istri kamu meskipun kamu tidak suka, karena di sana
terdapat kebaikan yang banyak. Di antaranya adalah karena yang demikian menjalankan perintah Allah dan
menerima wasiat yang di sana terdapat kebahagiaan dunia-akhirat. Di samping itu, menahan istrinya
meskipun tidak suka kepadanya terdapat mujahadah (berusaha menahan hawa nafsu) dan agar memiliki
akhlak mulia. Bahkan bisa saja rasa tidak suka itu hilang dan diganti oleh rasa cinta sebagaimana yang sering
terjadi, bahkan bisa saja dari istrinya tersebut lahir anak yang saleh; yang memberi manfaat bagi kedua orang
tuanya di dunia dan akhirat. Tentunya hal ini, ketika masih mungkin ditahan (tidak diceraikan) dan tidak ada
hal yang dikhawatirkan. Tetapi, jika terpaksa harus cerai, maka tidak mengapa sebagaimana diterangkan
pada ayat selanjutnya.
1580 Maksudnya ialah menceraikan istri yang tidak disenangi dan menikah dengan istri yang baru, maka tidak
mengapa.
1581 Baik wanita yang dicerai maupun wanita yang baru dinikahi.
1582 Sebagai mahar. Dalam ayat ini terdapat dalil bolehnya mahar dengan harta yang banyak, hanya saja yang
lebih utama dan lebih patut adalah mengikuti anjuran Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang memerintahkan
untuk meringankan mahar. Namun bisa saja menjadi terlarang, yaitu ketika menetapkan mahar yang banyak
dapat mengakibatkan mafsadat agama dan tidak ada maslahatnya.
1583 Yakni berikanlah secara sempurna dan jangan ditunda-tunda.
1584 Sesungguhnya mengambilnya adalah haram, meskipun kamu mencari cara untuk melegalkannya karena
dosanya begitu jelas. Hal itu, karena istri sebelum akad nikah itu haram bagi suaminya, dan istri tidak ridha
menghalalkan dirinya kecuali dengan mahar tersebut. Lalu bagaimana mahar yang sudah menjadi miliknya
diambil, padahal dirinya dihalalkan karenanya. Di samping itu, Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga telah
mengambil perjanjian yang kokoh dengan adanya 'akad dan kesiapan menanggung kewajibannya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
21. Bagaimana 1585 kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul 1586 dengannya
sebagai suami-isteri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil perjanjian yang kuat 158 dari
kamu.
Ayat 22-23: Yang haram dinikahi dan yang halal
sLlj \lSLtj 3Ju>ti9 Q\J== jAj\ OlLu JLS Li Sfj jLlXll ^ ^-ajLjlg £t5o Li l^p^SyJj
22 1588 Dan j an g an i an k amu menikahi perempuan-perempuan yang telah dinikahi oleh ayahmu 1589 ,
kecuali (kejadian) pada masa yang telah lampau 1590 . Sesungguhnya perbuatan itu sangat keji dan
dibenci 1591 dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh) 1592 .
CO" H\ Olljj ^VTolly p5CxiL>-J ^5^L«_Pj ^_^=5j'^p-lj ^SolljJ ^SCxi^ol j^==iJ-P O-o/p-
(4 c^fi (^=4t^jj f^-^ «^-4*tj l^jfi ^saLj x j9-\j jjf J_£«L$Jj
^=*~k ^Ui- "^s ^J^g-i >^:> IjjjSo p o}^ ^ >idi^:> jaJI ^L~i ^? (i-^=j>>^
23. 1593 Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu 1594 , anak-anakmu yang perempuan 1595 ,
saudara-saudaramu yang perempuan 1596 , saudara-saudara ayahmu yang perempuan 1597 , saudara-
Pernyataan ini merupakan pertanyaan untuk mencela dan mengingkari, yakni "Dengan alasan apa?"
1586 Yakni berjima'.
1587 Yakni ikatan pernikahan atau apa yang diperintahkan Allah berupa perintah menahan mereka dengan
berbuat ma'ruf atau menceraikan mereka dengan cara yang baik.
1588 Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Dahulu orang-orang Jahiliyah mengharainkan apa
yang mereka haramkan selain istri bapak dan selain menggabung antara dua perempuan bersaudara, maka
Allah menurunkan ayat, "Wa laa tankihuu maa nakaha aabaa'ukum mi nan nisaa'i illaa maa qad salaf...dst."
sampai "Wa an tajma'uu bainal ukhtain." (Hadits ini para perawinya adalah para perawi kitab shahih selain
Muhammad bin Abdullah Al Makhramiy, namun dia tsiqah).
1589 Termasuk kakekmu.
1590 Kejadian pada masa yang lalu dimaafkan.
1591 Baik oleh Allah maupun oleh manusia. Karena sebab itu, seorang anak menjadi benci kepada bapaknya
atau bapak benci kepada anaknya, padahal anak diperintahkan berbakti kepada bapaknya.
1592 Oleh karenanya, kebiasaan jahiliyyah tersebut dihapuskan oleh Islam.
1593 Ayat 23 dan 24 mencakup wanita-wanita yang haram dinikahi baik karena nasab, karena sepersusuan,
karena mushaharah (pernikahan), maupun karena jam' (menggabung dua pereempuan bersaudara).
Demikian juga menjelaskan tentang wanita-wanita yang halal dinikahi.
Yang diharamkan karena nasab adalah ibu, puteri, saudari, saudari bapak (bibi), saudari ibu (bibi dari
pihak ibu), puteri dari saudara kita yang laki-laki dan puteri dari saudara kita yang perempuan. Lihat juga
Abu Yahya Marwan bin Musa
248
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
saudara ibumu yang perempuan 1598 , anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan 1599 , ibu-ibumu yang menyusui
kamu 1600 , saudara-saudara perempuanmu sesusuan 1601 , ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak
perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu
campuri 1602 , tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka
tidak berdosa kamu menikahinya, (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
penjelasan masing-masingnya nanti. Selain yang disebutkan itu halal dinikahi (uhilla lakum maa waraa'a
dzaalikum) seperti puteri paman dari bapak ('amm) dan puteri bibi dari bapak ('ammah), demikian pula puteri
paman dari ibu (khaal) maupun puteri bibi dari ibu (khaalah). Dengan demikian, sepupu halal dinikahi.
Yang diharamkan karena sepersusuan -yang disebutkan dalam ayat- adalah ibu susu dan saudari susu.
Namun tidak hanya sebatas ini, karena dalam hadits disebukan,
"Sepersusuan menjadikan mahram sebagaimana nasab." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka keharaman dinikahi menyebar sebagaimana nasab. Dengan demikian, anak yang disusukan tidak boleh
menikahi:
1 . Wanita yang menyusuinya (karena dianggap sebagai ibunya),
2. Ibu wanita yang menyusuinya (karena ia neneknya),
3. Ibu bagi suami wanita yang menyusuinya (ia neneknya juga),
4. Saudari ibu yang menyusuinya (khaalahnya),
5. Saudari suami wanita yang menyusui ('ammahnya),
6. Saudari sepersusuan, baik sekandung, sebapak maupun seibu.
7. Puteri anak laki-laki si wanita yang menyusuinya dan puteri dari puteri si wanita yang menyusui dst.
ke bawah.
Yang diharamkan karena mushaharah (pernikahan), jumlahnya ada 4, yaitu: istri bapak dst. ke atas, istri
anak dst. ke bawah, baik mereka sebagai ahli waris maupun terhalang (mahjub), ibu istri kita dst. ke atas
(seperti neneknya, baik dari pihak bapaknya maupun ibunya) dan anak tiri yaitu puteri dari istri kita yang
lahir dari selain kita.
1594 Termasuk pula nenek baik dari pihak bapak maupun ibu dst. ke atas.
1595 Termasuk pula cucu perempuan (dari anak laki-laki maupun anak perempuan) dst. ke bawah.
1596 Baik sekandung, sebapak maupun seibu.
1597 Termasuk pula saudara-saudara kakekmu yang perempuan.
1598 Termasuk pula saudara-saudara nenekmu yang perempuan.
1599 Termasuk pula anak perempuan (cucu) dari anak saudara laki-laki maupun perempuan (baik dari saudara
sekandung, sebapak maupun seibu) dst. ke bawah.
1600 Yakni yang menyusui kamu saat kamu berusia di bawah dua tahun dengan lima kali susuan.
1601 Termasuk pula anak-anak mereka yang perempuan.
1602 Yang dimaksud dengan anak-anak perempuan isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur
ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya. Hal itu, karena kata-kata " yang dalam
pemeliharaanmu" hanya sebagai kondisi yang biasa terjadi, sehingga tidak ada mafhum yang dijadikan
pegangan daripadanya. Ada yang berpendapat, bahwa disebutkan kata " yang dalam pemeliharaanmu"
karena dua faedah:
Mengingatkan hikmah haramnya menikahi anak tiri, karena ia menduduki puteri kita.
Menunjukkan bolehnya berkhalwat (berduaan) di rumah dengan anak tiri, wallahu a'lam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
249
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
(menantu) 1603 , dan diharamkan mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang
bersaudara 1604 , kecuali yang telah terjadi pada masa lampau 1605 . Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
24 1606 Dan (diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami 1607 , kecuali budak-budak
perempuan (tawanan perang) yang kamu miliki 1608 sebagai ketetapan Allah atas kamu 1609 . Dan
dihalalkan bagimu selain (perempuan-perempuan) yang demikian itu 1610 jika kamu berusaha dengan
hartamu untuk menikahinya bukan untuk berzina. Maka karena kenikmatan yang telah kamu
dapatkan dari mereka, berikanlah maskawinnya kepada mereka 1611 , sebagai suatu kewajiban. Tetapi
1603 Hal ini menunjukkan bahwa jika bekas istri anak angkat, maka tidak mengapa menikahinya.
1604 Baik senasab maupun sepersusuan, yakni tidak boleh dinikahi bersama. Demikian juga dilarang
menghimpun dalam pernikahan wanita tersebut bersama bibinya dari pihak bapak maupun ibu sebagaimana
disebutkan dalam As Sunnah. Yang boleh adalah salah satunya, dan boleh menikahi adik dan kakaknya
apabila yang satu meninggal sebagaimana Utsman menikahi dua puteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
karena puteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang pertama meninggal, lalu ia menikahi puteri Nabi yang
kedua. Hikmah dilarang demikian adalah agar tidak memutuskan tali silaturrahim antara kedua wanita yang
bersaudara tersebut ketika terjadi pertengkaran.
1605 Maka dimaafkan.
1606 Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudriy, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
pada peperangan Hunain mengirim pasukan ke Awthas, di sana mereka bertemu musuh dan berperang
sehingga mereka memperoleh kemenangan serta mendapatkan para tawanan. Nampaknya sebagian sahabat
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam merasa berdosa menggauli wanita yang tertawan karena masih ada
suami-suami mereka yang musyrik, maka Allah Azza wa Jalla menurunkan firman Allah Ta'ala, "Dan
(diharamkan juga kamu menikahi) perempuan yang bersuami, kecuali budak-budak perempuan (tawanan
perang) yang kamu miliki", yakni mereka (tawanan perang yang perempuan) halal bagi kamu apabila telah
selesai 'iddahnya." Iddahnya adalah dengan melahirkan jika hamil atau mengalami sekali haidh jika tidak
hamil.
1607 Sampai mereka dicerai dan habis masa 'iddahnya.
1608 Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersamanya, maka kamu
boleh menjima'i mereka meskipun mereka bersuami, namun dengan syarat setelah istibra' (pengosongan
rahim, baik dengan melahirkan jika sebelumnya hamil atau dengan sekali haidh jika tidak hamil). Jika budak
yang bersuami tersebut dijual atau dihibahkan meskipun halal dijima'i oleh pembeli atau penerima hibah,
namun pernikahannya tetap tidak batal karena pemilik yang kedua hanya menduduki posisi pemilik pertama,
juga berdasarkan hadits Barirah yang diberikan pilihan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, wallahu
a'lam.
1609 Maka ikutilah dan jadikanlah petunjuk, karena di dalamnya terdapat obat penyembuh dan nur (cahaya),
dan di dalamnya terdapat perincian tentang yang halal dan yang haram.
1610 Maksudnya selain wanita-wanita yang disebutkan dalam surat An Nisaa' ayat 23 dan 24. Oleh karena itu,
yang haram terbatas, sedangkan yang halal tidak terbatas, wal hamdulillah.
1611 Berdasarkan ayat ini, maka ketika istri telah dijima'i, maka mahar menjadi tetap (wajib diberikan).
Abu Yahya Marwan bin Musa
Juz 5
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
tidak mengapa jika ternyata di antara kamu telah saling merelakannya, setelah ditetapkan 161
Ayat 25: Menerangkan tentang menikahi budak, dan hukuman bagi budak jika melakukan
perbuatan keji
25. Dan barang siapa di antara kamu (orang merdeka) tidak mempunyai biaya 1614 untuk menikahi
perempuan merdeka yang beriman, maka dihalalkan menikahi perempuan yang beriman dari budak-
budak yang kamu miliki. Allah mengetahui keimananmu 1615 . Sebagian dari kamu adalah dari
sebagian yang lain 1616 , karena itu nikahilah mereka dengan izin tuannya 1617 dan berilah mereka
maskawin secara ma'ruf 1618 , karena mereka adalah perempuan-perempuan yang memelihara diri,
bukan pezina dan bukan (pula) perempuan yang mengambil laki-laki lain sebagai piaraannya 1619 .
Apabila mereka telah berumah tangga (bersuami), tetapi melakukan perbuatan keji (zina), maka
hukuman bagi mereka setengah dari hukuman perempuan-perempuan merdeka yang tidak
" Misalnya menambah, mengurangi atau tidak membayar sama sekali maskawin yang telah ditetapkan.
Sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan nikah mut'ah yang pada awal Islam
dihalalkan, kemudian diharamkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Di dalam nikah mut'ah ditetapkan
waktunya dan maharnya, ketika waktunya habis, lalu di antara keduanya ada yang merelakan mahar dengan
menggugurkannya, maka hal itu tidak mengapa, wallahu a'lam.
1613 Allah Maha luas ilmu-Nya dan Maha sempurna hikmah (kebijaksanaan)-Nya. Di antara ilmu-Nya dan
hikmah-Nya adalah menetapkan syari'at-syari'at bagi manusia dan menetapkan batasan-batasan yang
memisahkan antara yang halal dengan yang haram.
1614 Menurut Syaikh As Sa'diy, biaya di sini adalah mahar untuk menikahi wanita-wanita mukminah
merdeka.
1615 Oleh karena itu, merasa cukuplah dengan zhahir(lahiriah)nya dan serahkanlah masalah yang tersembunyi
kepada-Nya. Terkadang keimanan seorang budak lebih tinggi daripada seorang merdeka.
1616 Maksudnya orang merdeka dan budak yang dikawininya itu adalah sama-sama keturunan Adam dan
hawa serta sama-sama beriman. Ada pula yang mengartikan "kamu dan mereka (budak) sama-sama seagama,
oleh karena itu jangan merasa sombong dari menikahinya".
1617 Baik tuannya hanya seorang atau lebih.
1618 Seperti tidak menundanya dan tidak mengurangi meskipun ia seorang budak.
1619 Di mana mereka berzina dengannya secara rahasia.
Abu Yahya Marwan bin Musa
251
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
bersuami . (Kebolehan menikahi budak) itu, adalah bagi orang-orang yang takut terhadap
kesulitan menjaga diri (dari perbuatan zina) 1621 . Tetapi jika kamu bersabar 162 , itu lebih baik
bagimu. Allah Maha Pengampun 1623 lagi Maha Penyayang.
Ayat 26-28: Hikmah Allah Subhaanahu wa Ta'aala mensyariatkan beberapa hukum-hukum
yang disebutkan sebelumnya, dan bahwa di dalamnya terdapat kelembutan dan
penghormatan terhadap manusia
26. Allah hendak menerangkan (syari'at-Nya) kepadamu 1624 , dan menunjukkan jalan-jalan
(kehidupan) orang yang sebelum kamu 1625 dan (hendak) menerima tobatmu 1626 . Allah Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana 1627 .
(<jWj)) 1 o Jho y^r* IjJLc q\ o>j^dJ! Oy-^-> ^lJ-^ ^~ji3 f ^-r^ ^y-i 0' ^'j
27. Dan Allah hendak menerima tobatmu 1628 , sedang orang-orang yang mengikuti hawa
nafsunya 1629 menghendaki agar kamu berpaling sejauh-jauhnya 1630 .
1620 Oleh karena itu, jika mereka berzina padahal sudah menikah, maka didera sebanyak 50 kali dan
diasingkan selama setengah tahun, dan tidak hukum ada raj am terhadap mereka. Namun jika mereka belum
menikah kemudian berzina, maka mereka diberi hukuman ta'zir yang membuatnya jera sesuai pendapat
hakim.
Hukuman had bagi budak laki-laki dan perempuan tidak ada bedanya, karena tidak ada pembedanya.
1621 Berdasarkan ayat ini, seorang muslim yang merdeka tidak boleh menikahi budak kecuali dengan empat
syarat:
1 . Mereka beriman (mukminah)
2. Menjaga diri/'iffah zhahir maupun batin.
3. Tidak mampu membayar mahar wanita merdeka
4. Khawatir zina
Namun demikian, bersabar dengan tidak menikai mereka lebih utama.
1622 Yakni tidak menikahi budak agar anak tidak menjadi budak, rendah dan cacat kehormatan.
1623 Terhadap hal yang telah berlalu. Syaikh As Sa'diy berkata, "Mungkin maksud disebutkan ampunan
setelah menyebutkan had terdapat isyarat bahwa had itu dapat menghapuskan dosa, di mana dengan had
tersebut Allah menghapuskan dosa hamba-hamba-Nya sebagaimana disebutkan dalam hadits".
1624 Atau semua yang kamu butuhkan penjelasannya seperti perkara yang hak (benar) dan yang batil, halal
dan haram.
1625 Yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, seperti jalannya para nabi dan orang-orang sal eh.
1626 Dia berbuat lembut kepada kamu dalam semua keadaan kamu dan dalam syari'at yang ditetapkan bagimu
agar kamu dapat berhenti di atas batas yang Allah tetapkan, mencukupi diri dengan yang dihalalkan-Nya
sehingga dosamu menjadi sedikit dengan sebab kemudahan yang diberikan Allah kepadamu, ini pun
termasuk tobat-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Termasuk tobat-Nya pula kepada mereka adalah ketika
mereka berbuat maksiat dibuka-Nya untuk mereka pintu-pintu rahmat, memberikan kepada mereka rasa
untuk kembali kepada-Nya, tunduk berendah diri di hadapan-Nya, kemudian Dia menerima tobat mereka,
maka segala puji bagi Allah terhadap semua itu.
1627 Dalam menetapkan syari'at bagi kamu.
1628 Diulangi lagi untuk menjadikannya dasar utama melakukan semua itu. Tobat ini pun menyatukan
perpecahan kamu dan mendekatkan yang sebelumnya jauh.
Abu Yahya Marwan bin Musa
252
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
28. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu 1631 , karena manusia diciptakan bersifat lemah.
Ayat 29-30: Terpeliharanya harta dan jiwa, hukuman bagi yang berbuat zalim pada
keduanya, serta penjagaan terhadap hak-hak manusia
^>\j jp^^/j oNj ijii=t' V Ijiu L^ik
29. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil (tidak benar) 1632 , kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku atas dasar suka
sama-suka di antara kamu 1633 . Dan janganlah kamu membunuh dirimu 1634 . Sesungguhnya Allah
Maha Penyayang kepadamu 1635 .
1629 Seperti orang-orang kafir dan para pelaku maksiat.
1630 Dari kebenaran atau dari jalan yang lurus kepada jalan orang-orang yang dimurkai dan jalan orang-orang
yang sesat dengan mengerjakan yang diharamkan sehingga kamu seperti mereka. Mereka ingin menjadikan
kamu berpindah dari ketaatan kepada Allah kepada ketaatan kepada setan, dari kebahagiaan kepada
kesengsaraan, sedangkan Allah mengajak kamu kepada hal yang bermaslahat bagi kamu, kepada hal yang
membawa keberuntungan dan kebahagiaan bagi kamu.
1631 Yaitu dalam syari'at. Dia memudahkan perintah dan larangan, dan ketika terjadi kesulitan dibolehkan
untuk dilakukan seperti halalnya memakan bangkai bagi orang yang kelaparan dan halalnya menikahi budak
bila telah cukup syarat-syaratnya. Hal itu, tidak lain karena sayang dan Ihsan-Nya kepada kamu,
pengetahuan-Nya tentang lemahnya dirimu; lemah fisik, lemah 'azam, lemah iman dan lemahnya kesabaran.
Oleh karenanya, Dia meringankan sesuatu yang tidak sanggup dipikul oleh kamu.
1632 Ayat ini mencakup semua jalan yang batil dalam meraih harta seperti riba, merampas, mencuri, judi dan
jalan-jalan rendah lainnya, lihat pula tafsir surat Al Baqarah: 188.
1633 Di samping melarang memakan harta orang lain dengan jalan yang batil, di mana di dalamnya terdapat
bahaya bagi mereka, baik bagi pemakannya maupun orang yang diambil hartanya, Allah menghalalkan
kepada mereka semua yang bermaslahat bagi mereka seperti berbagai bentuk perdagangan dan berbagai jenis
usaha dan keterampilan. Disyaratkan atas dasar suka sama suka dalam perdagangan untuk menunjukkan
bahwa akad perdagangan tersebut bukan akad riba, karena riba bukan termasuk perdagangan, bahkan
menyelisihi maksudnya, dan bahwa kedua belah pihak harus suka sama suka dan melakukannya atas dasar
pilihan bukan paksaan. Oleh karena itu, jual beli gharar (tidak jelas) dengan segala bentuknya adalah haram
karena jauh dari rasa suka sama suka. Termasuk sempurnanya rasa suka sama suka adalah barangnya
diketahui dan bisa diserahkan. Jika tidak bisa diserahkan mirip dengan perjudian. Di sana juga terdapat dalil
bahwa akad itu sah baik dengan ucapan maupun perbuatan yang menunjukkan demikian, karena Allah
mensyaratkan ridha, oleh karenanya dengan cara apa pun yang dapat menghasilkan keridhaan, maka akad itu
sah.
1634 Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang
lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan. Demikian juga terdapat larangan
melakukan sesuatu yang menyebabkan dirinya binasa di dunia atau akhirat.
Syaikh As Sa'diy berkata, "Perhatikanlah kata-kata yang ringkas dan padat ini dalam firman Allah Ta'ala
"Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu" dan "Dan janganlah kamu membunuh dirimu"
bagaimana di dalamnya mencakup memakan harta orang lain dan harta kamu, serta mencakup membunuh
dirimu dan membunuh selainmu dengan uraian yang terbatas pada harta orang lain dan jiwa orang lain saja.
Di samping itu, penyandaran harta dan jiwa kepada kaum mukmin secara umum terdapat dalil bawa kaum
Abu Yahya Marwan bin Musa
253
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
30. Dan barang siapa berbuat demikian 1
masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah.
Ayat 31: Menerangkan tentang hukum dosa besar dan dosa kecil, demikian pula
menerangkan agar manusia tidak menjatuhkan dirinya ke lembah kebinasaan
LIj £ yS~J^ * ^=?JL>-JDj ^Solill ^XiP^j^o 4^ Ojr^ ^ jjL.-^= Ij^-f- Oj
31. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar 1638 di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya,
niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu 1639 dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang
mulia (surga) 1640 '.
Ayat 32-33: Dorongan untuk beramal, serta ridha kepada qadha' dan qadar
32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian
kamu atas sebagian yang lain 1641 . (Karena) bagi laki-laki ada bagian 1642 dari apa yang mereka
mukmin dalam hal rasa cinta, rasa berkasih-sayang dan dalam maslahat mereka seperti satu jasad, di mana
iman yang menyatukan mereka atas maslahat agama maupun dunia."
1635 Di antara kasih sayang-Nya adalah menjaga darah dan hartamu dan melarang kamu merusaknya.
1636 Yakni perbuatan yang dilarang seperti memakan harta dengan jalan yang batil atau membunuh diri dan
orang lain.
Dosa besar adalah dosa yang ada had (hukumannya) di dunia, ancamannya di akhirat, adanya penafian
keimanan, adanya laknat atau kemurkaan. Contohnya adalah membunuh, berzina dan mencuri. Menurut Ibnu
Abbas, "Jumlahnya hampir tujuh puluh dosa."
in.™
Yakni dosa-dosamu yang kecil dengan ketaatan kamu.
1640 Hal ini termasuk karunia Allah dan ihsan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, Dia
menjanjikan kepada mereka jika menjauhi dosa-dosa besar, maka Dia akan menghapuskan semua dosa dan
kesalahan serta memasukkan mereka ke surga. Termasuk ke dalam menjauhi dosa adalah mengerjakan
kewajiban yang jika ditinggalkan pelakunya dianggap mengerjakan dosa besar, seperti shalat lima waktu,
shalat Jum'at, puasa Ramadhan dsb.
1641 Baik karunia dari sisi dunia maupun agama, yang mungkin maupun tidak mungkin. Oleh karena itu,
kaum wanita tidak boleh iri hati terhadap keistimewaan yang dimiliki kaum laki-laki, demikian juga orang
miskin dan bercacat tidak boleh iri hati kepada orang yang kaya atau yang sempurna. Yang demikian
merupakan hasad, karena dia ingin nikmat Allah yang ada pada orang lain berpindah kepada dirinya. Hal itu
dilarang, karena dapat membuahkan sikap kesal terhadap taqdir Allah, membuat malas serta membuahkan
angan-angan yang tidak dibarengi amal dan usaha. Yang terpuji adalah jika seorang hamba berusaha sesuai
kemampuannya untuk memperoleh hal yang bermanfaat baginya baik agama maupun dunia, meminta
karunia kepada Allah, tidak bersandar kepada diri serta tidak kepada sesuatu yang lain selain kepada Allah
Tuhannya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
254
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan Jilid 1
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya 1645 . Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu 1646 .
„ > > / > , „.* E ~ „ - ^ tf
33. Bagi masing-masing kamu (laki-laki maupun perempuan) Kami tetapkan yang menjadi
dan karib kerabat. Dan (jika
ada) orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka 1648 , maka berikanlah kepada
mereka bagiannya 1649 . Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.
Ayat 34-35: Menerangkan tentang hukum-hukum keluarga atau aturan dalam berumah
tangga, dan menerangkan tentang kepemimpinan laki-laki terhadap wanita, namun
kepemimpinan dalam mengurus dan mengarahkan, bukan menekan dan merendahkannya
E , • * - * - - " 1' - - ^ * * - «f
1642 Berupa pahala.
1643 Seperti jihad dan amal sal eh lainnya.
1644 Berupa ketaatan kepada suami dan menjaga kehormatan. Ayat ini turun ketika Ummu Salamah berkata,
"Andaisaja kita laki-laki, sehingga kita dapat berjihad sehingga memperoleh pahala seperti yang diperoleh
kaum laki-laki."
1645 Yakni mohonlah kepada Allah apa saja yang kamu butuhkan, niscaya Dia akan memberikannya
kepadamu. Hal ini termasuk sempumanya seorang hamba dan tanda bahagia dirinya, tidak seperti orang
yang tidak beramal atau bersandar kepada dirinya tidak butuh kepada Tuhannya, atau menggabung kedua hal
tersebut (tidak beramal dan bersandar kepada dirinya), orang yang seperti ini adalah orang yang rugi.
1646 Di antara pengetahuan-Nya adalah Dia mengetahui siapa yang berhak mendapatkan karunia dan
mengetahui permintaan kamu. Dia memberikan orang yang diketahui-Nya berhak memperoleh pemberian-
Nya dan mencegah orang yang diketahui-Nya tidak layak memperolehnya.
1647 Ashabah adalah orang yang mewarisi sisa harta setelah pemilik bagian (ashabul furudh) mengambil
bagiannya atau yang mewarisi semua harta jika tidak ada as-habul furudh dan tidak mendapatkan apa-apa
jika as-habul furuudh mewarisi sampai menghabiskan harta.
1648 Untuk saling membela dan mewarisi harta.
1649 Yakni 1/6. namun waris-mewarisi dengan jalan sumpah setia sudah mansukh dengan ayat "wa ulul
arhaami ba'dhuhum awlaa biba'dhin...dst" (lihat akhir ayat surat Al Anfal).
Abu Yahya Marwan bin Musa
255
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
34. Kaum laki-laki adalah pemimpin 1650 bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian
mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) 1651 , dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka
yang taat kepada Allah dan menjaga diri 1652 ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga
(mereka) 1653 . Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz 1654 , hendaklah kamu beri
nasihat kepada mereka 1655 , tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang) 1656 , dan (kalau
perlu) pukullah mereka 1657 . Tetapi, jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
alasan untuk menyusahkannya 1658 . Sesungguhnya Allah Mahatinggi 1659 lagi Mahabesar 1660 .
4J0I (35jj btiL^! Ijbjj q\ L^IaI ^ L«S^9-j ^a\js\ y» L«5^?- l^iJuLi i3^-^ J*^-fl->- oii
35. Dan jika kamu khawatirkan terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang
hakam (juru damai) 1661 dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. jika
Yakni berkuasa. Mereka berhak mengatur wanita, menekan mereka untuk memenuhi hak Allah, seperti
menjaga yang fardhu dan menghindarkan bahaya dari mereka. Kaum laki-laki juga pemimpin kaum
perempuan dalam arti yang memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal.
1651 Kelebihan laki-laki di atas perempuan dapat dilihat dari beberapa sisi, di antaranya karena kewalian
khusus dimiliki laki-laki, kenabian dan kerasulan juga khusus bagi laki-laki, dikhususkan bagi mereka
beberapa ibadah seperti jihad, shalat Jum'at dsb. Demikian juga dilebihkannya laki-laki dalam hal akal,
kesabaran dan kekuatan yang tidak dimiliki kaum perempuan.
1652 Maksudnya taat kepada suaminya meskipun suaminya sedang tidak ada, ia memelihara rahasia dan harta
suaminya.
1653 Maksudnya Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli istrinya dengan baik.
1654 Yakni nampak tanda-tanda nusyuz. Nusyuz adalah meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari
pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.
1655 Terangkanlah kepada mereka hukum menaati suami, mendorong mereka untuk taat, takutkanlah mereka
dengan siksaan Allah jika durhaka kepada suaminya.
1656 Yakni jika mereka telah menampakkan nusyuz. Dengan tidak tidur bersamanya dan tidak menggaulinya
sekedar agar tujuan dapat tercapai.
1657 Dengan pukulan yang tidak keras, jika pisah ranjang tidak membut mereka berhenti dari nusyuz.
1658 Maksudnya untuk memberi pelajaran kepada istri yang dikhawatirkan pembangkangannya harus dimulai
dengan memberi nasihat. Jika nasihat tidak bermanfaat, barulah dipisahkan dari tempat tidur mereka, jika
tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas
atau pukulan yang keras. Jika cara pertama ada manfaatnya, janganlah digunakan cara yang lain dan
seterusnya. Ada pula yang menafsirkan "Tetapi, jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari
alasan untuk menyusahkannya" yakni janganlah membahas masalah yang telah lalu, mencari-cari aib yang
jika dibahas malah menimbulkan madharat dan keburukan.
1659 Yakni memiliki ketinggian secara mutlak dengan segala sisi dan I'tibarat (segi); Dia Tinggi dzat-Nya,
Dia tinggi kedudukan-Nya dan Tinggi pula kekuasaan-Nya.
1660 Maha besar adalah Yang tidak ada yang lebih besar dan lebih agung daripada-Nya, yang besar dzat dan
sifat-Nya. Oleh karena itu, takutlah terhadap siksaan-Nya jika kamu menzalimi mereka.
1661 Dengan ridha keduanya. Hakam atau juru damai harus seorang muslim yang mukallaf (baligh dan
berakal) dan adil serta mengetahui apa yang terjadi pada kedua suami-istri, ia mewakili masing-masing
suami atau istri. Dalam menyikapi, hakam memperhatikan sebab yang menjadikan kedua suami-istri
bertengkar, kemudian menekan masing-masing untuk melaksanakan yang wajib, jika ternyata salah satunya
tidak mampu mengerjakan yang wajib, maka kedua hakam tesebut berupaya menjadikan istri menerima
Abu Yahya Marwan bin Musa
256
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-istri itu 1662 . Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti 1663 .
Ayat 36-39: Kewajiban terhadap Allah dan terhadap sesama manusia, perintah beribadah
kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala saja, arahan dalam hubungan kemasyarakatan, dan
perintah berinfak
36. Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun 1664 . Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua 1665 , karib-kerabat 1666 , anak-anak yatim 1667 , orang-orang
(qana'ah) terhadap rezeki sedikit yang disanggupi suami atau menjadikan suami menerima sikap istri. Jika
ada peluang untuk bersatu kembali dan islah, maka harus dilakukan. Namun jika kondisinya sampai kepada
kondisi yang tidak mungkin untuk disatukan, bahkan jika disatukan malah akan bermusuhan, terjadi maksiat
dan perkara buruk lainnya, dan kedua hakam itu memandang bahwa berpisah itu lebih baik bagi kedua
suami-istri, maka hal itu dilakukan. Keputusan dua orang hakam tidak disyaratkan harus ada keridhaan dari
pihak suami, karena Allah menamainya hakam (juru damai dan hakim), di samping itu hakim adalah seorang
yang memutuskan masalah meskipun orang yang diputuskan tidak ridha.
Hakam juga mewakili suami misalnya dalam hal talak, menerima 'iwadh (ganti dalam khulu') dsb. sedangkan
mewakili istri misalnya dalam melakukan khulu'. Kedua orang hakam berijtihad dan memerintahkan yang
zalim agar ruju' (kembali) atau bahkan memisahkan jika dipandang perlu.
1662 Dengan sebab saran yang baik dari hakam dan kata-kata lembut yang masuk ke dalam hati.
1663 Di antara pengetahuan dan ketelitian-Nya adalah mensyari'atkan hukum-hukum ketika terjadi
pertengkaran suami dan istri serta menetapkan syari'at yang sangat indah.
1664 Allah Ta'ala dalam ayat ini memerintahkan kita hanya menyembah kepada-Nya saja dan mengarahkan
berbagai bentuk ibadah kepada-Nya, baik berdoa, meminta pertolongan dan perlindungan, ruku' dan sujud,
berkurban, bertawakkal dsb. serta masuk ke dalam pengabdian kepada-Nya, tunduk kepada perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya dengan rasa cinta, takut dan harap serta berbuat ikhlas dalam semua ibadah baik
yang nampak (ibadah lisan dan anggota badan) maupun yang tersembunyi (ibadah hati). Allah Ta'ala juga
melarang berbuat syirk, baik syirk akbar (besar) maupun syirk asghar (kecil).
Syirk Akbar (besar) adalah syirk yang biasa terjadi dalam uluhiyyah maupun rububiyyah. Syirk dalam
Uluhiyyah yaitu dengan mengarahkan ibadah kepada selain Allah Ta'ala, misalnya berdo'a dan meminta
kepada selain Allah, ruku' dan sujud kepada selain Allah, berkurban untuk selain Allah (seperti membuat
sesaji untuk jin atau penghuni kubur), bertawakkal kepada selain Allah dan mengarahkan segala bentuk
penyembahan/ibadah lainnya kepada selain Allah Ta'ala. Sedangkan syirk dalam rububiyyah yaitu
menganggap bahwa di samping Allah ada juga yang ikut serta mengurus alam semesta. Syirk dalam
uluhiyyah dan rububiyyah termasuk syirk akbar. Sedangkan Syirk Asghar (kecil) adalah perbuatan, ucapan
atau niat yang dihukumi oleh agama Islam sebagai Syirk Asghar karena bisa mengarah kepada Syirk Akbar
contohnya adalah:
□ Bersumpah dengan nama selain Allah.
□ Memakai jimat dengan keyakinan bahwa jimat tersebut sebagai sebab terhindar dari madharat (namun
bila berkeyakinan bahwa jimat itu dengan sendirinya bisa menghindarkan musibah atau mendatangkan
manfaat maka menjadi Syirk Akbar).
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
□ Meyakini bahwa bintang sebagai sebab turunnya hujan. Hal ini adalah Syirk Asghar karena ia telah
menganggap sesuatu sebagai sebab tanpa dalil dari syara', indra, kenyataan maupun akal. Dan hal itu
bisa menjadi Syirk Akbar bila ia beranggapan bahwa bintang-bintanglah yang menjadikan hujan turun.
□ Riya' (beribadah agar dipuji dan disanjung manusia). Contohnya adalah seseorang memperbagus shalat
ketika ia merasakan sedang dilihat orang lain.
□ Beribadah dengan tujuan mendapatkan keuntungan dunia.
□ Thiyarah (merasa sial dengan sesuatu sehingga tidak melanjutkan keinginannya). Misalnya, ketika ia
mendengar suara burung gagak ia beranggapan bahwa bila ia keluar dari rumah maka ia akan mendapat
kesialan sehingga ia pun tidak jadi keluar, dsb. Pelebur dosa thiyarah adalah dengan mengucapkan,
"Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu dan tidak ada nasib sial kecuali yang Engkau
tentukan. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. "(HR. Ahmad)
Termasuk syirk juga adalah apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berikut ketika
menafsirkan ayat "Falaa taj'aluu lillahi andaadaa... "artinya: "Maka janganlah kamu adakan bagi Allah
tandingan-tandingan sedang kamu mengetahui" (Al Baqarah: 22) :
Jy} ccJLi} &\ t& ^ :*«>-CaJ ji^Jl Jy} t^ULl iMJ jllll J> jJl \S'Jj c^Ulil VjVftJ lJu ills' VjJ '■Sytj
"Tandingan-tandingan tersebut adalah perbuatan syirk, di mana ia lebih halus daripada semut di
atas batu yang hitam di kegelapan malam, yaitu kamu mengatakan "Demi Allah dan demi
hidupmu haifulan", "Demi hidupku", juga mengatakan "Jika seandainya tidak ada anjing kecil
ini tentu kita kedatangan pencuri", dan kata-kata "Jika seandainya tidak ada angsa di rumah
ini tentu kita kedatangan pencuri", juga pada kata-kata seseorang kepada kawannya "Atas
kehendak Allah dan kehendakmu" , dan pada kata-kata seseorang "Jika seandainya bukan karena
Allah dan sifulan (tentu...)", janganlah kamu tambahkan fulan padanya, semua itu syirk."
Kata-kata "Jika seandainya tidak ada anjing kecil ini tentu kita kedatangan pencuri" adalah syirk
jika yang dilihat hanya sebab tanpa melihat kepada yang mengadakan sebab itu, yaitu Allah Subhaanahu
wa Ta'aala atau seseorang bersandar kepada sebab dan lupa kepada siapa yang mengadakan sebab itu,
yaitu Allah Azza wa Jalla.
Namun, tidak termasuk syirk jika seseorang menyandarkan kepada sesuatu yang memang sebagai sebab
berdasarkan dalil syar'i atau hissiy (inderawi) atau pun waqi' (kenyataan), ssebagaimana sabda Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam tentang Abu Thalib, "Jika seandainya bukan karena soya, tentu ia berada di
lapisan neraka yang paling bawah."
Demikian pula termasuk syirk:
- Meyakini ramalan bintang (zodiak),
- Melakukan pelet, sihir/santet,
- Membaca jampi-jampi syirk,
- Mengatakan bahwa hujan turun karena bintang ini dan itu, padahal hujan itu turun karena karunia Allah
dan rahmat-Nya.
- Mengatakan "Hanya Allah dan kamu saja harapanku", "Aku dalam lindungan Allah dan kamu",
"Dengan nama Allah dan nama fulan" dan kalimat lain yang terkesan menyamakan dengan Allah Ta'ala.
Perbedaan Syirk Akbar dengan Syirk Asghar adalah bahwa Syirk Akbar mengeluarkan seseorang dari Islam,
sedangkan Syirk Asghar tidak. Syirk Akbar menghapuskan seluruh amal sedangkan Syirk Asghar tidak dan
Syirk Akbar mengekalkan pelakunya di neraka bila pelakunya meninggal di atas perbuatan itu sedangkan
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
miskin 1668 , tetangga dekat dan tetangga jauh 1669 , teman sejawat 1670 , ibnu sabil 1671 dan apa yang
kamu miliki 1672 . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri 1673 ,
Syirk Asghar tidak (yakni tahtal masyii'ah; jika Allah menghendaki, maka Dia akan menyiksanya dan jika
Allah menghendaki, maka Dia akan mengampuninya), kalau pun pelakunya disiksa, namun tidak kekal.
Setelah Allah memerintahkan memenuhi hak-Nya, yaitu dengan mentauhidkan-Nya, Dia juga
memerintahkan untuk memenuhi hak hamba, dari mulai yang terdekat lebih dahulu, yaitu kedua orang tua.
1665 Yakni berbuat baiklah kepada mereka baik dalam hal ucapan maupun dalam hal perbuatan. Dalam hal
ucapan misalnya dengan berkata-kata yang lembut dan baik kepada kedua orang tua, sedangkan dalam hal
perbuatan misalnya menaati kedua orang tua dan menjauhi larangannya, menafkahi orang tua dan
memuliakan orang yang mempunyai keterkaitan dengan orang tua serta menyambung tali silaturrahim
dengan mereka.
1666 Baik kerabat dekat maupun jauh, yakni kita diperintah berbuat baik kepada mereka dalam ucapan
maupun perbuatan, serta tidak memutuskan tali silaturrahim dengan mereka.
1667 Anak yatim adalah anak-anak yang ditinggal wafat bapaknya saat mereka masih kecil. Mereka memiliki
hak yang harus ditunaikan oleh kaum muslimin. Misalnya menanggung mereka, berbuat baik kepada
mereka, menghilangkan rasa sedih yang menimpa mereka, mengajari adab dan mendidik mereka sebaik-
baiknya untuk maslahat agama maupun dunia mereka.
1668 Misalnya dengan memenuhi kebutuhan mereka, mendorong orang lain memberi mereka makan serta
membantu sesuai kemampuan.
1669 Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, ada pula yang mengartikan dengan
hubungan kekerabatan. Yakni tetangga dekat maksudnya tetangga yang memiliki hubungan kekerabatan.
Sedangkan maksud tetangga jauh adalah tetangga yang tidak memiliki hubungan kekerabatan.
Tetangga yang memiliki hubungan kekerabatan memiliki dua hak, hak tetangga dan hak sebagai kerabat.
Oleh karenanya, tetangga tersebut berhak mendapatkan haknya sebagai tetangga dan berhak diberlakukan
secara ihsan yang ukurannya sesuai uruf (kebiasaan yang berlaku). Demikian juga tetangga yang jauh, yakni
yang tidak memiliki hubungan kekerabatan pun berhak mendapatkan haknya sebagai tetangga, semakin
dekat tempatnya (rumahnya), maka haknya pun semakin besar. Selaku tetangganya, hendaknya ia tidak lupa
memberinya hadiah, sedekah, mengundang, bertutur kata yang baik serta bersikap yang baik dan tidak
menyakitinya.
1670 Ada yang mengartikan "teman sejawat" dengan teman dalam perjalanan, ada pula yang mengartikan istri,
dan ada pula yang mengartikan dengan "teman" secara mutlak. Selaku teman hendaknya diberlakukan secara
baik, misalnya dengan membantunya, menasehatinya, bersamanya dalam keadaan senang maupun sedih,
lapang maupun sempit, mencintai kebaikan didapatkannya dsb.
1671 Ibnu sabil ialah orang yang dalam perjalanan bukan untuk maksiat dan bekalnya habis sehingga tidak
dapat melanjutkan perjalanan. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya. Ibnu Sabil memiliki
hak yang ditanggung oleh kaum muslimin, yaitu dengan menyampaikan ibnu sabil ke tempat tujuannya atau
kepada sebagian tujuannya, memuliakannya dan bersikap ramah terhadapnya.
1672 Mencakup budak maupun hewan yang dimilikinya. Berbuat baik kepada mereka adalah dengan
memberikan kecukupan kepada mereka dan tidak membebani mereka dengan beban-beban yang berat,
membantu mereka mengerjakan beban itu dan membimbing mereka terhadap hal yang bermaslahat bagi
mereka.
Orang yang berbuat baik kepada mereka yang disebutkan dalam ayat di atas, maka sesungguhnya dia telah
tunduk kepada Allah dan bertawadhu' (berendah hati) kepada hamba-hamba Allah; tunduk kepada perintah
Allah dan syari'at-Nya, di mana ia berhak memperoleh pahala yang besar dan pujian yang indah. Sebaliknya,
barang siapa yang tidak berbuat baik kepada mereka yang disebutkan itu, maka sesungguhnya dia berpaling
dari Tuhannya, tidak tunduk kepada perintah-Nya serta tidak bertawadhu' kepada hamba-hamba Allah,
bahkan sebagai orang yang sombong; orang yang bangga terhadap dirinya lagi membanggakan diri di
hadapan orang lain.
Abu Yahya Marwan bin Musa
259
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
LSjixpIj ^4J^3 aJoT ^-4^'* ^ ^2^y^= = H3 J^XU ^j"^ Oj</*Ljj Oj^~> C?-$
37. (yaitu) orang-orang yang kikir 1674 , dan menyuruh orang lain berbuat kikir 1675 , dan
menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya 1676 . Kami telah menyediakan
untuk orang-orang kafir 1677 azab yang menghinakan.
38. Dan (juga) orang-orang yang meinfakkan hartanya karena riya 1678 kepada orang lain, dan tidak
beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian 1679 . Barang siapa yang menjadikan setan sebagai
temannya 1680 , maka ketahuilah dia (setan) itu teman yang sangat jahat.
39. 1681 Apa mudharatnya bagi mereka, jika mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian serta
menginfakkan sebagian rezki yang telah diberikan Allah kepadanya? 1682 Dan Allah Maha
Mengetahui keadaan mereka.
Di hadapan manusia terhadap apa yang dimilikinya.
1674 Terhadap sesuatu yang wajib diberikan oleh mereka atau ada hak-hak wajib yang mesti mereka
keluarkan.
1675 Baik dengan ucapan maupun dengan sikap mereka.
1676 Berupa ilmu dan harta. Seperti halnya orang-orang Yahudi. Mereka menyembunyikan pengetahuan
tentang kenabian Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, menggantinya dengan menampilkan yang batil
sehingga menghalangi manusia dari masuk ke dalam agama yang dibawa Beliau. Mereka menggabung
antara sikap kikir terhadap harta, kikir terhadap ilmu dan ditambah dengan upaya merugikan diri dan orang
lain. Sifat seperti ini adalah sifat yang ada dalam diri orang-orang kafir. Oleh karena itu, di akhir ayat Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, "Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir. ..dst."
1677 Ada yang mengatakan bahwa maksud "kafir" di sini adalah kufur terhadap nikmat Allah (tidak
bersyukur). Hal itu, karena kikir, menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia Allah
berarti tidak mensyukuri nikmat Allah.
1678 Riya ialah melakukan sesuatu karena ingin dilihat dan dipuji orang lain.
1679 Infak mereka tidak didasari keikhlasan, keimanan kepada Allah dan mengharap pahala di hari kemudian.
1680 Tindakan mereka seperti yang disebutkan dalam ayat di atas tidak lain disebabkan mereka menjadikan
setan sebagai kawannya. Padahal setan adalah seburuk-buruk kawan, karena usahanya untuk membinasakan
kawannya dan berusaha merugikannya.
1681 Sebagaimana kikir terhadap karunia Allah dan menyembunyikan apa yang diberikan Allah merupakan
kemaksiatan, demikian pula orang yang berinfak dan beribadah karena selain Allah, ia pun berdosa dan
bermaksiat. Hal itu, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan menaati-Nya dengan cara ikhlas,
amalan yang didasari keikhlasan itulah yang diterima Allah. Oleh karena itu, di ayat ini Allah Subhaanahu
wa Ta'aala mengajak mereka yang berbuat seperti itu untuk berpikir, yakni apa keberatannya mereka
beriman kepada Allah dan beribadah kepada-Nya dengan ikhlas.
selama ini.
Abu Yahya Marwan bin Musa
260
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
Ayat 40-42: Keadilan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan karunia-Nya kepada hamba-
hamba-Nya, serta ancaman bagi orang yang mendurhakai-Nya dan menyelisihi perintah-Nya
40. 1683 Sesungguhnya Allah tidak menzalimi seseorang walaupun sebesar zarrah 1684 , dan jika ada
kebajikan sekecil zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya 1685 dan memberikan pahala yang
besar dari sisi-Nya 1686 .
41. Maka bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi
(rasul) 1687 dari setiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka
itu 1688 .
42. Pada hari itu, orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, berharap sekiranya
mereka diratakan dengan tanah 1689 , dan mereka tidak dapat menyembunyikan sesuatu kejadian
apapun dari Allah 1690 .
1683 Di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitakan tentang sempurnanya keadilan Allah dan
karunia-Nya dan bersihnya Allah dari kezaliman baik besar maupun kecil
1684 Zarrah artinya semut yang paling kecil. Oleh karena itu, Dia tidak mengurangi kebaikan seseorang atau
menambah keburukan seseorang.
1685 Maksudnya Allah tidak akan mengurangi pahala orang-orang yang mengerjakan kebajikan walaupun
sebesar zarrah, bahkan kalau dia berbuat baik, maka pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah menjadi
sepuluh sampai tujuh ratus, bahkan lebih dari itu serta akan diberikan pahala yang besar yang tidak dapat
diperkirakan oleh seseorang sesuai keadaannya, manfaatnya, keadaan pelakunya dan keikhlasannya..
1686 Yakni dengan menambah pahala melebihi amal yang dilakukan seseorang, diberikan taufik untuk
mengerjakan kebaikan dan memberikan kebaikan yang banyak. Termasuk di antaranya adalah
memasukkannya ke surga.
1687 Mahkamah tersebut merupakan mahkamah yang paling adil, yang memberikan keputusan adalah Zat
yang Maha sempurna ilmu, keadilan dan kebijaksanaan, dan yang menjadi saksi adalah manusia yang paling
bersih, yaitu para rasul terhadap umat mereka, belum lagi ditambah dengan pengakuan dari orang yang
diberikan keputusan. Pada hari itu, sebagian orang berbahagia memperoleh keberuntungan, kemenangan,
kemuliaan dan keberhasilan, dan pada hari itu sebagian lagi mendapatkan kesengsaraan, keninaan,
terbukanya aib dan memperoleh azab yang menghinakan.
1688 Seorang Nabi akan menjadi saksi atas perbuatan umatnya, yakni apakah perbuatan mereka mengikuti
perintah Allah atau tidak.
1689 Maksudnya mereka terkubur oleh tanah dan menjadi tidak ada.
1690 Bahkan mereka mengiqrarkan apa yang mereka kerjakan; lisan, tangan dan kaki mereka bersaksi.
Adapun dalil-dalil yang menerangkan bahwa orang-orang kafir menyembunyikan kekafiran mereka dan
mereka menyangkal (mengaku tidak kafir), maka hal itu terjadi di beberapa tempat di hari kiamat, yaitu
ketika mereka menyangka bahwa penyangkalan mereka dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah.
Ketika mereka mengetahui hakikat yang sebenarnya, anggota badan mereka menjadi saksi, maka ketika itu
masalah pun menjadi jelas, dan tidak ada lagi tempat untuk menyembunyikan sesuatu, bahkan tidak ada
manfaat dan faedahnya menyembunyikan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
261
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
Ayat 43: Menerangkan tahapan dalam pengharaman khamr, kemudahan Islam dalam
mensyariatkan tayammum sebagai ganti dari wudhu', dan menerangkan haramnya shalat,
membaca Al Qur'an, dan berdiam di masjid bagi orang yang junub dan mabuk
i^fjS Ij j-iP I 0 & liXll 0| ^Xj Jblj ^XA [pt-loli i!i I JLjX^j iC I jJL^- ^JLs
43. Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat 1691 , ketika kamu dalam
keadaan mabuk 1692 , sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu
menghampiri masjid) ketika kamu dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati jalan saja 1693 ,
sebelum kamu mandi. Adapun jika kamu sakit 1694 atau sedang dalam perjalanan 1695 atau sehabis
buang air 1696 atau kamu telah menyentuh perempuan 1697 , sedangkan kamu tidak mendapatkan
1691 "Mendekati" di sini mencakup mendekati tempat-tempat shalat seperti masjid, dan mencakup perbuatan
shalat itu sendiri, yakni tidak boleh orang yang mabuk melakukan shalat dan ibadah karena akalnya tidak
sadar dan tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Namun ayat ini sudah mansukh (dihapus) dengan ayat yang
mengharamkan khamr (minuman keras) secara mutlak. Khamr diharamkan melalui tahapan-tahapan. Pada
mulanya khamr belum haram, kemudian Allah Ta'ala menawarkan keharamannya kepada hamba-hamba-Nya
dengan firman-Nya:
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, " (Al Baqarah: 219)
Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang mereka meminum khmar ketika hendak shalat
sebagaimana pada ayat di atas, dan kemudian Allah Ta'ala mengharamkan secara mutlak di setiap waktu
dengan firman-Nya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhm a (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan. " (Terj. Al Ma'idah:90)
1692 Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan larangan melakukan shalat ketika sangat mengantuk, di mana
orangnya tidak menyadari lagi apa yang diucapkan dan apa yang dilakukannya. Lebih dari itu, di sana juga
terdapat isyarat bahwa sepatutnya bagi orang yang hendak shalat memutuskan segala yang dapat
menyibukkan pikirannya, seperti didesak oleh buang air, lapar hendak makan dsb.
1693 Ada pula yang mengartikan "melewati jalan" di sini sebagai orang musafir.
1694 Yang berbahaya jika menggunakan air atau akan bertambah parah sakitnya atau membuat lama
sembuhnya meskipun ada air.
1695 Kemudian tertimpa junub atau berhadats, di mana ketika safar biasanya tidak ada air atau ada air namun
untuk keperluannya di tengah perjalanan, seperti untuk minum dsb. jika ia meminum air tersebut, ia akan
kehausan.
1696 Yakni berhadats.
1697 Imam Syafi'i berdalih dengan ayat ini bahwa menyentuh wanita dapat membatalkan wudhu', namun
menurut Ibnu Abbas, maksud "menyentuh" di ayat ini adalah berjima'. Ulama lain berpendapat bahwa
menyentuh wanita yang membatalkan wudu' adalah menyentuh karena syahwat, di mana hal itu
berkemungkinan besar keluarnya madzi. Di antara pendapat-pendapat tersebut, yang rajih adalah pendapat
Ibnu Abbas, wallahu a' lam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
262
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
air 1698 , maka bertayammumlah kamu 1699 dengan debu yang baik (suci) 1700 ; usaplah wajahmu dan
tanganmu 1701 dengan (debu) itu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun 1702 .
Ayat 44-46: Di antara penyelewengan orang-orang Yahudi dan permusuhan mereka kepada
kaum mukmin
44.1703 Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian dari Al kitab (Taurat)?
Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka menghendaki agar kamu
tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).
1698 Untuk bersuci dengannya setelah berusaha mencarinya. Ayat ini menunjukkan adanya usaha mencari air.
1699 Berdasarkan keterangan di atas, bahwa Allah Ta'ala membolehkan tayammum dalam dua keadaan:
- Ketika tidak ada air, hal ini berlaku mutlak baik ketika safar maupun tidak.
- Ketika kesulitan memakai air, seperti karena sakit atau karena lumpuh dan di sana tidak ada orang
mengambilkan air untuknya dsb.
1700 Sha'id di ayat tersebut adalah sesuatu yang nampak di atas permukaan bumi, baik ada debunya maupun
tidak. Namun ada yang berpendapat bahwa tayammum harus ada debunya, berdasarkan ayat "Fam sahuu
biwujuuhikum wa aydiikum minh" (maka usaplah muka dan tanganmu daripadanya), karena jika tidak ada
debunya bagaimana mungkin mengusapnya.
1701 Yakni sampai pergelangan sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang shahih, dan memukulkan
telapak tangan ke tanah cukup sekali saja sebagaimana diterangkan dalam hadits Ammar; untuk muka dan
telapak tangan.
Faedah/catatan:
Perlu diketahui, bahwa kaidah kedokteran berjalan di atas tiga perkara:
- Menjaga kesehatan dari segala sesuatu yang membahayakan.
- Menjaga diri dari bahaya
- Menghilangkan bahaya
Ketiga hal ini telah diisyaratkan dalam Al Qur'an.
Menjaga kesehatan dan menjaga diri dari hal yang membahayakan, misalnya dengan adanya perintah makan
dan minum serta tidak berlebih-lebihan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga telah membolehkan berbuka
puasa bagi musafir dan orang yang sakit untuk menjaga kesehatannya.
Adapun menghilangkan bahaya, maka dengan adanya kebolehan dari Allah Ta'ala bagi orang yang ihram, di
mana kepalanya terganggu oleh kutu dsb. untuk mencukurnya. Di sana terdapat isyarat untuk menghilangkan
(membersihkan) hal yang lebih buruk lagi, yaitu kencing, tahi, muntah, dsb.
1702 Oleh karenanya, dia memberikan banyak kemudahan kepada hamba-hamba-Nya, di mana seorang hamba
tidak kesulitan melakukannya. Di antara maaf dan ampunan-Nya adalah dengan mensyari'atkan kepada umat
ini bersuci dengan debu (tayammum) sebagai pengganti air ketika kesulitan menggunakannya. Termasuk
maaf dan ampunan-Nya juga adalah dengan membukakan pintu tobat kepada orang-orang yang berdosa dan
mengajak mereka kepada-Nya. Dia pun menjanjikan untuk mengampuni mereka. Lebih dari itu, di antara
maaf dan ampunan-Nya adalah jika seorang mukmin datang kepada-Nya dengan dosa sepenuh bumi tanpa
menyekutukan-Nya dengan sesuatu, maka Dia akan datang dengan ampunan sepenuh bumi.
1703 Ayat ini merupakan celaan kepada mereka yang telah diberikan al kitab, namun mereka meletakkan kitab
tersebut di belakang punggung mereka, mereka lebih memilih kesesatan daripada petunjuk, memilih
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
45. Dan Allah lebih mengetahui tentang musuh-musuhmu. Cukuplah Allah menjadi pelindung dan
cukuplah Allah menjadi penolong (bagimu) 1704 .
j5yJj ^jilj pL ljli>- o^J LjJ^'j £jHj Ia*J»Ij Lute* I ^JL5 ^\ ^Jj jjjJ! j LiUj
46. 1705 (Yaitu) di antara orang Yahudi 1706 , yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya 1707 .
Mereka berkata, "Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya 1708 ." Dan (mereka
mengatakan pula), "Dengarlah, sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa pun 1709 . Dan (mereka
mengatakan), "Raa'ina" 1710 dengan memutarbalikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya
mereka mengatakan 1711 , "Kami mendengar dan patuh, dengarlah 1712 , dan perhatikanlah kami 1713 ,"
kekafiran daripada keimanan dan memilih kesengsaraan daripada kebahagiaan. Di dalamnya terdapat
peringatan bagi kaum mukmin agar tidak terpedaya oleh mereka dan tidak terjatuh seperti mereka.
1704 Meskipun musuh-musuhmu berusaha sekuat tenaga untuk menyesatkan kamu, namun karena Allah
pelindung dan penolong orang-orang mukmin, maka tenanglah! Allah akan menolong kamu terhadap musuh-
musuhmu, menerangkan sesuatu yang perlu diwaspadai dari mereka dan membantu kamu melawan musuh-
musuhmu.
1705 Di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan contoh kesesatan mereka dan bersikerasnya
mereka di atas kesesatan dan pengutamaan mereka terhadap yang batil.
1706 Yakni ulama su' (buruk) di antara mereka.
1707 Maksudnya adalah mengubah lafaz, arti kata-kata atau mengubah kedua-duanya, atau mengubah tempat,
menambah atau mengurangi dsb. Contoh ayat yang mereka ubah adalah tentang sifat-sifat Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wa sallam. Seperti inilah keadaan mereka dalam hal ilmu; mereka merubah hakikat yang
sebenarnya dan menjadikan yang hak sebagai batil, oleh karenanya mereka sesungguhnya menolak yang hak.
Sedangkan keadaan mereka dalam hal amal adalah sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas, mereka
mengatakan, "Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya" . Lebih dari itu, mereka berani berkata
buruk di hadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan jauh dari adab seperti yang disebutkan dalam
ayat di atas.
1708 Maksudnya mereka mengatakan "Kami mendengar", namun hati mereka mengatakan, "Kami tidak mau
menuruti."
1709 Maksudnya mereka mengatakan, "Dengarlah", tetapi hati mereka mengatakan, "Mudah-mudahan kamu
tidak dapat mendengarkan (tuli)." Atau maksudnya, "Dengarlah dari kami sesuatu yang tidak kamu sukai".
1710 Raa 'ina berarti "sudilah kiranya kamu memperhatikan kami". di saat para sahabat menghadapkan kata ini
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, orang Yahudi pun memakai kata ini dengan digumam
seakan-akan menyebut Raa'ina, padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang
sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Inilah sebabnya, Allah menyuruh agar para sahabat Beliau
menukar perkataan Raa'ina dengan kata "Unzhurna" yang juga sama artinya dengan Raa'ina.
1711 Sebagai ganti dari apa yang mereka ucapkan.
1712 Yakni cukup sampai di sini.
1713 Sebagai ganti kata "Raa'inaa".
Abu Yahya Marwan bin Musa
264
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat 1714 , tetapi Allah melaknat mereka, karena
kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.
Ayat 47-48: Ancaman untuk orang-orang Yahudi jika mereka tidak beriman, dan penjelasan
tentang batasan diampuni dosa
LaS^S Ijh y>-j J.. <v,U'i Q\ JlS ^-ja *Sju» UJ liJL^a.« UJjj Lc. \y^\"t. t_-i^5vjT I jjj! JiJiff Ljlllj
^^jjul* 4)1 ^1 oKj c-lUl c r -j3^l L*J L^^jJjjl La jl_pl
47. Wahai orang-orang yang telah diberi Kitab! Berimanlah kamu kepada apa yang telah Kami
turunkan (Al Quran) yang membenarkan kitab yang ada pada kamu 1715 , sebelum Kami mengubah
wajah-wajah(mu), lalu Kami putar ke belakang 1716 atau Kami laknat mereka 1717 sebagaimana Kami
telah melaknat orang-orang (yang berbuat maksiat) pada hari Sabat (Sabtu) 1718 . Dan ketetapan Allah
pasti berlaku 1719 .
48. Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang
selain (syirik) itu, bagi siapa yang Dia kehendaki 1720 . Barang siapa yang mempersekutukan Allah,
maka sungguh, ia telah berbuat dosa yang besar 1721 .
1714 Yakni lebih adil. Karena dalam kalimat tersebut terdapat adab bicara yang baik, terlebih di hadapan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam serta taat kepada Allah, bersikap baik dalam menuntut ilmu, dan
Beliau juga tentu akan memperhatikan mereka dan mendengarkan pertanyaan mereka. Akan tetapi, karena
tabi'at mereka yang buruk, mereka berpaling dari saran itu, maka Allah menjauhkan mereka dari rahmat-Nya
karena kekafiran dan sikap keras mereka.
1715 Karena kitab-kitab Allah antara yang satu dengan yang lainnya saling membenarkan, maka jika mereka
menolak (tidak beriman) kepada salah satunya, seperti tidak beriman kepada Al Qur'an, sesungguhnya
mereka sama saja tidak beriman kepada semua kitab Allah. Pada ayat ini juga terdapat dorongan bagi
mereka, yakni sepatutnya mereka lebih dulu beriman kepada Al Qur'an sebelum yang lainnya karena ilmu
yang telah diberikan Allah kepada mereka. Oleh karena itu, Allah mengancam dengan menghapus wajah
mereka, jika tetap tidak beriman.
1716 Maksudnya ialah mengubah muka menjadi polos (tidak ada mata dan hidung) seperti bagian belakang
kepala mereka. Hal ini merupakan balasan terhadap amal yang mereka kerjakan. Karena mereka telah
meninggalkan kebenaran dan mengutamakan kebatilan serta memutarbalikkan fakta, yang batil menjadi hak
dan yang hak menjadi batil, maka mereka diberi balasan dengan dihapuskan wajah mereka sebagaimana
mereka telah menghapus kebenaran.
1717 Menjadi kera.
1718 Lihat surat Al Baqarah ayat 65 dan surat Al Araaf ayat 163.
1719 Sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya, "Jadilah!" Maka terjadilah ia." (Terj. Yaasiin: 82)
1720 Yakni dengan memasukkannya ke surga tanpa azab, atau jika Dia menghendaki, maka Dia mengazab
pelaku maksiat di bawah syirk (yakni orang mukmin yang berbuat maksiat) karena dosa-dosanya kemudian
Dia masukkan ke dalam surga. Dosa-dosa yang berada di bawah syirk telah Allah adakan sebab-sebab yang
menghapusnya, contoh: tobatnya, istighfarnya, amal salehnya, musibah yang menimpanya di dunia, azab di
alam barzakh atau di hari kiamat, peristiwa dahsyat di hari kiamat, dan dengan doa kaum mukmin antara
yang satu dengan lainnya, syafaat dari orang-orang yang diberi izin memberi syafaat dan dengan rahmat
Abu Yahya Marwan bin Musa
265
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 49-50: Bentuk takjub atau keanehan terhadap sikap orang-orang Yahudi yang
menganggap suci diri mereka, serta menerangkan kedustaan mereka
@ %sh 0 >^K> V3 ^cr 9 Jji^ 1 ^. (n^ 1 Oi^ 1 JJy pi
49. Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan
Nasrani)? 1722 Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki 1723 dan mereka tidak
dizalimi sedikit pun.
50. Perhatikanlah, betapa mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? 1724 Dan cukuplah
perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka) 1725 .
Ayat 51-55: Menerangkan tentang sifat dan perbuatan orang-orang Yahudi yang tercela
!^pS %^ 0*-$ c£^*l
51. 1726 Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab (Taurat)?
Mereka percaya kepada jibt dan thaghut 1727 , dan mengatakan kepada orang-orang kafrr (musyrik
Mekah) 1728 , bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman 1729 .
(kasih sayang) Allah Ta'ala yang diberikan-Nya kepada orang yang beriman dan bertauhid. Berbeda dengan
syirk, di mana pelakunya telah menutup pintu ampunan dan rahmat bagi dirinya, oleh karenanya amal
baiknya tidaklah bermanfaat, demikian juga musibah yang menimpanya, dan pada hari kiamat mereka tidak
memperoleh syafaat.
1721 Hal itu, karena di dalam syirk, pelakunya menyamakan antara makhluk yang lemah dari berbagai sisi dan
memiliki kekurangan dengan Al Khaaliq yang Maha Sempurna dari berbagai sisi, Yang Maha Kaya tidak
memerlukan makhluk-Nya, di mana tidak ada satu pun kenikmatan yang diterima makhluk kecuali berasal
dari-Nya. Namun demikian, ayat ini tertuju kepada pelaku syirk yang tidak bertobat, adapun jika ia bertobat,
maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengampuni syirk dan dosa-dosa di bawahnya sebagaimana firman
Allah:
Katakanlah: "Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah
kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Terj. Az Zumar: 53)
1722 Yang dimaksud di sini ialah orang-orang Yahudi dan Nasrani yang menganggap diri mereka bersih.
Lihat surat Al Baqarah ayat 80 dan ayat 1 1 1 dan surat Al Maa-idah ayat 18.
1723 Yakni dengan iman dan amal saleh. Seperti pernyataan-Nya terhadap orang-orang yang beriman
(memeluk Islam) dan beramal saleh, "(Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada
Allah, sedangkan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Terj. Al Baqarah: 1 12)
1724 Dengan anggapan bahwa diri mereka suci, hanya mereka yang berhak masuk surga dan apa yang
ditempuh oleh orang mukmin adalah batil.
1725 Yang mengharuskan mereka mendapat siksa yang pedih.
1726 Ayat ini turun berkenaan Ka'ab bin Al Asyraf dan ulama Yahudi semisalnya, yakni ketika mereka datang
ke Mekah dan menyaksikan orang-orang musyrik yang terbunuh dalam perang Badar, mereka pun
Abu Yahya Marwan bin Musa
266
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
52. Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah. Barang siapa yang dilaknat Allah, niscaya kamu
tidak akan mendapatkan penolong baginya 1730 .
53. Ataukah mereka mempunyai bagian dari kerajaan (kekuasaan) 1731 , meskipun mereka tidak akan
memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia 1732 .
membangkitkan semangat kaum musyrik untuk melakukan tindakan pembalasan dan memerangi Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas ia berkata, "Ketika Ka'ab bin Al
Asyraf tiba di Mekah, orang-orang Quraisy berkata kepadanya, "Kamu adalah penduduk Madinah terbaik
dan tokoh mereka." Ka'ab berkata, "Ya." Mereka berkata, "Tidakkah kamu melihat kepada laki-laki yang
lemah ini yang terputus keturunannya dari kaumnya, yang menyangka bahwa dirinya lebih baik daripada
kita, padahal kami orang-orang yang melakukan haji, para pelayan (ka'bah) dan para pemberi minum
(jamaah haji)." Ka'ab berkata, "Kalian lebih baik daripadanya." Maka turunlah ayat, "Inna syaani'aka huwal
abtar. "(Al Kautsar: 3) dan turun pula ayat, "Alam tara ilalladziina. . .sampai, "Falan tajida lahuu nashiiraa."
(lihat ayat 51-52 di atas). Hadits ini disebutkan pula oleh Ibnu Katsir, ia berkata: Imam Ahmad berkata,
"Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Abi Addi hadits itu." Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu
Hibban dalam shahihnya sebagaimana dalam Mawaarid hal. 428, dan para perawinya adalah para perawi
kitab shahih, hanya saja yang rajih adalah mursal sebagaimana disebutkan dalam Takhrij Tafsir Ibnu Katsir.
1727 Jibt dan Thaghut ialah setan dan apa saja yang disembah selain Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Hal ini
termasuk perilaku buruk orang-orang Yahudi dan kedengkian mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam dan kaum mukmin. Akhlak mereka yang buruk dan tabi'at mereka yang jelek membuat mereka tidak
beriman kepada Allah dan rasul-Nya, bakan menggantinya dengan beriman kepada jibt dan thagut, yakni
malah percaya dengan peribadatan kepada selain Allah atau menetapkan sesuatu dengan selain syari'at Allah.
Termasuk ke dalam jibt dan thagut pula sihir, perdukunan, beribadah kepada selain Allah dan menaati setan.
Demikian juga kekafiran dan sifat dengki mereka membuat mereka mengutamakan jalan orang-orang kafir
para penyembah berhala.
1728 Yakni ketika Abu Sufyan dan kawan-kawannya berkata kepada mereka (ulama Yahudi), "Apakah kami
lebih benar jalannya, di mana kami memberi minum jama' ah haji, menjamu tamu, membebaskan tawanan
dan melakukan lainnya ataukah Muhammad, di mana ia menyelisihi agama nenek moyangnya, memutuskan
tali silaturrahim dan berpisah dari tanah haram?", maka ulama Yahudi menjawab, "Kalian (musyrik Mekah)
lebih lurus jalannya daripada orang-orang yang beriman." Ucapan ini disampaikan sebagai tindakan
pendekatan mereka dengan orang-orang kafir Mekah dan karena benci kepada keimanan.
1729 Bagaimana mungkin agama yang tegak di atas peribadatan kepada patung dan berhala, mengharamkan
hal yang baik-baik, menghalalkan yang kotor, menghalalkan banyak hal yang haram, berlaku zalim kepada
manusia, menyamakan antara Pencipta dengan makhluk, ingkar kepada Allah, rasul-rasul dan kitab-kitab-
Nya sama atau lebih baik daripada agama yang tegak di atas peribadatan kepada Allah, berbuat ikhlas baik
secara sembunyi maupun terang-terangan, mengingkari segala sesuatu yang disembah selain Allah,
memerintahkan menyambung tali silaturrahim, berbuat baik kepada semua manusia, bahkan kepada hewan
pula, menegakkan keadilan di antara manusia, mengharamkan kezaliman dan perkara kotor serta
memerintahkan kejujuran? Tentu tidak sama, dan agama yang tegak di atas peribadatan kepada Allah dan
memerintahkan berbuat ihsan tentu lebih baik, lebih benar dan lebih lurus jalannya.
1730 Yang membantunya kepada hal yang bennaslahat, menjaganya dari sesuatu yang membahayakan serta
menyelamatkannya dari siksa Allah.
1731 Sehingga mereka melebihkan siapa saja yang mereka inginkan sesuai hawa nafsu mereka.
1732 Maksudnya orang-orang yang tidak dapat memberikan kebaikan kepada manusia atau masyarakatnya
karena kebakhilannya, tidak patut memegang kekuasaan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
267
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
54. Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia 1733 yang telah diberikan
Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah (kenabian) kepada keluarga
Ibrahim 1734 , dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.
55. Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada yang beriman kepadanya 1735 , dan di
antara mereka dan ada pula yang menghalangi (manusia beriman) kepadanya 1736 . Cukuplah (bagi
mereka yang tidak beriman) neraka Jahanam yang menyala-nyala apinya.
Ayat 56-57: Perbandingan antara kenikmatan penghuni surga dan azab penghuni neraka
IjSjJiJ LaJj-p iSjL- \ g'^-" 1 : *jojL>- JL^^ LJT IjlS ^-pUaj l%L)U-> ij^^ bi^JI bj
56. Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan
mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti dengan kulit yang lain 1737 ,
agar mereka merasakan azab 1738 . Sesungguhnya Allah Mahaperkasa 1739 lagi Maha Bijaksana 1740 .
jjL lib! y bi^ j 1 ? ^ ^ Cr? J^h^ 0^4^' ' i£ '*
57. Adapun orang-orang yang beriman 1741 dan mengerjakan kebaikan 1742 , kelak akan Kami
masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
1733 Yaitu kenabian, Al Quran, dan kemenangan.
1734 Seperti Musa, Dawud dan Sulaiman, padahal karunia-Nya sudah biasa diberikan kepada hamba-hamba-
Nya yang mukmin, lalu bagaimana mereka dengki kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam,
seorang yang paling mulia, paling takwa dan paling takut kepada-Nya?
1735 Oleh karenanya mereka mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat.
1736 Mereka akan mendapatkan kesengsaraan di dunia dan berbagai musibah sebagai hukuman terhadap
kekafiran dan kemaksiatan mereka, dan di akhirat ada neraka jahannam yang sudah disiapkan untuk mereka,
nas'alullahas salaamah wal 'aafiyah.
1737 Yakni dikembalikan kepada keadaan sebelumnya; tidak terbakar.
1738 Ayat ini menunjukkan bahwa kulit merupakan pusat rasa, apabila telah melewati kulit, maka tidak terasa
lagi. Oleh karena itu, Allah mengganti lagi dengan kulit yang lain agar mereka merasakan azab. Hal itu,
karena mereka berkali-kali melakukan kekafiran dan penolakan sehingga sifat itu melekat dalam diri mereka,
maka Allah memberikan siksaan berkali-kali dan mengekalkannya di neraka.
1739 Tidak ada yang dapat melemahkan-Nya.
1740 Baik dalam ciptaan-Nya, dalam perintah-Nya, dalam pahala dan siksa-Nya.
1741 Kepada Allah dan kepada yang wajib diimani lainnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
268
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
selama-lamanya. Di sana mereka mempunyai pasangan-pasangan yang suci 1743 , dan Kami
masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.
Ayat 58-59: Dasar-dasar pemerintahan, perintah menunaikan amanah, menegakkan
keadilan, dan kembali kepada Allah, Rasul-Nya dan ulil amri dalam setiap masalah
4joT oi J Ji^Jb of ojj J^S^>- Ljiil 3) c-^VT i jSj: jf ^^t> ^>T o| ♦
58. 1744 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat 1745 kepada yang berhak
menerimanya 1746 , dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil 1747 . Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran
kepadamu 1748 . Sesungguhnya Allah Maha Mendengar 1749 lagi Maha melihat 1750 .
1742 Yang wajib maupun yang sunat.
1743 Yakni suci, baik dari akhlak yang buruk dan tercela maupun dari haidh dan kotoran.
1744 Ayat ini turun ketika Ali radhiyallahu 'anhu hendak mengambil kunci Ka'bah secara paksa dari Utsman
bin Thalhah pelayan Ka'bah pada saat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke Makkah untuk Fathu
Makkah (menaklukkan Makkah). Namun Utsman bin Thalhah menolaknya dan berkata, "Kalau seandainya
aku mengetahui Beliau adalah utusan Allah, tentu aku tidak menolaknya", maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam memerintahkan Ali mengembalikan dan bersabda, "Ambillah! untuk selamanya karena
sudah lama", maka Utsman pun heran, kemudian Ali membacakan ayat ini kepadanya, maka Utsman bin
Thalhah masuk Islam, dan ia memberikan kunci kepada saudaranya Syaibah menjelang wafatnya, dan kunci
pun dipegang oleh anak cucunya." Ayat di atas, meskipun turunnya berkenaan dengan sebab tertentu, namun
berlaku umum berdasarkan qarinah (tanda) jama' (yang diperuntukkan untuk semua).
1745 Amanat artinya setiap yang dibebankan kepada manusia dan mereka diperintahkan melakukannya. Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya menunaikan amanat, yakni secara sempurna;
tidak dikurangi dan tidak ditunda-tunda. Termasuk ke dalam amanat adalah amanat untuk beribadah (seperti
shalat, zakat, puasa dsb), amanat jabatan, harta dan rahasia serta perkara-perkara yang hanya diketahui oleh
Allah. Contoh menunaikan amanat dalam jabatan adalah dengan memenuhi kewajibannya, memenuhi
amanat dalam harta adalah dengan menjaganya dan mengembalikan kepada pemiliknya secara utuh dan
amanat dalam rahasia adalah dengan menyembunyikannya.
1746 Ayat ini menunjukkan bahwa amanat tersebut harus diserahkan kepada yang berhak menerimanya atau
wakilnya. Oleh karena itu, jika tidak diserahkan kepada yang berhak menerimanya, maka sama saja belum
menunaikan amanat.
1747 Baik dalam masalah darah, harta, kehormatan; kecil maupun besar. Demikian juga kepada kerabat
maupun bukan, kawan maupun lawan dan orang baik maupun orang jahat. Adapun yang dimaksud adil di
sini adalah dengan mengikuti syari'at Allah melalui lisan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam seperti
dalam masalah ahkam (hukum) maupun hudud, dan hal ini menghendaki agar kita mengetahui kedilan itu
agar dapat memutuskan dengannya.
1748 Kata-kata ini merupakan pujian Allah terhadap syari'at-Nya karena di dalamnya mengandung maslahat
manusia di dunia dan akhirat serta menghindarkan madharat. Yang demikian. Karena yang menetapkannya
adalah Tuhan yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, Dia mengetahui maslahat yang terbaik bagi
hamba yang mereka tidak mengetahuinya.
1749 Semua perkataan.
1750 Semua tindakan.
Abu Yahya Marwan bin Musa
269
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Jj fijiy s^i, ^s>j£> Ol* J^sjwo J»H\ Jjlj J J\ \y~^>\$ &\ \y*~^>\ Iji^li jijjl t^bj
C!|l cr*^ '-3 ^['^ ^J^J 4^. o y~?y> ^ ol J ^
59. 1751 Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad) 1752 , dan
ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu 1753 . Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang
sesuatu 1754 , maka kembalikanlah kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya) 1755 , jika kamu
beriman kepada Allah dan hari kemudian 1756 . Yang demikian itu lebih utama (bagimu) 1757 dan lebih
baik akibatnya.
1731 Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma tentang ayat, "Athii'ullah wa
athii'urrasuula wa ulil amri minkum," ia berkata, "Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah
bin Qais ketika Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengirimnya dalam suatu sariyyah (pasukan kecil)." Imam
Bukhari juga meriwayatkan dari Ali radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
mengirimkan sariyyah dan mengangkat seorang Anshar sebagai pimpinannya dan memerintahkan mereka
untuk menaatinya. Suatu ketika pimpinan itu marah dan berkata, "Bukankah Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam memerintahkan kamu menaatiku?" Mereka menjawab, "Ya." Pimpinan itu berkata, "Kalau begitu,
kumpulkanlah kepadaku kayu bakar." Mereka pun mengumpulkannya. Pimpinan itu berkata, "Nyalakanlah
api." Maka mereka menyalakan, lalu pimpinan itu berkata, "Masuklah kamu ke dalamnya." Mereka pun
hampir mau melakukannya, namun sebagian mereka menahan sebagian yang lain, dan mereka berkata,
"(Sesungguhnya) kami melarikan diri kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dari api (neraka)." Mereka
tetap seperti itu hingga api itu padam sehingga hilanglah kemarahan pimpinan itu, lalu disampaikanlah berita
itu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian Beliau bersabda, "Jika sekiranya mereka masuk ke
dalamnya, tentu mereka tidak akan keluar sampai hari kiamat. Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam
hal yang ma'ruf (wajar). "
1752 Dengan mengerjakan yang wajib maupun yang sunat dan menjauhi larangan.
1753 Termasuk ke dalam ulil amri adalah pemerintah, para hakim dan para mufti (ulama). Hal itu dikarenakan,
urusan manusia baik agama maupun dunia tidak akan baik kecuali dengan tunduk dan menaati mereka
sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan sambil berharap pahala dari sisi-Nya. Tentunya dengan syarat
mereka tidak memerintahkan maksiat. Jika memerintahkan maksiat, maka tidak boleh ditaati. Dalam ayat
tersebut, ketaatan kepada ulil amri tidak disebutkan ulang sebagaimana ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya.
Hal itu, karena ketaatan kepada ulil amri dengan syarat, yakni tidak memerintahkan maksiat.
Faedah:
Apakah pemerintah yang zalim harus ditaati juga perintahnya jika bukan maksiat?
Jawab: Ya, pemerintah yang zhalim juga harus dita'ati dalam perkara yang ma'ruf (bukan maksiat serta
sanggup dikerjakan), berdasarkan sabda Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam:
(r L^> 5iiL ^ ii; >i Uj jLi -cm, & J, ii jLi ^ J, ;t> ji} -j } v. uf
"Ingatlah! Barang siapa yang dipimpin oleh seorang pemimpin, lalu ia melihat pemimpinnya melakukan
sebuah kemaksiatan kepada Allah. Maka bencilah maksiat yang dilakukannya, namun jangan keluar dari
keta'atan kepadanya (memberontak)." (HR. Muslim)
1754 Baik dalam masalah ushuluddin (dasar-dasar agama) maupun furu' (cabang-cabangnya).
1755 Karena di dalamnya terdapat penyelesai terhadap masalah khilafiyyah, baik dengan ketegasannya,
keumumannya, isyaratnya, perhatian darinya, mafhum daripadanya atau dari keumuman maknanya, di mana
semua yang masih samar diqiaskan dengannya.
1756 Oleh karena itu, orang yang tidak mengembalikan masalah kepada keduanya, bukanlah seorang mukmin
yang sesungguhnya, bahkan ia sama saja beriman kepada thagut sebagaimana akan diterangkan dalam ayat
selanjutnya.
1757 Daripada berkata menurut pendapatnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
270
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 60-63: Menerangkan tentang sifat orang-orang munafik, yaitu berhukum kepada
thagut dan musuh umat
Ij-ftS'Lsel) Q\ QjJujJ dills ^ys ~dj dill I Jjj I U_) I ^jl 0 Y^ji <J! J jU'
60. 1758 Tidakkah kamu memperhatikan 1759 orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka
masih menginginkan ketetapan hukum kepada thaghut 1760 , padahal mereka telah diperintahkan
mengingkari Thaghut itu 1761 . Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang
sejauh-jauhnya.
61. Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah (patuh) kepada apa yang telah turunkan Allah 1762
dan (patuh) kepada Rasul", niscaya kamu melihat orang-orang munafik berpaling darimu dengan
sesungguhnya.
1758 Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Abu Barzah Al Aslamiy adalah seorang dukun yang
memutuskan perkara di kalangan orang-orang Yahudi dalam hal yang mereka perselisihkan, lalu orang-orang
musyrik pergi mendatanginya, maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, "Alam tara ilalladziina
yaz'umuuna ...sampai, "In aradnaa illaa ihsaanaw wa taufiiqaa." (Hadits ini disebutkan oleh Al Waahidiy
dalam Asbaabunnuzul, Al Haitsami berkata dalam Majma'uzzawaa'id, " ' Diriwayatkan oleh Thabrani dan
para perawinya adalah para perawi kitab shahih." Abu Abdirrahman berkata, "Guru Thabrani (yakni Abu
Zaid Ahmad bin Yazid Al Huuthiy) tidak saya temukan biografinya, akan tetapi hadits ini dimutaba'ahkan
oleh Ibrahim bin Sa'id Al Jauhari menurut Al Waahidiy. As Suyuthi dalam Lubaabunnuqul menyebutkan
bahwa hadits ini sanadnya shahih.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari jalan Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata: Jallas bin Shaamit, Mu'tab bin
Qusyair, Raafi' bin Zaid dan Bisyr mengaku muslim, lalu beberapa orang kaumnya yang muslim mengajak
menyelesaikan pertengkaran mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, namun mereka malah
mengajak kepada dukun; para hakim jahiliyyah, maka Allah menurunkan ayat di atas.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Asy Sya'biy ia berkata: Telah terjadi pertengkaran antara seorang Yahudi dan
seorang munafik. Orang Yahudi berkata, "Ayo kita selesaikan masalah ini kepada orang ahli dalam
agamamu atau kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam", karena orang Yahudi mengetahui bahwa Beliau
tidak mengambil sogok dalam hal hukum, namun malah ditolak, sehingga keduanya sepakat untuk
mendatangi seorang dukun di Juhainah, maka turunlah ayat di atas.
1759 Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan hamba-hamba-Nya merasa aneh terhadap sikap orang-orang
munafik.
1760 Y a im Ka'ab bin Al Asyraf; seorang yahudi yang memusuhi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan kaum
muslimin. Ada pula yang mengatakan, bahwa maksud thagut di sini adalah Abu Barzah seorang tukang
tenung di masa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang biasa ,memutuskan masalah di kalangan orang-orang
Yahudi. Termasuk Thaghut juga adalah: 1. orang yang menetapkan hukum tidak dengan syari'at Allah. 2.
berhala-berhala.
1761 Padahal keimanan menghendaki untuk tunduk kepada syari'at Allah dan menjadikannya hakim terhadap
semua masalah. Oleh karena itu, barang siapa yang mengaku dirinya mukmin, tetapi ternyata ia lebih
memilih hukum thagut, maka pengakuannya dusta.
1762 Maksudnya hukum yang ada dalam Al Qur'an.
Abu Yahya Marwan bin Musa
271
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
gl iLjjjj
62. Maka bagaimana halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa suatu musibah
disebabkan perbuatan tangannya sendiri 1763 , kemudian mereka datang kepadamu (Muhammad) 1764
sambil bersumpah, "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki 1765 selain kebaikan dan
kedamaian 1766 ".
63. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya 1767 .
Karena itu berpalinglah kamu dari mereka 1768 , dan berilah mereka nasehat 1769 , dan katakanlah
Ayat 64-65: Keimanan yang hakiki adalah dengan berhukum kepada kitab Allah dan sunnah
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam
64. 1771 Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati 1772 dengan izin Allah 1773 .
Sungguh 1774 , sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya 1775 datang kepadamu (Muhammad) 1776 ,
Yakni karena kemaksiatan dan berhukum kepada thagut, kemudian mereka merasa butuh denganmu
dalam menghadapi musibah itu.
1764 Untuk menyebutkan alasan berhukum kepada selain Beliau.
1765 Dalam berhakim kepada selainmu.
1766 Antara dua orang yang bertengkar dengan mengadakan pendekatan hukum; karena tidak siap
menanggung pahitnya kebenaran. Perkataan mereka adalah dusta, padahal kebaikan dan kedamaian hanya
ada pada hukum Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman, "Apakah hukum Jahiliyah yang mereka
kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?"
(Terj. Al Maa'idah: 50)
1767 Berupa kemunafikan, niat yang buruk dan udzur yang dusta.
1768 Dengan membiarkannya dan tidak mempedulikan.
1769 Jelaskanlah kepada mereka hukum Allah dan sampaikanlah targhib (dorongan) dan tarhib (ancaman).
1770 Misalnya secara sir (rahasia), karena yang demikian dapat membuahkan hasil. Dalam ayat ini terdapat
dalil, bahwa pelaku maksiat, jika berpaling, maka dinasehati secara rahasia dan menasehati dengan kata-kata
yang bisa membekas di hatinya.
1771 Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyampaikan berita yang isinya terdapat perintah dan dorongan untuk
menaati Rasul serta tunduk kepadanya, menyampaikan bahwa maksud diutusnya rasul tidak lain kecuali
untuk ditaati dan dimuliakan. Dalam ayat ini terdapat dalil ma'shumnya para rasul dalam semua yang mereka
sampaikan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala, dalam semua yang mereka perintahkan dan yang mereka
Abu Yahya Marwan bin Musa
272
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka 1777 ,
niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
65. 1778 Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian
tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya 1779 .
Ayat 66-70: Kemudahan beban syariat dan pahala bagi orang-orang yang melaksanakannya
larang. Hal itu, karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan kita menaati mereka secara mutlak. Jika
tidak ma'shhum, tentu kita tidak diperintahkan menaati secara mutlak.
1772 Bukan untuk didurhakai dan diselisihi.
1773 Yakni ketaatan yang dilakukan seseorang adalah berasal dari qadha' Allah dan qadar-Nya. Di ayat ini
adanya penetapan terhadap iman kepada qadha' dan qadar, anjuran untuk meminta pertolongan kepada Allah
dan terdapat penjelasan bahwa seseorang tidak mungkin dapat menaati Rasul jika Allah tidak membantunya.
1774 Pada ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengabarkan tentang kepemurahan-Nya dan seruan-Nya
kepada orang yang mengerjakan maksiat agar sadar, beristighfar dan bertobat.
1775 Dengan berhakim kepada selain Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam
1776 Menyadari kesalahan.
1777 Yakni sewaktu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masih hidup, adapun setelah wafat, maka tidak
boleh meminta kepada Beliau sebagai wasilah (perantara) kepada Allah, bahkan yang demikian adalah syirk.
Dalam ayat ini terdapat dalil bolehnya meminta didoakan dari orang yang saleh yang masih hidup.
1778 Imam Bukhari meriwayatkan dari Urwah ia berkata: Zubair bertengkar dengan seorang Anshar dalam
masalah pengairan air di tanah berbatu hitam, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siramilah
kebunmu wahai Zubair, kemudian alirkanlah ke tetanggamu." Orang Anshar berkata, "Wahai Rasulullah,
(engkau menetapkan begitu) karena dia adalah putera bibimu." Maka merahlah wajah Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam, dan bersabda, "Alirkanlah wahai Zubair, lalu tahanlah sampai kembali ke pembatas
(penuh), kemudian alirkanlah ke tetanggamu." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan hak Zubair
secara sempurna dalam ketegasan hukum tersebut ketika Beliau dibuat marah oleh orang Anshar, padahal
Beliau telah mengisyaratkan dengan memerintahkan hal yang di sana terdapat kelapangan bagi keduanya.
Zubair berkata, "Saya kira ayat ini, "Fa laa wa rabbika laa yu'minuuna...dst." tidaklah turun kecuali
berkenaan dengan itu."
1779 Dengan dada yang lapang, jiwa yang tenang dan ketundukan baik zahir maupun batin. Berhukum kepada
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan konsekwensi keislamannya, tidak adanya rasa
keberatan di hati merupakan konsekwensi keimanannya dan menerima sepenuh hati merupakan konsekwensi
ihsannya. Jika dalam dirinya ada semua ini, maka sempurnala tingkatan agamanya. Oleh karena itu, barang
siapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah karena tidak suka atau menganggap ada hukum yang lebih
baik daripadanya, atau menghina hukum Allah, maka dia kafir, dan barang siapa yang tidak berhukum
dengan hukum Allah namun dia mengakui bahwa hukum Allah yang benar dan sikapnya salah, maka ia
seperti pelaku maksiat lainnya (tidak kafir, namun berdosa besar dan dihukumi zalim atau fasik).
Abu Yahya Marwan bin Musa
273
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
66. Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka, "Bunuhlah dirimu atau keluarlah
kamu dari kampung halamanmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil
dari mereka 1780 . Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan 1781 , tentu
hal itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka) 1782 ,
67. dan jika demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami 1
1780 yyj a jj Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, termasuk keadaan hamba menyampaikan bahwa jika
diperintahkan kepada hamba beban-beban yang berat seperti membunuh dirinya dan keluar dari kampung
halaman, niscaya tidak ada yang melakukannya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Oleh karena itu,
hendaknya mereka memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya karena perintah-perintah-Nya yang ringan;
yang mudah dikerjakan setiap orang. Perhatikanlah shalat lima waktu yang tidak memakan waktu yang lama
dengan pahala besar yang dijanjikan, shalat-shalat sunat, dzikrullah, dsb. semua ini ringan dikerjakan.
1781 Yakni menaati perintah yang diberikan secara bertahap, lalu mereka mengerahkan kemampuannya untuk
dapat melakukannya dan menyempurnakannya, tidak langsung mengerjakan sesuatu yang mereka belum
sanggup melakukannya. Inilah keadaan yang patut dimiliki seorang hamba, yakni memperhatikan perintah
yang mesti dilakukannya, kemudian dia menyempurnakannya, lalu meningkat kepada perintah selanjutnya
sedikit demi sedikit hingga mencapai sesuatu yang ditaqdirkan baginya berupa ilmu dan amal dalam urusan
agama dan dunia. Berbeda dengan orang yang langsung melihat kepada perkara yang belum bisa dicapainya
dan belum diperintahkannya, maka biasanya ia tidak dapat melakukannya karena perhatiannya yang tidak
fokus dan munculnya kemalasan.
1782 Yakni membuat iman mereka semakin bertambah. Hal itu, karena Allah akan meneguhkan iman orang-
orang mukmin karena ketaatan yang mereka kerjakan. Allah akan meneguhkan mereka di dunia, seperti
ketika adanya cobaan dengan perintah, larangan dan adanya musibah, maka mereka dapat melaksanakan
perintah itu, menjauhi larangan dan menyikapi musibah dengan sabar dan ridha serta bersyukur terhadap
nikmat yang diberikan. Demikian pula Allah memberikan keteguhan dalam agama (istiqamah), ketika wafat
dan ketika berada di kubur. Di samping itu, seorang hamba yang mengerjakan perintah itu, maka akan
terbiasa melakukannya, membuatnya tidak merasa terbebani, bahkan senang kepadanya sehingga hal ini
membantunya untuk tetap di atas ketaatan.
1784 Ditunjukkan kepada jalan yang lurus merupakan balasan umum setelah sebelumnya disebutkan pahala
secara khusus. Hal itu, karena tingginya hidayah kepada jalan yang lurus, di mana di dalamnya seseorang
mengetahui yang hak (benar), mencintainya, mengutamakannya dan mengamalkannya. Bahkan kebahagiaan
dan keberuntungan terletak di atasnya. Oleh karena itu, barang siapa yang ditunjukkan kepada jalan yang
lurus, maka berarti ia telah diberi taufiq kepada semua kebaikan dan dihindarkan dari segala keburukan dan
bahaya.
I7S3
Berupa surga.
Abu Yahya Marwan bin Musa
274
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
69. 1785 Barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Muhammad) 1786 , maka mereka itu akan
bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para
shiddiiqiin 1787 , orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh 1788 . Mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya 1789 .
70. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah 1790 , dan cukuplah Allah Yang Maha
Mengetahui 1791 .
Ayat 71-74: Pengarahan dalam jihad (taktik, tujuan dan adab perang dalam Islam),
keharusan siap siaga terhadap musuh, peringatan terhadap orang-orang yang dapat
mengendorkan semangat kaum mukmin, dan dorongan berjihad
L*~«^ Ijj^jl j I 'x^^ f ^=°J ^ Ij^l* 0^' 4^
71. Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu 1792 , dan majulah (ke medan
pertempuran) secara berkelompok 1793 , atau majulah bersama-sama (serentak)! 1794
1785 Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha ia berkata: Ada seorang lai-laki yang
datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Rasulullah! Sesungguhnya engkau
lebih aku cintai daripada diriku sendiri, lebih aku cintai daripada keluargaku dan lebih aku cintai daripada
anakku. Pernah ketika berada dalam rumah, aku ingat dirimu, maka aku tidak sabar sampai dapat melihat
dirimu. Namun, jika aku mengingat kematian yang akan menimpaku dan menimpamu, maka aku pun tahu
bahwa jika engkau masuk ke dalam surga, maka engkau akan diangkat bersama para nabi, dan jika aku
masuk surga, aku khawatir tidak bisa melihatmu." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menjawab
apa-apa sampai turun kepada Beliau ayat di atas. (Al Hafizh Abu Abdillah Al Maqdisi juga meriwayatkan
hadits ini dalam Shifatul Jannah, dan berkata, "Saya tidak melihat ada masalah dalam isnadnya.")
1786 Yakni barang siapa yang menaati Allah dan rasul-Nya sesuai keadaannya dan melakukan ukuran yang
wajib baginya, baik laki-laki maupun wanita.
1787 Shiddiqin adalah orang-orang yang sangat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul. Menurut
Syaikh As Sa'diy, bawa shiddiqiin adalah orang-orang yang sempurna pembenaran mereka kepada semua
yang dibawa para rasul, mereka mengetahui yang hak, membenarkannya dengan yakin, melakukannya baik
dengan kata-kata, perbuatan maupun keadaan, dan mereka mengajak manusia kepada Allah.
1788 Selain yang disebutkan itu.
1789 Di mana mereka dapat melihat dan saling menziarahi, meskipun derajat antara masing-masingnya
berbeda.
1790 Yakni karena karunia Allah yang diberikan kepada mereka. Hal itu, karena ketaatan mereka tidak dapat
mencapainya.
1791 Terhadap pahala di akhirat, maka percayalah dengan berita yang disampaikan-Nya.
1792 Termasuk ke dalam siap siaga adalah menyiapkan sebab yang dapat digunakan untuk memerangi orang-
orang kafir, menolak makar mereka dan melemahkan kekuatan mereka, misalnya membuat benteng
pertahanan dan parit, membuat senjata, latihan melempar panah atau menggunakan senjata dan latihan
menunggang kuda atau kendaraan serta latihan kemiliteran. Ayat ini sama dengan ayat 60 surat Al Anfal,
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda
yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan
musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu
tidak akan dianiaya (dirugikan). "
1793 Seperti mengirim sariyyah (pasukan kecil).
Abu Yahya Marwan bin Musa
275
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
72. Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran) 1795 .
Lalu jika kamu ditimpa musibah 1796 dia berkata, "Sungguh, Allah telah memberikan nikmat
kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka." 1797
73. Dan sungguh, jika kamu mendapat karunia dari Allah 1798 , tentulah dia mengatakan 1799 seakan-
akan belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia 1800 , "Wahai, sekiranya aku
bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang besar (pula)" 1801 .
1794 Kedua hal ini (berangkat berkelompok atau bersama-sama) dengan mempertimbangkan maslahat.
1795 Mereka ini adalah orang-orang mukmin yang lemah iman, namun ada yang mengatakan bahwa mereka
ini adalah orang-orang munafik. Yang rajih adalah yang pertama, yakni orang-orang mukmin yang lemah
iman berdasarkan kata-kata "di antara kamu", yang tertuju kepada kaum mukmin, dan kata-kata "seakan-
akan belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia", sedangkan antara orang-orang
kafir, orang-orang musyrik dan orang-orang munafik tidak memiliki hubungan kasih sayang dengan orang-
orang mukmin. Di samping itu, karena kaum mukmin ada dua golongan; yang kuat imannya dan yang lemah
imannya. Orang mukmin yang kuat imannya membuat mereka berani berjihad, sedangkan orang mukmin
yang masih lemah imannya tidak berani berjihad. Dari perkataan mereka "Sungguh, Allah telah memberikan
nikmat kepadaku karena aku tidak ikut berperang bersama mereka" dapat diketahui bahwa yang dicita-
citakan oleh orang-orang yang berat berjihad itu tidak lain adalah kehidupan dunia dan kesenangannya. Cita-
cita seperti ini tidak lain karena kurangnya ilmu dan akal mereka, dan tidak mengetahuinya tentang hakikat
kehidupan dunia.
1796 Terbunuh atau kalah dalam pertempuran.
1797 Kata-kata ini diucapkan karena kelemahan akal dan imannya, di mana ia mengira bahwa tidak berangkat
jihad yang di sana seseorang bisa mendapatkan musibah merupakan kenikmatan, padahal nikmat yang
sesungguhnya adalah ketika seseorang mendapat taufiq untuk dapat menjalankan ketaatan yang besar ini, di
mana di dalamnya menguatkan iman, menyelamatkan hamba dari siksa dan kerugian, memperoleh pahala
yang besar dan keridaan Ar Rahman. Adapun duduk tidak berangkat berjihad, meskipun ada istirahatnya
namun hanya sebentar, dan setelahnya adalah keletihan yang panjang, penderitaan yang besar dan tidak
memperoleh apa yang diperoleh para mujahid.
1798 Yaitu kemenangan atau ghanimah.
1799 Dengan nada penyesalan.
1800 Dia berharap dirinya hadir dalam peperangan tersebut agar memperoleh ghanimah, dan tidak ada yang
diinginkannya selain ghanimah saja tidak lebih, seakan-akan dirinya bukan golongan kamu wahai kaum
mukmin, dan seakan-akan tidak ada hubungan keimanan antara kamu dengan dia. Padahal keimanan itu
menghendaki pemiliknya agar bersama-sama dengan kaum mukmin yang lain memikul beban demi
mendatangkan maslahat dan menghindarkan madharat, merasa senang ketika ketika saudaranya memperoleh
kemenangan dan merasa sedih ketika saudaranya tidak memperolehnya serta berusaha bersama-sama kepada
sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan agama dan dunia mereka. Namun ternyata yang terlintas dalam
hatinya hanya dunia dan kesenangannya, tidak memikirkan masalah tadi. Tetapi karena kelembutan Allah
Subhaanahu wa Ta'aala, Dia tidak membuat mereka berputus asa dari rahmat-Nya serta tidak menutup
pintunya, bahkan Dia tetap mengajaknya menutupi kekurangan itu dan menyempurnakan dirinya. Oleh
karena itu, di ayat selanjutnya Dia mengajak mereka memperbaiki dirinya dengan berbuat ikhlas dan
berangkat untuk berjihad di jalan-Nya.
1801 Memperoleh banyak ghanimah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
74. Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk kehidupan akhirat 1802
berperang di jalan Allah 1803 . Barang siapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau
memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya 1804 .
Ayat 75-76: Dorongan berjihad, hakikat jihad dan bertempur biasa
Oj^J^ Cf-^ 0'^J>"j J^^JI ^sc^all-Jlj 4J0I J^_l (J OjIfli5
j£baj ^ III t)j _Hb jj ^ HI J*>-Tj Lgiil ^ijajf « Jlla ^ llT-
75. 1805 Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik
laki-laki, perempuan maupun anak-anak 1806 yang semuanya berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah
kami dari negeri ini (Mekah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan
berilah kami penolong dari sisi-Mu" 1807 .
1802 Yakni orang-orang mukmin yang mengutamakan kehidupan akhirat atas kehidupan dunia ini. Kepada
merekalah ditujukan firman Allah ini, mereka telah menyiapkan diri mereka untuk berjihad melawan musuh
karena keimanan yang sempurna dalam diri mereka yang menghendaki untuk melakukannya. Adapun orang-
orang yang merasa berat untuk berjihad, maka tidak ada kepedulian terhadap mereka yang berjihad, baik
mereka berangkat atau pun tidak. Hal ini sama seperti yang disebutkan dalam surat Al Israa' ayat 107,
"Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka
menyungkur atas muka mereka sambil bersujud" atau yang disebutkan dalam surat Al An'aam ayat 89, "Jika
orang-orang itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sama
sekali tidak mengingkarinya. "
1803 Untuk meninggikan kalimat-Nya.
1804 Baik dengan bertambah keimanannya, mendapatkan ghanimah, pujian yang indah dan pahala yang
disiapkan Allah untuk para mujahid berupa surga.
1805 Ayat ini merupakan dorongan dari Allah kepada kaum mukmin agar mau berperang di jalan-Nya, dan
bahwa yang demikian harus mereka lakukan, terlebih jihad di sini adalah jihad daf (pembelaan); membela
orang-orang yang lemah dan tertindas.
1806 Mereka adalah orang-orang yang ditahan orang-orang kafir dari berhijrah dan disakiti.
1807 Subhaanahu wa Ta'aala mengabulkan permohonan mereka, Dia memudahkan mereka berhijrah dan
sebagian lagi tetap tinggal di Mekah sampai tiba Fat-hu Makkah (penaklukkan Mekah). Ketika fat-hu
Makkah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengangkat Ataab bin Usaid sebagai gubernur Mekah, Dia
pun memberikan hak orang yang terzalimi dari orang yang menzalimi.
Abu Yahya Marwan bin Musa
277
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
76. Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir
berperang di jalan thaghut (setan), maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya
tipu daya setan itu lemah. 1808
Ayat 77-79: Bantahan terhadap orang-orang yang mengendorkan semangat jihad,
penjelasan tentang hakikat yang sebenarnya dan memperbaiki gambaran jihad
lij £jii2_n j^ip c*£ lsaS SjS^JjT ijjisj sji^jT ij-c-iij ^j^jI ijJs'^i Jj oiAlt jj^p jui
V>) Jlilll LLip c-I^T Jj Ljj l^lij a^JJ>- jiil j! aJo! J- 1 -^! Oj^-" j*4^ JO*
yy 1809 1810 xidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!" Ketika mereka diwajibkan
1808 Ada beberapa faedah yang dapat diambil dari ayat ini:
Pertama, jihad fii sabilillah, keikhlasan dan sejauh mana ittiba' seseorang (mengikuti Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam) tergantung kadar keimanan seorang hamba. Jihad fii sabilillah merupakan pengaruh dari
keimanan, konsekwensinya dan kehendaknya sebagaimana berperang di jalan thagut termasuk cabang
kekafiran dan konsekwensinya.
Kedua, orang-orang yang berperang di jalan Allah hendaknya bersabar dan tahan banting. Hal itu, karena
kawan-kawan setan siap bersabar dan tahan banting, padahal mereka di atas kebatilan. Oleh karena itu,
orang-orang yang berada di atas kebenaran lebih berhak untuk sabar dan tahan banting. Allah Subhaanahu
wa Ta'aala berfirman, "Jika kamu menderita sakit, maka sesungguhnya mereka pun menderita sakit (pula),
sebagaimana kamu menderitanya, sedangkan kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.
Dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. " (Terj. An Nisaa': 104)
Ketiga, orang-orang yang berperang di jalan Allah berpegang dengan tiang yang kuat, yaitu kebenaran dan
bertawakkal kepada Allah. Orang yang memiliki tiang yang kuat dituntut untuk lebih sabar, berani, teguh
dan semangat. Berbeda dengan orang yang berada di atas kesalahan.
Pada ayat di atas diterangkan bahwa tipu daya setan adalah lemah. Tipu daya adalah cara tersembunyi yang
ditempuh untuk menimpakan bahaya kepada musuhnya. Dalam ayat tersebut diterangkan, bahwa setan itu
meskipun telah mencari cara untuk dapat mengalahkan lawannya, namun jika berhadapan dengan kebenaran
dan dengan rencana Allah, maka tipu daya itu tidak berarti apa-apa.
1809 Nasa'i meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, bahwa Abdurrahman bin Auf dan kawan-
kawannya mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di Mekah, lalu mereka berkata, "Wahai Rasulullah,
sesungguhnya kami berada dalam kekuatan saat kami masih musyrik. Ketika kami telah beriman, kami
menjadi orang-orang yang lemah." Beliau bersabda, "Sesungguhnya aku diperintahkan untuk memaafkan,
oleh karena itu janganlah kamu berperang. " Ketika Allah telah memindahkan kami ke Madinah, Allah
memerintahkan kami berperang, namun banyak yang menahan diri (takut)." Maka Allah menurunkan ayat,
"Alam tara ilalladziina qiila lahum kuffuu aydiyakum wa aqiimush shalaata ...dst."(Hadits ini para perawinya
adalah para perawi kitab shahih).
1810 Kaum muslimin ketika berada di Mekah ingin sekali jika sekiranya diwajibkan berperang kepada mereka
karena melihat penindasan yang dilakukan kaum musyrik kepada sebagian saudara-saudara mereka. Namun
Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyuruh mereka untuk menahan diri (tidak berperang), tetap melaksanakan
shalat dan berzakat. Tetapi maksud zakat di sini bukanlah zakat yang ada nishab dan syarat-syaratnya,
bahkan ikut berbagi dengan kaum fakir. Hal itu, karena zakat yang memakai nishab tidak diwajibkan kecuali
ketika di Madinah. Kaum muslimin tidak diperintahkan berjihad ketika itu karena beberapa hal, di antaranya:
Abu Yahya Marwan bin Musa
278
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
berperang, tiba-tiba sebagian mereka takut kepada manusia (musuh) 1811 , seperti takutnya kepada
(azab) Allah, bahkan lebih takut dari itu. Mereka berkata 1812 , "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau
wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada
kami beberapa waktu lagi?" Katakanlah, "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa 1813 , dan kamu tidak akan dizalimi sedikitpun 1814 .
(c;§| Ll) JL^- g a a j Oj^^N!
78. 1815 Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di
dalam benteng yang tinggi dan kokoh 1816 . Jika mereka 1817 memperoleh kebaikan 1818 , mereka
Pertama, termasuk kebijaksanaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala adalah menetapkan syari'at yang tidak
memberatkan hamba-hamba-Nya, memulainya dari yang terpenting dan yang lebih mudah dahulu dan bisa
dikerjakan.
Kedua, jika diwajibkan berperang kepada mereka, sedangkan jumlah mereka sedikit dan perlengkapan
kurang, tentu hal itu akan membawa kepada lenyapnya Islam, maka diperhatikan maslahat yang lebih besar.
Ketiga, jihad membutuhkan persiapan, baik persiapan fisik, materi maupun persiapan mental. Persiapan
mental dapat diperoleh dari pembinaan rohani dan istiqamah di atas amal shalih, di antaranya adalah
mendirikan shalat.
Dan karena hal-hal lain yang hanya Allah yang mengetahuinya. Tetapi ketika mereka telah berijrah ke
Madinah, di mana agama Islam semakin kuat, maka berperang diwajibkan bagi mereka. Namun setelah
diwajibkan berperang, sebagian kaum muslimin yang dahulu meminta disegerakan diwajibkan berperang
merasa takut, lemah dan tidak sanggup sambil berkata, "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan
berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu
lagi?". Padahal yang seharusnya mereka lakukan adalah tunduk kepada perintah Allah dan bersabar di
atasnya. Keadaan seperti ini biasanya menimpa kepada mereka yang belum kokoh azamnya, bersegera
kepada sesuatu padahal belum tiba waktunya, maka biasanya ia tidak mampu bersabar ketika tiba saatnya
dan tidak sanggup memikulnya.
1811 Takut terbunuh.
1812 Karena tidak siap mati.
1813 Yakni bersenang-senang dengan kehidupan dunia hanyalah sebentar. Memikul beban ketaatan kepada
Allah dalam waktu yang sebenarnya sebentar membantu seseorang untuk dapat memikul beban itu. Belum
lagi ditambah dengan kenikmatan di akhirat yang sempurna; pemandangannya yang indah sampai tidak
terbayangkan oleh hati, belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah didengar oleh telinga.
Penghuninya kekal dan tidak akan mati, mereka tetap muda dan tidak akan tua, mereka bersaudara tidak
bermusuh-musuhan, mereka tetap senang dan tidak pernah sedih, mereka tetap sehat dan tidak pernah sakit,
mereka senantiasa memperoleh keamanan dan tidak pernah tertimpa rasa takut dan kekhawatiran. Apa yang
mereka inginkan ada di hadapan tanpa perlu bekerja keras dan berusaha, makanan dan minuman enak yang
dihidangkan, bidadari yang bermata jeli dan kesenangan lainnya yang amat sempurna. Semua ini
menghendaki kita untuk lebih mengutamakan akhirat daripada dunia, mengejarnya dan berusaha kepadanya.
Mudah-mudahan kita semua dimasukkan Allah ke dalam surga, aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.
1814 Usahamu untuk mengejar kampung akhirat akan kamu dapatkan secara sempurna balasannya tanpa
dikurangi sedikit pun.
1815 Di ayat ini Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bawa sikap hati-hati tidaklah dapat melawan
qadar, dan orang yang duduk tidak berperang, tidaklah dapat menolak taqdir.
Abu Yahya Marwan bin Musa
279
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
mengatakan, "Ini dari sisi Allah", dan jika mereka ditimpa suatu keburukan 1819 mereka mengatakan,
"Ini datangnya dari kamu (Muhammad)" 1820 . Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah."
Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan 1821 sedikitpun?"
V „ 4 ' J =■ f _ „^ „ ^4- „ - ,f-4
{Jbj 2 j-^ j L~U diilLuj I j i>tiwfl'i (j^? I L« j I (fr^ 9 4^-*->- <tb I L«
Ijl^ 4J0L
79. Kebajikan apa pun yang kamu peroleh 1822 , adalah dari sisi Allah 1823 , dan keburukan apa pun
yang menimpamu 1824 , itu dari (kesalahan) dirimu sendiri 1825 . Kami mengutusmu (Muhammad)
menjadi Rasul kepada seluruh manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi 1826 .
1816 Semua ini merupakan dorongan untuk berjihad fii sabilillah. Sesekali berupa targhib (dorongan) dengan
menyebutkan keutamaan dan pahalanya, sesekali berupa tarhib (ancaman) yang berupa hukuman bagi yang
meninggalkannya dan sesekali berupa pemberitahuan bahwa duduk di tempat (tidak berjihad) tidaklah
berguna baginya.
1817 Yakni orang-orang yang berpaling dari apa yang dibawa rasul lagi menentangnya, seperti halnya orang-
orang Yahudi.
1818 Seperti tumbuh suburnya tanaman dan tumbuhan, melimpah ruahnya harta, banyak anak dengan kondisi
sehat.
1819 Seperti kekeringan, kemiskinan, sakit, meninggalnya anak-anak dan orang yang dicintainya serta
musibah lainnya.
1820 Ucapan seperti ini sama seperti ucapan yang dilontarkan Fir'aun kepada Nabi Musa 'alaihis salam,
"Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami".
dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang
yang besertanya. Ketahuilah, Sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi
kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Terj. Al A'raaf: 131), demikian juga seperti ucapan kaum Tsamud
kepada Nabi Shalih 'alaihis salam, "Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan
kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang
menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji" (Terj. An Naml: 47)
Karena hati mereka sama-sama dalam kekafiran, maka ucapan dan amalan mereka juga sama. Termasuk ke
dalam hal ini pula orang-orang yang menisbatkan terjadinya musibah atau hilangnya kebaikan kepada
syari'at yang dibawa rasul atau sebagiannya, maka ia tergolong mereka; tergolong orang yang mendapat
celaan ini.
1821 Pelajaran dan nasehat-nasehat yang disampaikan. Dalam ayat ini terdapat pujian bagi orang yang
memahami apa yang datang dari Allah dan rasul-Nya (mendalami fiqh), dorongan untuk memahaminya dan
dorongan untuk melakukan sesuatu yang dapat membantu ke arahnya seperti memperhatikan firman-Nya,
mentadabburinya dan menempuh semua jalan yang bisa mengarah kepadanya. Jika mereka memahami apa
yang datang dari Allah, tentu mereka mengetahui bahwa kebaikan dan keburukan semuanya dengan qadha'
Allah dan qadar-Nya; tidak keluar daripadanya. Demikian juga bahwa para rasul 'alaihimus shalaatu was
salam bukanlah sebab terhadap keburukan yang ada, baik mereka maupun apa yang mereka bawa, karena
mereka tidaklah diutus kecuali untuk memperbaiki dunia dan agama.
1822 Wahai manusia.
1823 Dia-lah yang memberi nikmat itu, memudahkannya dan memudahkan sebab-sebabnya.
1824 Misalnya musibah.
1825 Yakni karena dosa-dosa dan tindakanmu, namun Allah lebih banyak memaafkan. Allah Subhaanahu wa
Ta'aala telah membukakan pintu-pintu ihsan-Nya dan memerintahkan mereka untuk mengambil kebaikan
dan karunia-Nya, serta memberitahukan bahwa maksiat dapat menghalangi
karunia-Nya. Oleh karena itu,
Abu Yahya Marwan bin Musa
280
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
Ayat 80-84: Menerangkan penekanan untuk menaati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam, menerangkan cacat kaum munafik dan kemunaflkan mereka, serta menerangkan
kewajiban berperang dan beberapa adab-adabnya
80. Barang siapa yang menaati 1827 Rasul (Muhammad), maka sesungguhnya dia telah menaati
Allah 1828 . Dan Barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka (ketahuilah) Kami tidak
mengutusmu (Muhammad) untuk menjadi pemelihara bagi mereka 1829 .
81. Dan mereka mengatakan, "(Kami siap) taat 1830 ." Tetapi, apabila mereka telah pergi dari sisimu
(Muhammad) 1831 , sebagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain
dari yang telah mereka katakan tadi 1832 . Allah mencatat siasat yang mereka atur di malam hari
itu 1833 , maka berpalinglah dari mereka 1834 dan bertawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah yang
menjadi Pelindung.
apabila seseorang melakukannya, maka janganlah dia mencela selain dirinya sendiri, karena dirinyalah yang
menghalangi untuk mendapatkan karunia Allah dan kebaikan-Nya.
1826 Persaksian ini merupakan persaksian yang paling besar sebagaimana firman Allah Ta'ala, Katakanlah:
"Siapakah yang lebih kuat persaksiannya? " Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. "
(Terj. Al An'aam: 19). Jika Allah Subhaanahu wa Ta'aala sebagai saksi terhadap kerasulan Muhammad, di
mana Dia Mahasempurna ilmu, kekuasaan dan Maha Besar hikmah-Nya, ditambah dengan penguatan Allah
kepadanya dengan mukjizat dan pertolongan Allah kepadanya, maka dapat diketahui dengan pasti bahwa
Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah.
1827 Ketaatan tersebut harus dilakukan oleh zhahir maupun batin, di hadapan manusia maupun ketika
sembunyi. Adapun orang yang menampakkan ketaatan di hadapan manusia, namun ketika sendiri atau
bersama kawan-kawan yang sepertinya, ia tidak taat dan mengerjakan hal yang sebaliknya, maka
sesungguhnya ketaatan yang ditampakkan itu tidaklah bermanfaat dan tidaklah berfaedah, mereka ini sama
seperti orang-orang yang disebutkan dalam ayat 81 selanjutnya.
1828 Hal itu, karena Beliau tidaklah memerintah dan melarang kecuali dengan perintah Allah dan wahyu-Nya.
Dalam ayat ini terdapat dalil kema'shuman Beliau (terjaganya dari kesalahan), karena Allah memerintahkan
kita menaati Beliau secara mutlak. Jika Beliau tidak ma'shum dalam semua yang disampaikan dari Allah,
tentu kita tidak diperintahkan menaatinya secara mutlak.
1829 Kamu (Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka
dan tidak menjamin agar mereka tidak berbuat kesalahan. Kamu hanyalah pemberi peringatan dan kepada
Allah-lah urusan mereka. Oleh karena itu, janganlah kamu dibuat risau, baik mereka mendapatkan petunjuk
atau pun tidak.
1830 Yakni ketika berada di hadapanmu.
1831 Dan berada dalam keadaan yang tidak diketahui oleh orang lain.
1832 Beralih dari ketaatan kepada maksiat.
1833 Dan akan memberikan balasan kepada mereka. Di ayat ini terdapat ancaman terhadap mereka.
1834 Yakni biarkanlah mereka dan bertawakkallah kepada Allah, karena mereka tidak dapat menimpakan
bahaya apa-apa ketika kamu bertawakkal kepada Allah.
Abu Yahya Marwan bin Musa
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
(Sb Ur^ 3 L^b^l aJ \jJ^ji aJJI JLp J-xp ^ O&j^j o'o 5 -" Ojj^-^
82. Maka tidakkah mereka menghayati(merenungi) Al Quran? 1835 Sekiranya Al Quran itu bukan
dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.
© iis -3] ^=0^ ^ iP»i ^4? ^ jJa^j oiajT llLJ
83. 1836 1837 Dan apabila sampai kepada mereka 1838 suatu berita 1839 tentang keamanan 1840 ataupun
ketakutan 1841 , mereka langsung menyiarkannya 1842 . Padahal apabila mereka menyerahkannya
Sesungguhnya mentadabburi kitab Allah merupakan kunci bagi semua ilmu, dengannya diperoleh semua
kebaikan dan daripadanya digali berbagai macam ilmu, dan dengannya bertambah keimanan di had. Semakin
bertambahnya tadabbur seseorang terhadap Al Qur'an, maka semakin bertambah pula ilmu, amal dan
bashirah (ketajaman pandangan)nya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kita mentadabburi firman-Nya
dan memberitahukan bahwa untuk itulah Al Qur'an diturunkan, Allah berfirman, "Ini adalah sebuah kitab
yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan
supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (Terj. Shaad: 29).
Di antara faedah mentadabburi kitab Allah adalah seseorang dapat mencapai derajat yakin, mengetahui
bahwa kitab tersebut adalah firman Allah, karena ayat yang satu dengan yang lain bersesuaian dan saling
membenarkan. Kita dapat melihat tentang hukum, kisah dan berita yang diulang di beberapa tempat dalam
Al Qur'an, semuanya sesuai dan saling membenarkan; tidak saling membatalkan. Dengan ini dapat diketahui
kesempurnaan Al Qur'an dan bahwa ia berasal dari Allah Yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.
1836 Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dari Umar bin Khaththab, ia berkata, "Ketika Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam menjauhi istri-istrinya, aku pun masuk ke masjid ternyata orang-orang sedang
melempari kerikil dan berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mentalak istri-istrinya." Hal itu
terjadi ketika mereka belum diperintahkan berhijab. Umar berkata, "Saya akan beritahukan hal itu hari ini."
Maka saya menemui Aisyah dan berkata, "Wahai puteri Abu Bakar, apakah engkau sampai menyakiti
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Aisyah menjawab, "Apa urusanmu terhadapku wahai Ibnul
Khaththab, urusilah aibmu sendiri." Umar berkata, "Maka saya menemui Hafshah binti Umar dan berkata
kepadanya, "Wahai Hafshah! Apakah engkau sampai menyakiti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Demi Allah, sesungguhnya saya tahu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menyukaimu.
Kalau bukan karena saya, tentu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sudah mentalakmu. " Hafshah pun
menangis dengan tangisan yang begitu serius. Saya pun bertanya kepadanya, "Di mana Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam?" Ia menjawab, "Dia sedang berada di dekat lemarinya di kamar." Saya pun
masuk, ternyata saya menemui Ribah pelayan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk di
palang (kayu bawah) pintu kamar sambil memanjangkan kakinya di atas kayu berlubang, yaitu batang pohon
kurma yang dipakai tangga oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk naik dan turun. Ribah melihat
ke kamar, lalu melihatku dan tidak berkata apa-apa, kemudian saya keraskan suara sambil berkata, "Wahai
Ribah, izinkan saya di bersamamu untuk menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, karena saya
mengira bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengira bahwa saya datang karena Hafshah. Demi
Allah, jika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan aku memenggal lehernya, tentu saya
penggal lehernya." Saya keraskan suara saya. Ia pun berisyarat kepadaku agar masuk kepadanya, maka saya
masuk menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ternyata Beliau sedang berbaring di atas tikar, saya
pun duduk, lalu Beliau mendekatkan kainnya dan Beliau tidak mengenakan apa-apa selain itu. Ketika itu,
tikarnya membekas pada rusuk Beliau. Saya melihat dengan mata saya lemari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, ternyata di sana terdapat segenggam gandum seukuran satu shaa' (4 mud/kaupan), demikian juga
daun salam di pojok kamar serta ada kulit yang digantungkan. Saya pun meneteskan air mata, lalu Beliau
bertanya, "Apa yang membuatmu menangis, wahai Ibnul Khaththab?" Aku menjawab, "Wahai Nabi Allah,
mengapa saya tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas pada rusukmu. Sedangkan lemarimu tidak
menyimpan apa-apa selain yang saya lihat. Berbeda dengan Kaisar dan Kisra yang memperoleh banyak buah
dan berada di dekat sungai yang mengalir. Sedangkan engkau utusan Allah dan pilihan-Nya dengan keadaan
Abu Yahya Marwan bin Musa
282
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
kepada Rasul dan ulil Amri 1843 di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan
lemari seperti ini." Beliau bersabda, "Wahai Ibnul Khaththab, tidakkah kamu ridha, untuk kita akhirat dan
untuk mereka dunia?" Saya menjawab, "Ya." Ketika saya masuk menemuinya, saya melihat tampak marah di
mukanya, maka saya berkata, "Wahai Rasulullah, para istri tidak akan menyusahkan dirimu. Jika engkau
mentalak mereka, maka sesungguhnya Allah bersamamu, demikian pula, malaikat-Nya, Jibril, Mikail, saya,
Abu Bakar, dan kaum mukmin bersamamu. " Saya tidaklah berbicara -wal hamdulillah- kecuali saya
berharap agar dibenarkan oleh Allah. Ketika itu turunlah ayat takhyir (pemberian pilihan),
"Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah, Maka Sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (untuk
menerima kebaikan); dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, Maka Sesungguhnya Allah
adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik; dan selain dari itu
malaikat-malaikat adalah penolongnya pula. — Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan
memberi ganti kepadanya dengan istri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh,...dst. "(Terj. At Tahrim:
4-5)
Ketika itu Aisyah binti Abu Bakar dan Hafshah saling bantu-membantu menyusahkan Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam terhadap istri-istri yang lain. Saya pun berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau
mentalak mereka?" Beliau menjawab, "Tidak." Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya masuk
ke masjid sedangkan kaum muslimin sedang melempari kerikil sambil berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam mentalak istri-istrinya." Bolehkah saya turun agar saya memberitahukan mereka bahwa
Engkau tidak mentalak mereka?" Beliau menjawab, "Ya, jika engkau mau." Saya senantiasa berbicara
dengan Beliau sampai hilang marah dari mukanya dan sampai Beliau memperlihatkan giginya dan
tersenyum, dan Beliau adalah orang yang paling bagus giginya. Nabi Allah pun turun dan aku turun
bersandar dengan batang tersebut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam turun tampak seperti berjalan di
tanah, di mana Beliau tidak menyentuhnya (batang tersebut) dengan tangannya, lalu saya berkata, "Wahai
Rasulullah, Engkau berada di kamar hanya 29 hari?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya sebulan itu 29 hari."
Saya pun berdiri di pintu masjid dan menyeru dengan suara keras, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
tidak mentalak istri-istrinya." Ketika itu turunlah ayat, "Dan apabila datang kepada mereka suatu berita
tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya
(akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) ...dst." Sayalah yang mengetahui perkara itu,
dan Allah menurunkan ayat takhyir (pilihan).
1837 Ayat ini merupakan pengajaran adab dari Allah kepada hamba-hamba-Nya terhadap perbuatan yang
tidak patut mereka lakukan, dan sepatutnya bagi mereka ketika sampai masalah-masalah penting yang terkait
dengan masalah umum, seperti terkait dengan keamanan, kegembiraan dan kekhawatiran yang di sana
terdapat musibah bagi mereka untuk menahan diri dengan tidak segera menyampaikan berita itu, bahkan
menyampaikan terlebih dulu kepada rasul dan ulil amri (para ulama dari kalangan sahabat atau orang yang
memiliki pandangan tepat), di mana mereka mengetahui hal yang lebih bermaslahat. Mereka (rasul dan ulil
amri) nanti akan memperhatikan berita itu, apakah jika disebarluaskan ada maslahatnya dan dapat
menyemangatkan kaum muslimin serta menggembirakan mereka ataukah tidak ada maslahatnya, atau ada
maslahatnya namun madharatnya lebih besar daripada maslahatnya, sehingga berita itu tidak disebarluaskan.
1838 Kaum munafik atau orang-orang yang lemah iman.
1839 Seperti berita tentang sariyyah (pasukan kecil) yang dikirim Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
1840 Yakni kemenangan.
1841 Yakni kekalahan.
1842 Sehingga membuat lemah hati kaum mukmin dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri merasa
tersakiti.
1843 Yakni kepada Rasul dan tokoh-tokoh sahabat atau ulama di antara mereka. Dalam ayat ini terdapat dalil
terhadap kaidah adab, yaitu apabila diperlukan pembahasan tentang suatu masalah, maka sepatutnya masalah
tersebut diserahkan kepada ahlinya, tidak disodorkan kepada yang lain, hal itu karena yang demikian lebih
dekat kepada kebenaran dan lebih selamat dari kesalahan. Demikian pula menunjukkan dilarangnya bersikap
Abu Yahya Marwan bin Musa
283
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu 1844 , tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian
kecil saja (di antara kamu) 1845 .
84. 1846 Maka berperanglah kamu di jalan Allah, kamu tidaklah dibebani melainkan dengan
kewajiban kamu sendiri 1847 . Kobarkanlah semangat orang-orang beriman (untuk berperang) 1848 .
Mudah-mudahan Allah menolak (mematahkan) serangan orang-orang yang kafrr itu 1849 . Allah
sangat besar kekuatan(-Nya) dan sangat keras siksaan(-Nya) 1850 .
Ayat 85-86: Menerangkan hukum tentang syafaat dalam hal yang baik dan yang buruk, dan
hukum salam
<U)T q tTj L^L« ja] 4£L* 3n' a A * a &a K^a <L. u ^'s ja) 4jw^?- 4j«_uLi, ^aiua ^
tergesa-gesa menyebarkan apa yang didengarnya dan perintah untuk memperhatikan perkara itu, apakah ada
maslahatnya sehingga ia pun perlu maju atau tidak, sehingga perlu ditahan.
1844 Yakni taufiq, pengajaran adab dan ilmu yang diajarkan-Nya kepada kamu yang sebelumnya tidak kamu
ketahui.
1845 Karena manusia pada tabi'atnya zalim dan jahil (bodoh), hawa nafsunya biasa menyuruh kepada
keburukan. Namun apabila seseorang kembali kepada Tuhannya dan bersandar kepada-Nya, maka Allah
akan berbuat lembut kepadanya, memberinya taufiq kepada semua kebaikan dan melindunginya dari godaan
setan yang terkutuk.
1846 Keadaan ini merupakan keadaan hamba yang paling utama, yakni seorang hamba mengusahakan dirinya
untuk menjalankan perintah Allah, baik jihad maupun lainnya, serta mendorong yang lain untuk
melakukannya. Namun terkadang seorang hamba ada yang tidak melakukan kedua-duanya atau hanya salah
satunya.
1847 Yakni kamu tidak berkuasa apa-apa terhadap selain dirimu dan kamu tidak dibebani terhadap perbuatan
selain kamu. Ayat ini berhubungan dengan keengganan sebagian besar kaum muslimin Madinah untuk ikut
berperang bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ke Badar Shughra. Maka turunlah ayat ini yang
memerintahkan agar Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam tetap berangkat meskipun sendiri saja dan tidak
perlu memikirkan mereka. Allah pun menolak serangan orang-orang yang kafir dengan menaruh rasa takut di
hati mereka dan Abu Sufyan sendiri enggan untuk keluar (kisah lebih luasnya sudah disebutkan dahulu
dalam tafsir surat Ali Imran).
1848 Hal ini mencakup segala sesuatu yang dapat menyemangatkan kaum mukmin dan menguatkan hati
mereka, seperti meneguhkan pendirian mereka dengan kata-kata dan nasehat, memberitahukan lemahnya
musuh, menyampaikan janji Allah berupa pahala kepada para mujahid, akibat yang didapatkan bagi orang-
orang yang tidak berperang, dsb. ini semua termasuk ke dalam menyemangatkan kaum muslimin untuk
berperang.
1849 Dengan jihad fi sabilillah yang kalian lakukan dan penyemangatan satu dengan yang lain.
1850 Jika Allah Ta'ala menghendaki, tentu Dia akan mengalahkan orang-orang kafir dengan kekuatan-Nya dan
tidak menyisakan mereka. Akan tetapi, karena hikmah (kebijaksanaan) Allah, Dia menguji sebagian hamba-
Nya dengan yang lain agar tergak jihad fii sabilillah dan tercapai iman yang bermanfaat; yaitu iman atas
dasar pilihan, bukan karena terpaksa yang tidak ada manfaatnya.
Abu Yahya Marwan bin Musa
284
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
85. Barang siapa yang memberikan syafa'at yang baik 1851 , niscaya dia akan memperoleh bagian dari
(pahala)nya. Dan barang siapa memberi syafa'at yang buruk 185 , niscaya dia akan memikul bagian
dari (dosa)nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu 1853 .
(c|p LL.^?- ^^i, JS'jJlp o^^f ol LajSj jl tjL* J^^o-L) I jl>ti '^13
86. Apabila kamu diberi penghormatan 1854 dengan suatu (salam) penghormatan 1855 , maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik 1856 , atau balaslah penghormatan itu (dengan yang
serupa) 1857 . Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu 1858 .
Ayat 87: Menetapkan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan pengumpulan manusia
pada hari Kiamat
1851 Syafa'at (pertolongan) yang baik adalah setiap syafa'at yang ditujukan untuk melindungi hak seorang
Muslim atau menghindarkannya dari suatu kemadharatan. Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik
kepada orang lain, misalnya membantunya agar dapat menjalankan kebaikan, maka ia akan memperoleh
bagian pahalanya sesuai amalnya, bantuan yang diberikan dan manfaatnya, tanpa dikurangi sedikit pun.
Sebaliknya, barang siapa yang membantu orang lain agar dapat melakukan keburukan, maka dia
menanggung dosa sesuai bantuan yang diberikannya. Dalam ayat ini terdapat dorongan untuk tolong-
menolong di atas kebaikan dan ketakwaan dan larangan tolong menolong di atas dosa dan permusuhan.
1852 Syafa'at yang buruk ialah kebalikan syafa'at yang baik.
1853 Ada yang mengartikan dengan arti, "Allah Maha Menyaksikan, Menjaga dan Memperhitungkan segala
sesuatu", oleh karena itu, Dia akan membalas masing-masingnya secara layak.
1854 Tahiyat atau penghormatan adalah lafaz yang diucapkan oleh salah seorang ketika bertemu dengan yang
lain sebagai penghormatan dan doa, termasuk pula perkara lain yang terkait dengan lafaz itu berupa muka
yang berseri-seri dsb. Tahiyat yang paling tinggi adalah tahiyat yang disebutkan syara', berupa ucapan salam
yang dilakukan ketika memulai dan menjawab. Ayat di atas memerintahkan kita ketika diucapkan salam
penghormatan untuk menjawab dengan yang lebih baik atau sepadan. Mafhum ayat di atas adalah larangan
tidak menjawab sama sekali atau menjawab yang kurang (tidak sepadan). Termasuk menjawab salam
penghormatan adalah menjawab segala ucapan penghormatan yang biasa diucapkan manusia, selama ucapan
tersebut tidak terlarang secara syara' dan tidak melupakan atau mengganti ucapan salam.
1855 Misalnya diucapkan kepadamu "As Salaamu 'alaikum".
1856 Seperti "Wa 'alaikumus salaam wa rahmatullah wa barakaatuh".
1857 Yakni sampai "Wa 'alaikumus salam" saja, meskipun yang utama adalah menjawab lebih. Namun tidak
dijawab salam dari orang kafir, ahli bid' ah, orang fasik (hal itu, karena yang demikian bertentangan dengan
maslahat yang lebih besar), demikian pula tidak jawab orang yang mengucapkan salam kepada orang yang
buang air, kepada orang yang berada di kamar mandi dan kepada orang yang sedang makan, bahkan makruh
menjawabnya selain yang terakhir, yakni jika salamnya ditujukan kepada orang yang sedang makan, maka
tidak makruh menjawabnya. Adapun salam dari orang kafir, jawabannya adalah "Wa 'alaikum" saja.
Ayat di atas juga menunjukkan anjuran memulai salam, namun tidak ditujukan kepada orang yang sedang
dalam keadaan yang tidak diperintahkan memberi salam, seperti ketika sibuk membaca Al Qur'an,
mendengarkan khutbah, sedang shalat dsb.
1858 Oleh karena itu, Dia menjaga semua amalan hamba-Nya, yang baik maupun yang buruk, besar maupun
kecil dan akan memberikan balasan terhadapnya sesuai yang dikehendaki oleh karunia-Nya, keadilan-Nya
dan hukum-Nya yang terpuji.
Abu Yahya Marwan bin Musa
285
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
gy 1859 ^Hah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dia pasti akan mengumpulkan
kamu pada hari kiamat, yang tidak diragukan terjadinya 1860 . Siapakah yang lebih benar
perkataan(nya) daripada Allah?
Ayat 88-89: Larangan bersikap lunak dalam bermu'amalah dengan orang-orang munaflk
gg 1861 Ma k a men g a p a kamu (terpecah) menjadi dua golongan 1862 dalam (menghadapi) orang-orang
munaflk, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka
1859 Allah Subhaanahu wa Ta'aala memberitahukan tentang keesaan-Nya dan bahwa tidak ada yang berhak
disembah kecuali Dia karena kesempurnaan Diri-Nya, sifat-Nya dan karena Dia sendiri saja yang
menciptakan dan mengatur serta memberikan nikmat baik nikmat yang nampak maupun yang tersembunyi.
Ini semua menghendaki kita untuk beribadah hanya kepada-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan
berbagai bentuk ibadah, karena hanya Dia yang berhak untuk itu dan Dia pula yang memberikan balasan
terhadap perbuatan yang dikerjakan hamba. Oleh karena itu, Dia bersumpah akan terjadinya pembalasan
terhadap amal itu, yaitu pada hari kiamat, Dia berfirman, "Dia pasti akan mengumpulkan kamu pada hari
kiamat" yakni Dia akan mengumpulkan generasi terdahulu sebelum kamu dan generasi yang datang
kemudian setelah kamu di satu tempat.
1860 Yang tidak ada keraguan maupun syubhat dari berbagai sisi, di mana terjadinya hari kiamat adalah
perkara yang didukung ole dalil 'aqli maupun dalil naqli. Dalil 'aqlinya adalah apa yang kita saksikan, seperti
dihidupkannya bumi setelah matinya, diciptakannya makhluk dariu yang sebelumnya tidak ada, dan sudah
pasti pembangkitan setelah matinya lebih ringan daripada menciptakan dari yang sebelumnya tidak ada,
demikian juga berdasarkan hikmah (kebijaksanaan) Allah yang menetapkan bahwa Allah tidaklah
menciptakan makhluk-Nya main-main, mereka hidup dan akan mati kemudian akan diberikan balasan.
Sedangkan dalil naqlinya adalah pemberitaan dari yang paling benar ucapannya, bahkan Allah bersumpah
terhadap kebenarannya.
1861 Para mufassir berbeda pendapat tentang sebab turun ayat di atas, ada yang mengatakan bawa sebabnya
adalah ketika kaum Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat berangkat ke gunung Uhud
untuk berperang, maka kaum munaflk memisahkan diri dari mereka, maka setelah mereka pulang dari Uhud,
para sahabat berbeda pendapat dalam menyikapi kaum munaflk itu. Sebagian mereka mengatakan, "Kita
bunuh saja mereka", sedangkan yang lain berkata, "Tidak." Maka turunlah ayat di atas. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam pun bersabda:
. « jiuijl *C£ Jli-^l J& l^jl »
"Sesungguhnya Madinah akan menyingkirkan orang-orang (munaflk) sebagaimana api membersihkan
kotoran besi." (HR. Bukhari)
Ada pula yang mengatakan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang Arab yang datang
kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di Madinah. Lalu mereka masuk Islam, kemudian mereka
ditimpa demam Madinah, karena itu mereka kembali kafir lalu mereka keluar dari Madinah. kemudian
mereka berjumpa dengan sahabat Nabi, lalu sahabat menanyakan sebab-sebab mereka meninggalkan
Madinah. Mereka menerangkan bahwa mereka ditimpa demam Madinah. Para sahabat berkata, "Mengapa
kamu tidak mengambil teladan yang baik dari Rasulullah?" Ketika itu para sahabat terbagi menjadi dua
golongan dalam menyikapi hal ini. Sebagian sahabat berpendapat bahwa mereka telah menjadi munaflk,
sedangkan yang sebagian lagi berpendapat bahwa mereka masih Islam, lalu turunlah ayat ini yang mencela
kaum muslimin karena menjadi dua golongan itu, dan memerintahkan supaya orang-orang Arab itu ditawan
dan dibunuh, jika mereka tidak mau berhijrah ke Madinah, karena mereka disamakan dengan kaum musyrik
yang lain, wallahu a'lam.
Abu Yahya Marwan bin Musa
286
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
sendiri? 1863 Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang yang telah disesatkan
Allah 1864 ? Barang siapa disesatkan oleh Allah, kamu tidak akan mendapatkan jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya.
89. Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu
menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan di antara mereka teman-teman(mu) 1865 ,
1866 1867
sebelum mereka berhijrah pada jalan Allah . Apabila mereka berpaling , maka tawanlah
mereka dan bunuhlah mereka di mana pun 1868 kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan
seorangpun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong 1869 ,
Ayat 90-91: Arahan dalam melakukan mu'amalah dengan orang-orang kafir yang
memerangi dan perintah berjihad melawan orang-orang kafir yang memerangi
1862 Maksudnya golongan orang-orang mukmin yang membela orang-orang munafik dan golongan orang-
orang mukmin yang memusuhi mereka. Terjadi kesamaran sikap di antara para sahabat tentang menyikapi
orang-orang munafik, sebagian mereka merasa keberatan memerangi orang-orang munafik dan memutuskan
persahabatan dengan mereka karena keimanan yang mereka tampakkan, sedangkan sahabat yang lain
mengetahui keadaan mereka melihat qarinah (tanda) pada perbuatan mereka yang menunjukkan
kemunafikan, sehingga sahabat yang lain tersebut menghukumi mereka kafir, maka pada ayat di atas Allah
Subhaanahu wa Ta'aala memberitakan bahwa tidak sepatutnya bagi mereka merasa bingung menyikapi
orang-orang munafik dan tidak perlu ragu, bahkan keadaan mereka sudah jelas, mereka adalah kaum
munafik yang berkali-kali melakukan kekafiran, lebih dari itu, mereka juga menginginkan agar kaum
muslimin menjadi kafir sehingga sama seperti mereka.
1863 Berupa melakukan kekekafiran dan kemaksiatan.
1864 Disesatkan Allah berarti, bahwa orang tersebut sesat karena keingkarannya dan tidak mau memahami
petunjuk-petunjuk Allah.
1865 Meskipun mereka menampakkan keimanan di luar. Ayat ini menunjukkan agar kita tidak mencintai
mereka, karena berteman menunjukkan rasa cinta kepada mereka. Demikian juga menyuruh kita membenci
mereka dan memusuhinya. Namun demikian, sikap ini (membenci dan memusuhi) ada batas waktunya, yaitu
sampai mereka mau berhijrah. Jika mereka berhijrah, maka mereka diberlakukan seperti halnya kaum
muslimin yang lain. Hal ini sebagaimana Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberlakukan orang yang
berada di sekelilingnya secara sama, baik kepada orang mukmin yang sesungguhnya atau hanya
menampakkan keimanan di luar saja.
1866 Yang membuktikan keimanan mereka.
1867 Yakni jika mereka tidak mau berhijrah.
1868 Yakni di mana saja dan kapan saja. Ayat ini termasuk dalil yang menunjukkan sudah mansukhnya
larangan berperang di bulan haram, dan inilah pendapat jumhur ulama. Namun ulama yang tidak setuju
dengan pendapat jumhur berpendapat bahwa nash-nash tersebut masih mutlak dan dibatasi oleh larangan
berperang di bulan haram.
1869 Untuk menghadapi musuh.
Abu Yahya Marwan bin Musa
287
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
jl O' p*JJ^» ^v 1 ^ pj*^ j' (*t^3 <JJ 0^-^=4 OiA" "^j
90. 1870 Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu
dan kaum itu telah ada Perjanjian (damai) 1871 atau orang-orang yang datang kepadamu sedang hati
mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu atau memerangi kaumnya 1872 . Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya Dia memberi kekuasaan kepada mereka dalam menghadapi kamu 1873 , maka
pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangimu
serta menawarkan perdamaian kepadamu (menyerah), maka Allah tidak memberi jalan bagimu
(untuk menawan dan membunuh) mereka.
1870 Kemudian Allah mengecualikan dari memerangi orang-orang munafik tiga golongan:
Pertama, dua golongan yang kita diperintahkan membiarkan mereka; salah satunya adalah orang-orang yang
meminta perlindungan kepada suatu kaum yang mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, mereka
bergabung dengan kaum itu sehingga mereka sama seperti kaum tesebut yang darah dan hartanya terpelihara.
Kedua, orang-orang yang berat hati (merasa keberatan) untuk memerangi kamu atau memerangi kaumnya,
mereka lebih suka untuk tidak memerangi kedua-duanya. Terhadap mereka, kita diperintahkan
membiarkannya pula.
Ketiga, orang-orang yang mengutamakan maslahat diri mereka, mereka ingin dapat hidup bersama kamu dan
aman pula bersama kaumnya. Golongan yang ketiga ini disebutkan pada ayat selanjutnya (ayat 91 surat An
Nisaa').
Golongan yang ketiga ini hampir mirip dengan golongan kedua, hanyasaja golongan kedua tidak memerangi
kaum muslimin karena menghormati mereka dan bukan karena kekhawatiran terhadap diri mereka. Adapun
golongan ketiga, mereka tidak memerangi kaum muslimin karena takut, bukan karena menghormati, jika
sekiranya mereka mendapatkan kesempatan memerangi kaum muslimin, tentu mereka akan melakukannya,
bahkan mereka menunggu kesempatan itu. Terhadap golongan ketiga ini, jika tidak nampak secara jelas
bahwa mereka tidak memerangi kaum muslimin, maka mereka diperangi (lihat ayat 91).
1871 Ayat ini menjadi dasar hukum suaka.
1872 Tidak memihak dan telah mengadakan hubungan dengan kaum muslimin.
1873 Ada tiga pilihan bagi mereka, yaitu:
- Mereka bersama kamu dan memerangi kaum mereka. Namun hal ini tentu berat dilakukan oleh
mereka.
- Mereka bersama musuh yang memerangi kamu.
- Tidak memerangi kedua golongan yang ada, dan yang ketiga ini tentu lebih ringan bagi mereka dan
yang mereka pilih.
Allah mampu membuat mereka berkuasa terhadap kamu, tetapi Dia tidak menghendaki, bahkan Dia menaruh
rasa takut di hati mereka kepada kamu. Oleh karena itu, terimalah penjagaan-Nya kepada kamu dan pujilah
Tuhan kamu yang menahan tangan mereka dari memerangi kamu meskipun mereka mampu.
Abu Yahya Marwan bin Musa
288
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan | Jilid 1
91. Kelak kamu akan dapati (golongan-golongan) yang lain, yang menginginkan agar mereka hidup
aman bersamamu 1874 dan aman (pula) bersama kaumnya 1875 . Setiap kali mereka diajak kembali
kepada fitnah (syirik), mereka pun terjun ke dalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan
kamu 1876 dan tidak mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta (tidak) menahan tangan
mereka (dari menawan kamu), maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana saja kamu
temui, dan merekalah orang yang Kami berikan kepadamu alasan yang nyata (untuk memerangi,
menawan dan membunuh) mereka 1877 .
Ayat 92-93: Hukum pembunuhan yang dilakukan secara tidak sengaja dan yang sengaja
» j> ' ' ' ' E 4 s s ^ i
4j^j ^C^J ji UU^- \±jiyi (J£i (J-»J UJa>- Sfj t!L?J-» (J-^-fl-J O' <J^?J-*4 C J ^" ^-*J
j±»jj> ~<£hjj> j>z^3 ^•_j*y ! > jv^O jJLp y>^5 ^ s^^K^oi^ ' j^- 1 -^; o' ^-jjjhl 4_aJLJs
92. Dan tidak patut 1878 bagi seorang yang beriman membunuh seorang yang beriman (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja) 1879 . Barang siapa membunuh 1880 seorang yang beriman 1881
1874 Dengan menampakkan keimanan di hadapan kamu.
1875 Dengan kembali kafir ketika pulang ke kaumnya. Ada yang mengatakan, bahwa mereka ini adalah Bani
Asad dan Bani Ghatfan.
1876 Yakni malah memerangi kamu.
1877 Karena mereka melampaui batas dan bersikap zalim kepadamu dan tidak mau berdamai.
1878 Yakni tidak mungkin atau mustahil seorang mukmin membunuh saudaranya secara sengaja. Dalam ayat
ini terdapat dalil besarnya keharaman membunuh seorang mukmin dan bahwa hal itu bertentangan sekali
dengan keimanan, bahkan hal itu tidaklah muncul kecuali dari orang kafir atau orang fasik yang imannya
begitu kurang. Yang demikian karena iman yang sesungguhnya mencegah seorang mukmin membunuh
saudaranya, di mana Allah telah mengikat antara dia dengan saudaranya dengan persaudaraan iman, yang
konsekwensinya adalah saling mencintai dan memberikan wala' serta menghindarkan sesuatu yang dapat
menyakiti saudaranya. Lantas sesuatu apakah yang lebih menyakiti saudaranya daripada membunuh?.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
"Janganlah kamu kembali kufur setelahku, yakni satu sama lain saling membunuh." (HR. Bukhari)
Dari sini diketahui, bahwa membunuh merupakan kufur amali (kufur yang bukan terkait dengan keyakinan
dan tidak mengeluarkan dari Islam) dan dosa yang amat besar setelah syirk.
Abu Yahya Marwan bin Musa
289
www, tafsir. web, id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
karena tersalah (hendaklah) dia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman 1882 serta
membayar diat 1883 yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu) 1884 , kecuali jika mereka
(keluarga terbunuh) bersedekah 1885 . Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu 1886 , padahal
dia orang beriman, maka hendaklah (si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang beriman 1887 .
Jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafrr) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu 1888 ,
maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si
terbunuh) 1889 serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa tidak
Seperti menembak burung, namun terkena seorang mukmin. Dalam hal ini, orang tersebut tidaklah
berdosa, akan tetapi karena ia telah melakukan perbuatan buruk, di mana gambaran dari perbuatan itu sudah
cukup menunjukkan keburukannya meskipun ia tidak bermaksud membunuh, maka Allah
memerintahkannya untuk membayar diyat dan kaffarat.
1880 Baik yang membunuh laki-laki maupun wanita, merdeka atau budak, anak kecil atau orang dewasa,
muslim atau kafir. Hal ini berdasarkan lafaz "man" yang menunjukkan keumuman.
1881 Baik yang terbunuh laki-laki atau wanita, anak kecil atau orang dewasa.
1882 Dengan hartanya. Hamba sahaya yang dimerdekakannya ini mencakup anak-anak atau orang dewasa,
laki-laki atau perempuan, yang sehat atau yang bercacat (menurut pendapat sebagian ulama). Namun yang
tepat adalah tidak bisa memerdekakan budak yang bercacat, karena tujuan memerdekakan budak adalah
bermanfaat merdeka itu bagi dirinya dan ia memiliki hak terhadap manfaat dari dirinya. Apabila budak yang
bercacat dimerdekakan, maka tidak bermanfaat apa-apa, dan bahkan jika tetap sebagai budak lebih
bermanfaat baginya, maka tidak sah budak yang cacat tersebut dimerdekakan. Hal ini ditunjukkan pula oleh
kata-kata "Fa tahriiru raqabah" (memerdekakan seorang hamba sahaya), di mana memerdekakan tersebut
berarti membebaskan manfaat yang sebelumnya untuk orang lain menjadi untuk dirinya sendiri.
1883 Diat ialah pembayaran sejumlah harta karena suatu tindak pidana terhadap suatu jiwa atau anggota
badan. Diyatnya menurut As Sunnah adalah seratus ekor unta dengan rincian; 20 bintu makhaadh, 20 bintu
labun, 20 ibnu labun, 20 hiqqah dan 20 jadza'ah.
Bintu makhaadh adalah unta betina yang berumur satu tahun dan masuk tahun kedua. Bintu labun adalah unta betina
yang berumur dua tahun dan masuk tahun ketiga. Ibnu Labun adalah unta jantan yang berumur dua tahun dan masuk
tahun ketiga. Hiqqah adalah unta betina yang berumur tiga tahun dan masuk tahun keempat. Jadza'ah adalah unta
betina yang berumur empat tahun dan masuk tahun kelima]
Diyat ini (yakni dalam pembunuhan tanpa sengaja dan syibhul 'amdi/mirip sengaja) ditanggung oleh
keluarga pembunuh, yakni para 'ashabahnya, baik yang ushul (bapak dst. ke atas) maupun yang furu' (anak
dst. ke bawah), karena si pembunuh tidak bersalah, sehingga cukup memberatkan jika sampai ia yang
menanggung beban berat ini. Beban diyat tersebut dibagi antara mereka (keluarga pembunuh) selama tiga
tahun, dan hakim berijtihad dalam memberikan beban kepada masing-masing mereka semampunya,
misalnya yang kaya di antara keluarganya dibebani 1/2 dinar, yang keadaan ekonominya pertengahan
dibebani 1/4 dinar dsb. Jika mereka tidak mampu membayar, maka dibayarkan dari Baitul maal, dan jika
kesulitan dibayarkan dari baitul maal, maka dari harta pembunuh (yang tidak sengaja) itu.
Yakni ahli warisnya.
Bersedekah di sini maksudnya membebaskan si pembunuh dari pembayaran diat. Dalam ayat ini terdapat
anjuran memaafkan, karena Allah menamainya sedekah, sedangkan sedekah itu diperintahkan.
Yakni dari kalangan kaum kafir harbi (yang memerangi kaum muslimin).
Yakni pembunuhnya cukup membayar kaffarat saja, yaitu dengan memerdekakan seorang budak yang
beriman, dan tidak ada diyat yang diserahkan kepada keluarganya karena permusuhan dan peperangan yang
nereka lancarkan kepada kaum muslimin.
888 Seperti kaum dzimmiy (orang-orang kafir yang tinggal di bawah pemerintahan Islam dengan membayar
pajak) agar diri dan harta mereka terlindungi.
1889 Yaitu 1/3 dari diyat orang mukmin, jika si terbunuh orang Yahudi atau Nasrani, dan 2/30 jika si terbunuh
orang Majusi.
Abu Yahya Marwan bin Musa
290
www. tafsir. web. id
Tafsir Hidayatul Insan
Jilid 1
memperolehnya 1890 , maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan bermrut-turut 1 '
sebagai tobat kepada Allah 1892 . Dan Allah Maha Mengetahui 1893 lagi Maha Bijaksana 1894 .
93. Dan barang siapa yang membunuh seorang beriman dengan sengaja, maka balasannya ialah
neraka Jahannam, dia kekal di dalamnya 1895 . Allah murka kepadanya, dan melaknatnya serta
1890 Maksudnya tidak mempunyai hamba atau tidak memperoleh hamba sahaya yang beriman atau tidak
mampu membelinya untuk dimerdekakan. Menurut sebagian ahli tafsir, puasa dua bulan berturut-turut itu
adalah sebagai ganti dari pembayaran diat dan memerdekakan hamba sahaya.
1891 Tidak berbuka di salah satu hari dari dua bulan itu tanpa udzur (alasan). Namun jika ia berbuka karena
'udzur, maka udzur tersebut tidak memutuskan "berturut-turut" tersebut, seperti sakit, haidh dsb. Tetapi, jika
dia berbuka tanpa udzur, maka terputuslah "berturut-turut" tersebut dan puasanya wajib dimulai dari awal.
1892 Kaffarat yang Allah wajibkan tersebut merupakan tobat dari Allah untuk hamba-hamba-Nya, sebagai
rahmat-Nya kepada mereka dan menghapuskan apa saja yang mereka lakukan berupa sikap remeh dan
kurang hati-hati.
1893 Tentang keadaan makhluk-Nya.
1894 Dalam aturan yang ditetapkan-Nya. Di antara kebijaksanaan-Nya adalah apa Yang Dia wajibkan kepada
pembunuh, yaitu melakukan kaffarat yang memang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, karena ia
menjadi sebab hilangnya jiwa yang terpelihara, maka sangat sesuai jika kaffaratnya adalah membebaskan
seorang budak dan melepaskannya dari ikatan perbudakan kepada makhluk menjadi bebas dan merdeka. Jika
ia tidak mendapatkan budak, maka dengan berpuasa selama dua bulan berturut-turut, di mana dia
melepaskan dirinya dari perbudakan kepada syahwat dan kelezatan yang sesungguhnya memutuskan
kebahagiaannya yang abadi, beralih menuju beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala untuk
mendekatkan diri kepada-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga menetapkan waktu yang lama dan
mewajibkan secara berturut-turut, serta tidak mensyari'atkan memberi orang miskin sebagai gantinya karena
tidak sesuai. Termasuk kebijaksanaan-Nya pula adalah mewajibkan diyat dalam pembunuhan, meskipun
tidak sengaja agar menjadi penghalang utama terhadap banyaknya pembunuhan dengan menggunakan sebab-
sebab yang dapat menjaganya dari pembunuhan itu. Demikian juga termasuk kebijakasanaan-Nya adalah Dia
menutupi rasa sedih yang menimpa keluarga korban dengan diyat yang Allah wajibkan diberikan kepada
wali-wali korban.
1895 Ada yang menafsirkan, bahwa dia akan kekal di neraka apabila menganggap halal yang demikian. Ibnul
Qayyim setelah menyebutkan pendapat para imam tentang ayat tersebut berkata dalam Madaarijus Salikin:
Sebagian lagi berpendapat, nash-nash ini dan semisalnya yang disebutkan di sana hal yang menghendaki
untuk diberikan hukuman, namun tidak mesti adanya hal yang menghendaki untuk dihukumi harus ada pula
hukuman itu. Hal itu, karena hukum hanyalah sempurna dengan adanya Icons ekwensinya dan hilangnya
penghalang. Tujuan nash-nash ini adalah untuk memberitahukan bahwa perbuatan ini menjadi sebab untuk
memperoleh hukuman dan yang mengharuskannya, namun telah ada dalil yang menyebutkan mawaani'
(penghalang); sebagiannya berdasarkan ijma' dan sebagian lagi berdasarkan nash. Tauhid menjadi
penghalang (kekal di neraka) berdasarkan nash-nash mutawatir yang tidak da